PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit filariasis
Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah
suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran
limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun
laki – laki.
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga spesies filaria
yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
dan Brugia Timori ( Elmer R. Noble, 1989 ). Parasit filaria ditularkan melalui gigitan
berbagai spesies nyamuk, memiliki stadium larva, dan siklus hidup yang kompleks.
Anak dari cacing dewasa disebut mikrofilaria.
Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia yang mengandung
parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki – laki lebih
mudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat infeksi
( eksposure ). Hospes reservoar adalah hewan yang dapat menjadi hospes bagi cacing
filaria, misalnya Brugia Malayi yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda dan sapi.
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis
cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri. Wuchereria Bancrofti yang terdapat di
daerah perkotaan ditularkan oleh Culex Quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan
tercemar sebagai tempat perindukannya.
Patofisiologi
Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis,
berupa siklus hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya
penyumbatan saluran limfa dan limfedema akibat larva filaria.
Siklus Hidup
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing
jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik
adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat
di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi
Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk.
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di
mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria
secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh
nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung,
menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks nyamuk.
Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,
dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1).
Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh
semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan
bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis / alat tusuk nyamuk.
Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit manusia, maka larva
tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe
setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi
menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe.
Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing
dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.
Patogenesis
Larva infektif yang masuk ke tubuh manusia akan bermigrasi ke saluran limfe regional,
berkembang biak, dan menginisiasi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi lama-kelamaan
akan menyebabkan penyumbatan dan edema pada kelenjar limfe. Penyumbatan ini
dapat terjadi secara parsial atau komplit.
Penyumbatan diperparah oleh penggumpalan cacing-cacing dewasa yang mati dan
reaksi inflamasi yang mengikutinya. Hal ini menyebabkan stasis aliran limfatik sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder bakteri atau jamur. Pada kejadian
kronis, akan terjadi penyumbatan permanen saluran limfatik dan limfedema yang
menyebabkan timbulnya gejala kaki gajah.
Pada tahap awal, sebagian besar infeksi cacing filaria tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik). Kondisi asimtomatik ini bisa terus berlangsung meski parasit telah
mulai berkembang biak dan merusak sistem kelenjar getah bening (sistem
limfatik), ginjal, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Gejala kronis kaki gajah
Di sebagian besar kasus, gejala mulai nampak pada beberapa tahun setelah
seseorang terinfeksi. Pasalnya, sistem kelenjar getah bening yang berfungsi
melawan infeksi akan melemah.
Kaki
Lengan
Payudara
Alat kelamin
2. Kelainan kulit
Pada banyak kasus, infeksi bakteri pada kulit dapat dicegah dengan perawatan
luka dan menjaga kebersihan kulit dengan baik.
Sistem kekebalan tubuh akan berusaha melawan parasit yang menyerang tubuh.
Akibatnya, penderita filariasis dapat mengalami gejala-gejala berikut ini:
Demam selama 3-5 hari yang kambuh berulang Demam dapat hilang
dengan beristirahat dan kembali timbul setelah penderita bekerja berat.
Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipatan paha
yang tampak kemerahan, panas, dan terasa sakit.
Radang saluran kelenar gerah bening yang terasa panas dan rasa sakit
menjalar dari pangkal ke ujung kaki atau lengan.
Pembesaran tungkai, lengan, payudada, skrotum dengan kulit terlihat
kemerahan dan terasa panas saat disentuh.
Penanganan Filariasis
Terapi filariasis limfatik dapat diberikan DEC 6 mg/kgBB selama 12 hari, atau doksisiklin
(200mg/hari) selama 6 minggu. Anjuran lain adalah Doksisiklin 200 mg/hari selama 23
hari dilanjutkan dengan doxycycline dan albendazole selama 7 hari.
Pencegahan penyakit kaki gajah yang cukup efektif dengan menghindari gigitan
nyamuk dan mengatasi munculnya nyamuk pada lingkungan. Menjaga kebersihan
lingkungan terutama di daerah endemik sangat penting untuk dilakukan. Cara lainnya
yang kamu lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk, seperti mengenakan baju dan
celana panjang, menggunakan losion anti nyamuk, dan membersihkan genangan air
yang ada di sekitar lingkungan.
Tidak hanya masyarakat, pemerintah juga ikut melakukan pencegahan terhadap kaki
gajah, guna mewujudkan program Indonesia Bebas Kaki Gajah tahun 2020. Salah satu
program yang akan dilaksanakan adalah program BELKAGA (Bulan Eliminasi KAki
GAjah) yang diadakan setiap bulan Oktober sejak tahun 2015.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah suatu
infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe dan
kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk.
2. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe,
pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum.
3. Mekanisme penularan penyakit filariasis yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva
infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam
tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe.
Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
4. Penyebab terjadinya penyakit filarisis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah )
yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk
5. Usaha-usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan
lingkungan Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan
Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya
rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.
B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis
karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan
menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,Ditjen PPM & PL- Direktorat P2B2 Subdit Filariasis & Schistosomiasis,
2002, Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah (Filariasis), Jakarta.
http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html (diakses pada
kamis,11 Desember 2014)
http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-penyakit-kaki-gajah.html (diakses pada
kamis,11 Desember 2014)
www.google.com/filariasis-pdf.com (diakses pada kamis,11 Desember 2014)