Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan Critical Book dengan buku “Menyimak”, untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Menyimak Apresiatif dan Krieatif di Institut Keguruan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli dengan baik meskipun banyak kekurangann didalamnya.
Dan saya juga berterimakasih kepada Ibu Noibe Halawa, M.Pd sekalu dosen pengampu mata
kuliah yang telah memberi tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui proses menyimak dari buku tersebut. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam critical book ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca dan Ibo Dosen untuk perbaikan pengerjaan critical book report
kedepan.
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI .
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1
BAB II PEMBAHASAN
A. IDENTITAS BUKU 2
A. PANDANGAN PENULIS
B. MANFAAT
C. KRITIK
D. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembuatan Book Report yang merupakan bagian dari 6 jenis tugas yang didasari untuk
membekali para mahasiswa agar ketika membandingkan buku yang mudah dan tepat.
Penulisan Book Report ini juga dibuat agar mahasiswa mampu menemukan kelebihan dan
kelemahan buku dan memberi pendapat mengenai buku itu, sehingga para pembaca yang
akan membaca buku ataupun berniat untuk membelinya dapat berpikir baik atau tidaknya.
Hal ini dimaksudkan supaya penulis dapat memahami atau mengevaluasi buku yang
digunakan dalam perkuliahan, baik itu dari isi yang mudah dipahami atau tidak, penampilan
buku maupun penyajian isi buku.
Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia yang dalam kurikulumnya tercantum secara eksplisit/implisit bahwa keterampilan
berbahasa Indonesia merupakan mata kuliah pokok. Buku ini juga menanamkan pengertian
tentang pentingnya menulis dalam kehidupan dan dapat pula membantu untuk
meningkatkan daya menulis.
Semoga buku ini dapat bermanfaat kiranya bagi para pembacanya dan kepada penerbit,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaannya untuk menerbitkan buku ini
dengan tata susunan dan tata rancangan yang baik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Intisari dari buku Menyimak
2. Kelebihan dan kelemahan buku
C. TUJUAN
1. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku
2. Memenuhi tugas Critical Book Report
BAB II
INTISARI
A. Identitas Buku
Judul Buku : Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Pengarang : Prof.DR. Henry Guntur Tarigan
Penerbit : CV. Angkasa
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : -
Kota dan Lembaga Penerbit : Bandung. CV.Angkasa
Tebal Buku : viii+ 204 halaman
Garis Besar Isi Buku :
Dalam buku tersebut diuraikan hubungan menyimak dengan ketiga keterampilan yang
lain. Serta ada pun belajar dengan menyimak yang menurut Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan
dapat dilakukan dengan jalan menyimak, meniru, dan mempraktikkan. Seorang pendidik atau
guru bahasa, harus dapat mengetahui, memahami, serta menguasai aneka fungsi linguistik.
Ada 8 prinsip linguistik yang merupakan hakikat dasar berbahasa:
a. Tahap mendengar
b. Tahap memahami
c. Tahap menginterpretasi
d. Tahap mengevaluasi
e. Tahap menanggapi
Seterusnya, berisi materi tentang suasana defensif atau bertahan, suasana suportif atau
mendukung, upaya menjadi penyimak yang menyimak dengan tepat guna, aneka kendala
dalam menyimak, tipe perilaku dalam kegiatan menyimak, dan langkah untuk meningkatkan
kemampuan menyimak.
Perilaku menyimak ada dua, yaitu menyimak faktual dan empatik. Dalam menyimak
faktual, otak kita berfungsi sebagai komputer yang memindahkan serta mengubah materi dan
membuatnya logis, masuk akal, dan mudah dipahami. Sedangkan dalam menyimak empatik,
kita memahami sikap psikolgis dan emosional pembicara dan bagaimana sikap tersebut
mempengaruhi ujarannya.
Menurut Hunt (1981: 19-20) ada lima faktor yang memengaruhi menyimak, yakni:
a. Sikap
b. Motivasi
c. Pribadi
d. Situasi kehidupan
e. Peranan dalam masyarakat
Disebutkan dalam salah satu sub bab mengenai golongan penyimak jelek (poor
listeners) menurut Prof. Brown, yaitu:
Dibahas pula kualifikasi guru menyimak menurut Lado (1976:230); Finochioaro and
Bonomo (1973:28) yang meliputi tiga tingkatan, yaitu kualifikasi minimal, baik, dan baik
sekali. Seorang guru dapat dikatakan memiliki kualifikasi minimal apabila dia memiliki
kemampuan untuk menangkap pengertian tentang sesuatu yang dikatakan atau diucapkan
penutur asli yang terpelajar apabila dia mengucapkan secara haiti-hati dan berbicara secara
sederhana mengenai suatu pokok atau subjek yang umum. Sedangkan untuk kualifikasi baik,
seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami percakapan, pembicaraan yang
mempunyai kecepatan yang sedang pada kuliah dan ceramah, siaran berita pada radio dan
televisi. Pada tingkat terakhir, seorang guru baru bisa dikatakan kualifikasi baik sekali apabila
memiliki kemampuan untuk mengikuti dengan cepat dan teliti serta mudah memahami semua
jenis ujaran baku, seperti percakapan yang cepat atau percakapan kelompok, sandiwara, dan
bioskop.
Prof. Dr. Henyr Guntur Tarigan menjelaskan mengenai upaya untuk menjadi penyimak
yang efektifs serta aneka kaidah peningkatan menyimak. Menurutnya, seorang guru haruslah
menjadi teladan kepada muridnya dengan cara menyimak tepat guna agar terhindar dari
kendala-kendala dalam menyimak yang mengakibatkan pesan yang disampaikan pembicara
tidak dapat diterima dengan sempurna. Ada pun cara mengatasi kendala menyimak adalah:
1) Jauhkan sifat egosentris dalam kegiatan menyimak karana sifat ini jelas mengurangi
perhatian kepada pembicara.
2) Jangan enggan untuk turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain dalam kegiatan
diskusi yang melibatkan kita sebagai pembicara ataupun sebagai penyimak.
3) Jangan takut dan khawatir bahwa komunikasi lisan dapat mengubah pendapat dan
pikiran kita.
4) Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang lain mengenai
hal yang belum kita pahami.
5) Jangan terlalu lekas merasa puas dengan penampilan-penampilan luar pembicara; yang
perlu diperhatikan adalah pikiran, pendapat, gagasan, dan konsepnya menegenai sesuatu.
6) Jangan membuat pertimbangan-pertimbangan yang gegabah dan ceroboh terhadap
makna sesuatu yang dikemkakan oleh pembicara.
7) Hindarilah sedapat mungkin kebingungan-kebingungan semantik, dengan cara bertanya
kepada orang lain atau mencari makna suatu kata baru atau asing dalam kamus.
Pendeknya: kosa kata harus diperkaya.
Selanjutnya dijelaskan perbedaan antara duolog dan dialog. Duolog merupakan suatu situasi
kelompok dua orang atau kelompok kecil yang masing-masing memperoleh giliran berbicara,
tetapi tidak seorang pun menyimak. Sedangkan kebalikannya, dialog menuntut ancangan atau
pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi
responsi secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Dibahas pula hakikat
perhatian dan teori-teori yang berkenaan dengan perhatian seperti teori seleksi-responsi, teori
saringan, dan teori seleksi masukan. Kemudian ditutup dengan faktor pemengaruh perhatian
menyimak dan yang paling penting yaitu mengapa seseorang harus menyimak.
BAB III
PEMBAHASAN
E. RAGAM TULISAN
Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut :
1. Bentuk –bentuk obyektif, yang menckup
a. Penjelasan yang terperinci mengenai proses
b. Batasan
c. Laporan
d. Dokumen
a. Otobiografi
b. Surat-surat
c. Penilaian pribadi
d. Protet/gambaran
e. Satire
Dan masih ragam tulisan ada yang berdasarkan bentuknya, kalsifikasi, chenfeld,
Brookss dan Warren,
1. Kewajaran :
Harus kita sadari bahwa tulisan yang wajar tidak selalu muncul “sekali jadi” dalam
naskah pertama. Kita harus berani membacanya berulang-ulang, memperbaikinya,
menulis-ulang, walaupun terasa pekerjaan itu sungguh berat.
2. Keterusterangan
Keterusteraan menuntut suatu kerelaan dari kita untuk menelanjangi segala lapisan
dalih dan helat serta sifat kepura-puraan yang mendorong kita agar sungguh-sungguh
a. Berani
b. Berkarya
c. Percaya
d. Ingin
Menata sebuah buku harian mungkin merupakan suatu cara yang sangat baik bagi kita
untuk melatih diri menulis dalam suatu nada yang bebas serta tulus, tetapi kita
mungkin saja merasa enggan memperlihatkan pikiran-pikiran pribadi tersebut kepada
orang lain – untuk mendapatkan saran-saran mengenai menulis.
C. Bentuk-Bentuk Tulisan Pribadi
Berdasarkan bentuknya, tulisan pribadi dapat diklasifikasikan atas :
a. Buku/catatan harian : jurnal
b. Cerita yang bersifat otobiografis
c. Lelucon yang bersifat otobiografis
d. Esai pribadi
D. Catatan Harian (Jurnal)
Dalam buku harian dan jurnal mmebicarakan tentang diri sendiri dan pembaca dan
penikmatnya juga diri kita sendiri. Perbedaanya buku harian bagaimana selalu bersifat
pribai tetapi jurnal tidak menutup kemungkinan orang lain dapat turut menikmatinya.
1. Tujuan Menulis Jurnal
Penulisan jurnal memiliki tujuan berbagai ragam untuk berbagi cerita yyang
menambah pengetahuan pemca jurnal dan dapat menjadi sumber ekonomi bagi
penulis dan penerbit.
2. Ciri-ciri Tulisan Jurnal
a. Jurnal bernada akrab
b. Jurnal bersifat pribadi
c. Walau bersifat pribadi, tetapi ipruntukan kepada orang lain untuk membaca
d. Jurnal mempu menangkap kesan fotografis dalam kata-kata
e. Jurnal sanggup mengira-ngira lukisan gambar seseoranghanya dari segi
pernyataan metadisi, dan masih banyak lagi ciri-ciri tulisan jurnal.
E. Cerita Otobiografi
Pembicaraan mengenai cerita otobiografi (atau dengan dalam bahasa Inggris
autubiographical narrative) ini dititikberatkan pada tiga hal :
Cerita biografis dapat disamakan dengan tipe-tipe tulisan naratif lainnya, beik bersifat
biografis maupun bersifat fiktif dn bentuk merupakan hal yang penting bagi semua
itu. Ciri-cirinya:
“Pengalaman adalah guru yang terbaik”, orang-orang tua. Bahkan sering ditambahkan “lama
hidup”, banyak dan kian beraneka ragam pula yang kita lihat, dengar, rasa dan nikmati, kecap
atau cium. Pendek kata : hidup adalah pengalaman.
B. Ragam Tulisan Pemerian.
Ditinjau dari segi bentuknya, tulisan pemerian dapat dibagi atas:
1. Pemerian faktual
Dalam pemerian-pemerian pribadi, yang didasarkan pada responsi kita terhadap obyek-
obyek, suasana-suasana, situasi-situasi, dan pribadi-pribadi, kita berusaha membagikan
pengalaman-pengalaman kita kepada para pembicara agar dapat dinikmati bersama-sama,
dengan harapan dapat menciptakannya kembali dan dengan demikian menimbulkan responsi
yang sama.
1. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas yang dengan jalan membagi-baginya menjadi
beberpa bagian.
2. Defenisi
Defenisi adalah peyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk
menjelaskan.
3. Analisis
4. Opini.
2. Penulisan Kesimpulan
Kesimpulan sesuai tulisan mempunyai dua fungsi :
a. Sebagai penutup atau rangkuman
Perlu bagi kelengkapan para pembaca, yang menyatakan bahawa
mereka telah selesai membaca tulisann yang direncanakan secara
baikdan seksama
b. Menyajikan hal-hal yang penting diingat oleh para pembaca.
c. Perlu bagi rasa kebulatan pokok para pembaca.
BAB LIMA : TULISAN BERNADA MENDEBAT
Persuasi logis, atau yang biasa disebut argumentasi, dipergunakan pada situasi-situasi
resmi seperti perdebatan-perdebatan, dan pada pengadilan-pengadilan tinggi.
B. PERSUASI LOGIS
Biasa disebut argumentasi, dipergunakan pada situasi resmi seperti perdebatan. Dalam
argumentasi, perlakuan terhadap suatu maslaah dilakukan secara cermat dan teliti, berana
factual, pokok permasalahan memang penting.
1. Induksi
Induksi adalah proses pencapaian kesimpulan yang didasarkan pada fata,
pengalaman,observasi, dan kesaksian; acapkali disebutkan sebagai metode ilmiah
karena para ilmuan mengandalkannya dalam karya mereka. Bentuk-bentuk penalaran
induktif adalah penarikan contoh (sampling), analogi dan generalisasi kausal.
2. Deduksi
Deduksi mengikuti pola penalaran yang berbeda dari induksi. Deduksi terutama sekali
didasarkan pada asumsi ; tiada fakta yang dilihat.
a. Silogisme positif : dua pernyataan sebagai premis dan yang ketiga
kesimpulan
b. Silogisme bersyarat : dua pernyataan sebagai premis dan kesimpulan ditarik
dari padanya.
C. Penalaran keliru.
Pada masa kini setiap hari dipadati oleh slogan-slogan iklan dan pidato-pidato politik. Hal
ini mungkin saja menantang serta meragukan pendirian banyak orang bahwa penalaran logis
yang terpercaya merupakan sarang terbaik bagi kekuatan persuasif.
1. Keliru Logis : peniruan,tidak jalan; tidak masuk akal, mengemis masalah,
atau-ataukah
2. Kekelirua emosional : ad hominem, ad populum, name-calling,glittering generality,
badwagon appead
D. Rangkuman.
Susunan yang bersifat menyakinkan hendaklah mempertunjukkan jenis-jenis hubungan
logis yang sama antara proposi atau masalah dan argumen-argumen penunjangnya yang ada
diantara konklusi suatu silogisme dan premis-premis yang secara logis menuju ke sana.
Tulisan yang bernada mengkritik meghasilkan tulisan mengenai sastra. Agar dapat
menghasilkan tulisa yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih
dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.
Banyak orang yang berprasangka jelek terhadap analisis kritis terhadap karya sastra.
Dengan analisis kritis ini tidaklah perlu diartikan sebagai sesuatu interprestasi yang negatif
atau mencela. Secara singkat, yang dimaksud dengan kata kritis disini mengacu pada
perbuatan pertimbangan atau pengambilan keputusan-keputusan evaluasi yang dilakukan
secara matang, teliti, serta mendiskriminasi.
1. Peranan Penulis Sastra.
Dalam merencanakan dunia fiksi ini, para penulis memegang peranan yang beraneka
ragam, antara lain :
2. Alur
Istilah alur yang sama maknanya dengan alur atau plot. Ini adalah tarp atau dramatic
conflict. Keempat istilah ini bermakna “struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau
drama”.
Setiap fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan , melalui suatu pertengahan, menuju
suatu akhir; atau dengan istilah lain; dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi.
3. Latar
Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang
lebih luas, latar mencakup tempat waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang
terlibat dalam kegiatan itu.
4. Waktu
Waktu dalam suatu karya memang sangat penting dalam hubungannya dengan seleksi
yang diadakan oloe sang pengarang, baik terhadap urutan waktu dalam penampilan penyajian
karya tersebut, maupun terhadap masa atau periode penimbulannya.
5. Tema
Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu karya saatra imajinatif
merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebgai akibat
membaca karya tersebut. Tema biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan
atau orang –orang.
6. Teknik
Ironi
Paradoks
Simbolisme
Metafora
BAB IV
PENUTUP
A. Pandangan Penulis
Buku ini sangat rapi menyusun materi. Dengan sistematis mengurutkan setiap materi dan
tidak kurang dalam pemaparannya. Buku ini juga terdapat konsep-konsep dan kata kunci di
setiap materinya yang dibahas.
Isi buku dan penjelasan dalam buku Henry Guntur Tarigan sudah lengkap, karena ia
mengupas tuntas semuanya dan Ia juga membahasnya semua satu per satu sehingga pembaca
dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.
B. Manfaat
Manfaat dari Critical Book Report:
1. Mengetahui