1. Luka bakar : cedera pada daging yang disebabkan oleh panas, listrik,
cahaya radiasi, bahan kimia, atau goresan
2. Luka robek :
3. Vagina :- Selubung atau struktur mirip selubung.
- Saluran pada wanita, dari vulva sampai ke serviks
uteri yang menerima penis pada waktu kopulasi
4. Trauma : Kerusakan emosional maupun psikologis
5. Paramedik : Orang yang bekerja di lingkungan kesehatan sebagai
pembantu dokter seperti perawat.
KEYWORD
1. Suku Tionghoa
2. Minoritas
3. Pemerintahan yang labil
4. Membakar tubuh
5. Penculikan
6. Tindakan sangat kasar
7. Selokan malam hari
8. Wanita usia 22 tahun
9. Robek di liang vagina
10. Luka diperkirakan benda tumpul
11. Tanpa boleh berpartisipasi
12. Penyembuhan selama 2 minggu
IDENTIFIKASI MASALAH
Wanita 22 tahun
Ditarik paksa
Dibakar
Dilkai dengan Terapi medika mentosa
benda tumpul
Terapi medika non mentosa
HIPOTESIS
PERTANYAAN TERJARING
PEMICU 1
KEGIATAN KELOMPOK 5
C. Layanan di RS :
- Dokter tidak menjelaskan kepada Nona May tentang keadaannya
sehingga Nona May kebingungan tentang luka yang diderita
- Nona May tidak mendapat penjelasan tentang keberadaan keluarganya
- Hak-hak nona may tidak terpenuhi.
Jawab :
Masalah ini terjadi pada saat terjadi kerusuhan mei 1998. Adaa keterkaitan
antara kehidupan nona may dengan lingkungan dan peristiwa yang terjadi pada
saat itu. Latar belakang terjadinya masalah yang menimpa nona may adalah :
Jawab:
Karena pada saat itu tahun 1998 masa krisis monetor dan kondisi situasi
pemerintah saat itu sedang labil dan ketidak pedulian masyarakat sekitar terhadap
suku minoritas yaitu suku tionghoa sehingga masyarakat tersebut tidak peduli.
Jawab :
korban mengalami trauma atas apa yang telah ia alami. Ia merasa takut,
hal ini tampak dari pernyataan korban, “ ... semuanya begitu saja terjadi seperti
sebuah film sadis berkelas mimpi buruk ... yang tidak akan pernah mau kutonton
lagi ...” . Ia merasa penasaran akan keadaannya dan keluarga sertapasrah atas apa
yang ia alami, “ Semua yang kutanya tentang keluargaku tidak ada yang tahu ...,
tidak ada informasi lagi, semua diam... menikmati diam... dan diam”.
Jawab:
Penanganan mental yang dapat dilakukan pada PTSD ( Post Traumatic Stress
Disorder) adalah melalui terapi psikologi dan pharmakologi.
1. Terapi psikologi
Menurut The National Institute for Health and Clinical Excelence (NICE) hal
pertama dalam penanganan PTSD adalah :
Fase I assessment, dalam fase ini terapi sudah mendapatkan cerita lengkap
mengenai peristiwa yang dialami oleh pasien, pada fase ini digambarkan
rencana terapi yang sudah disesuaikan dengan pasien.
Fase II persiapan, pasien mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan
terapi, metode terapi dejelaskan, terapi ini disesuaikan dengan masing-
masing individu sesuai dengan pendidikan dan kondisi psikologisnya,
dalam fase ini disepakati stimulasi bilateral yang digunakan.
Fase III penilaian target memori, selama fase ini pasien mengidentifikasi
ingatan, kognisi, dan emosi yang akan dirubah. Terapi normalnya fokus
terhadap bayangan yang menunjukan ingatan buruk pasien.
Fase IV desensitiasi, pasien diminta menanamkan dalam pikirannya
tentang gambaran atau bayangan trauma bersamaan dengan kognisi
negatifnya. Stimulasi bilateral dimulai sampai semua ingatannya saling
terhubung, stimulasi biasanya diberikan melalui gerakan cepat mata pasien
yang mengikuti gerakan jari terapi ada 30 gerakan namun hal ini
disesuaikan dengan kondisi pasien. Proses ini dapat diulang sampai proses
terapi selesai ataupun sampai pasien sudah tidak merasakan emosi dan
respon fisik yang negative terhadap bayangan traumanya.
Fase V instalasi, pikiran positif ditanamkan dengan proses stimulasi yang
sama dengan sebelumnya.
Fase VI body scan, pasien diminta untuk berkonsentrasi dan
mengidentifikasi perasaanya. Jika pasien merasakan perasaan negative,
stimulasi bilateral diulang kembali, namun jika positif stimulasi tersebut
digunakan untuk menguatkan perasaannya.
Fase VII closure, terapi memuji pasien atas usaha yang dilakukan dan
pencapaiannya serta dukungan dan semangat pasien. Penterapi juga
memberikan pelatihan peregangan dengan tahanan.
Fase VIII debriefing the experience, pasien diwawancarai dan dijelaskan
mengenai efek yang mungkin akan dialami pasien nantinya setelah terapi
selesai.
2. Pharmakologi.
Jenis obat ini dari golongan SSRIs adalah paroxetine. Penelitian double
blind RCTs tentang paroxetine yang pernah dipublikasikan, menunjukan
efek positif disbanding placebo, namun paroxetine tidak direkomendasikan
oleh NICE sebagai terapi pilihan pertama untuk PTSD. Efek samping dari
obat ini adalah mual, mulut kering, asthenia, dan ejakulasi abnormal. Obat
kedua adalah sertraline, obat ini dianggap efektif untuk PTSD di Inggris,
namun hanya efektif untuk wanita, sedangkan untuk pria tidak. Efek
samping dari obat ini dibandingkan placebo, sentraline secara signifikan
meningkatkan insomnia, diare dan mual serta penurunan nafsu makan.
Sumber: