Anda di halaman 1dari 27

i

MAKALAH
KATARAK

Dosen :
Dewi Aprilianti, Ners.M.Kep

Oleh :
Desi Natalia
2018.C.10a.0931

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis katarak Pada Sistem
Pengindraan ini dengan baik. Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun sebagai penugasan dan pelaporan pada sistem pengindraan.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini saya menyadari masih banyak
kekurangan dan kelemahannya.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan asuhan keperawatan
ini.Semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat.
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................3
1.4 Manfaat...............................................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa......................................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................3
1.4.3 Untuk Institusi...........................................................................3
1.4.4 Untuk IPTEK.............................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4


2.1 Konsep Penyakit..................................................................................4
2.1.1 Anatomi Fisiologi......................................................................4
2.1.2 Definisi......................................................................................4
2.1.3 Etiologi......................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi ............................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis....................................................................13
2.1.7 Komplikasi...............................................................................13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang...........................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis............................................................14
BAB 3 MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN..............................15
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................16
2.2.3 Intervensi Keperawatan............................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................20
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................30
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan -
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang
telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko
kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan
didunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada
di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi
di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS
Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
“karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata. Hingga kini penyakit mata yang banyak
ditemui di Indonesia adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan
refraksi (0,14%).
Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata
yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak
banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami
kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
2

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka
tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena
proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data
statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak,
sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang
akibat katarak (Irawan, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Katarak Pada Sistem
Pengindraan.
1.3 Tujuan Penulis
1.3.1Tujuan Umum
Tujuan umum mahasiswa dapat memahami dan melakukan perawat sebagai
perawat dalam mencegah dan menangani masalah Katarak di sistem
Penginderaan
1.3.2Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian status kesehatan dengan masalah Katarak
1.3.2.2 Menegakan dianosa keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah
Katarak
1.3.2.3 Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul
dengan masalah Katarak
1.3.2.4 Membuat implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang di buat
dengan masalah Katarak
1.3.2.5 Membuat evaluasi asuhan keperawatan dengan masalah Katarak
1.3.2.6 Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan
penyakit Katarak .
1.4 Manfaat Penulisan
1.1.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya
penyakit Katarak dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Institusi
3

Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.3 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian
anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung
sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda.15 Bola mata
dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian
terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam
bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.

2.1.2.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva berbatasan dengan kulit padatepi palpebral dan dengan
epitel kornea di limbus.
2.1.2.2 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada
mata.Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola
mata.Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
2.1.2.3 Kornea
5

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan.15 Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan
melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis. 19 Kornea dewasa
rata-rata mempunyai tebal 550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut
ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu: Epitel
Membran Bowman, Stroma, Membran Descemet, Endotel
1.2.2.3 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: Iris, Badan siliar,
Koroid.
1.2.2.4 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya
terdapat vitreous humor. 19 Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Di
sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya.Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela
konsentris yang panjang.19 Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari
banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.
1.2.2.5 Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan,
kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan.
1.2.2.6 Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous
humor normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa
6

posterior, serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput
nervi optici. Basis vitreous mempertahankan penempelan yang kuat
seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora
serrata. 19 Vitreous humor mengandung air sekitar 99%.Sisa 1% meliputi
dua komponen, kolagen dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan
konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat banyak air.
1.2.2.7 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai
dari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina
2) Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel
batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari
kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller
serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan
sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion
9) Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua. 9) Serabut
saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke
arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
7

10) Membran limitan interna


Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan
vitreous humor.
2.1.2 Definisi
Menurut Charlene J. Reaver dkk (KMB buku 1 hal 6) Katarak adalah
mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau
dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah
pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui.
Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata adalah
penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada
infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata,
namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa
katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek
merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan
pemeriksaan.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau
kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina.
Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap (Istiqomah, 2003).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut
atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).
8

2.1.3 Etiologi
Katarak biasanyaa terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata
penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).Katarak kongenitas bisa disebabkan oleh Infeksi
congenital, seperti campak jerman yang berhubungan dengan penyakit
metabolik, seperti galaktosemia. Adapun Faktor resiko terjadinya katarak
kongenitas meliputi :
1. Penyakit metabolik yang diturunkan.
2. Riwayat katarak dalam keluarga.
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
4. Merokok
5. Radang mata dan trauma mata
6. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi katarak meliputi :
1. Pengaruh umur terhadap katarak. Penyakit katarak tidak menimbulkan
gejala rasa sakit tetapi dapat mengganggu penglihatandan pengelihatan
kabur sampai menjadi buta. Golongan usia menurut WHO, Lansia awal
usia produktif 40-44 tahun, Usia pertengahan (middle age ) adalah
kelompok usia 45- 59 tahun, Lanjut usia (old) adalah 90 tahun.
2. Jenis kelamin Pengaruh jenis kelamin pada katarak Kejadian pada
wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria karena padawanita terjadi
monopouse. Saat itu biasanya ada gangguan hormonal sehingga
mengakibatkan jaringan tubuh menjadi mudah rusak.
3. Merokok. Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi
ujung- ujung saraf pengecap mengurangi persepsi rasa selain itu pasien
yang memiliki kebiasaan merokok dapat mengakibatkan katarak karena
pengaruh dari asap rokok yang dapat merusak mata.
4. Perkerjaan Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar
9

matahari. Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, akan diserap
oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia
sehingga terbentuk radikal bebas atau sposis oksigen yang bersifat
sangat reaktif. Reaksi tersebut akan mempengaruhi struktur protein lensa
,selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa yang disebut katarak

2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
2.1.4.1 Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2.1.4.2 Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
2.1.4.3 Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
2.1.4.4 Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2.1.4.5 Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
2.1.4.6 Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu.
Selai itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti
uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
 Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
2.1.4.7 Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
10

2.1.4.8 Katarak imatur


Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan
menjadi dangkal.
2.1.4.9 Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
2.1.4.10 Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).
2.1.5Patofisiologi (Patway)
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar.Lensa mengandung tiga komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan
warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi.Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi.Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
11

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang


berbeda.Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh.Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen.Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2010).
12
KATARAK

Pre Operasi

B1: Breathing B2: Blood B3: Brain B4: Bladder B5: Bowel B6: Bone

Kapsul Lensa Rusak Blocking sinar yang masuk Ansietas


Intumesansi Intumesensi uvea Sinar terpantul kembali

Dislokasi Lensa Peristaltik


Mengaburkan bayangan
Masa asing bagi yang semu sampai pada Masa asing bagi meningkat Visus menurun
jaringan uvea
retina jaringan uvea
Uveitas
Mual muntah
Peradangan pada Penglihatan kurang
Suplai O2 Tidak Otak mengiterpretasikan Suplai O2 tidak
uvea
seimbang sebagai bayangan seimbangan Anoreksia
Pandangan kabur MK: Mobilisasi kurang
Suplai O2 tidak Perubahan nutrisi MK:
Peningkatan
seimbangan Evaporasi meningkat Gg immobilitas fisik
kerja napas Dehidrasi kurang dari
Peningkatak kerja napas MK: kebutuhan tubuh
- Gg persepsi
Dyspnea
Perfusi jaringan menurun sensori (visual)
MK: MK:
Resiko pola napas - Resti Cidera
kekurangan
tidak efektif volume cairan
MK:
Resiko Gg perfusi jaringan

Post operasi

MK: Nyeri Akut Terpasang Perban


MK: Resiko Infeksi

MK: defisit pengetahuan


13

2.1.6 Manifestasi Klinis(Tanda Dan Gejala)


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.1 Gluaucoma
2.1.6.2 Uveitis
2.1.6.3 Kerusakan endotel kornea
2.1.6.4 Sumbatan pupil
2.1.6.5 Edema macula sistosoid
2.1.6.6 Endoftalmitis
2.1.6.7 Fistula luka operasi
2.1.6.8 Pelepasan koroid
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu
snellen,keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka
2.1.8.1 Scan Ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini
merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
14

2.1.8.2 Kartu mata snellen chart (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
2.1.8.3 pemeriksaan oftalmologis,
Mengkaji struktur internal okuler,pupil oedema,perdarahan retina,dilatasi
& pemeriksaan.belahan lampu memastikan Dx Katarak
2.1.9 Penatalaksanaan
Operasi Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk
memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan
operasi. Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

2.1.9.1 ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)


Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai
akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.

2.1.9.2 ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan


lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja
dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama
b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru
dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan
nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui
insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan
bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea
(selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap.
Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh
dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan
ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil
ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang
lebih cepat.
2.1.10 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan
menjaga penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya
15

menghindari factor yang mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.


Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda
pembentukkan atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak
suplemen dapat memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan
hanya bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika
dikonsumsi dapat mencegah terjadinya katarak :
1) Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap
rokok dan sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari,
kurangi dosis jika mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
2) Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
3) Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina.
Kombinasi billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan
pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang
tepat adalah 80 mg dan dikonsumsi 3 kali sehari
4) Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg
sehari (pagi sebelum makan)
5) Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus
dibagian mata, 100 mg 2 kali sehari.
BAB 3
MENAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

2.3 Menajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keoerawatan yang meliputi
Komponen dari pengkajian keperawatan meliouti anamnesa, pemeriksaan
kesehatan, pengkajian, pemeriksaan diagnostic serta pengkajian penata
laksanaan medis
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur,
pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat
harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau
dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat
mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera
mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan
dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah
membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau
perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
17

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer,
2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata
diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan
tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
(James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu
bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/
tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun. 
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit
18

mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,


adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e. Pola eliminasi       
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalah saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung
dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama
pasien dirawat di rumah sakit
2.3.2 Diagnosa Keperawatan Post Operasi
2.3.2.1 Nyeri akut b.d pasca operasi katarak (D.0077 hal 172)
2.3.2.2 Resiko infeksi b.d prosedur invasif pembedahan (D.0140 hal 304)
2.3.2.3 Defisit Pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi (D.0111 hal 246)
19

2.3.3 Intervensi
2.3.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan pasca operasi katarak
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat teratasi,dengan kriteria hasil:
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
- Skala nyeri 0-3
- Menyatakan rasa nyaman setelah neyri berkurang
Intervensi

1. Kaji skala nyeri dan lokasinya

2. Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba-tiba yang dapat


menimbulkan nyeri

3. Ajarkan teknik nonfarmakologi teknik napas dalam, relaksasi dan


distraksi

4. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi dokter, analgetik.

2.3.3.2 Resiko infeksi b.d prosedur invasif pembedahan


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
factor resiko infeksi dapat diatasi, dengan kriteria hasil:
- Klien terbebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Intervensi
1. Jaga area kebersihan luka operasi
2. Ajarkan pasien untuk tidak menyentuh dan menggaruk luka operasi
3. Diskusikan bila ada tanda-tanda infeksi
4. Lakukan teknik aseptik dalam merawat luka
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

2.3.3.3 Defisit Pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah dengan
kriteria hasil:
20

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,


kondisi, prognosis dan porogram pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
Intervensi
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit.
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat.
3. Sediakan informasi kepada pasien dan keluarga tentang kondisi dan
kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap
ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian
atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya
(Setiadi, 2010).
21
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena


konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling
umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum
diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata
adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada
infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata,
namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa
katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek merah
dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan

3.2 Saran

Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, dapat ditingkatkan menjadi


penelitian analitik, baik tentang pengaruh tajam penglihatan pre-operasi dengan
perbaikan tajam penglihatan pasca ekstraksi katarak, pengaruh ukuran axial
length pre-operasi dengan perbaikan tajam penglihatan pasca ekstraksi katarak,
dan juga kekuatan rata-rata IOL pada penderita katarak senile dengan sample
yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Hartono. 2007. Oftalmoskopi Dasar dan Klinis. Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Press Ilyas SH. (2004). Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.Jakarta. Ilyas
SH,. 2009. Ihtisar ilmu Penyakit Mata.. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

Istiqomah, I. (2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta; EGC

Tamsuri, A.(2011).Klien Gangguan Mata dan Penglihatan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai