Anda di halaman 1dari 2

Sistem pendidikan di SMA Nasional

Pertama, pendidikan itu harus jelas, manajemen berbasis sekolah harus menjadi pondasi.
Kedua, dengan manajemen berbasis sekolah maka akan ada manajemen berbasis potensi
anak. Manejemen ini mungkin belum banyak diterapkan di sekolah lain khususnya di sekolah
negeri. Maka, disini anak yang punya potensi pada bidang tertentu akan lebih difokuskan
pada bidang tersebut agar bisa lebih mengembangkan bakatnya secara maksimal. SMA
Nasional memiliki sistem pendidikan dengan berbasis potensi anak, sehingga anak akan
merasa nyaman dalam belajar.
Rencananya tahun depan SMA Nasional akan menerapkan kelas peminatan, seperti kelas
biologi, kelas kimia, kelas fisika, kelas sosiologi, kelas geografi, kelas ekonomi dan lain-lain.
Hal ini tidak mungkin diterapkan di sekolah negeri. Di SMA Nasional memiliki prioritas
utama dalam mengembangkan potensi anak.
Permasalahan pendidikan
Setiap persoalan pasti ada masalah. Setiap sekolah pasti ada masalah, tapi yang paling
penting adalah bagaimana cara menangani masalah tesebut. Menurut Bapak Rusdi selaku
Kepala SMA Nasional cara mengatasi masalah adalah jangan menghindar dari masalah,
yakin masalah akan mendewasakan kita, dan akhir dari masalah adalah kebahagiaan. Dalam
mengidentifikasi masalah di SMA Nasional kita harus fokus pada tiga hal, yaitu:
1. Manajerial yang berhubungan dengan proses di sekolah.
2. Tutorial menyangkut tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
3. Siswa
Siswa tidak boleh dijadikan objek permasalahan melainkan dijadikan subjek. Jika siswa
menjadi objek, maka arah pendidikan mudah diatur, sehingga siswa yang tidak sama
dengan pendidikan kita akan menjadikan masalah. Jika kita menyesuaikan bakat anak,
maka masalah yang dihadapi anak itu akan menjadi amunisi untuk suksesnya sebuah
pendidikan. Identifikasinya:
1. masing-masing anak memiliki kemampuan
2. masing-masing anak memliki karakter masing-masing sehingga pembelajaran tidak
boleh seragam
3. Pada masa SMA, anak sedang tahap pencarian jati dirinya maka sering
mengactualisasikan kemampuan diri kepada temanya sehingga terjadi perselisihan
antar teman. Jadi, perselisihan itu yang akan menjadi sebuah masalah sehingga guru
menjadi mediatornya.
Masalah guru
Kemampuan guru maka solusinya untuk bisa mengajar di SMA Nasional harus memiliki
IPK 3,5. Yang kedua, keberhasilan guru ditentukan kepada sikapnya.
SMA Nasional sejak kelas 10-12 menerapkan pendidikan karakter di keseharian
dimasukan di semua segmen. Maksudnya segmen dimulai dari tingkat atas, dan sampai
bawah mulai dari guru, karyawan, satpam, dan semuanya. Bahwa SMA Nasional
mengedepankan karakter karena karakter itu penting meskipun memiliki kepintaran tapi
karakternya kurang baik akan dikeluarkan dari SMA. Kedisiplinan juga sangat diarahkan
di SMA Nasional contohnya bila siswa 3 hari tidak masuk tanpa keterangan maka siswa
akan dikeluarkan karena peraturan di SMA Nasional sudah dijelaskan di awal PPDB
sehingga semua murid harus mematuhi SOP yang sudah diterapkan. Pembentukan
karakternya tidak berupa aturan tertulis, melainkan langsung melalui praktek
dikeseharian. Untuk mendidik karakter siswa, guru tidak diperkenankan memarahi siswa.
Misalnya jika ada siswa yang terlambat, guru memberikan hukuman yang mendidik,
seperti menulis kalimat istighfar. Jadi tidak ada hukuman fisik untuk anak yang
bermasalah, guru dapat menangani siswa bermasalah tersebut dengan menyentuh empati
siswa. tetapi Untuk multikulturalnya, SMA Nasional meskipun kesehariannya mirip
dengan pesantren, tetapi tidak menutup mata yang masuk ke SMA ini juga ada yang non
islam, seperti hindu dan kristen. Siswa SMA juga ada yang berasal dari luar Jawa,
misalnya dari Lombok, Kalimantan, Sumatera. Rata-rata program sekolah menyesuaikan
dengan budaya Jawa, tetapi ada satu hari untuk peserta didik yang berasal dari luar Pulau
Jawa dapat menyalurkan budayanya. Misalnya saat hari pahlawan sekolah mengadakan
kegiatan “Cangkrukan Bung Tomo”. Dalam acara ini siswa dapat menunjukkan
budayanya masing-masing. 80% kegiatan menerapkan syariat islam seperti saat siswa
masuk salim ke guru kemudian ponsel dikumpulkan di kotak lalu ditaruh di etalase.
Ponsel akan dikembalikan saat pulang sekolah atau bisa diambil saat pembelajaran yang
memerlukan ponsel atas izin bapak/ibu guru di kelas. Setelah itu, siswa SMA Nasional
berdoa dipimpin secara sentral dan dipandu oleh kepala sekolah. Setelah berdoa, ada
kajian hadis. Untuk yang non islam diberi kesempatan pada Hari Jum’at jam 11.00
diadakan acara keputrian khusus untuk anak perempuan. Dalam acara keputrian dilatih
keterampilan menjahit, memasak, dan bidang kerohanian berdasarkan kepercayaan
masing-masing. Acara keputrian ini terjadwal di setiap kelas. Misalnya kelas 10
kerohanian kelas 11 membuat keterampilan flanel, sedangkan kelas 12 memasak. Ada
program Manajemen uang gopek (M-Gopek) yaitu peserta didik menyisihkan uang 500
rupiah selama Senin-Jum’at, kemudian disetiap akhir bulan uang etrsebut dikumpulkan
dan dihitung. Tujuan program ini adalah untuk membantu teman atau masyarakat yang
membutuhkan. Dengan diadakannya program ini, siswa SMA Nasional diharapkan dapat
lebih peka terhadap kondisi lingkungan sekitarnya dan peduli sesama. Proses
penghitungan uang gopek dilaksanakan bersama-sama di lapangan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai