Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM) semester empat dengan dosen pengampu mata kuliah Dr. Janah
Sojanah, M.Si.
Disusun Oleh:
Ade Nurcahya 1307564
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.7 Orientasi..................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................29
3.2 Saran........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hampir semua pasar, para pelanggan menuntut kualitas lebih tinggi, biaya
lebih rendah, dan waktu beredar lebih cepat. Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan
tersebut, perusahaan-perusahaan harus terus menerus meningkatkan kinerjanya
secara menyeluruh. Kemajuan-kemajuan yang cepat dalam teknologi dan proses-
proses yang diperbaiki telah menjadi faktor-faktor penting dalam membantu
perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan tersebut.
6
Tanpa dukungan manajemen puncak, program pelatihan dan
pengembangan tidak akan berhasil. Cara paling efektif untuk mencapai
kesuksesan adalah para eksekutif harus aktif mengambil bagian dalam pekatihan
dan memberikan sumber-sumber daya yang dibutuhkan.
c. Kemajuan teknologi
Mungkin tidak ada faktor selain teknologi yang memberi pengaruh lebih besar
pada pelatihan dan pengembangan. Khususnya Komputer dan internet , secara
dramatis mempengaruhi berjalannya fungsi-fungsi bisnis. Teknologi telah
memainkan peran besar dalam mengubah cara pengetahuan yang di sampaikan
kepada para karyawan, dan perubahan ini terus berlanjut.
d. Kompleksitas organisasi
7
kompleks. Para supervisor dan karyawan yang bekerja dalam tim-tim yang
mengarahkan diri mereka sendiri (self directed teams ) mengambil alih banyak
beban kerja yang diwariskan tingkatan manajemen menengah yang telah
dihapuskan. Seluruh perubahan ini di terjemahkan menjadi kebutuhan yang lebih
besar akan pelatihan dan pengembangan.
e. Gaya belajar
Meskipun banyak hal yang tetap belum diketahui mengenai proses belajar,
beberapa generalisasi yang di nukil dari ilmu-ilmu keperilakuan telah
mempengaruhi cara perusahaan-perusahaan melaksanakan pelatihan. Sebagai
contoh yaitu Just-in-time training adalah pelatihan yang di berikan kapanpun dan
dimanapun pelatihan tersebut di butuhkan. Kemampuan untuk menyampaikan
pengetahuan kepada para karyawan yang berbasis kebutuhan, dimanapun di
seluruh dunia dan pada kecepatan yang konsisten dengan gaya belajar mereka,
meningkatkan nilai pelatihan dan pengembangan.
8
2.3 Proses pelatihan dan pengembangan
Lingkungan Eksternal
Lingkungan Internal
Tentukan kebutuhan
yang spesifik
Implementasikan
program
Evaluasi program
9
lingkungan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini. Menjalankan suatu program
hanya karena perusahaan-perusahaan lain menjalankannya akan mendatangkan
masalah. Pendekatan sistematis untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
sebenarnya harus dilakukan.
10
menyimpulkan pengetahuan pekerjaan dan keterampilan-keterampilan yang harus
dimiliki seseorang untuk bekerja.”
11
2.4 Metode-metode pelatihan dan pengembangan
1. Arahan Instruktur
2. Studi Kasus
3. Pemodelan perilaku
4. Permainan peran
5. Permainan bisnis
12
Permainan bisnis (business games ) adalah metodepelatihan dan
pengembangan yang memungkinkan para peserta untuk mengambil peran-peran
seperti presiden, controller, atau vice president pemasaran dari kedua organisasi
bayangan atau lebih, dan bersaing satu sama lain dengan memanipulasi faktor-
faktor yang dipilih dalam suatu situasi bisnis tertentu.
6. In-basker training
7. On-the-job training
8. Rotasi Pekerjaan
9. Magang
13
WeetFeet baru-baru ini, 79% merasa program magang yang baik penting untuk
mencapai tujuan karir jangka panjang mereka.
1. Universitas Perusahaan
14
dlakukan universitas perusahaan. Program-program pelatihan dan pengembangan
perusahaan seringkali bermitra dengan akademi dan universitas atau organisasi-
organisasi lainnya, untuk menyampaikan pelatihan dan pengembangan.
3. Community college
5. Videoconferencing
6. Vestibule system
15
utama vestibule system adalah bahwa system tersebut melepaskan karyawan dari
tekanan untuk mencapai sasaran kerja pada saat belajar. Penekanan berfokus pada
pembelajaran keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
7. Media video
Penggunaan media video seperti DVD, videotape dank lip film terus
menajadi system penyampaian pelatihan dan pengembangan yang popular. Media
tersebut menarik sekali bagi perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mampu
mengupayakan metode-metode pelatihan yang lebih mahal. Disamping itu, media
tersebut memberikan fleksibelitas yang diinginkan setiap perusahaan.
8. E-Learning
9. Simulator
16
maksud, pelatihan tersebut memiliki manfaat-manfaat tertentu. Contoh, pelatihan
pesawat disebuah simulator; kecelakaan yang tersimulasi tidak merenggut nyawa
atau mengurangi armada pesawat perusahaan.
17
Biaya lebih rendah
Waktu lebih sedikit
Bahan-bahan yang relevan dan konsisten
Lebih banyak control atas isi dan pengajar
Pengembangan budaya organisasi dan kerja tim
18
Peran-Peran Khusus. Bergantung pada hubungan keorganisasiannya, para
mentor bisa menjalankan berbagai peran: mereka memberikan coaching,
menyeponsori kemajuan, memberikan tugas-tugas menntang, melindungi para
karyawan dari kekuatan merugikan, dan mendorong vasibilitas positif. Mereka
juga menawarkan dukungan pribadi, persahabatan, penerimaan, konsultasi, dan
keteladanan. Mentoring memiliki manfaat tambahan bagi para karyawan yang
baru diterima kerja. Hari-hari sebelum para karyawan baru tiba di Monster.com,
mereka menunjuk mentor pribadi yang akan memandu mereka sepanjang minggu-
minggu pertama mereka.
2. Mentoring Terbalik
2.7 Orientasi
19
dan kelompok kerja. Kesan pertama sering kali paling membekas. Pelajaran ini
bisa diterapkan pada kesan yang dimiliki oleh para karyawan baru terhadap
pemberi kerja mereka, dan program-program orientasi memberi peluang bagi
organisasi-organisasi untuk memulai hubungan dengan permulaan yang baik.
1. Keguaan Orientasi
Situasi kerja. Pada saat-saat awal, akan sangat membantu bagi karyawan
baru untuk mengetahui bagaimana pekerjaannya diselaraskan kedalam
struktur organisasi dan tujuan-tujuan perusahaan.
Kebijakan dan Aturan Perushaan. Setiap pekerjaan dalam organisasi harus
dijalankan berdasarkan petunjuk-petunjuk dan batasan-batasan yang
diberikan oleh kebijakan dan aturan. Para karyawan harus memahami hal-
hal tersebut untuk memastikan transisi yang lancer di tempat kerja.
Konpenasasi. Para karyawan memiliki minat khusus dalam memperoleh
informasi mengenai system imbalan. Manajemen biasanya memberikan
informasi ini salama proses rekrutmen dan seleksi serta seringkali
mengulangnya dalam orientasi
Budaya perusahaan. Budaya perushaan secara nyata mencerminkan
“Bagaimana kita melakukan segala sesuatu disini”. Hal ini berhubungan
dengan segala sesuatu mulai dari cara para karyawan berpakaian hungga
cara mereka berbicara.
Keanggotaan Tim. Kemampuan dan kemauan seorang karyawan baru
untuk bekerja dalam tim diharapkan telah ditentukan sebelum ia
dipekerjakan. Dalam orientasi, program tersebut bisa menekankan
pentinggnya menjadi anggota yang bernilai dalam tim perusahaan.
Pengembangan karyawan. Keamanan kerja seorang karyawan bergantung
pada kemampuannya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan
yang terus menerus berubah. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan
harus membuat karyawan sadar bukan hanya pada program-program
pengembangan yang diseponsori perusahaan, namun juga program-
program yang tersedia secara eksternal.
20
Sosialisasi. Untuk mengurangi kecemasan yang mungkin dialami para
karyawanbaru, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk
mengintegrasikan mereka ke dalam organisasi informal. Beberapa
organisasi telah menyadari bahwa para karyawan yang menjalani program
sosialisasi termasuk topic politik dan manajemen karir, berkinerja lebih
baik dibandingkan mereka yang tidak menjalani pelatihan tersebut.
3. Orientasi di Monster.com
21
4. Onboarding (Orientasi Eksekutif)
22
tantangan bagi supervisor adalah melakukan pergeseran dari manajemen berbasis
aktivitask ke manajemen berbasis hasil.
4. Layanan Pelanggan
Pelatihan layanan pelanggan (customer service training) mengajar para
karyawan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai dan melampaui harapan-
harapan pelanggan. Keterampilan-keterampilan komunikasi, termasuk
keterampilan mendengarkan sera mengenali beragam kebutuhan dan permintaan
pelanggan mendapat penekanan khusus.
5. Penyelesaian Konflik
Pelatihan penyelesaian konflik (conflict resolution training) berfokus pada
keterampilan-keterampilan komunikasi yang dibutuhkan untuk memecahkan
kebuntuan dalam hungungn. Konflik dalam suatu organisasi bisa bernilai dan
seringkali mendorong pertumbuhan dan perubahan. Namun, konflik perlu
dikenali, dikelola, dan ditransformasi menjadi kekuatan positif untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan.
6. Kerja Tim
Pelatihan kerja tim (teamwork training) berusaha mengajar para karyawan cara
bekerja dalam kelompok yang seringkali diberdayakan dengan kewenangan besar
dalam mengambil keputusan. Jenis pelatihan penting karna budaya kita secara
historis memupuk prestasi individual, naming organisasi-organisasi semakin
banyak menggunakan tim.
7. Pemberdayaan
Pelatihan pemberdayaan (empowerment training) mengajar para
karyawan dan tim cara mengambil keputusan dan menerima tanggung jawab atas
hasil. Pelatihan ini seringkali menyertai pelatihan kerja tim karena beberapa
perusahaan telah mendelegasikan kewenangan yang besar kepada tim-tim.
8. Remedial
Pelatihan ini berfokus pada keterampilan-keterampilan dasar seperti
keterampilan baca-tulis dasar dan matematika. Orang-orang dalam persentase
besar memasuki angkatan kerja tampa keterampilan yang dibutuhkan untuk
menangani pekerjaan-pekerjaan yang muncul karena perkembangan teknologi.
23
9. Manajemen Kemarahan
Pelatihan ini memberi para karyawan alat untuk membantu pelecehan
domestik dan kekerasan di tempat kerja. Program tersebut dirancang untuk
membntu peserta mengidentifikasi dan fokus pada aspek-aspek terpenting
manajemen kemarahan.
Mengimplementasikan Perogram Pelatihan dan Pengembangan
Program pelatihan dirumusan secara sempurna akan gagal jika manajemen
tidak mampu meyakinkan para peserta akan mafaat-manfaatnya. Para peserta
harus yakin bahwa program tersebut memiliki nilai dan akan membantu mereka
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan professional mereka. Mengimplementasikan
program-program pelatihan dan pengembangan seringkali sulit. Salah satu
penyebabnya adalah bahwa para manajer biasanya berorientasi pada tindakan
(action oriented) dan merasa mereka terlalu sibuk untuk pelatihan dan
pengembangan.
24
dan (4) pencapaian tujuan-tujuan pelatihan dan pengembangan (pengaruh
terhadap kinerja).
1. Opini Peserta
Merupakan Pendekatan yang memberikan respons dan saran untuk perbaikan,
terutama tingkat kepuasan pelanggan. Pendekatan ini juga adalah cara yang baik
untuk mendapatkan upan balik secara cepat dan murah.
2. Tingkat Pembelajaran
Desain kelompok control pretest-posttest adalah salah satu prosedur evaluasi yang
ungkin digunakan.
Perbedaan dalam pretest dan posttest antara kedua kelompok tersebut digunakan
untuk mengevaluasi pelatihan yang telah di berikan.
3. Perubahan Prilaku
Tes-tes secara akurat menunjukkan apa yang telah dipelajari para trainee,
namun hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai kemampuan pelatihan
dalam mengarahkan para peserta untuk mengubah perilaku mereka. Namun
pembuktian terbaik mengenai nilai muncul ketika pembelajaran diterjemahkan
menjadi perubahan perilaku yang berkelanjutan. Metode penilaian umpan balik
360-derajat seing digunakan untuk mengukur perubahan perilaku.
4. Pencapaian Tunjuan Pelatihan dan Pengembangan
Pendekatan lain untuk mengevaluasi program-program pelatihan dan
pengembangan melibatkan penentuan sampai dimana program-program tersebut
telah mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan dan secara nyata berdampak pada
kinerja.
5. Benchmarking
Adalah proses memonitor dan mengukur proses-proses internal suatu perusahaan,
seperti operasi, dan kemudian membandingkan data tersebut dengan informasi
dari perusahaan-perusahaan yang unggul dalam bidang-bidang tersebut.
Kemitraan Pelatihan Bisnis/ Pemerintah/ Pendidikan : Workforce
Investment Act
Fokus utama WIA adalah memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan
akan para karyawan terampil dan memuaskan kebutuhan pelatihan, pendidikan,
25
dan pekerjaan dari para individu. Pusat-pusat layanan satu atap (One-stop service
centers) menjadi jantung dari sistem tersebut. Pusat-pusat tersebut memberi para
pencari kerja serangakaian layanan mencakup konsultasi karir, penilaian
keterampilan, pelatihan, bantuan pencarian kerja, dan referensi untuk program dan
layanan, bergantung pada kebutuhan.
26
penyebab-penyebabnya, merekomendasikan solusi-solusi, dan mengambil
tindakan perbaikan setelah mendapat kewenagan melakukannya.
Implementasi program quality circle yang sukses, perusahaan harus menetapkan
tujuan-tujuan yang jelas untuk program tersebut, mendapatkan dukungan
manajemen puncak, dan menciptakan iklim yang kondusif untuk manajemen
partisipatif.
Kunci keberhasilan quality circle dalah kejujuran manaemn dalam berhunungan
dengan tim-tim dimanan para pserta memandang peran mereka sebagai bagian
penting keputusan-keputusan karyawan.
3. Team Building
Adalah usaha sadar untuk mengembangkan kelompok-kelompok kerja yng
efektif dan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam organisasi secara
keseluruhan. Team building yang efektif dapat menjadi cara paling efisien untuk
meningkatkan semangat kerja, retensi karyawan, dan profitabilitas perusahaan.
Hasil penting dari team building adalah bahwa cara ini merupakan salah satu
intervensi paling efektif untuk memperbaiki kepuasan karyawan dan sikap-sikap
yang berhubungan dengan pekerjaan.
Organisasi-organisasi harus melakukan banyak upaya pelatihan sebelum tim-tim
kerja bisa berfungsi secara efisien dan efektif. Team building menggunakan tim-
tim yang mengarahkan dirinya sendiri (self-directed team), yang masing-masing
terdiri dari sekelompok kecil karyawan uang bertanggung jawab atas proses kerja
secara keseluruhan atau sebagian.
Team building bisa dimulai begitu seorang pelamar dipekerjakan. Nick Cornner,
vice president pengembangan program TeamBuliders yang berpusat di Tampa,
mendeskripsikan latihan team-building berikut ini yang digunakanya bersama
para kliennya. “Sekelompok manajer berpartisipasi dalam sebuah ‘misi buta’,
dimana tim tersebtu haru memandu rekan-rekan mereka dalam membawa ember
berukuran lima galon dengan sebuah bola ke atas bujur sangakar yang
diameternya lebih kecil dari ember tersebut. Latihan tersebut tampaknya
sederhana, namun separuh dari tim ditutup matanya. Para peserta, terutama orang
yang berperan sebagai pemimpin, dengan cepat menyadari bahwa mereka
27
cenderung membeikan perintah saling bertentangan atau mengatakan sesuatu
seolah-olah hal tersebut yang memang harus dilakukan. Kesenjangan komunikasi
yang mucul dalam sebuah permainan sederhana merupakan metafora untuk jenis
kesalahan yang sama yang muncul di tempat kerja. “Orang-orang mulai
menyadari,’Berapa sering kita berkata kepada orang-orang lain seakan-akan kita
mengetahui hal yang sama,” kata Cornner.
4. Sensitivity Training (T-group Training)
Adalah suatu prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang
mempelajari cara orang-orang lain mempersepsikan perilaku mereka. Pelatihan ini
didasarkan pada asumsi bahwa sejumlah individu yang bertemu dalam situasi
yang tidak terstruktur akan mengembangakan hubungan kerja antara satu dengan
lainnya.
Saat sensitivity training dimulai, tidak ada agenda, tidak ada pemimpin, tidak ada
kewenangan, dan tidak ada posisi kekuasaan. Pada dasarnya, ada kekosongan
sampai para peserta mulai berbicara. Melalu dialog, orang-orang lain. Peran
pelatih adalah bertindak sebagai fasilitator dan lingkungan yang tidak terstruktur
ini. Para peserta didorong untuk belajar mengenai diri mereka sendiri dan orang-
orang lain dalam kelompok. Beberapa tujuan sensitivity training adalah untuk
meningkatkan kesadaran diri para peserta dan kepekaan akan perilaku orang-
orang lain. Menurut beberapa pihak, masalah utama sensitivity training adalah
bahwa kegunaannya untuk mengubah individu-individu, tidak selalu lingkungan
di mana mereka bekerja.
28
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
3.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32