Anda di halaman 1dari 18

I’JAZ AL-QUR’AN

MAKALAH INI DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKADEMIK

MATAKULIAH: ULUMUL QUR’AN

DOSEN PENGAMPU: AHMAD NURROHIM LC.,M.Pd.I

Disusun oleh:

1. Alya Rohanifa (182121166)


2. Muhammad Alfi Nofian (182121169)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019

1
IDENTITAS

NAMA : Alya Rohanifa

ALAMAT: Blagung Rt.03/Rw01, Simo Boyolali

EMAIL : rohanifaalya@gmail.com

KONTAK: 083867433672

NAMA : Muhammad Alfi Novian

ALAMAT: Gerjen Rt.01/Rw.03, Puncangan

Kartasura Sukoharjo

EMAIL : alfinivian789@gmail.com

KONTAK: 085695206988

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an bagi kaum Muslimin adalah verbum dei (Kalam Allah ) yang
diriwayatkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Jibril selama kurang lebih dua
puluh tiga tahun,dan ia juga adalah satu-satunya kitab suci yang abadi di setiap zaman.
Oleh Karena itu al-Qur’an selain merupakan kitab suci,ia merupakan mu’jizat yang
terbesar dari Nabi Muhammad SAW dan tidak tertandingi sampai saat ini,yang dimata
sejuml orang Baratsebaga suatu kitab yang sulit dipahami dan
diapresiasi.Bahasa,gaya,dan aransemen kitab ini pada umumnya telah menimbulkan
masalah khusus bagi mereka.

Mengkaji masaa kemu’jizatan al-Qur’an merupakan suatu hal yang cukup


sulit,karena hakikat mu’jizat itu sendiri tidak dapat dipahami melalui penekanan ilmiah
dan hanya dapat dipahami serta diterima melaui pendekatan iman,disamping al-Qur’an
secara terus menerus menantang semua ahli kesustraan Arab supaya mencoba
ditandatangi. Namun tidak seseorang pun yang mampu menjawab tantangan al-
Qur’an .Merek bahkan tidak sanggup menirunya,karena al-Qur’an memang berada
diatas puncak yang tidak mungkin diungguli.Dan al-Qur’an memang buka kalimat
manusia.Namun demikian ,usaha untuk memahami kemu’ji’zatan al-Qur’an itu dalah
salah satu cara untuk memahami keagungan dan keistimewaan al-Qur’an ,bahkan
keontetikanya.

Dalamkonteks itulah ,maka kemu’jizatan al-Qur’an tidak perlu diperdebatkan


lagi. Namun demikian,apa sajakah aspek-aspekkemu’jizatan al-Qur’an dan apakah
kemu’jizatan itu meliputi seluruh bagian dari al-Qur’an atau sebagainya saja dan apa
sajakah jalan kemu’jizatan al-Qur’an hal tersebut perlu dikaji dengan jelas. Maka dari itu
makalah ini ingin mengaji tentang “I’jaz Al-Quran”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ‘Ijaz Al-Qur’an?
2. Bagaimanakah keragaman ‘ijaz Al-Qur’an?
3. Bagaimankah contoh-contoh dari ‘Ijaz Al-Qur’an?
4. Bagaimanakah Problematika dari pemahan ‘ijaz Al-Qur’an?

BABII

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Ijaz Al- Qur’an Dan Ketetapan unsur-unsurnya


I’jaz Al-Qur’an terdiri dari dua kata I’jaz dan Al-Qur’an yang kemudian di jadikan
satu. Dan utuk mendapatkan pengertian dari I’jaz al-Qur’an, maka perlu diuraikan
terlebih dahulu defenisi masing-masing kata.
Kata I’jaz merupakan bentuk dasar dari bentuk fi’il yaitu kata a’jaza-yu’jizu.
A’jaza sendiri berasal dari kata ‘ajaza yang berarti lemah (dha’f). secara bahasa a’jaza
atau I’jaz berarti melemahkan atau menjadikan sesuatu menjadi lemah atau tidak
mampu.1 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia KBBI, I’jaz atau kemukjizatan
berarti peristiwa ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Pengertian
ini hampir sama dengan pengertian mukjizat dalam bahasa asalnya yakni bahasa Arab.
Yaitu kata mukjizat diambil dari bahasa Arab a’jaza-I’jaz yang artinnya mengandung arti
ketidakmampuan yang melemahkan musuh apabila ditantang. 2 Sehingga I’jaz al-Qur’an
merupakan mencari suatu kelemahan melalui kebenaran-kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul untuk menhadapi mukjizatnya al-Qur’an sebagai
sumber hukum syariat islam.
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut
pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan.
Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang
melemahkan). Yang dimaksud dengan I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan
kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan
kelemahan orang Arab untuk menghadapi kemukjizatan yang abadi yaitu Al-Qur’an, dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mu’jizat adalah sesuatu hal yang
luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. 3 Dari definisi diatas
dapat dikemukakan unsur-unsur mukjizat yaitu:
1. Unsur utama dan pertama mukjizat al-Qur’an adalah harus menyalahi tradisi atau
adatkebiasaan (khariqun liladah). Sesuatu mukjizat yang tidak menyalahi tradisi,
atau kejadinnya sesuai dengan kebiasaan yang umum atau bahkan lazim berlaku,
tidak dapat dikatakan mukjizat.
2. Unsur-unsur pokok kedua kemukjizatan al-Qur’an adalah bahwa mukjizat harus
dibarengi denagn perlawanan. Maksudnya, mukjizat harus diuji dengan melalui
pertandingan atau perlawanan sebagaiman layaknya sebuah pertandingan. Untuk
membuktikan bahwa itu mukjizat, harus ada upaya konkret lebih dulu dari pihak
lain(lawan) untuk menandingi mukjizat itu sendiri.

1
Mustar, i’jaz ‘ Adadi, (kemukjizatan Angka 7 dan 19 al-Qur’an), (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah), hlm.15.
2
Digilib.uinsby.ac.id, 2 april 2019
3
Al-Qattan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa), 2013,
hlm. 371.

4
3. Mukjizat itu tidak terkalahkan. Unsur ketiga dari mukjizat ialah bahwa mukjizat itu
setelah dilakukan perlawanan terhadap nya, ternyata tidak terkalahkan untuk
selama-lamanya. 4
Dari ketiga unsur diatas dapat dikemukakan bahwa mukjizat itu bersifat
suprasional, teruji dengan sungguh-sungguh dan sama sekali tidak pernah terkalahkan
atau tertandingi sepanjang zaman.5
Ketetapan Al-Qur ‘an sebagai suatu kemukjizatan yaitu Al-Qur’an digunakan
Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak sanggup menhadapinya,
padahal mereka sedemikian tinggi tingakat fasahah dan balagah-nya. Hal ini karena al-
qur’an, adalah mukjizat. Hal tersebut dibuktikan dengan Rasulullah menantang oarng
Arab menandingi Qur’an dalam tiga tahaban yaitu:
a. Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang
Arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan
kemampuan mereka secara padu.
b. Menantang mereka dengan sepuluh suarah saja dari Qur’an dalam firman-Nya:
“Ataukah mereka mengatakan: Muhammad telah telah membuat-buat Qur’an
itu.’ (jika demikian), maka datanglah sepuluh suarah yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya)
selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka (yang kamu
seru itu) tidak menerima seruanmu itu, ketahuilah sesungguhnya Qur’an itu
diturunkan dengan ilmu Allah.” (Hud (11):13-14).
c. Menantang mereka dengan satu surah saja dari Al-Qur’an dalam firman-Nya:
“Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya.
Katakanlah: (kalau benar yang kamu katkan itu), cobalah datangkan sebuah suarah
seumpamanya. “(Yunus(10):38).
Orang yang mempunyai sedikit saja pengetahuan tentang sejarah bangsa Arab
dan sastranya, tentu nakan mengetahui faktor-faktorbagi diutusnya rasulullah yang
meninggikan bahasa Arab, mengahluskan tutur-katanya dan mengumpulkan ragam
dialeknya yang paling baik dari pasar-pasar sastra dan perlombaan puisi dan prosa.
Sehingga muara selokan-selokan fasahah dan peredaran kalam yang retirik berakhir
pada bahasa Quraisy, dengan bahasa mana Qur’an diturunkan. Selain itu bangsa
Arab mempunyai kebangsaan diri yang mereka unggul-unggulkan atas bangsa-
bangsa lain dengan congkak dan sombong, sehingga menjadi perumpamaan
didalam sejarah yang mencatat “kejayaan” mereka karena pertempuran dan
peperangan yang hebat yang dinyalakan oleh api kesombongan dan kecongkahan. 6
Sebenarnya mereka telah menelaah ayat-ayat kitab, membolak baliknya dan
mengujunya dengan metode yang mereka gunakan untuk menguntai puisi dan

4
H.Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,(Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA),
2013,hlm, 156-157.
5
Ibid, hlm. 157.
6
Al-Qaththan Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR),
2016, hlm.324-325.

5
prosa, namun mereka tidak mendapatkan jalan untuk menirunya atau celah-celah
untuk mengadapinya. Sebaliknya yang meluncur dari mulut-mulut mereka adalah
kebenaran yang membuat mereka bisu secara spontan ketika ayat-ayat Qur’an
menggoncangkan hati mereka, seperti yang terjadi pada Walid bin Mugirah. Dan
disaat sudah tidak sanggup lagi berdaya upaya mereka lemparkan kepada Al-Qur’an
itu lata-kata yang membinggungkan. Mereka mengatakan, “Qur’an adalah sihir yang
dipelajari , karya penyair gila atau dongengan bangsa purbakala.” Mereka tidak
dapat menghindar lagi di hadapan kelemahan dan kesombongannya selain harus
menyerahkan leher kepada pedang seakan-akan keputusasaan yang mematikan
telahmemindahkan para penderitanya dari pandangan mereka terhadap kehidupan
panjang dan umur panjang ke saat kematian, sampai akhirnya mereka menyerah
kepada kematian yang mendadak.
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki
faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan
bahasa Arab dimasa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman
dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang
disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-
hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti
bagi eksistensi pencipta dan perencanaanya. Dan inilah apa yang dikemukakan
secara global atau diisyaratkan oleh Qur’an. Dengan demikian, Qur’an tetap
merupakan mukjizat bagi seluruh umat manusia yang ketetapanya tidak diragukan
lagi.7

B. Ragam-Ragam I’jaz al-Qur’an


Keragaman I’jaz Qura’an dapat ditinjau dari bebagai macam keberagaman I’jaz
Al-Qur’an yaitu keragaman perbedaan pendapat para tokoh ilmu kalam, keragaman
aspek, dan keragaman dari I’jaz Al-Qur’an itu sendiri yaitu:
1. Perbedaan pendapat dari para tokoh mengenai I’jaz Al-Qur’an
Kelahiran ilmu kalam didalam islam menarik pengikutnya kedalam kerancuan
pembicaraan yang tumpang tindih, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain.
Pendapat dan pandangan para ilmu kalam tentang kemukijizatan al-Qur’an pun
berbeda-beda dan beragam sebagai berikut:
a. Abu Ishaq Ibrahim an-Nizam dan pengikutnya dari kaum syiah seperti al-Murtada
berpendapat, kemukjizatan qur’an dengan cara sirfah (pemalingan). Arti sirfah
dalam pandangan an-Nizam ialah bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab
untuk menentang Qur’an padahal,sebenarnya, mereka mampu mengahadapinya.
Maka pemalingan inilah yang luarbiasa (mukjizat). Sedang sirfah menurut al-
Murtada adalah bahwa Allah telah mencabut dari mereka ilmu-ilmu yang diperlukan

Al-Qaththan Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta: PUSTAKA AL-


7

KAUTSAR), 2016, hlm.326.

6
untuk menghadapi Qur’an agar mereka tidak mampu membuat yang seperti Qur’an.
Pendapat ini menunjukkan kelemahan pemiliknya itu sendiri. 8
b. Satu golongan ulama berpendapat, Qur’an itu mukjizat denagn balagah-nya yang
mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingnya. Ini adalah pendapat ahli bahsa
Arab yang gemar akan berbentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-
kata yang terjalin kokoh dan retorika yang menarik.
c. Sebagian mereka berpendapat, segi kemukjizatan Qur’an itu ialah karena ia
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang telah dikenai
dalam perkataan orang Arab, seperti Fasilah dan maqta’.
d. Golongan lain berpendapat, kemukjizatan Qur’an itu terletak pada pemberitaanya
tentang hal-hal gaib yang akan datang yang tak dapat diketahui kecuali denagn
wahyu, dan pada pemberitaannya tentang hal-hal yang sudah terjadi sejak masa
penciptaan makhluk, yang tidak mungkin dapat diterangkan oleh seorang ummi
yang tidak pernah berhubungan dengan ahli kitab.
e. Satu golongan berpendapat, Al-Qur’an itu mukjizat karena ia mengandung
bermacam-macam ilmu dan hikmah yang sangat dalam. Dan masih banyak lagi
aspek-aspek kemukjizatan al-Qur’an lainya yang berkisar pada sekitar tema-tema
diatas, sebagaimana telah dihimpun oleh sebagian ulama, mencapai sepuluh aspek
atau lebih.9

2. Kemukjizatan Dari segi Aspek -aspeknya


Kemukjizatan Qur’an dari segi aspek –aspeknya dapat dibagi menjadi empat aspek
yaitu aspek bahasa , syariat, aspek ilmu pengetahuan dan aspek ilmiah.
a. Segi bahasa
Para pakar bahasa arab telah menekuni ilmu bahasa ini sejak awal
pertumbuhannya, kemudian menjadi remaja, sehinga raksasa perkasa dan
hebat. Mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata bijak dan matsal yang
tunduk pada aturan bayan yang diekspresikan dalam redaksi-redaksi yang
memukau, dengan gaya bahasa hakiki dan metaphor, serta padat dala tuturnya.
Akan tetapi, meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi
dihadapan Al-Qur’an,dengan kemukjizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-
pecahan kecil yang tunduk menghormat dan takut terhadap uslub Al-Qur’an.
Sejarah bahasa arab tidak pernah mengenal suatu masa dimana bahasa
berkembang sedemikian pesatnya melainkan tokoh-tokoh dan guru-gurunya
bertekuk lutut di hadapa bayan Qur’ani, sebagai manifestasi pengakuan akkan
ketinggiannya da mengenali misteri-misterinya. Hal ini tidaklah mengherankan,
sebab itulah sunnah Allah dalam ayat-ayat yang dibuat dengan kekuasaanya-
Nya. Semakin anda mengenali dan mengetahui rahasia-rahasianya, anda akan
semakin mengakui kebesaran dan semakin yakin akan kemukjizatanya.
Sejarah menyaksikan, bahwa ahli-ahli bahasa telah terjun kedalam
festifal bahasa dan mereka memperoleh kemenangan. Tetap tidak seseorang
pun di antara mereka yang berani memproklairkan dirinya menantang Al-Qur’an
8
Al-Qattan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa), 2013,
hlm. 375.
9
Ibid,hlm.379.

7
,melainkan ia hanya mendapat kehinaan dan kekalahaan. Bahkan sejara
mencatat, kelemahan bahasa ini terjadi justru pada masa kejayaannya dan
kemajuannya ketika al-Qur’an diturunkan. Saat itu bahasa arab telah mencapai
puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaaan dan kehalusan dilembaga-
lembaga dan pasar bahasa.Dan berdiri tegak dihadapan para ahli bahasa dengan
sikap menantang, dengan berbagai bentuk tantangan. Volume rintangan ini
kemudian berangsur-angsur diturunkan menjadi lebih ringan, dari sepuluh surat
menjadi satu surat dan bahkan menjadi pembicaraan yang serupa dengannya.
Namun demikian, tak seorang pun dari mereka sanggup menandingi atau
menimbanginya, padahal mereka adalah orang-orang yang sombong,tinggi hati
dan pantang dikalahkan. 10
b. Segi syari’at
Al-Qur’an dari adalah sumber ajaran islam yang utama dan sarat akan
hukum yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
sesama manusia dan semua ciptaan-Nya. Jadi hukum islam yang mencakup
dibidang aqidah, pokok-pokok Akhlaq, ibadah dan perbuatan dapat dijumpai
sumbernya yang asli didalam ayat-ayat al-Qur’an. Keunggulan dan kemukjizatan
Qur’an dibidang ini karena syariat yang terdapat dalam al-Qur’an adalah Qur’an
berisi pokok-pokok aqidah, hukum-hukum ibadah, dasar-dasar utama etika,
politik dan sosial kemasyarakatan. Al-Qur’an mengatur cara bermasyarakat yang
baik serta meletakkan dasar-dasr kemanusiaan yang lebih lurus dan murni. Hal
itu tergambar dari cara Al-Qur’an menetapkan hukum yaitu secara mujmal
dengan mengemukakan pokok-pokok dan kaidah nya saja sedangkan
untukmpenjelasan rincinya dijelaskan hukum-hukum pada sunnah dan ijtihad
para mujtahid. Hukum yang dijelaskan secara agak jelas dan terperinci, ada
hukum yang dijelaskan pula secara terperinci seperti (hutang piutang, makan
yang makanan halal dan haram,sumpah dan hutang piutang serta
perkawinan).11
c. Segi ilmu pengetahuan
Segi lain dari kemukjizatan Al-Quran adalah isyarat-isyarat yang rumit
terhadap sebagian ilmu pengetahuan alam telah disinggung al-Qur’an sebelum
pengetahuan itu sendiri sanggup menemukanya. Juga kemudian terbukti bahwa
al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-penemuan
mutakhir yang disarankan pada penelitian ilmiyah.
Menkaji kemukijizatan al-Qur’an dari segi ilmu bukan berrati al-Qur’an
dianggap kitab ilmu. Al-Qur’an bukan buku psikologi, bukan elsak maupun fisika,
tetapi kitab hidayah dari irsyad, kitab tasryi’, dan islah. Namun demikian ayat-
ayatnya memuat isyarat-isyarat yang cukup dalam dan pelik dalam soal

Al-Qaththan Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,(Jakarta: PUSTAKA AL-


10

KAUTSAR), 2016, hlm.330.


11
Masbukin, kemukjizatan al-Qur’an, Journal pemikiran Islam, 2012, hlm.178. No.2

8
psikologi, kedokteran dan antropologi, yang mana hal tersebut menunjukkan
keberadaanya sebagai mu’jizat dan wahyu Allah.
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia, yang isnya sarat akan ajaran-
ajaranya dan prinsip-prinsip hidup untuk mencapai kebahagian dunia dan
akhirat. Al-Qur’an juga membicarakan isyarat ilmiah kauniyah membicarakan
fenomena-fenomena geologi dan reproduksi. 12 Al-Zakarniy menyebutkan lima
bentuk kemu’jizatan al-Qur’an dari aspek ilmu yaitu:
1. Ilmu kauniyah tunduk kepada undang-undang yamg telah ditetapkan. Al-
Qur’an adalah kitab-kitab hidayah dan I’jaz dengan demikian al-Qur’an tidak
membicarakan hakikat ilmu alam, bintang dan kimia
2. Al-Qur’an menganjurkan umat manusia untuk meneliti, menganalisa dan
mengambil manfaat serta pelajaran dari ilmu kauniyahnya.
3. Al-Qur’an menjelaskan bahwa alam tunduk pada hakekatnya.
4. Al-Qur’an menjelaskan bahwa alam adalah ruang lingkup hidayah,
membicarakan rahasia langit dan bumi, apa yang tersembunyi didaratan
dan dilautan
5. Uslub yang digunakan Alllah Swt. Dalam mengungkapkan tentang ayat
kauniyah adalah uslub yang indah.13
Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek ilmu pengetahuan juga dapat dibuktikan
dalam bidang kesatuan alam, terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda,
perbedaan sidik jari manuasia, khasiat madu dan daftar isinya yang terdapat
dalam Al-Qur’an yang terbukti kebenaranya.
d. Kemukjizatan Ilmiah

Kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an bukanlah teletak pada pencakupannya akan


teori-teori ilmiah yang selalu baru,beruba,dan merupakan hasil usaha manusia
dalam pnelitian dan pengamatan. Tetapi ia terletak pada semanagatnya dalam
mendorong mmanusia untuk berfikir dan menggunakan akalnya. Al-Qur’an
mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Ia tidak mengibiri
aktifitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan akal dalam memikirkan alam
semesta, atau menghalanginya dari penambahan ilmu pengetahuan yang dapat
dicapainya. Dan tidak ada sebuah pun kitab-kitab agama terdahulu memberikan
jaminan demikian seperti yang diberikan oleh Al-Qur’an.

Semua persoalan dan kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantap dan
meyakinkan.,merupakan manifestasi dari pemikiran yang kokoh yang dianjurkan A-
Qur’an, tidak ada pertentagan sedikitpun dengannya. Imu penegetahuan telah maju
dan telah banyak pula masalah-masalahnya, namun apa yang telah tetap dan
mantap daripadanya tidak bertentangan sedikitpun dengan salah satu ayat-ayat Al-
Qur’an. Ini saja sudah merupakan kemukizatan. Al-Qur’an menjadikan pemikiran

12
Masbukin, kemukjizatan al-Qur’an, Journal pemikiran Islam, 2012, hlm.175. No.2
13
Ibid, hlm

9
yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan segala apa yang ada di
dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada Allah.

3. Macam-macam I’jaz Al-Qur’an dan Contohnya


Macam-macam I’jaz al-Qur’an yang terungkap antara lain I’jaz balaghi
(pemberitaan mengenai hal-hal ghaib), I’jaz tasyri’ (perundang-undangan), I’jaz ilmi,
I’jaz lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), I’jaz thibby (kedokteran), I’jaz Falaky
(astronomi), I’jaz Adady (angka-angka), I’jaz I’lami (informasi), I’jaz thabi’I (fisika) dan
lain sebagainya. 14Karena banyaknya macam I’jaz Al-Qur’an tersebut, maka dalam hal ini
akan diuraikan beberapa dari macam I’jaz Al-Qur’an antara lain:
a. I’jaz Balaghi
Sebagian ulama’ mengatakan bahwa mukjizat al-Qur’an adalah berita
ghaib, contohnya adalah Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan
dalam (Q.S Yunus/10:92)
Artinya: “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
kami.”
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT. Yakni Taurat,
Injil, dan Al-Qur’an merupakan mukjizat . berita ghaib dalam wahyu Allah SWT
itu membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-
hal tersebut.
b. I’jaz ‘Ilmi
Didalam al-Qu’an, Allah SWT mengumpulkan beberapa macam ilmu,
diantaranya ilmu astronomi, biologi, fisika, kedokteran, dan masih banyak ilmu-
ilmu yang terkandung didalam al-Qur’an, semuanya itu menimbulkan rasa
takjub. Begitulah I’jaz al-Qur’an dari segi keilmuan itu betul-betul mendorong
kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu pintu ilmu pengetahuan.
Contoh: menerut Darwis Hade dalam bukunya cakrawala ilmu dalam al-Qur’an
menyebutkan banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an
misalnya: cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan
pantulan dan planet-planet berputar mengikuti porosnya yang sudah
ditentukan, sebagaimana dijelaskandalam al-Qur’an Qur’an surat yunus ayat 5
Allah berfirman:
Arinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an telah
mengimformasikan banyak hal berkaitan dengan ilmu astromi. Informasi ini

14
Mustar, i’jaz ‘ Adadi, (kemukjizatan Angka 7 dan 19 al-Qur’an), (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah), hlm.29-32.

10
pada umumnya menggugah manusia agar memperhatikan, merenungkan, dan
mengobservasi benda-benda angkasa serta gejala-gejala alam yang
ditimbulkannya.
c. I’jaz Tasyiri’
Al-Qur’an menetapkan peraturan pemerintah islam, yakni pemerintah
yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan
pribadi. Contohnya dalam AL-Qur’an suarah Al-Imran/3:159
Artinya: “dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusa itu”.(QS.
Al-Imran/3:159)
Al-Qur’an menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia,
yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Diatas llima
perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan al-Qur’an dan hadits.
Ini dapat dilihat dalam fiqih islam, yaitu yang bersangkutan dengan jinayat dan
huduud. 15
d. I’jaz Adadi
I’jaz adadi merupakan rahasia angka-angka dalam al-Qur’an. Contoh:
Seperti kata as-syahr (bulan) disebut sebanyak 365 kali; yaitu sebanyak hari
dalam setahun. Selain itu al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh tingkat,
penjelasan ini dilulangi sebanyak tujuh kali pula dalam Q.S Al-Qur’an
Baqarah:29, QS. Al-Isra’: 44, QS. Al-Mukminum: 86, Qs. Fushilhat:12, QS. Ath-
Thalaq: 12, Qs. Al-Mulk: 3, dan Qs. Nuh: 15. 16

Bahwa Al-Qur’an itu mukjizat, dapat diuji dari keseluruhan


aspeknya.Terutama dihubungkan dengan tiga unsure utama mukjizat yang telah
disebutkan paa bagian tedahulu, yakni : menyalahi tradisi,teruji melalui
perlawanan yang seimbang atau sebanding, dan lulus dari ujian /perlawanan
yng dilakukan itu. Seperti pernah ditegaskan sebelum nilai ini, Al-Qur’an dilihat
dari keseluruhan aspeknya menyalahi tradisi bacaan/perbukuuan yang berlaku
di masyarakat. Apakah itu dari segi kebahasaan dan otentitas (keasliannya),
mapun dari sisi yang lain-lain terutama isi kandungannya. Pendeeknya, seperti
akan diurai nanti,Al-Qur’an itu ditelusuri dri keseluruh aspeknya, akan
menyalahi tradisi bacaan dan perbukuan pada umumnya. Dalam pengertian,
tidak ada tradisi bacaan/tulisan dan perbukun yang menyamai Al-Qur’an.
Sebagai contoh lainyaitu: kemukjijzatan al-Qur’an adalah terbuktinya khasiat
madu, dari hasil penelitian USA bahwa dalam 100 gr madu akan terdapat
beberapa khasiat dan juga banyak zat yang terdapatdidalamnya. Hal ini bisa
langsung diserap oleh usus tanpa melalui proses mineral kalsium sebagai
pembentukan tulang dan gigi. Yang mana Teori ini sesuai dengan ayat al-Qur’an
Q.S.An- Nahl:69. Contoh kemukjizatan Al-Qur’an lain ialah keseimbangan angka
dalam al-Qur’an yaitu keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan
antonimnya misalnya kata al-har (panas)dan al-bard(dingin)yang seimbang 13
kali,keseimbangan kata dengan sinonimnya misalnya:al-Qur’an al-Wahyu
15
Ibid, hlm. 32.
16
Mustar, i’jaz ‘ Adadi, (kemukjizatan Angka 7 dan 19 al-Qur’an), (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah), hlm.32-33.

11
dengan al-Islam seimbang sebanyak 70 kali, dan keseimbangan antara jumlah
kata yang menunjukkan kepada akibatnya misalnya: Al-Kafirun (orang-orangn
kafir)dengan an-nar(neraka)sebanyak 154.17

Dari sisi pandang unsur kedua mukjizat, yakni harus ada perlawananan
pengujian lebih dulu, Al-Qur’an telah di uji dan dilawan oleh banyak
orang.Upaya untuk menandingi Al-Qur’an seperti pernah disingguh pada bagian
lain dalam tulisan ini telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad Saw. dan
masih terus berlangsung hingga sekarang bahkan mungkin mulai sampai waktu
yang tidak terbatas. Orang/pihak yang berusaha menandingi Al-Qur’an itu dapat
dikatakan sebanding dengan Nabi Muhammad Saw.dalam hal kemanusiannya.
Bahkan dalam hal-hal tertentu seperti pasokan kisah dari pemuka-pemuka Arab,
tidak tertutup kemungkinan para penanding l-qur’an dapat dikatakan melebihi
Nabi Muhammad Saw. dari sisi-sisi ketentuannya.

C. Problematika I’jaz Al-Qur’an


Dalam pemahaman I’jaz Al-Qur’an masih banyak orang yang terjebak dalam
kesalahan pahaman ketika mereka mengiginkan agar Al-Qur’an mengandung segala
teori ilmiah. Dan terkadang pendapat orang juga bertentangan dengan kebenaran al-
Qur’an, Mereka memandang Al-Qur’an bukan sebagai kemukjizatan melainkan
memandang Al-Qur’an sebagai suatu teori ilmiah yang ada dalam suatu ayat Al-Qur’an.
Setiap lahir teori baru mereka mencarikan untuknya kemungkinannya dalam ayat, lalu
ayat ini mereka takwilkan sesuai dengan teori ilmiah tersebut. Kemukjizatan ilmiah Al-
Qur’an bukanlah terletak pada pencakupannya akan teori teori ilmiah yang selalu baru
dan berubah serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan.
Tetapi ia terletak pada dorongannya untuk berfikir dan menggunakan akal. Al-Qur’an
mendorong manusia agar memeperhatikan dan memeikirkan alam. Ia tidak membatasi
aktivitas dan kreatifitas akal dalam memikirkan alam semesta, atau menghalanginya dari
penambahan ilmu pengetahuan yang dapat dicapainya. 18

Al-Qur’an menjadi pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap
alam dan segala apa yang ada didalamya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada
Allah SWT. Al-Qur’an mendorong manusia untuk melakukan aktifitas intelektual
sebagaimana di jabarkan dalam ayat-ayatnya.
Pertama ia mendorong kaum Muslimin agar memikirkan makhluk makhluk Allah
yang ada di langit dan di bumi, seperti dalam firman Allah pada (Q.S. Ali Imran (3): 190-
191):

17
Hamzah ahmad, Homeostatis Kehidupan Sebagai I’jaz Al-Qur’an,(Jakarta: ALHIKMAH),
hlm.286-287.
18
Sholahudin Ashani, Kontruksi Pemahaman Terhadap I’jaz Al-Qur’an,(Medan: UIN Sumatra
Utara),hlm.227.

12
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu mereka yang
mengingatkan Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (saya bersaksi): Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptkan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka periharalah
kami dari siksa neraka.”(Q.S.Ali Ilmran (3): 190-191)
Kedua, al-Qur’an mendorong umat islam memikirkan dirinya sendiri, bumi yang
ditempatinya dan alam yang mengintarinya, seperti dalam firman Allah pada Q.S.ar-Rum
(30):8:
“Dan mengapakah mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) dari mereka?
Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa diantara keduannya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan.” (Q.S.Ali Ilmran (3): 190-191),
Ketiga, al-Qur’an membangkitkan pada diri setiap muslim kesadaran ilmiah
untuk memahami dan melakukan perbandinagan seperti dalam firman Allah (Q.S. Al-
Baqarah (2):219:
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.” (Q.S. Al-Baqarah (2):219)
“Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya
mereka berfikir.”(Q.S.al-Hasyr(59):21)
Untuk menyelesaikan kesalah pahaman terhadap I’jaz al-Qur’an tersebut, maka
haruslah seseorang mengetahui betul apa makna al-aqaur’an dan mukjizat dan kita
seharusnya berfikir dalam suatu kejadian. Ketiga tuntunan diatas menghimbau manusia
untuk tidak hanya membaca Al-Qur’an dengan hanya sekedar membaca, . 19

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa al-Qur’an merupakan
kemukjizatan yang tidak diragukan lagi dengan menunjukkan kelemahan kelemahan
orang Arab bahwa al-Qur’an tidak tertandingi dengan pengetahuan dan akal mereka.
Kemukjizatan al-Qur’an juga beragam yaitu kemukjizatan al-Qur’an I’jaz balaghi
(pemberitaan mengenai hal-hal ghaib), I’jaz tasyri’ (perundang-undangan), I’jaz ilmi,
I’jaz lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), I’jaz thibby (kedokteran), I’jaz Falaky
(astronomi), I’jaz Adady (angka-angka), I’jaz I’lami (informasi), I’jaz thabi’I (fisika) dan
lain sebagainya.
Dari pembahasan diatas dapat dilihat contoh bukti kemukjizatan al-Qur’an dari
berbagai aspek dalam kehidupan contoh dalam aspek ilmiah hukum syariat dan lain-lain.
Al-Qur’an juga mengajarkan kita untuk berfikir terhadap sesuatu hal kejadian yang
terjadi disetiap kehidupan di dunia baik dilangit maupun dibumi. Dengan hal ini kita

19
Sholahudin Ashani, Kontruksi Pemahaman Terhadap I’jaz Al-Qur’an,(Medan: UIN Sumatra
Utara),hlm.227-228

13
dapat memahami makna sesugguhnya kemukjizatan al-Qur’an sebagai suatu kebenaran
yang tidak diragukan lagi yang mencakup segala hal.

Matrik Pembahasan

Tema: I’jaz Al-Qur’an

Indikator Bahasan Pemahaman

Pengertian Kata I’jaz merupakan bentuk dasar Dari pembahasan I’jaz al-Qur’an
dari bentuk fi’il yaitu kata a’jaza-yu’jizu. ini dapat dipahami dengan
A’jaza sendiri berasal dari kata ‘ajaza yang mudah dari pengertian
berarti lemah (dha’f). secara bahasa a’jaza kemukjizatan Karena penjelasan
atau I’jaz berarti melemahkan atau dari referensi yang didapat dapat
menjadikan sesuatu menjadi lemah atau dengan mudah dipahami.
tidak mampu.Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia KBBI, I’jaz atau
kemukjizatan berarti peristiwa ajaib yang
sukar dijangkau oleh kemampuan akal
manusia. Pengertian ini hampir sama
dengan pengertian mukjizat dalam bahasa
asalnya yakni bahasa Arab. Yaitu kata
mukjizat diambil dari bahasa Arab a’jaza-
I’jaz yang artinnya mengandung arti
ketidakmampuan yang melemahkan musuh
apabila ditantang. Sehingga I’jaz al-Qur’an
merupakan mencari suatu kelemahan
melalui kebenaran-kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul untuk
menhadapi mukjizatnya al-Qur’an sebagai
sumber hukum syariat islam.
I’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan
kelemahan. Kelemahan menurut pengertian
umum ialah ketidakmampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari kemampuan.

Ragam a. I’jaz Balaghi Materi ini dapat dimahami


(contoh) Sebagian ulama’ mengatakan bahwa dengan mudah karena macam-
mukjizat al-Qur’an adalah berita ghaib, macam I’jaz al-Qur’an disertai
contohnya: adalah Fir’aun yang mengejar dengan pengertian dan contonya
Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam (Q.S sehingga mudah dipahami.
Yunus/10:92)
Artinya: “Maka pada hari ini kami
selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-
tanda kekuasaan kami.”

14
Berita-berita ghaib yang terdapat pada
wahyu Allah SWT. Yakni Taurat, Injil, dan Al-
Qur’an merupakan mukjizat . berita ghaib
dalam wahyu Allah SWT itu membuat
manusia takjub, karena akal manusia tidak
mampu mencapai hal-hal tersebut.
b.I’jaz ‘Ilmi
Didalam al-Qu’an,
Allah SWT mengumpulkan beberapa macam
ilmu, diantaranya ilmu astronomi, biologi,
fisika, kedokteran, dan masih banyak ilmu-
ilmu yang terkandung didalam al-Qur’an,
semuanya itu menimbulkan rasa takjub.
Begitulah I’jaz al-Qur’an dari segi keilmuan
itu betul-betul mendorong kaum muslimin
untuk berfikir dan membukakan pintu pintu
ilmu pengetahuan. Contoh: menerut
Darwis Hade dalam bukunya cakrawala ilmu
dalam al-Qur’an menyebutkan banyak sekali
isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-
Qur’an misalnya: cahaya matahari
bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya
bulan pantulan dan planet-planet berputar
mengikuti porosnya yang sudah ditentukan,
sebagaimana dijelaskandalam al-Qur’an
Qur’an surat yunus ayat 5 Allah berfirman:
Arinya: “Dia-lah
yang menjadikan matahari bersianr dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan(waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.”
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an telah
mengimformasikan banyak hal berkaitan
dengan ilmu astromi. Informasi ini pada
umumnya menggugah manusia agar
memperhatikan, merenungkan, dan
mengobservasi benda-benda angkasa serta
gejala-gejala alam yang ditimbulkannya.

c. I’jaz Tasyiri’
Al-Qur’an

15
menetapkan peraturan pemerintah islam,
yakni pemerintah yang berdasarkan
musyawarah dan persamaan serta
mencegah kekuasaan pribadi. Contohnya
dalam AL-Qur’an suarah Al-Imran/3:159
Artinya: “dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusa itu”.(QS. Al-Imran/3:159)

c. I’jaz Adadi
I’jaz adadi
merupakan rahasia angka-angka dalam al-
Qur’an. Seperti kata as-syahr (bulan)
disebut sebanyak 365 kali; yaitu sebanyak
hari dalam setahun. Selain itu al-Qur’an
menjelaskan bahwa langit ada tujuh tingkat,
penjelasan ini dilulangi sebanyak tujuh kali
pula dalam Q.S Al-Qur’an Baqarah:29, QS.
Al-Isra’: 44, QS. Al-Mukminum: 86, Qs.
Fushilhat:12, QS. Ath-Thalaq: 12, Qs. Al-
Mulk: 3, dan Qs. Nuh: 15.

Problematika 1. bagaimanakah kesalah pahaman Kami masih kesulitan dalam


seseorang dalam memahami kemukjizatan memahami problematika I’jaz al-
Al-Qur’an? Bagaimanakah solusi untuk Qur’an.
menyelesaikan kesalah pahaman terhadap
I’jaz Al-Qur’an? Jawab:
2. bagaimanakah dasar bukti bahwa
al-Qur’an tidak hanya mencakup teori 1. kesalah pahaman seorang
ilmiah saja dalam ayat al-Qur’an? dalam memahami kemukjizatan
al-Qur’an adalah bahwa
pemahaman mereka kemujizatan
al-Qur’an hanya mencakup
tentang teori ilmiah saya dan
disetiap ada teori baru yang
muncul selalu menghubungkanya
dengan al-Qur’an dan
mentakwilkanya, Untuk
menyelesaikan kesalah pahaman
terhadap I’jaz al-Qur’an tersebut,
maka haruslah seseorang
mengetahui betul apa makna al-
aqaur’an dan mukjizat dan kita
seharusnya berfikir dalam setiap
kejadian. Kita juga dapat
memahami kemukjizatanya
dengan tidak hanya membaca Al-

16
Qur’an dengan hanya sekedar
membacanya tetapi juga
mempelajari dan memahami
kandungan setiap ayatnya
2. -Pertama ia mendorong
kaum Muslimin agar memikirkan
makhluk makhluk Allah yang ada
di langit dan di bumi, seperti
dalam firman Allah pada (Q.S. Ali
Imran (3): 190-191):
- Kedua, al-Qur’an
mendorong umat islam
memikirkan dirinya sendiri, bumi
yang ditempatinya dan alam yang
mengintarinya, seperti dalam
firman Allah pada Q.S.ar-Rum
(30):8:

DAFTAR PUSTAKA

Mustar, i’jaz ‘ Adadi, kemukjizatan Angka 7 dan 19 al-Qur’an, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Digilib.uinsby.ac.id, 2 april 2019
Al-Qattan Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa
Ashani, Sholaudin, Kontruksi Pemahaman Terhadap I’jaz Al-Qur’an,Medan: UIN
Sumatra Utara
Ahmad,Hamzah, Homeostatis Kehidupan Sebagai I’jaz Al-Qur’an, Jakarta:
ALHIKMAH
Masbukin, kemukjizatan al-Qur’an, Journal pemikiran Islam, 2012
Amin Suma, H.Muhammad , Ulumul Qur’an,Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Al-Qaththan Syaikh Manna’, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an,Jakarta: PUSTAKA AL-
KAUTSAR

17
18

Anda mungkin juga menyukai