Anda di halaman 1dari 5

Materi : Aspek Hukum Leasing

Buku : Aspek Hukum Dalam Bisnis, hal 19-27


SOAL
1. Sebutkan beberapa pengertian dari Leasing berikut dasar hukumnya;
2. Sebutkan beberapa unsur-unsur dari Leasing;
3. Dalam kegiatan Leasing, sebutkan siapa saja pihak-pihak yang terlibat;
4. Sebutkan ketentuan apa saja yang diatur dalam perjanjian Leasing;
5. Apa keuntungan dari Leasing dibanding lembaga pembiayaan lainnya’
6. Sebutkan lima perusahaan Leasing di Indonesia yang menjalankan bisnis Leasing.
JAWABAN
1. Pengertian Leasing
Pengertian Leasing yang pertama dikutip dari SK bersama antara Menteri Keuangan,
Menteri Perindustrian dan Manteri Perdagangan RI Nomor Kep 122/MK/IV/2/1947,
Nomor 32/M/SK/2/1974 dan Nomor 30/Kpb/I/1974 yang mendefinisikan bahwa
Leasing adalah :
“ Setiap egiatan pembiayaan perusahaaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membel barang-
barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu Leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama”.
Sedangkan di dalam SK Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 bertanggal 27
November 1991 pengertian Leasing atau yang disebut dengan sewa guna usaha yaitu:
“ Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara
sewa guna usah dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna
usahadengan hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lesse selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala”.
Lebih jauh lagi pengertian finance lease yaitu kegiatan sewa guna usaha diman leasse
pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa gua usaha
berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangakan operating lease tidak mempunyai
haknopsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
Sebagai pembanding, perlu disampaikan pula pengertia Leasing menurut Frank Taira
Supit :
Company finansing in the formor providing capital goods with the user making
perodical payment. User would have option to buy the capital goods or to prolong the
leasing period on the basis of the remaining value. ( pembiayaan perusahaaan dalam
bentuk penyediaan barang modal dengan cara pemakai melakukan pembayaran secara
berkala. Pemakai mempunyai 2 pilihan yait untuk membeli atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa).
Pengertian ini tidak memberikan perbedaan yang mendasar dengan pengertian yang
dirumuskan oleh berbagai peratran perundang-undangan yang khusus mengatur
mengenai Leasing.
Dasar hukum Leasing
Kegiatan Leasing mulai beroprasi di Indonesia berdasarkan landasan hukum yang pasti
yaitu sejak tahun 1974, yaitu sejak dikeluarkannya Surat Keputusan bersama antara
Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Manteri Perdagangan RI Nomor Kep
122/MK/IV/2/1947, Nomor 32/M/SK/2/1974 dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7
Februari 1974 tentang perizinan usaha Leasing di Indonesia.
Sedangkan wewenang untuk memberikan usaha Leasing dikeluarkan oleh Menteri
Keuangan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 649/MK/IV/5/1974 tanggal 6 Mei
1974 yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha
Leasing di indonesia. Kemudian dikeluarkan pula Surat Keputusan Menteri Keuangan
RI Nomor Kep.650/MK/IV/5/1974 yaang mengatur tentang penegasan ketentuan pajak
penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha Leasing.
Untuk melengkapinya dikeluarkan pula Pengumuman Direktur Jenderal Moneter
Nomor PENG/307/DJM/III.1/1974 tentang pedoman pelaksanaan peraturan Leasing.
Setelah ini dikeluarkan dikeluarkan Kebijaksanaan Deregulasi 20 Desember 1988
(Pakdes 20 tahun 1988) yang memuat tentang usaha Leasing di Indonesia, dan dengan
demikian seluruh ketentuan sebelumnya menjadi tidak berlaku lagi. Untuk melengkapi
Pakdes, dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251 / KMK.013 / 1988
tanggal 20 Desember 1988 yaitu tentang kegiatan lembaga pembiayaan. Namun
demikian, tidak menjelaskan tentang sewa guna usaha atau Leasing. Oleh karena itu
dipertegas dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden RI Nomor 61 tahun 1988
tentang sewa guna usaha (leasing), dan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden ini
maka segala peraturan yang berlaku sebelumnya mengenai leasing dinyatakan tidak
berlaku. Pada tanggal 19 Januari 1991 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI
Nomor 48/KMK.013/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing). Dalam
Keputusan ini disebut tentang leasing, namun dalam pembahasan tentang perjanjian
leasing, leasing tidak disetujui. Untuk melengkapinya maka dikeluarkanlah Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 yang khusus perihal leasing. Dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169 ini maka Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 48 menjadi tidak berlaku. Pada tahun 2000, dikeluarkan
tanggal 27 Oktober 2000, dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
448/KMK.01/2000 tentang perusahaan pembiayaan. Keputusan ini hanya membahas
perusahaan pembiayaan secara umum, termasuk pembiayaan leasing. Keputusan
Menteri yang sama menyatakan bahwa Keputusan Menteri yang sama yaitu nomor
1251/KMK.013/1988 dan menyatakan tetap berlaku Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1169/KMK.01/1991. Kemudian pada tahun 2006, Menteri Keuangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang
Perusahaan Pembiyaan.
Dengan demikian, terlihat tidak pernah ada peraturan yang khusus tentang leasing.
Seringkali leasing disetarakan diatur dengan lembaga pembiayaaan lainnya. Namun
secara khusus peraturan mengenai leasing yang dapat dijadikan Pedoman Menteri
Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dan berbagai peraturan lainnya yang disebut di
atas, sepanjang substansi yang diatur belum diatur di SK Menteri Keuangan nomor
1169 tersebut.
2. Unsur-unsur Leasing, antara lain :
a. Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan.
b. Yang disediakan adalah barang modal.
c. Jangka waktunya tertentu, yang disesuaikan dengan masa ekonomis barang modal
dan kemampuan nasabah yang bersangkutan.
d. Pembayarannya dilakukan secara berkala, tidak dapat dibayar sewaktu-waktu.

3. Pihak-pihak yang terlibat di dalam kegiatan Leasing (sewa guna usaha) yaitu :
a. Lessor, adalah perusahaan Leasing yang bisanya menyediakan barang modal atau
menyediakan fasilitas pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan.
b. Lessee, adalah pihak atau nasabah yang membutuhkan barang modal atau
memerlukan pembiayaan.
c. Supplier, adalah pihak yang memiliki atau bisa juga memproduksi barang modal
yang diperlukan oleh lessor. Dalam hal-hal tertentu kadang kkala supplier dapat
pula bertindak sebagai lessor.
d. Asuransi, adalah pihak perusahaan yang akan menanggung resiko apabila terjadi
kerugian teradap barang yang menjadi objek leasing.

4. Ketentuan yang diatur dalam perjanian Leasing memuat beberapa hal antara
lain:
a. Nama dan alamat lessee
b. Jenis barang modal yang diinginkan
c. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan
d. Syarat-syarat pembayaran
e. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya
f. Biaya-biaya yang dikenakan
g. Sanki-sanki apabila lesse ingkar janji.

5. Keuntungan Leasing dibandingkan dengan pembiayaan lainnya :


a) Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya
dapat diberikan sampai dengan 100% (full pay out), hal ini akan membantu cash
flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang sedang berkembang.
b) Lebih Fleksibel
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan
perbankan. Pembayaran sewa guna usaha (payment lease) secara berkala akan
ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan
pembayaran sewa guna usaha secara berkala dapat disesuaikan dengan
pendapatan yang dihasilkan aktiva yang akan dilease.
c) Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa menggangu
jalur kredit yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut
adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee
memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.
d) Off balance sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan
sebagai aktiva berarti prosedur pembelian aktiva tidak perlu dipenuhi secara
terperinci.
e) Arus dana
Pesyaratan pembayaran dimuka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana.
f) Proteksi inflasi
Leasing merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan kurang relevan.
g) Perlindungan akibat kemajuan teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat
barangyang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau sistem
disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
h) Sumber pelunasan kewajiban
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing
karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aktiva yang
di leasekan.
i) Kapitalisasi biaya
Adanya biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan dan lain sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya
modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan
lamanya masa leasing.
j) Resiko keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, leasing yang berjangka waktu relatif
singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap resiko keusangan
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan resiko pada tahap dini yang
mungkin terjadi.
k) Kemudahan penyusutan anggaran
Adanya pembayaran sewa guna usaha secara berkala yang jumlahnya relatif
tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.

6. Contoh perusahaaan Indonesia yang menjalankan bisnis Leasing :


 PT BCA Finance
 PT Federal International Finance (FIF)
 PT Bussan Auto Finance (BAF)
 PT Astra Sedaya Finance (ACC
 PT Mega Central Finance (MCF)
 PT Bima Multifinance
 PT Trust Finance Indonesia
 PT Bentara Sinergies Multifinance (Bess Finance)

Anda mungkin juga menyukai