Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

“KEPUTUSAN (BESCHIKKING)”

OLEH :
NAMA : FAHRIYANI ANANDA
NIM : 11000118130571
KELAS : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (A)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS HUKUM
HALAMAN COVER ………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………
1.3. Tujuan
……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ketetapan ………………………………………………………………
2.2. Syarat-syarat Pembuatan ketetepan ……………………………………………………
2.3. Unsur-unsur Ketetapan ………………………………………………………………..
2.4. Macam-Macam Ketetapan……………………………………………………………..
2.5. Batalnya Suatu KTUN ………………………………………………………………

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ……………………………………………………………………….
SARAN ……………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketetapan Tata Usaha Negara pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Jerman,
Otto Meyer, dengan istilahverwaltungsakt. Istilah  ini diperkenalkan di negeri Belanda
dengan  nama beschikking oleh Vollenhoven dan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis,
seperti AM. Donner,H.D. van Wijk/Willemkonijnenbelt, dianggap sebagai“de vader van   het
modern beschikkingsbegrip,” (bapak dari konsep beschikking yang modern).
Di Indonesia istilah Beshikking  diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins. Ada yang
menerjemahkan istilah beshikking ini dengan “ketetapan”, seperti E.Utercht, Bagir Manan,
Sjachran Basah, dan lain lain , dan dengan “keputusan” seperti WF. Prins dan SF. Marbun, dan
lain lain.
Meskipun penggunaaan istilah keputusan dianggap lebih tepat, namun dalam buku
Ridwan HR, akan digunakan istilah ketetapan dengan pertimbangan untuk membedakan dengan
penerjemahan “besluit” (keputusan) yang sudah memiliki pengertian khusus, yaitu sebagai
keputusan yang bersifat umum dan mengikat atau  sebagai peraturan perundang-undangan.
Keputusan Administratif merupakan suatu pengertian yang sangat umum dan abstrak,
yang dalam praktik tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Namun
demikian keputusan administratif juga mengandung ciri-ciri yang sama, karena akhirnya dalam
teori hanya ada satu pengertian “Keputusan Administratif”. Adalah penting untuk mempunyai
pengertian yang mendalam tentang pengertian keputusan administratif, karena perlu untuk dapat
mengenal dalam praktek keputusan-keputusan/tindakan-tindakan tertentu sebagai keputusan
administrative. Dan hal itu diperlukan, karena hukum positif mengikatkan akibat-akibat hukum
tertentu pada keputusan-keputusan tersebut, misalnya suatu penyelesaian hukum melalui hakim
tertentu. Sifat norma hukum keputusan adalah individual-konkrit.
1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud ketetapan?

1.2.2. Apa syarat-syarat membuat Ketetapan?

1.2.3 Apa Unsur-Unsur Ketetapan ?

1.2.4 Macam-macam Ketetapan?

1.2.5. Batalnya Suatu KTUN?

1.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Ketetapan.

1.3.2. Untuk Memahami syarat-syarat untuk membuat Ketetapan.

1.3.3. Untuk memahami unsur-unsur Ketetapan.

1.3.4. Untuk mengetahui macam-macam Ketetapan.

1.3.5. Untuk mengetahui penyebab Batalnya suatu KTUN.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ketetapan (Beschikking)


 W.F PRINS; Beschikking adalah suatu tindakan hukum sepihak dibidang pemerintahan,
dilakukan oleh penguasa berdasarkan kewenangan khusus.
 E. UTRECIIT; Beschikking adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik
yang bersegi satu, ialah dilakukan oleh alat-alat pemerinah berdsarkan sesuatu kekuasaan
istimewa.
 VAN DER POT; Beschikking adalah perbuatan hukum yang dilakukan alat-alat
pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hal khusus, dengan maksud mengadakan
perubahan dalam lapangan bidang hukum.
 VAN POELJE; Beschikking adalah pernyataan tertulis kehendak suatu alat perlengkapan
pemerintah daripenguasa pusat yang sifatnya sepihak yang ditujukan keluar, berdasarkan
kewenangan atasdasar suatu peraturan HTN atau hukum Tata Pemerintahan dan yang
tujuannya ialahperubahan atau suatu pembatalan suatu hubungan hukum yang ada atau
penetapansesuatu hubungan hukum yang baru ataupun yang memuat suatu penolakan
pemerintahpenguasa terhadap hal-hal tersebut.
 CORNELIS VAN VOLLENHOVEN; Beschikking adalah suatu penetapan atau
keputusan yang bersifat legislatif yangmempunyai arti berlainan.
 Sumber Undang-Undang( UU No . 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara )Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badanatau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha
Negaraberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit,
individualdan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.

2.2. Syarat-Syarat Pembuatan Ketetapan


Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan ini mencakup syarat-
syarat material dan syarat formal.
  Syarat Material terdiri dari:
-          Organ Pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang.
-          Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis.
-          Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tetrtentu.
-       Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan lainnya, serta isi dan
tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.

  Syarat Formil terdiri dari:


-         Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan
berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.
-      Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.
-     Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.
-   Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal hal yang menyebabkan dibuatnya dan
diumumkannya ketetapan itu harus diperhatikan. 

2.3. Unsur-Unsur Ketetapan


Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam beshikking menurut beberapa para
sarjana, yaitu:

·         Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan  oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.

·         Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.

·         Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

·         Bersifat konkrit, individual dan final.

·         Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986, ketetapan memiliki definisi yang
mengandung unsur-unsur dalam KTUN yaitu sebagai berikut:
·         Penetapan Tertulis

Secara teoritis, hubungan hukum public senantiasa bersegi satu (tindakan hukum
administrasi adalah tindakan hukum sepihak). Oleh karena itu, hubungan hukum publik berbeda
halnya dengan hubungan hukum dalam bidang perdata yang selalu bersifat dua pihak karena
dalam hukum perdata disamping ada kesamaan kedudukan juga ada asas otonomi berupa
kebebasan pihak yang bersangkutan untuk mengadakan hubungan hukum atau tidak serta
menentukan apa isi hubungan hukum itu. Ketika pemerintah dihadapkan pada peristiwa konkret
dan pemerintah memiliki motivasi dan keinginan untuk menyelesaikan peristiwa tersebut,
pemerintah diberi wewenang untuk mengambil tindakan hukum sepihak dalam bentuk ketetapan
yang merupakan hasil dari tindakan hukum yang dituangkan dalam bentuk tertulis.

·         Dikeluarkan oleh Pemerintah

Hampir semua organ kenegeraan dan pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan


ketetapan atau keputusan. Tetapi ketetapan yang dimaksudkan disini hanyalah ketetapan yang
dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi negara. Ketetapan yang dikeluarkan oleh organ-
organ kenegaraan tidak termasuk dalam pengertian beschikking berdasarkan hukum administrasi.

·         Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

Pembuatan dan penetapan ketetapan harus didasarkan pada peraturan perundang-


undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan.

·         Bersifat Konkret, Individual, dan Final

Ketetapan memiliki sifat norma hukum yang individual-konkrit dari rangkaian norma


hukum yang bersifat umum-abstrak.

 KTUN bersifat Konkrit berarti objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstrak,
tetapi berwujud,tertentu atau dapat ditentukan. Dalam hal apa dan kepada siapa
keputusan itu dikeluarkan,harus secara jelas disebutkan dalam keputusan. Atau dalam
rumusan lain,objek dan subjek dalam keputusan harus disebut secara tegas.
 KTUN bersifat individual artinya tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat
maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju lebih dari seorang,tiap-tiap nama orang yang
terkena disebutkan. Tindakan Tata Usaha dalam menyatakan kehendaknya- dengan
maksud terjadi perubahan pada lapangan hukum publik yang bersifat umum,seharusnya
dituangkan dalam bentuk Peraturan (regeling).
 KTUN bersifat final berarti sudah definitif sehingga dapat menimbukan akibat hukum.
Ketetapan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum
bersifat final sehingga belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak
yang bersangkutan.

·         Menimbulkan Akibat Hukum

Ketetapan merupakan wujud konkrit dari tindakan hukum pemerintahan. Secara teoritis,
tindakan hukum berarti tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat
hukum tertentu. Dengan demikian, tindakan hukum pemerintahan merupakan tindakan hukum
yang dilakukan oleh organ pemerintahan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu
khususnya dibidang pemerintahan atau administrasi negara.

·         Seseorang atau Badan Hukum Perdata

Subjek hukum terdiri dari manusia dan badan hukum. Berdasarkan hukum keperdataan,
seseorang atau badan hukum yang dinyatakan tidak mampu seperti orang yang berada dalam
pengampuan atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat dikualifikasi sebagai subjek
hukum. Ketetapan sebagai wujud dari tindakan hukum publik sepihak dari organ pemerintahan
ditujukan pada subjek hukum yang berupa seseorang atau badan hukum perdata yang memiliki
kecakapan untuk melakukan tindakan hukum.

2.4. Macam-Macam Ketetapan


Dalam buku-buku hukum administrasi berbahasa Indonesia, dapat dibaca beberapa
pengelompokan keputusan. E.Utrecht menyebutnya “ketetapan”, sedangkan Prajudi Atmosudirjo
menyebutnya “penetapan”. Pengelompokkan tersebut antara lain oleh: E.Utrecht dan Prajudi
Atmosudirjo.

Pertama-tama disini diketengahkan dulu pengelompkkan E.Utrecht membedakan keputusan


atas:
- Ketetapan Positif dan Negatif

Ketetapan positif menimbulkan hak atau kewajiban bagi yang dikenai ketetapan.
Sedangkan ketetapan negatif tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah
ada. Ketetapan negatif dapat berbentuk: pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak
diterima atau suatu penolakan.

-Ketetapan Deklaratur dan ketetapan konstitutif

Ketetapan deklaratur hanya menyatakan bahwa hukumnya demikian. Ketetapan


konstitutif adalah membuat hukum.

- Ketetapan Kilat dan Ketetapan yang Tetap

-          Menurut Prins, ada empat macam ketetapan kilat: ketetapan yang bermaksud mengubah
redaksi ketetapan lama.

-          Suatu ketetapan negatif.

-          Penarikan atau pembatalan suatu ketetapan.

-          Suatu pernyataan pelaksanaan.

Dispensasi, izin, Lisensi dan konsesi


Prof. van der Pot mengadakan pembagian  dalam tiga pengertian : dispensasi-izin-
konsesi. Yang dimaksud dengan “dispensasi” adalah keputusan administrasi negara yang
membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan itu.

Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga
memperkenankannya asalsaja diadakan secara yang ditentukan masing-masing hal konkrit maka
keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat
suatu izin (vergunning).

Kadang-kadang pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting


bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subjek hukum partikelir, tetapi dengan
turut campur dari pihak pemerintah. Suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan
ya g bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, membuat suatu konsensi ( concessive).
Sedangkan Prajudi Atmosudirdjo membedakan dua macam penetapan yaitu penetapan negatif
(penolakan) dan penetapan positif (permintaan dikabulkan). Penetapan negatif hanya berlaku
satu kali saja, sehingga permintaannya boleh diulangi lagi.

Penetapan positif terdiri atas lima golongan yaitu:

-          Yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya.

-          Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja

-          Yang membentuk atau membubarkan suatu badan hukum

-          Yang memberikan beban (kewajiban)

-          Yang memberikan keuntungan. Penetapan yang memberikan keuntungan adalah:


dispensasi, izin, lisensi dan konsesi.

2.5. Batalnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara


Apabila suatu Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) tidak memenuhi persyaratan diatas
dapat dinyatakan batal. Batal menurut Prof. Muchsan ada 3 (tiga), yaitu:

a. Batal mutlak.

Batal mutlak adalah semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada. Aparat
yang berhak menyatakan adalah hakim melalui putusannya.

b. Batal demi Hukum.

Terdapat 2 (dua) alternatif batal demi hukum, yaitu:

1) Semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada.

2) Sebagian perbuatan dianggap sah, yang batal hanya sebagiannya saja. Aparat yang berhak
menyatakan adalah yudikatif dan eksekutif.

c. Dapat dibatalkan.

Dapat dibatalkan adalah semua perbuatan yang dilakukan dianggap sah, pembatalan berlaku
semenjak dinyatakan batal. Aparat yang berhak menyatakan adalah umum (eksekutif, legislatif
dan lain-lain).
Menurut teori functionare de faite, suatu Keputusan Tata Usaha Negara tetap dianggap berlaku
walaupun tidak memenuhi syarat diatas (formil dan materiil), apabila memenuhi 2 (dua) syarat
yang bersifat komulatif, yaitu:

a. Tidak absahnya keputusan itu karena kabur, terutama bagi penerima keputusan.

b. Akibat dari keputusan itu berguna bagi kepentingan masyarakat.

3. Hapusnya Suatu Keputusan Tata Usaha Negara

Suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat dinyatakan hapus jika memenuhi unsur-unsur
dibawah ini:

a. Apabila sudah habis masa berlakunya;

b. Dicabut atau dinyatakan tidak berlaku oleh aparat yang berwenang (yudikatif, eksekutif dan
legislatif);

c. Apabila dikeluarkan suatu Keputusan Tata Usaha Negara baru yang substansinya sama dengan
Keputusan Tata Usaha Negara yang lama;

d. Apabila peristiwa hukum yang menjadi motifasi lahirnya keputusan tersebut sudah tidak
relevan lagi. Hal ini didasarkan pada pendapat Van poe lie dalam teori rebus sic stantibus yang
menyatakan bahwa setiap peristiwa hukum terjadi karena adanya motifasi-motifasi tertentu.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan Hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat
konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan
hukum perdata.

2. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat ketetapan diantaranya syarat
formil maupun materil.

3. Unsur-unsur dari sebuah ketetapan antara lain adalah Penetapan tersebut tertulis dan
dikeluarkan  oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Berisi tindakan hukum dalam
bidang Tata Usaha Negara. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Bersifat konkrit, individual dan final. Menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

3.2. Saran

1. saya mengharapkan kritikan untuk makalah ini yang membangun dan dapat
menyelesaikan masalah agar kedepananya makalah ini bisa menjadi makalah yang
seutuhnya.

2. saya berharap makalah ini bisa memberikan informasi dan wawasan kepada para
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai