1. MARCHELLINO PARINUSSA
2. ISWAHYUDI
3. RISKI RINAWATI
5. BINA RUMATIGA
6. SARIDARISMA PAWAE
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat serta hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Kajian penyakit tropis filariasis” tapat waktu, kami juga berterima kasih kepada bapak
dosen yang telah memberikan bimbingannya.
kami sadar makalah ini masih banyak kekurangannya baik dari segi isi maupun
penulisannya, jadi kami sangat berharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun
agar pembuatan makalah berikutnya jadi lebih sempurna. Dan kami harap makalah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar belakang......................................................................................................
B. Rumusan masalah................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN...............................................................................................................
BAB III
PENUTUP.......................................................................................................................
KESIMPULAN.......................................................................................................
SARAN..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
a. Defenisi
b. Patofisiologi
Siklus Hidup
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing
jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik
adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat
di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi
Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk.
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di
mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria
secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh
nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung,
menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks nyamuk.
Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,
dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Patogenesis
Larva infektif yang masuk ke tubuh manusia akan bermigrasi ke saluran limfe regional,
berkembang biak, dan menginisiasi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi lama-kelamaan
akan menyebabkan penyumbatan dan edema pada kelenjar limfe. Penyumbatan ini
dapat terjadi secara parsial atau komplit.
Penyumbatan diperparah oleh penggumpalan cacing-cacing dewasa yang mati dan
reaksi inflamasi yang mengikutinya. Hal ini menyebabkan stasis aliran limfatik sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder bakteri atau jamur. Pada kejadian
kronis, akan terjadi penyumbatan permanen saluran limfatik dan limfedema yang
menyebabkan timbulnya gejala kaki gajah.
c. Tanda dan gejala
Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang tampak antara lain
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar
limfe yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal
lengan ke arah ujung (Retrograde lymphangitis) yang dapat pecah dan
mengeluarkan nanah serta darah.
3. Pembesaran tungkai, buah dada, dan buah zakar yang terlihat agak kemerahan
dan terasa panas (Early lymphodema). Gejala klinis yang kronis berupa
pembesaran yang menetap pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar
tersebut.
Saat seseorang terinfeksi cacing filaria, dia tidak akan langsung menunjukkan
gejala tertentu. Meski demikian, pada fase ini sebenarnya telah terjadi kerusakan
sistem aliran getah bening dan limpa, seiring terjadinya perubahan pada sistem
kekebalan tubuh.
Fase akut
Ditandai dengan adanya peradangan pada kulit, kelenjar getah bening, dan
pembuluh getah bening, yang biasanya menyertai pembengkakan kelenjar getah
bening yang sudah kronis, dan kaki gajah. Hal ini disebabkan oleh respons
sistem kekebalan tubuh terhadap parasit. Gejala-gejala yang dapat muncul pada
fase akut ini meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan
pembengkakan pada tungkai kaki dan kantung zakar.
Fase kronis
Saat memasuki fase kronis, pembengkakan jaringan limfa dan penebalan kulit
pada kaki dan zakar bisa terjadi. Pada wanita, dapat terjadi pembengkakan pada
payudara dan organ kelamin
d. Test diasnostik
Diagnosis Klinik
Diagnosis Parasitologik
e. Penatalaksaan
2. Penanganan Filariasis
Terapi filariasis limfatik dapat diberikan DEC 6 mg/kgBB selama 12 hari, atau
doksisiklin (200mg/hari) selama 6 minggu. Anjuran lain adalah Doksisiklin 200 mg/hari
selama 23 hari dilanjutkan dengan doxycycline dan albendazole selama 7 hari.
3. Penatalaksanaan Filariasis Mandiri untuk Mencegah dan Membatasi Kecacatan
Pasien filariasis membutuhkan perhatian lebih dari tenaga kesehatan. Setiap penderita
harus dibuatkan status rekam medis yang disimpan di puskesmas, dan pasien
mendapat kunjungan dari petugas kesehatan minimal 7 kali dalam setahun. Hal ini
dilakukan karena pasien dengan elephantiasis malu untuk berobat ke fasilitas
pelayanan setempat. Selain itu, tenaga kesehatan juga mengajarkan program MMDP
(Morbidity Management and Disability Prevention in Lymphatic Filariasis), berupa cara
merawat limfedema sesuai dengan stadium keparahannya:
Stadium 1-2: menjaga kebersihan kulit dengan mencuci dan mengeringkan,
elevasi kaki, olahraga, menggunakan alas kaki, memijat kaki,
menggunakan bandage pada kaki, dukungan psikososial
Stadium 3-7: Sama dengan stadium 1-2, tetapi perlu diedukasi untuk dilakukan
secara lebih sering dan lebih teliti
Stadium 3-7 dengan entry lesions: deteksi entry lesion dini, menjaga kebersihan
kulit dengan mencuci dan mengeringkan, elevasi kaki, olahraga,
membersihkan entry lesion, aplikasikan krim antibiotik atau antifungal, jangan
menggaruk luka, dukungan psikososial
Stadium 3-7 pada serangan akut: Sama dengan stadium 3-7 dengan entry
lesions, tetapi hindari olahraga dan penggunaan bandage pada kaki, konsumsi
analgesik-antipiretik, minum banyak air, serta aplikasikan handuk dingin pada kaki.
Rujuk jika tidak ada perbaikan
Tata laksana operatif dapat menjadi pilihan untuk mengatasi hidrokel dan
elephantiasis skrotal.[3,6]
Kaki gajah dapat menular melalui gigitan nyamuk yang membawa cacing filaria.
Salah satu pencegahan penyebaran penyakit kaki gajah telah dilangsungkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak bulan Oktober 2015 dalam
program BELKAGA (Bulan Eliminasi Kaki Gajah) untuk masyarakat Indonesia.
Pencegahan penyakit kaki gajah yang cukup efektif dengan menghindari gigitan
nyamuk dan mengatasi munculnya nyamuk pada lingkungan. Menjaga kebersihan
lingkungan terutama di daerah endemik sangat penting untuk dilakukan. Cara
lainnya yang kamu lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk, seperti mengenakan
baju dan celana panjang, menggunakan losion anti nyamuk, dan membersihkan
genangan air yang ada di sekitar lingkungan.
PENUTUP
KESIMPULAN
2) Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva
stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria )
sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang
reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini
melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan
tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
3) Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3-5
hari. Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ;
pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
4) Tujuan utama dalam penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah
adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita,
sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi.
SARAN
2) Pemberantasan nyamuk dewasa dan larva perlu dilakukan sesuai aturan dan
indikasi.
https://id.scribd.com/doc/126361801/Makalah-Kaki-Gajah
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-program-belkaga-kemenkes-untuk-atasi-
filariasis