Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A.  Pengertian penyakit filariasis
       Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah
suatu infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran
limfe dan kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat
menahun ( kronis ) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun
laki – laki.
Cacing filaria berasal dari kelas Secernentea, filum Nematoda. Tiga spesies filaria
yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
dan Brugia Timori ( Elmer R. Noble, 1989 ). Parasit filaria ditularkan melalui gigitan
berbagai spesies nyamuk, memiliki stadium larva, dan siklus hidup yang kompleks.
Anak dari cacing dewasa disebut mikrofilaria.
Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia yang mengandung
parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada umumnya laki – laki lebih 
mudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak kesempatan mendapat infeksi
( eksposure ). Hospes reservoar adalah hewan yang dapat menjadi hospes bagi cacing
filaria, misalnya Brugia Malayi yang dapat hidup pada kucing, kera, kuda dan sapi.
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis, tergantung pada jenis
cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri. Wuchereria Bancrofti yang terdapat di
daerah perkotaan ditularkan oleh Culex Quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan
tercemar sebagai tempat perindukannya.

Patofisiologi

Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis,
berupa siklus hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya
penyumbatan saluran limfa dan limfedema akibat larva filaria.

Siklus Hidup
Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing
jantan / betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik
adalah Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat
di Indonesia, namun mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi
Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk.
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di
mana terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria
secara periodik bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh
nyamuk vektor masuk ke lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung,
menembus dinding lambung, dan bersarang di jaringan otot/lemak toraks nyamuk.
Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia,
dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1).
Dalam waktu 1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang disebut larva stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh
semakin panjang dan kurus yang disebut larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan
bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi menuju proboscis /  alat tusuk nyamuk.
Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini menggigit manusia, maka larva
tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe
setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi
menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe.
Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing
dewasa berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.

Patogenesis
Larva infektif yang masuk ke tubuh manusia akan bermigrasi ke saluran limfe regional,
berkembang biak, dan menginisiasi reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi lama-kelamaan
akan menyebabkan penyumbatan dan edema pada kelenjar limfe. Penyumbatan ini
dapat terjadi secara parsial atau komplit.
Penyumbatan diperparah oleh penggumpalan cacing-cacing dewasa yang mati dan
reaksi inflamasi yang mengikutinya. Hal ini menyebabkan stasis aliran limfatik sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder bakteri atau jamur. Pada kejadian
kronis, akan terjadi penyumbatan permanen saluran limfatik dan limfedema yang
menyebabkan timbulnya gejala kaki gajah.

B. Tanda Dan Gejala


Penderita filariasis atau penyakit kaki gajah dapat mengalami tiga jenis kondisi,
yaitu: kondisi asimtomatik atau tanpa gejala, kondisi kronis, dan kondisi akut.
Gejala awal kaki gajah

Pada tahap awal, sebagian besar infeksi cacing filaria tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik). Kondisi asimtomatik ini bisa terus berlangsung meski parasit telah
mulai berkembang biak dan merusak sistem kelenjar getah bening (sistem
limfatik), ginjal, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita.
Gejala kronis kaki gajah

Di sebagian besar kasus, gejala mulai nampak pada beberapa tahun setelah
seseorang terinfeksi. Pasalnya, sistem kelenjar getah bening yang berfungsi
melawan infeksi akan melemah.

Gejala filariasis kronis yang muncul bisa berupa:

1. Pembengkakan organ tubuh

Pelemahan sistem limfatik akan menyebabkan penumpukan cairan dan


pembengkakan anggota tubuh. Pembengkakan ini biasanya terjadi pada:

 Kaki
 Lengan
 Payudara
 Alat kelamin

Kaki merupakan bagian tubuh yang paling sering mengalami pembengkakan.


Bengkak dapat menyebabkan nyeri dan kesulitan bergerak.

2. Kelainan kulit

Penurunan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi menyebabkan penderita


kaki gajah lebih mudah terkena infeksi bakteri di kulit. Kondisi ini memicu
kelainan kulit di bagian tubuh yang mengalami pembengkakan dengan gejala
berupa:

 Kulit mengeras dan menebal


 Warna kulit menjadi lebih gelap
 Mudah luka atau mengalami ulserasi
 Timbul bintik-bintik atau tampak seperti ada lubang-lubang kecil di
permukaan kulit

Pada banyak kasus, infeksi bakteri pada kulit dapat dicegah dengan perawatan
luka dan menjaga kebersihan kulit dengan baik.

3. Hidrokel atau pembengkakan skrotum pria

Pria dapat mengalami pembengkakan skrotum apabila terinfeksi parasit


jenis Wuchereria bancrofti.
Gejala akut kaki gajah

Sistem kekebalan tubuh akan berusaha melawan parasit yang menyerang tubuh.
Akibatnya, penderita filariasis dapat mengalami gejala-gejala berikut ini:

 Demam selama 3-5 hari yang kambuh berulang Demam dapat hilang
dengan beristirahat dan kembali timbul setelah penderita bekerja berat.
 Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah ketiak dan lipatan paha
yang tampak kemerahan, panas, dan terasa sakit.
 Radang saluran kelenar gerah bening yang terasa panas dan rasa sakit
menjalar dari pangkal ke ujung kaki atau lengan.
 Pembesaran tungkai, lengan, payudada, skrotum dengan kulit terlihat
kemerahan dan terasa panas saat disentuh.

D. Penatalaksanaan filariasis adalah dengan memberikan medikamentosa


anthelmintik hingga tuntas, serta merawat limfedema untuk mencegah infeksi sekunder
dan komplikasinya.  Filariasis pada umumnya tidak menyebabkan kematian, namun
kemungkinan dampak psikologis dan disabilitas permanen berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki, sangat tinggi.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis


POPM filariasis bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan mencegah penularan
dari penderita kepada calon penderita filariasis. Obat yang saat ini digunakan untuk
pengobatan massal berdasarkan kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah
diethylcarbamazine (DEC) ditambah albendazole, diberikan dosis tunggal sekali
setahun selama 5 tahun berturut-turut di daerah endemis filariasis. DEC memiliki efek
membunuh  mikrofilaria, sedangkan albendazole dipakai untuk membunuh filarial
dewasa. Dosis DEC 6 mg/kgBB dan dosis albendazole 400 mg, keduanya diberikan
sebagai dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

Penanganan Filariasis
Terapi filariasis limfatik dapat diberikan DEC 6 mg/kgBB selama 12 hari, atau doksisiklin
(200mg/hari) selama 6 minggu. Anjuran lain adalah Doksisiklin 200 mg/hari selama 23
hari dilanjutkan dengan doxycycline dan albendazole selama 7 hari.

Penatalaksanaan Filariasis Mandiri untuk Mencegah dan Membatasi Kecacatan


Pasien filariasis membutuhkan perhatian lebih dari tenaga kesehatan. Setiap penderita
harus dibuatkan status rekam medis yang disimpan di puskesmas, dan pasien
mendapat kunjungan dari petugas kesehatan minimal 7 kali dalam setahun. Hal ini
dilakukan karena pasien dengan elephantiasis malu untuk berobat ke fasilitas
pelayanan setempat. Selain itu, tenaga kesehatan juga mengajarkan program MMDP
(Morbidity Management and Disability Prevention in Lymphatic Filariasis), berupa cara
merawat limfedema sesuai dengan stadium keparahannya:
 Stadium 1-2: menjaga kebersihan kulit dengan mencuci dan mengeringkan,
elevasi kaki, olahraga, menggunakan alas kaki, memijat kaki,
menggunakan bandage pada kaki, dukungan psikososial
 Stadium 3-7:  Sama dengan stadium 1-2, tetapi perlu diedukasi untuk dilakukan
secara lebih sering dan lebih teliti
 Stadium 3-7 dengan entry lesions: deteksi entry lesion dini, menjaga kebersihan
kulit dengan mencuci dan mengeringkan, elevasi kaki, olahraga, membersihkan entry
lesion, aplikasikan krim antibiotik atau antifungal, jangan menggaruk luka, dukungan
psikososial
 Stadium 3-7 pada serangan akut: Sama dengan stadium 3-7 dengan entry
lesions, tetapi hindari olahraga dan penggunaan bandage pada kaki, konsumsi
analgesik-antipiretik, minum banyak air, serta aplikasikan handuk dingin pada kaki.
Rujuk jika tidak ada perbaikan
Tata laksana operatif dapat menjadi pilihan untuk mengatasi hidrokel dan elephantiasis
skrotal.[3,6]

F. Program Pemerintah Untuk Menanggulangi Penyakit Kaki Gajah

Cegah Penyakit Kaki Gajah dengan BELKAGA

Pencegahan penyakit kaki gajah yang cukup efektif dengan menghindari gigitan
nyamuk dan mengatasi munculnya nyamuk pada lingkungan. Menjaga kebersihan
lingkungan terutama di daerah endemik sangat penting untuk dilakukan. Cara lainnya
yang kamu lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk, seperti mengenakan baju dan
celana panjang, menggunakan losion anti nyamuk, dan membersihkan genangan air
yang ada di sekitar lingkungan.

Tidak hanya masyarakat, pemerintah juga ikut melakukan pencegahan terhadap kaki
gajah, guna mewujudkan program Indonesia Bebas Kaki Gajah tahun 2020. Salah satu
program yang akan dilaksanakan adalah program BELKAGA (Bulan Eliminasi KAki
GAjah) yang diadakan setiap bulan Oktober sejak tahun 2015.

Program ini berlangsung pada daerah-daerah di seluruh Indonesia yang menjadi


daerah endemik kaki gajah untuk serentak mengonsumsi obat pencegahan penyakit
kaki gajah melalui pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM).
Pemberian obat pencegahan kaki gajah juga dilakukan secara gratis oleh pemerintah
agar Indonesia bebas dari penyakit kaki gajah. Pengonsumsian obat pencegahan kaki
gajah dapat dilaksanakan mulai usia 2-70 tahun. 
Selain pemberian obat selama satu tahun sekali dalam waktu minimal 5 tahun,
pemerintah juga memiliki program penatalaksanaan pengidap kaki gajah agar kondisi
bisa pulih dan mampu beraktivitas dengan baik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.   Filariasis ( penyakit kaki gajah ) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah suatu
infeksi sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam saluran limfe dan
kelenjar limfe manusia yang ditularkan oleh nyamuk.
2.   Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe,
pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum.
3.   Mekanisme penularan penyakit filariasis yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva
infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam
tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe.
Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
4.   Penyebab terjadinya penyakit filarisis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah )
yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk
5.   Usaha-usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan
lingkungan Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan
Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya
rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.
B.  Saran

       Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis
karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan
menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. 
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI,Ditjen PPM & PL- Direktorat P2B2 Subdit Filariasis & Schistosomiasis,
2002, Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah (Filariasis), Jakarta.
http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html (diakses pada
kamis,11 Desember 2014)
http://www.resep.web.id/kesehatan/filariasis-penyakit-kaki-gajah.html (diakses pada
kamis,11 Desember 2014)
www.google.com/filariasis-pdf.com (diakses pada kamis,11 Desember 2014)

Anda mungkin juga menyukai