NIM : 20180102341
Resume Akuntansi Sektor Publik Bab 2
Menurut Mamesah (1995) yang dikutip oleh Abdul Halim, keuangan daerah dapat
diartikan sebagai : “Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak
lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku.” (2002:18)
Manajemen keuangan daerah adalah pengorganisasian dan pengelolaan sumber-sumber
daya atau kekayaan pada suatu daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki daerah tersebut.
Alat untuk melaksanakan manajemen keuangan daerah disebut dengan tata usaha daerah.
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam manajemen
keuangan daerah selain tata umum atau administrasi. Akuntansi keuangan daerah merupakan
bagian dari akuntansi sektor publik. Tingkatan tertinggi dalam sektor publik adalah tingkatan
negara. Manajemen atau pengelolaan keuangan daerah terdiri atas pengurusan umum dan
pengurusan khusus. Pengurusan umum berkenaan dengan APBD, sedangkan pengurusan khusus
berkenaan dengan barang-barang inventaris kekayaan daerah. Akuntansi keuangan daerah
merupakan kegiatan akuntansi yang terdapat pada pengurusan APBD maupun pengurusan
barang-barang inventaris kekayaan daerah.
Telah diuraikan pula bahwa tata usaha merukpakan alat utuk melaksanakan manajemen
keuangan daerah. Alat ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tata usaha umum dan tata usaha
keuangan. Akuntansi keuangan daerah sering disebut sebagai tata usaha keuangan tersebut. Jadi,
berdasarkan hal tersebut, dapt digambarkan kedudukan akuntansi keuangan daerah dalam
manajemen keuangan daerah sebgai berikut :
Kedudukan Akuntansi Keuangan dalam Manajemen Keuangan Daerah
⇓ ⇓
TATA USAHA UMUM TATA USAHA KEUANGAN
⇓
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pemerintah menyelenggarakan sejumlah urusan pemerintahan yang menjadi hak dan
kewajiban setiap tingkatan dan atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus
urusan-urusan tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat (PP 38 tahun 2007 Pasal 1 ayat 5). Agar
urusan pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun
daerah, dibutuhkan sumberdaya ekonomi seperti tanah, bangunan, uang dan sebagainya. Oleh
karena itu, pemerintah diberi mandat untuk menarik dana dari masyarakat antara lain, dalam
bentuk pajak dan retribusi. Pemerintah juga dapat menggunakan hasil sumber daya alam yang
dihasilkan dari wilayah republik ini.
Karena pemerintah telah diberi mandat oleh rakyat (melalui perwakilannya di
DPR/DPRD) untuk melakukan urusan pemerintahan, memungut pajak dan retribusi serta
mengelola hasil sumber daya lainnya, maka pemerintah wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban antara lain dalam bentuk laporan keuangan. Selanjutnya, sarana ataupun
cara yang diyakini keandalannya untuk menghasilkan laporan keuangan itu adalah dengan
menyelenggarakan sistem akuntansi. Kemudian, untuk meningkatkan kredibilitas dan keandalan
Laporan keuangan yang disusun oleh pemerintah tersebut, laporan keuangan diperiksa oleh
lembaga tinggi Negara yang independen.
Berdasarkan Undang Undang No. 15 tahun 2006 pasal 6 ayat 1, Badan Pemeriksaan
Keuangan bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Peraturan perundangan yang mendasari Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah, termasuk
di dalamnya aspek akuntansi dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
pemerintahan, antara lain sebagai berikut: