Kita di Indonesia mungkin menyebut kepala negara sebagai presiden, begitu juga di
banyak negara lain. Namun banyak negara lain di dunia memiliki sebutan yang berbeda
untuk jabatan kepala pemerintahan mereka. Maka maklum jika kadang kita dibuat
bingung saat membaca artikel atau berita politik internasional. Berikut ini adalah
beberapa sebutan untuk pemimpin negara di dunia dan kepala pemerintahan,
sebagai bagian dari segmen Belajar Politik.
Baca juga: [Berita Foto] 20 Pemimpin Negara dengan Bayaran Tertinggi di Dunia
Oleh: Mata Mata Politik
Sistem presidensial seringkali memiliki satu pemimpin yang bertindak sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Sistem lain, seperti sistem semi-presidensial dan
parlementer, memiliki orang yang berbeda yang bertindak sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.
PRESIDEN
Kata “Presiden” dilaporkan berasal dari kata “praesidere,” yang berarti “yang duduk
sebelumnya,” kata ahli bahasa Ben Zimmer kepada NPR. Jabatan ini umum di antara
para pemimpin perguruan tinggi dan universitas tetapi juga menandakan pemimpin
eksekutif tertinggi di suatu negara.
Presiden bertindak sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan di negara-negara
seperti Amerika Serikat, Brasil, Kosta Rika, Kenya, Meksiko, dan lainnya (termasuk
Indonesia).
Di negara-negara seperti Prancis, Rusia, Mesir, dan lainnya, presiden berbagi kekuasaan
dengan perdana menteri, kepala eksekutif, perdana menteri, atau pemimpin lain yang menjabat
sebagai kepala pemerintahan.
PERDANA MENTERI
“Perdana menteri” berperan serupa dengan seorang presiden, tetapi dalam sistem
parlementer atau semi-presidensial. Dalam sistem seperti itu, perdana menteri sering
(tetapi tidak selalu) menjadi anggota legislatif dan, kepala negara memegang sebagian
besar posisi seremonial, mendapatkan sejumlah kekuatan cadangan.
Negara-negara lain dipimpin oleh “premier,” sebuah gelar yang biasanya digunakan secara
bergantian dengan perdana menteri. Irlandia—tidak seperti negara lain—menyebut posisi yang
sama sebagai “Taoiseach” dan di Albania disebut “Kryeministër.” Di kedua negara tersebut,
presiden menunjuk seseorang untuk mengisi posisi yang berfungsi seperti perdana menteri.
KANSELIR
Kanselir atau “Chancellor” adalah gelar yang paling sering digunakan di negara-negara
berbahasa Jerman dan sebanding dengan perdana menteri di negara demokrasi
parlementer lainnya.
Kanselir bertindak sebagai kepala pemerintahan dan di Jerman sebagian besar
independen dari pengaruh presiden. Kanselir di sana dipandang sebagai kepala
eksekutif (kepala pemerintahan) sejati dari negara itu, tetapi itu tidak selalu terjadi.
Di Swiss, kanselir federal bukanlah kepala pemerintahan tetapi kepala staf pemerintah
federal Swiss.
Namun Raja di Arab Saudi bukanlah sebuah jabatan simbolik. Raja Arab Saudi adalah
raja mutlak Arab Saudi yang berfungsi sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Dia adalah kepala keluarga kerajaan Saudi, House of Saud.
Raja disebut Penjaga Dua Masjid Suci (Custodian of the Two Holy Mosques), sebuah
gelar yang menandakan yurisdiksi Arab Saudi atas masjid-masjid suci yakni Masjid al
Haram di Mekah dan Al-Masjid an-Nabawi di Madinah, menggantikan gelar “Yang
Mulia” pada tahun 1986.
Kantor Wakil Ketua dan lembaga Biro Kebijakan Eksekutif didirikan pada Kongres WPK
ke-7 pada tahun 2017. Saat ini ada 9 wakil ketua; Choe Ryong-hae, Kim Ki-nam, Choe
Thae-bok, Ri Su-yong, Kim Phyong-hae, O Su-yong, Kwak Pom-gi, Kim Yong-kol dan
Ri Man-gon.
Chairman atau Ketua adalah kepala partai politik. Sementara partai-partai politik di
berbagai negara memiliki ketua, kekuatan posisi bervariasi berdasarkan negara.
Baca juga: Jokowi Banjir Ucapan Selamat dari Pemimpin Dunia dan Media Asing
Jabatan Penasihat Negara mirip dengan jabatan Perdana Menteri karena
memungkinkan pemegang jabatan untuk bekerja di semua bidang pemerintahan dan
bertindak sebagai penghubung antara cabang eksekutif dan legislatif. Penasihat
Negara memiliki masa jabatan lima tahun, masa yang sama dengan masa jabatan
Presiden.
Ketua Menteri juga digunakan sebagai versi bahasa Inggris dari nama jabatan yang
diberikan kepada para kepala pemerintahan negara-negara Melayu tanpa monarki.
Gelar ini memiliki konstruksi dan peran yang sama seperti perdana menteri, menteri
pertama (first minister) atau presiden menteri (minister-president) tetapi biasanya
dengan peringkat lebih rendah. Peran Ketua Menteri memiliki konteks dalam sistem
pemerintahan Westminster di mana kepala negara konstitusional (biasanya sub-
nasional) memberi perintah kepada para menteri yang biasanya mengepalai
departemen pemerintah eksekutif (kementerian).
Seorang ketua menteri dipahami sebagai “yang paling tinggi di antara yang sederajat.”
Mereka akan menjadi kepala penasihat bagi kepala nominal negara mereka, ketua
kabinet dan pemimpin partai politik utama yang memerintah di legislatif.
Sumber: Artikel “World Leader Titles Around the World and What They Mean” di US
News oleh Megan Trimble; Wikipedia. Artikel ini telah mengalami pembaruan.
Keterangan foto utama: Para pemimpin negara berpose untuk foto keluarga di KTT
G20 di Buenos Aires. (Foto: Juan Mabromata/AFP via Getty Images)
SISTEM PEMERINTAHAN INGGRIS
Sebelum membahas tentang Sistem Pemerintahan Inggris terlebih dahulu kita harus tahu pengertian sistem
pemerintahan. Baca selengkapnya tentang>> pengertian sistem pemerintahan.
Negara Inggris(United Kingdom) merupakan negara kesatuan atau unitary state yang terdiri dari Skotlandia,
Wales, Inggris, dan Irlandia Utara yang memiliki bentuk pemerintahan monarki atau kerajaan. Inggris dikenal
sebagai ibu atau pencetus sistem pemerintahan parlementer (the mother of parliament) sebab Inggris lah yang
membuat sebuah sistem pemerintahan parlemen yang dapat diterapkan dengan baik untuk pertama kali. Sistem
ini memeberikan hak kepada masyarakat untuk memilih wakilnya melalui pemilihan umum yang demokratis
untuk dapat mengatasi persoalan sosial ekonomi kemasyarakatan sehingga tercipta kesejahteraan rakyat.
Kostitusi di inggris tidak tertulis(konvensi) dalam bentuk teks namun tersebar dalam bentuk pelbagai hukum,
peraturan, dan konvensi. Sistem Pemerintahan Inggris
Pemerintahan Inggris dijalankan oleh Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan dibantu para menteri. Ratu
dan Raja Inggris hanyalah kepala negara yang berfungsi sebagai simbol kenegaraan(simbol kedaulatan,
keagungan dan persatuan negara).
Parlemen atau Dewan Perwakilan terdiri dari dua ruang (bikameral), yakni House of Commons
& House of Lord. House of Commons atau disebut juga Majelis Rendah adalah badan
perwakilan rakyat yang anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di antara calon-calon partai
politik. House of Lord atau Mejelis Tinggi adalah perwakilan yang berisi para bangsawan
dengan berdasarkan warisan. House of Commons memiliki keuasaan yang lebih besar daripada
House of Lord. Inggris menerapkan Parliament Soverengnity, artinya kekuasaan yang sangat
besar pada diri parlemen.
Kabinet merupakan menteri-menteri yang dipimpin oleh perdana menteri. Kabinet tersebut yang
benar-benar melaksanakan roda pemerintahan. Anggota kabinet pada umumnya berasal dari
House of Commons. Perdana menteri merupakan pemimpin dari partai mayoritas di House of
Commons. Masa jabatan kabinet sangat tergantung pada kepercayaan dari House of Commons.
Parlemen memiliki kekuasaan membubarkan kabinet dengan mosi tidak percaya.
Terdapat oposisi yang dijalankan oleh partai yang kalah dalam pemilu. Para pemimpin oposisisi
membuat semacam kabinet tandingan. Jika sewaktu-waktu kabinet runtuh, partai oposisi dapat
menggantikan penyelenggaraan pemerintahan. Sistem Pemerintahan negara Inggris
Inggris menggunakan sistem dwipartai. Di Inggris berdiri 2 partai yang saling bersaing dan
memerintah. Partai tersebut adalah Partai Buruh dan Partai Konservatif. Partai yang menang
dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang memerintah, sedangkan partai
yang kalah menjadi partai oposisi.
Badan Peradilan ditentukan oleh kabinet sehingga tak ada hakim yang dipilih. Meskipun
demikian, mereka melaksanakan peradilan yang adil(bebas dan tidak memihak), termasuk juga
memutuskan sengketa antara warga dengan pemerintah.
Kekuasaan legislatif ditangani oleh Ratu dalam Parlemen, oleh dan dengan nasihat dan
perhatian dari Parlemen, Dewan Bangsawan dan Dewan Rakyat.
Kekuasaan eksekutif ditangani oleh Pemerintah Yang Mulia, yang terdiri dari para Menteri,
terutama Perdana Menteri dan Kabinet, yang secara teknis menjadi komite Dewan Penasihat.
Mereka memegang pengarahan terhadap Angkatan Bersenjata Mahkota, Layanan Sipil, dan
Layanan Mahkota lainnya seperti Diplomatik dan Layanan Rahasia (Penguasa Monarki
menerima laporan intelijensi luar negeri tertentu sebelum Perdana Menteri juga menerimanya [5]).
Kekuasaan yudisial dipegang oleh Yudisier, yang menurut konstitusi dan
statuta[6] memiliki kemerdekaan yudisial dari Pemerintah.
Gereja Inggris, dimana Penguasa Monarki merupakan kepalanya, memiliki struktur legislatif,
yudisial dan eksekutifnya sendiri.
Kekuasaan independen pemerintah secara sah diberikan kepada badan-badan masyarakat
lainnya menurut statua atau Statutory Instrument seperti Order in Council, Royal
Commission dan lain-lain.
Peran penguasa berdaulat sebagai penguasa monarki konstitusional kebanyakan terbatas pada
fungsi-fungsi nonpartisan, seperti memberikan penghargaan. Peran tersebut telah diakui sejak abad
ke-19. Pada 1867, penulis konstitusional Walter Bagehot mengidentifikasikan monarki tersebut
sebagai "bagian terdignifikasi" ketimbang "bagian efisien" dari pemerintah. [7]
Undang-Undang Hak Asasi 1689 menjelaskan kekuasaan pemerintahan penguasa monarki.
Beberapa otoritas eksekutif pemerintah secara teoretikal dan nominal dipegang Penguasa Berdaulat
dan dikenal sebagai hak istimewa kerajaan. Penguasa monarki bertindak selaras dengan konvensi
dan preseden, yang hanya dapat memakai hak istimewa atas nasihat para menteri yang
bertanggung jawab kepada Parlemen, sering kali melalui Perdana Menteri atau Dewan Penasihat.
[13]
Dalam prakteknya, kekuasaan hak istimewa hanya dilakukan atas nasihat Perdana Menteri –
Perdana Menteri, dan bukannya Penguasa Berdaulat, yang memiliki kontrol. Penguasa monarki
memperhatikan Perdana Menteri setiap minggu. Tak ada catatan perhatian tersebut yang diambil
dan prosesnya masih disembunyi-sembunyikan secara bulat. [14] Penguasa monarki dapat
mengeluarkan pandangannya, tetapi, sebagai pemimpin konstitusional, harus secara mutlak
menerima keputusan-keputusan Perdana Menteri dan Kabinet (yang menyediakan mereka
komando dukungan Dewan). Dalam pernyataan Bagehot: "Di bawah monarki konstitusional,
Penguasa Berdaulat memiliki ... tiga hak – hak untuk berkonsultasi, hak untuk membujuk, hak untuk
memperingatkan."[15]
Meskipun Hak Istimewa Kerajaan bersifat ekstensif dan persetujuan parlementer tak secara resmi
diharuskan untuk penggunaannya, hak tersebut bersifat terbatas. Beberapa hak istimewa Mahkota
tak digunakan atau secara permanen dialihkan ke Parlementer. Contohnya, penguasa monarki tak
dapat mencanangkan dan mengumpulkan pajak-pajak baru; tindakan semacam itu berada di bawah
naungan Undang-Undang Parlementer. Menurut laporan parlementer, "Mahkota tak dapat diberi
kuasa-kuasa hak istimewa baru", dan Parlemen dapat mencabut kekuasaan hak istimewa apapun
menurut pengesahan legislasi. [16]
Hak Istimewa Kerajaan meliputi kuasa untuk melantik dan melengserkan menteri-menteri,
meregulasikan layanan sipil, mengeluarkan paspor, mendeklarasikan perang, membuat
perdamaian, mengarahkan tindakan militer, dan menegosiasikan dan meratifikasikan traktat, aliansi
dan perjanjian internasional. Namun, sebuah traktat tak dapat langsung dimasukkan pada hukum-
hukum domestik Britania Raya; Undang-Undang Parlemen dibutuhkan dalam kasus semacam itu.
Penguasa monarki merupakan kepala komandan Angkatan Bersenjata (Angkatan Laut Kerajaan
Inggris, Angkatan Darat Kerajaan Inggris, dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris),
mengakreditasikan Komisioner-Komisioner Tinggi dan duta-duta besar Inggris, dan menerima
diplomat-diplomat dari negara-negara asing.[16]
Ini merupakan hak istimewa penguasa monarki untuk memanggil dan mengundurkan Parlemen.
Setiap sesi parlementer dimulai dengan panggilan penguasa monarki. Sesi parlementer baru
ditandai dengan Pernyataan Pembuka Parlemen, dimana penguasa berdaulat membacakan Pidato
dari tahta di Ruang Dewan Bangsawan, menjelaskan agenda legislatif Pemerintah. [17] Prorogasi
biasanya diadakan sekitar setahun setelah sebuah sesi dimulai, dan secara resmi mengesahkan
sesi tersebut.[18] Pembubaran mengakhiri masa jabatan parlementer, dan disusul oleh pemilihan
umum untuk seluruh kursi dalam Dewan Rakyat. Pemilihan umum biasanya diadakan lima tahun
setelah pemilihan sebelumnya berdasarkan pada Undang-Undang Parlemen Masa Jabatan Sah
2011, tetapi dapat dimajukan jika Perdana Menteri kurang diandalkan, atau jika dua pertiga anggota
Dewan Rakyat memilih untuk mengadakan pemilihan awal.
Sebelum undang-undang yang disahkan oleh Dewan-Dewan dapat menjadi hukum, pengesahan
kerajaan (persetujuan penguasa monarki) disyaratkan. [19] Dalam teorinya, pengesahan dapat
diberikan (menjadikannya hukum undang-undang) atau ditolak (memakai hak veto terhadap
undang-undang), tetapi sejak pengesahan 1707, pengesahan selalu diberikan. [20]
Penguasa monarki memiliki hubungan yang sama dengan pemerintahan terdevolusi Skotlandia,
Wales, dan Irlandia Utara. Pemimpin berdaulat melantik Menteri Pertama Skotlandia atas
nominasi Parlemen Skotlandia,[21] dan Menteri Pertama Wales atas nominasi Majelis Nasional
Wales.[22] Dalam hal Skotlandia, penguasa berdaulat bertindak atas nasihat Pemerintah Skotlandia.
Namun, karena devolusi sangat terbatas di Wales, dalam hal Wales, Penguasa berdaulat bertindak
atas nasihat Perdana Menteri dan Kabinet Britania Raya. Penguasa Berdaulat dapat menolak
hukum apapun yang disahkan oleh Majelis Irlandia Utara, jika dianggap tak konstitusional
oleh Sekretaris Negara Irlandia Utara.[23]
Penguasa berdaulat dianggap menjadi "tulang punggung keadilan"; meskipun penguasa berdaulat
tak secara pribadi memerintah dalam kasus-kasus yudisial, fungsi-fungsi yudisial ditampilkan atas
namanya. Selain itu, penerapan dilakukan atas perantara penguasa monarki, dan para anggota
pemerintahan mendapatkan otoritas mereka dari Mahkota. Hukum umum menyatakan bahwa
penguasa berdaulat "tidak dapat salah"; penguasa monarki tidak dapat diadili atas dakwaan-
dakwaan kejahatan. Undang-Undang Pemprosesan Mahkota 1947 mengijinkan penegakan sipil
terhadap Mahkota dalam kapasitas publiknya (yang merupakan penegakan melawan
pemerintahan), tetapi bukan penegakan melawan penguasa monarki secara pribadi. Penguasa
Berdaulat memegang "hak kasih istimewa", yang digunakan untuk melindungi para terdakwa atau
meringankan hukuman.[13][16]
Penguasa monarki adalah "tulang punggung kehormatan", sumber dari seluruh penghormatan dan
dignitas di Britania Raya. Mahkota membuat seluruh gelar kehormatan, melantik para anggota ordo-
ordo kekesatriaan, memberikan gelar kestria dan menganugerahi penghargaan lainnya. [24] Meskipun
gelar-gelar kehormatan dan kebanyakan penghargaan lainnya diberikan atas nasihat Perdana
Menteri, beberapa penghargaan merupakan hadiah pribadi penguasa berdaulat, dan tidak diberikan
atas nasihat kementerian. Penguasa monarki sendiri melantiki para anggota Order of the
Garter, Order of the Thistle, Royal Victorian Order dan Order of Merit.[25]
Perdana menteri
majapahit1478.blogspot.com
Dalam sejarah Kerajaan Majapahit ada beberapa raja yang pernah memimpin di
Majapahit, di antaranya yaitu: