Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REPORT

BUKU MENYIMAK SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

OLEH PROF. DR. HENRY GUNTUR TARIGAN


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan Critical Book dengan buku “Menyimak”, untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Menyimak Apresiatif dan Krieatif di Institut Keguruan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli dengan baik meskipun banyak kekurangann didalamnya.
Dan saya juga berterimakasih kepada Ibu Noibe Halawa, M.Pd sekalu dosen pengampu mata
kuliah yang telah memberi tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap kiranya critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui proses menyimak dari buku tersebut. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam critical book ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca dan Ibo Dosen untuk perbaikan pengerjaan critical book report
kedepan.

Gunungsitoli, 03 Oktober 2020

Wangi Netralli Lase


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .

DAFTAR ISI .

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 1

BAB II PEMBAHASAN

A. IDENTITAS BUKU 2

BAB III PENUTUP

A. PANDANGAN PENULIS
B. MANFAAT
C. KRITIK
D. DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembuatan Book Report  yang merupakan bagian dari 6 jenis tugas yang didasari untuk
membekali para mahasiswa agar ketika membandingkan buku yang mudah dan tepat.
Penulisan Book  Report  ini juga dibuat agar mahasiswa mampu menemukan kelebihan dan
kelemahan buku dan memberi pendapat mengenai buku itu, sehingga para pembaca yang
akan membaca buku ataupun berniat untuk membelinya dapat berpikir baik atau tidaknya.
Hal ini dimaksudkan supaya penulis dapat memahami atau mengevaluasi buku yang
digunakan dalam perkuliahan, baik itu dari isi yang mudah dipahami atau tidak, penampilan
buku maupun penyajian isi buku.
Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Indonesia yang dalam kurikulumnya tercantum secara eksplisit/implisit bahwa keterampilan
berbahasa Indonesia merupakan mata kuliah pokok. Buku ini juga menanamkan pengertian
tentang pentingnya menulis dalam kehidupan dan dapat pula membantu untuk
meningkatkan daya menulis.
Semoga buku ini dapat bermanfaat kiranya bagi para pembacanya dan kepada penerbit,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaannya untuk menerbitkan buku ini
dengan tata susunan dan tata rancangan yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Intisari dari buku Menyimak
2. Kelebihan dan kelemahan buku
C. TUJUAN
1. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku
2. Memenuhi tugas Critical Book Report
BAB II

INTISARI

A. Identitas Buku
Judul Buku : Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Pengarang : Prof.DR. Henry Guntur Tarigan
Penerbit : CV. Angkasa
Tahun Terbit : 2013
Cetakan : -
Kota dan Lembaga Penerbit : Bandung. CV.Angkasa
Tebal Buku : viii+ 204 halaman
Garis Besar Isi Buku :

Ada empat keterampilan berbahasa yang disebut dengancaturtunggal, yaitu:

a.    Keterampilana menyimak (listening skills)


b.    Keterampilan berbicara (speaking skills)
c.    Keterampilan membaca (reading skills)

d.    Keterampilan menulis (writing skills)

Melatih keterampilan berbahasa, berarti pula melatih kemampuan berpikir (Dawson


{et all}, 1963; Tarigan, 1985:1). Sehingga seseorang yang kemampuan berbahasanya baik,
akan berpengaruh baik pula kepada kemampuan berpikirnya. Entah itu kemampuan
menyimak, berbicara, membaca, dan/atau menulis. Tak jarang kita lihat seorang pemimpin
yang berwawasan luas terlihat sangat hebat dalam berpidato di mimbar. Atau seorang penyair
yang menulis puisi dengan kata-kata yang indah. Tentu saja kedua contoh itu adalah bukti
bahwa adanya keselarasan antara kemampuan berbahasa dengan berpikir pada diri seseorang,
namun dalam diri tiap orang bisa jadi tidaklah sama.

Dalam buku tersebut diuraikan hubungan menyimak dengan ketiga keterampilan yang
lain. Serta ada pun belajar dengan menyimak yang menurut Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan
dapat dilakukan dengan jalan menyimak, meniru, dan mempraktikkan. Seorang pendidik atau
guru bahasa, harus dapat mengetahui, memahami, serta menguasai aneka fungsi linguistik.
Ada 8 prinsip linguistik yang merupakan hakikat dasar berbahasa:

a.    Bahasa adalah suatu sistem

b.    Bahasa adalah sebuah vokal

c.    Bahasa tersusun dari lambang-lambang

d.    Setiap bahasa bersifat unik

e.    Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan

f.     Bahasa adalah sarana komunikasi

g.    Bahasa berhubungan dengan budaya setempat

h.    Bahasa berubah dan dinamis

Kemudian dijabarkan tentang pengertian menyimak, tahapan menyimak menurut ahli,


jenis-jenis menulis, tujuan menyimak, hakikat menyimak, kemampuan menyimak siswa,
serta hal-hal yang perlu untuk disimak. Menurutnya, menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang disampaikan oleh  pembicara melalui ujaran.

Dalam buku tersebut, menyimak diklasifikasikan menjadi dua yaitu menyimak


ekstensif dan menyimak intensif. Beliau juga menjelaskan ada empat fungsi utama menyimak
atau yang biasa disebut catur-guna simak. Agar keempat fungsi tersebut dapat dirasakan
dengan baik, maka ada proses yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

a.    Tahap mendengar
b.    Tahap memahami
c.    Tahap menginterpretasi
d.    Tahap mengevaluasi
e.    Tahap menanggapi

Seterusnya, berisi materi tentang suasana defensif atau bertahan, suasana suportif atau
mendukung, upaya menjadi penyimak yang menyimak dengan tepat guna, aneka kendala
dalam menyimak, tipe perilaku dalam kegiatan menyimak, dan langkah untuk meningkatkan
kemampuan menyimak.
Perilaku menyimak ada dua, yaitu menyimak faktual dan empatik. Dalam menyimak
faktual, otak kita berfungsi sebagai komputer yang memindahkan serta mengubah materi dan
membuatnya logis, masuk akal, dan mudah dipahami. Sedangkan dalam menyimak empatik,
kita memahami sikap psikolgis dan emosional pembicara dan bagaimana sikap tersebut
mempengaruhi ujarannya.

Kemudian memperbincangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi kegiatan


menyimak, kebiasaan jelek dalam kegiatan menyimak, mengapa orang tidak menyimak,
kebiasaan umum menyimak yang baik, perilaku penyimak yang jelek, salah paham, dan
aneka masalah dalam menyimak. Aneka masalah itu adalah memprasangkai pembicara,
berpura-pura menaruh perhatian, kebingungan, pertimbangan yang prematur, salah membuat
catatan, hanya menyimak fakta-fakta, melamun, serta beraksi secara emosional.

Menurut Hunt (1981: 19-20) ada lima faktor yang memengaruhi menyimak, yakni:

a.    Sikap
b.    Motivasi
c.    Pribadi
d.    Situasi kehidupan
e.    Peranan dalam masyarakat

Selanjutnya, tentang menyimak yang baik dalam kehidupan maupun kurikulum,


petunjuk, keterangan, pengumuman, percakapan dan dikusi sebagai keterampilan berbahasa,
laporan sebagai keterampilan berbahasa anak, sarana kegiatan menyimak, hingga alasan
seseorang menyimak.

Disebutkan dalam salah satu sub bab mengenai golongan penyimak jelek (poor
listeners) menurut Prof. Brown, yaitu:

a.    Mereka yang terlalu banyak mencatat secara terperinci.


b.    Mereka yang tidak sanggup menghadapi gangguan.
c.    Mereka yang berjiwa argumentatif.
d.    Mereka yang berpura-pura menarik perhatian.
e.    Mereka yang kurang menaruh perhatian pada materi yang dibicarakan dosen itu.

Selanjutnya, berisi pengalaman-pengalaman yang akan mempertinggi daya simak


siswa melalui menyimak konservatif, apresiasif, eksplorasif, dan konsentratif. Dalam hal ini,
sikap guru dapat turut serta mempertinggi daya simak siswanya. Misalnya seperti
memberikan latihan yang  bersifat imajinatif dengan tujuan siswa dapat terbimbing ke arah
suatu inventaris kebiasaan menyimak.

Dibahas pula kualifikasi guru menyimak menurut Lado (1976:230); Finochioaro and
Bonomo (1973:28) yang meliputi tiga tingkatan, yaitu kualifikasi minimal, baik, dan baik
sekali. Seorang guru dapat dikatakan memiliki kualifikasi minimal apabila dia memiliki
kemampuan untuk menangkap pengertian tentang sesuatu yang dikatakan atau diucapkan
penutur asli yang terpelajar apabila dia mengucapkan secara haiti-hati dan berbicara secara
sederhana mengenai suatu pokok atau subjek yang umum. Sedangkan untuk kualifikasi baik,
seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami percakapan, pembicaraan yang
mempunyai kecepatan yang sedang pada kuliah dan ceramah, siaran berita pada radio dan
televisi. Pada tingkat terakhir, seorang guru baru bisa dikatakan kualifikasi baik sekali apabila
memiliki kemampuan untuk mengikuti dengan cepat dan teliti serta mudah memahami semua
jenis ujaran baku, seperti percakapan yang cepat atau percakapan kelompok, sandiwara, dan
bioskop.

Prof. Dr. Henyr Guntur Tarigan menjelaskan mengenai upaya untuk menjadi penyimak
yang efektifs serta aneka kaidah peningkatan menyimak. Menurutnya, seorang guru haruslah
menjadi teladan kepada muridnya dengan cara menyimak tepat guna agar terhindar dari
kendala-kendala dalam menyimak yang mengakibatkan pesan yang disampaikan pembicara
tidak dapat diterima dengan sempurna. Ada pun cara mengatasi kendala menyimak adalah:

1)    Jauhkan sifat egosentris dalam kegiatan menyimak karana sifat ini jelas mengurangi
perhatian kepada pembicara.
2)    Jangan enggan untuk turut berpartisipasi dan terlibat dengan orang lain dalam kegiatan
diskusi yang melibatkan kita sebagai pembicara ataupun sebagai penyimak.
3)    Jangan takut dan khawatir bahwa komunikasi lisan dapat mengubah pendapat dan
pikiran kita.
4)    Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang lain mengenai
hal yang belum kita pahami.
5)    Jangan terlalu lekas merasa puas dengan penampilan-penampilan luar pembicara; yang
perlu diperhatikan adalah pikiran, pendapat, gagasan, dan konsepnya menegenai sesuatu.
6)    Jangan membuat pertimbangan-pertimbangan yang gegabah dan ceroboh terhadap
makna sesuatu yang dikemkakan oleh pembicara.
7)    Hindarilah sedapat mungkin kebingungan-kebingungan semantik, dengan cara bertanya
kepada orang lain atau mencari makna suatu kata baru atau asing dalam kamus.
Pendeknya: kosa kata harus diperkaya.

Selanjutnya dijelaskan perbedaan antara duolog dan dialog. Duolog merupakan suatu situasi
kelompok dua orang atau kelompok kecil yang masing-masing memperoleh giliran berbicara,
tetapi tidak seorang pun menyimak. Sedangkan kebalikannya, dialog menuntut ancangan atau
pendekatan terbuka, suatu kesudian menaruh perhatian kepada orang lain dan memberi
responsi secara sopan kepada mereka tanpa latihan dan ulangan. Dibahas pula hakikat
perhatian dan teori-teori yang berkenaan dengan perhatian seperti teori seleksi-responsi, teori
saringan, dan teori seleksi masukan. Kemudian ditutup dengan faktor pemengaruh perhatian
menyimak dan yang paling penting yaitu mengapa seseorang harus menyimak.
BAB III

PEMBAHASAN

BAB PERTAMA : PENDAHULUAN

A. Keterampilan Berbahasa : Komponen-Komponenya


Dalam bab pertama saya membaca keterampilan berbahasa (languange arts) dalam
kurikulim mencakup empat segi, yaitu :
a.   Keterampilan menyimak (listening skills)
b.   Keterampilan berbicara ( speaking skiils)
c.   Keterampilan membaca ( reading skills)
d.   Keterampilan menulis ( writing skuills)
B. Menulis Sebagai Suatu Ketempilan Berbahasa
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka
sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan
dan praktek yang banyak dan teratur.

1. Hubungan antara menulis dan Membaca


Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita
menuliskan sesuatu, maka pada prinsipnya kita ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain;
paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah hubungan antara menulis
dan membaca pada dasarnya adalah penulis dan pembaca.
Tugas sang penulis adalah mengatur/menggerakkan suatu proses yang mengakibatkan
suatu perubahan tertentu dalam bayangan/kesan sang pembaca. Khusus mengenai menulis,
kualifikasi yang dituntut adalah sebagai berikut :
1.      Kualifikasi Minimal.
Mampu menulis dengan tepat kalimat-kalimat atau pun paragraf-paragraf seperti yang
akan dikembangkan secara lisan bagi situasi-situasi kelas, dan menulis surat sederhana yang
singkat.
2.      Kualifikasi Baik.
Mampu menulis “komposisi bebas” yang sederhana dengan kejelasan dan ketepatan
dalam kosa kata, idiom, dan sintaksis.
3.      Kualifikasi Unggul.
Mampu menulis beraneka ragam pokok pembicaraan (subyek) dengan idiom yang
wajar, ekspresi yang cerah serta mudah dipahami, dan perasaan yang tajam terhadap gaya
bahasa yang beraneka ragam dalam bahasa target.
2. Hubungan antara menulis dan berbicara.
Kedua-duanya memiliki ciri yang sama yaitu produktif dan ekspresif. Perbedaannya ialah
bahwa dalam menulis diperlukan pendengaran dan pengucapan. Dengan perkataan lain,
menulis merupakan komunikasi tidak langsung, tidak tatap muka, sedangkan berbicara
merupakan komunikasi langsung komunikasi tatap muka. Baik menulis maupun berbicara
harus memperhatikan komponen-komponen yang sama, yaitu :struktur kata/bahasa, kosa
kata, kecepatan/kelancaran umum; bedanya ialah bahwa menulis berkaitan dengan ortografi,
maka berbicara berkaitan erat dengan fonologi.
C.   MENULIS SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI
Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-
binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya,
maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik refleks yang sederhana dan bunyi-bunyi
yang tidak yang tidak berupa bahasa. Tetapi hanya manusia sajalah yang telah
mengembangkan bahasa.

D. BATASAN, FUNGSI, TUJUAN MENULIS


Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
grafik itu. Gambar dan lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak
menggambarkan kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan
tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis.
Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi
yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah :

1. Maksud dan tujuan sang penulis,


2. Pembaca atau pemirsa,
3. Waktu atau kesempatan.

Sehubungan dengan “tujuan” penulisan  sesuatu tulisan, maka Hugo Hartig


merangkumkan sebagai berikut :

1. Assigment purpose (tujuan penugasan)


2. Altruistic purpose (tujuan altruistic)
3. Peruasive purpose (tujuan persuasif)
4. Informational purpose (tujuan informational)
5. Selt-expressive (tujuan pernyataan diri)
6. Creative purpose (tujuan kreatif)
7. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

E. RAGAM TULISAN
Salisbury (1955) membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut :
1. Bentuk –bentuk obyektif, yang menckup
a. Penjelasan yang terperinci mengenai proses
b. Batasan
c. Laporan
d. Dokumen

2. Bentuk-bentuk subjektif, yang mencakup :

a. Otobiografi
b. Surat-surat
c. Penilaian pribadi
d. Protet/gambaran
e. Satire
Dan masih ragam tulisan ada yang berdasarkan bentuknya, kalsifikasi, chenfeld,
Brookss dan Warren,

BAB DUA : TULISAN BERNADA AKRAB

A. Tulisan Pribadi: makna dan manfaat


Tulisan pribadi adalah suatu bentuk tulisan yang memberikan sesuatu yang paling
menyenangkan dalam penjelajahan diri pribadi sang penulis. Hanya catatan atau laporan
pribadi yang terbuka sajalah yang dapat menangkap kembali atau merekam secara tepat apa-
apa yang telah kita rasakan atau alami pada masa lalu. Di samping kegunaan sesuatu laporan
tertulis, maka perlu kita sadari bahwa peranan yang paling penting dari menulis adalah
nilainya itu sendiri. 

B. Ciri-ciri tulisan pribadi


Tulisan pribadi adalah suatu pernyataan dari gagasan-gagasan serta perasaan-perasaan
kita mengenai pengalaman-pengalaman kita sendiri yang ditulis baik bagi kesenangan kita
sendiri ataupun bagi kepentingan dan kenikmatan sanak keluarga atau sahabat karib. Tulisan
pribadi dapat berbentuk suatu :

1. Buku harian (diary)


2. Catatan harian, jurnal (journal)
3. Cerita tidak resmi (informal narrative)
4. Surat (letter)
5. Puisi (poem)
6. Bentuk-bentuk tulisan pribadi.

Berdasarkan bentuknya, tulisan pribadi dapat diklasifikasikan atas :

1. Buku/catatan harian :jurnal (journal)


2. Cerita yang bersifat otobiografis (autobiographical narrative)
3. Lelucon yang bersifat otobiografis (autobiographical annecdote)
4. Esei pribadi (personal essay)
5. Catatan harian (jurnal)

1. Kewajaran :
Harus kita sadari bahwa tulisan yang wajar tidak selalu muncul “sekali jadi” dalam
naskah pertama. Kita harus berani membacanya berulang-ulang, memperbaikinya,
menulis-ulang, walaupun terasa pekerjaan itu sungguh berat.
2. Keterusterangan
Keterusteraan menuntut suatu kerelaan dari kita untuk menelanjangi segala lapisan
dalih dan helat serta sifat kepura-puraan yang mendorong kita agar sungguh-sungguh
a. Berani
b. Berkarya
c. Percaya
d. Ingin

Menata sebuah buku harian mungkin merupakan suatu cara yang sangat baik bagi kita
untuk melatih diri menulis dalam suatu nada yang bebas serta tulus, tetapi kita
mungkin saja merasa enggan memperlihatkan pikiran-pikiran pribadi tersebut kepada
orang lain – untuk mendapatkan saran-saran mengenai menulis.
C. Bentuk-Bentuk Tulisan Pribadi
Berdasarkan bentuknya, tulisan pribadi dapat diklasifikasikan atas :
a. Buku/catatan harian : jurnal
b. Cerita yang bersifat otobiografis
c. Lelucon yang bersifat otobiografis
d. Esai pribadi
D. Catatan Harian (Jurnal)
Dalam buku harian dan jurnal mmebicarakan tentang diri sendiri dan pembaca dan
penikmatnya juga diri kita sendiri. Perbedaanya buku harian bagaimana selalu bersifat
pribai tetapi jurnal tidak menutup kemungkinan orang lain dapat turut menikmatinya.
1. Tujuan Menulis Jurnal
Penulisan jurnal memiliki tujuan berbagai ragam untuk berbagi cerita yyang
menambah pengetahuan pemca jurnal dan dapat menjadi sumber ekonomi bagi
penulis dan penerbit.
2. Ciri-ciri Tulisan Jurnal
a. Jurnal bernada akrab
b. Jurnal bersifat pribadi
c. Walau bersifat pribadi, tetapi ipruntukan kepada orang lain untuk membaca
d. Jurnal mempu menangkap kesan fotografis dalam kata-kata
e. Jurnal sanggup mengira-ngira lukisan gambar seseoranghanya dari segi
pernyataan metadisi, dan masih banyak lagi ciri-ciri tulisan jurnal.

E.   Cerita Otobiografi
Pembicaraan mengenai cerita otobiografi (atau dengan dalam bahasa Inggris
autubiographical narrative) ini dititikberatkan pada tiga hal :

1. Makna dan ciri-ciri

Cerita biografis dapat disamakan dengan tipe-tipe tulisan naratif lainnya, beik bersifat
biografis maupun bersifat fiktif dn bentuk merupakan hal yang penting bagi semua
itu. Ciri-cirinya:

a. Suatu alor, suatu plot, atau lakon yang terpadu


b. Suatu kerangka waktu
c. Seorang tukang cerita yang menuturkan cerita tersebut
d. Perkembangan para pelaku
e. Suatu ruang (setting) tempat terjadinya cerita itu.
2. Teknik-tekni penulisan.

Para penulis otobiografis dapat mengadakan pendekatan terhadap pokok-pokok


pembicaraan mereka dengan dua cara atau dua teknik yaitu :
a. Pendekatan Dramtik (a dramatic approach)- wacana langsung
b. Pendekatan deskriptif (a descriptive approarch)- wacana tidak langsung.
3. Beberapa petunjuk menulis  cerita otobiografis.

Petunjuk menulis cerita otobiografis.

a. Usahakan membatasi tulisan itu pada satu tindakan saja


b. Tetapkanlah cara yang paling efektif untuk menata waktu
c. Pilihlah cara bercerita yang sesuai dengan anda
d. Jagalah baik-baik agar took, latar dan tindakan selalu konsisten
e. Pililah perincian dan peristiwa dengan cermat
f. Menmbahkan perasaan tegang agar diminati
F. Lelucon Otobografis
Atau tidak, kta sering mengungkapkan lelucon-lelucon otobiografis, yaitu lelucon-
leluconyang berhubungan akan riwayat hidup kita.maksud mempergunakan lelucon
sebagai suatu pendahuluan adalah untuk “mengalihkan” perhatian pembaca perhatian
kepada pokok pembahasan. Karena sifatnya yang ringkas dan tangkas, lelucon-lelucon
biasanya lebih banyak memberikan aksi daripada perkembangan tokoh.
G. Esai Pribadi
Esai pribadi sering disebut esai akrab adlaah salah satu bagian dari esai informal. Pendek
kata pada esai pribadi dapat bergerak mnulusi aneka ragam pengalaman manusia, tetapi
terutama sekali pada siatuasi sehari-hari yang biasa.
H. Siasat Perbaikan Tulisan Pribadi
Cara yang tepat-guna memperbaiki atau merevisi sepenggal tulisan tertentu adalah
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan kebutuhan san tujuan
khusus perencanaan tulisan tersebut.pertanyaan-pertanyaan berikut ini ditujukan pada
ciri-ciri khusu cerita pribadi
1. Oraganisari (susunan)
2. Narasi (penceriteraan)
3. Bahasa

BAB TIGA : TULISAN BERNADA PENERANGAN

A.. Tujuan Tulisan Bernada Penerangan

“Pengalaman adalah guru yang terbaik”, orang-orang tua. Bahkan sering ditambahkan “lama
hidup”, banyak dan kian beraneka ragam pula yang kita lihat, dengar, rasa dan nikmati, kecap
atau cium. Pendek kata : hidup adalah pengalaman. 
B. Ragam Tulisan Pemerian.
Ditinjau dari segi bentuknya, tulisan pemerian dapat dibagi atas:

1. Pemerian faktual

Pemerian faktual beranggapan bahwa subtansi-subtasi material atau hakekat-hakekat


kebendaan ada dalam keberadaan yang bebas dari yang melihatnya.
2. Pemerian Pribadi.

Dalam pemerian-pemerian pribadi, yang didasarkan pada responsi kita terhadap obyek-
obyek, suasana-suasana, situasi-situasi, dan pribadi-pribadi, kita berusaha membagikan
pengalaman-pengalaman kita kepada para pembicara agar dapat dinikmati bersama-sama,
dengan harapan dapat menciptakannya kembali dan dengan demikian menimbulkan responsi
yang sama.

C. Perbedaan antara pemerian faktual dengan pemerian pribadi.


Perbedaan antara pemerian faktual dengan pemerian faktual agaknya dapat dinamakan
degan perbedaan yang terdapat antara gambar foto dengan gambar lukisan. Walaupun si
tukang foto berusaha memilih sudut pandangan, cahaya,komposisi, pembukaan lensa, dan
kecepatan membidik dengan sebaik-baiknya dan dengan secepat-cepatnya, tetapi kebebasan
mereka terbatas:menggambarkan subyek atau sasaran seperti adanya kepada kebanyakan
orang.
D. Beberapa Petunjuk Menulis Pemberian
Tidak ada daftar saran atau pernyataan yang dapat memecahkan suatu maslaah yang
mungkin dihadapi dalam menulis. Namun begitu, perlu juga mengikuti petunjuk:
1. Pemberian Faktual
a. Susunan : mempunyai aturan tertentu seperti tempat atau ruang. Bersifat logis,
tetap dan konsisten
b. Gaya : tidak perlu menarik perhatian pembaca asalakan bahasa yang harus
disederhanakan dank has.
c. Nada : factual,serius, formal. Berdasarkan fakta, bersungguh-sungguh dan
resmi.
2. Pemerian Pribadi
a. Susunan : secara logis berdasarkan ruang, waktu atau keduanya
b. Gaya : perincian merupakahan kal yang perlu dalam menggambarkan segala
sesuatu yang diberikan
c. Nada : pemerian itu hendaklah ditulis dengan perasaan
E. Pemerian Orang
Orang-orang yangbberbeda dan oleh karena itu penulisan pemerian terhadap oang-
orang juga berbeda. Kesan-kesan yang terlihat oleh orang lain dengan sendirinyam
tetapii biasanya dimasukkan serta digabungkan ke dalam karya-karya tulis. Mengenai
panjangnya; kesan-kesan itu biasanya berkisar antara satu kalimat sampai beberapa
alinea.
BAB EMPAT : TULISAN BERNADA PENJELASAN

A. MAKNA DAN TUJUAN TULISAN BERNADA


Tulisan yang bernada penjelasan biasanya disebut tulisan penyingkapan. Sebenarnya
dapat dikatakan bahwa hamper semua yang kita tulis diklasifikasikan sebagai tulisan
informative tulisan yang bernada memberi penerangan.
B. POKOK PERMASALAHAN DAN PEMBACA
Dalam tulisan pribadi dan tulisan pemerian, kita dapat beranggapan bahwa para
pembaca belum biasa terhadap pokok pembicaraan dan sesuai dengan itu kita harus
menganalisis penikmat untuk menyadari apa yang telah mereka ketahui, apa yang ingin
mereka ketahui dan apa yang mereka ketahui .

C. Bentuk-betuk tulisan penyingkapan.


Berdasarkan bentuknya, tulisan penyingkapan dapat dibagi atas:

1. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas yang dengan jalan membagi-baginya menjadi
beberpa bagian.

2. Defenisi

Defenisi adalah peyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk
menjelaskan.

3. Analisis

Analisis merupakan suatu proses pembagi-bagi bahan bagi maksud-maksud penyingkapan.

4. Opini.

Opini menuntut perhatian pada hubungan-hubungan logis.

D. SUSUNAN TULISAN PENYINGKAPAN


Pembicaraan mengenai susunan tulisan penyingkapan akan diarahkan kepada dua hal,
yaitu :
1. Pentignya Susunan Logis
Perlu susuanan yang logis agar keahlian penulis semakin terampil dalam
pengorganisasian tidak hanya bersifat insting belaka.
2. Langkah-langkah Pengembangan Susuna Logis
a. Mencari Judul
b. Membatasi judul
c. Merumuskan Pernyataan Tesis
d. Mengembangkan Bagan Organisasi
 Pendahuluan
 Isi
 Kesimpulan
E. BENTUK PARAGRAF PENYINGKAPAN
1. Komponen-komponen Paragraf
a. Judul (Topik subject)
b. Pembatasan (Restriction)
c. Uraian (Illustration)
2. Pengembangan Paragraf
a. Judul/pokok : Pokok permasalahan umum, baik paragraph maupun
tulisan/paper
b. Pembahasan : butir khas utama paragraph
c. Uraian : Bahan/sarana penunjang untuk mendemonstrasikan,
keterpercayaan, validates pembatasan.
3. Jenis Paragraf
a. Paragraf Peralihan
Memeranan dua fungsi, yaitu :
 Merangkum menilai bahan/uraian terdahulu
 Membayangkan bahan/uraian berikutnya
b. Paragraf Penekanan
Terdiri atas beberapa kalimat singkat yang pada umunya dimaksudkan untuk
mengejutkan para pembaa, menimbulkan rekasi.
4. Gerakan Paragraf
a. Uraian Setara
b. Urutan singkat
c. Urutan Campuran
F. Pendahuluan dan kesimpulan pada tertulis penyingkapan.
Pendahulauan akan berakhir dengan baik pula.
1. Penulisan pendahuluan
a. Menarik minat pembaca
Pendekatan yang dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para
pembaca dalam sesuatu pendahuluan memang beragam. Mengenai
paragraph pendahuluan, D’Angelo menyarankan beberapa cara, antara
lain mulailah dengan perincian, lelucon, kutipan, pernyataan tesisi,
suatu masalah, gaya bahasa tertentu, penyataan yang samar-samar, dan
suatu analogi.
b. Menyatakan Tesis
Tesis tidak perlu dinyatakan secara eksplisit saja tetapi juga secara
implisit saja.
c. Memilih Nada
Dalam pembicaraan terdahulu, telah disinggung masalah pemilihan
nada ini dan juga telah dibicarakan bahwa hal ity bergantung pada
bebrapa factor, antara lain :
 Pilihan kata-kata
 Struktur kalimat
 Bentuk kata kerja
 Pilihan kata ganti diri
Yang penting disini ialah bahwa dalam pendahuluan penulis perlu
memutuskan nada mana yang hendak digunakan

2. Penulisan Kesimpulan
Kesimpulan sesuai tulisan mempunyai dua fungsi :
a. Sebagai penutup atau rangkuman
Perlu bagi kelengkapan para pembaca, yang menyatakan bahawa
mereka telah selesai membaca tulisann yang direncanakan secara
baikdan seksama
b. Menyajikan hal-hal yang penting diingat oleh para pembaca.
c. Perlu bagi rasa kebulatan pokok para pembaca.
BAB LIMA : TULISAN BERNADA MENDEBAT

A. TULISAN YANG MEYAKINKAN


Tulisan persuasif adalah tulisan yang dapat merebut perhatian pembaca, yang dapat menarik
minat,dan yang dapat menyakinkan mereka bahwa pengalaman membaca meupakan suatu
hal yang amat penting. Ciri-ciri tulisan persuasif antara lain sebagai berikut :

1. Tulisan persuasif haruslah jelas dan tertib.


2. Tulisan persuasif haruslah hidup dan bersemangat.
3. Tulisan persuasif beralasan kuat.
4. Tulisan persuasif harus bersifat dramatik.
5. Persuasif logis.

Persuasi logis, atau yang biasa disebut argumentasi, dipergunakan pada situasi-situasi
resmi seperti perdebatan-perdebatan, dan pada pengadilan-pengadilan tinggi.
B. PERSUASI LOGIS
Biasa disebut argumentasi, dipergunakan pada situasi resmi seperti perdebatan. Dalam
argumentasi, perlakuan terhadap suatu maslaah dilakukan secara cermat dan teliti, berana
factual, pokok permasalahan memang penting.
1. Induksi
Induksi adalah proses pencapaian kesimpulan yang didasarkan pada fata,
pengalaman,observasi, dan kesaksian; acapkali disebutkan sebagai metode ilmiah
karena para ilmuan mengandalkannya dalam karya mereka. Bentuk-bentuk penalaran
induktif adalah penarikan contoh (sampling), analogi dan generalisasi kausal.
2. Deduksi
Deduksi mengikuti pola penalaran yang berbeda dari induksi. Deduksi terutama sekali
didasarkan pada asumsi ; tiada fakta yang dilihat.
a. Silogisme positif : dua pernyataan sebagai premis dan yang ketiga
kesimpulan
b. Silogisme bersyarat : dua pernyataan sebagai premis dan kesimpulan ditarik
dari padanya.

C.   Penalaran keliru.
Pada masa kini setiap hari dipadati oleh slogan-slogan iklan dan pidato-pidato politik. Hal
ini mungkin saja menantang serta meragukan pendirian banyak orang bahwa penalaran logis
yang terpercaya merupakan sarang terbaik bagi kekuatan persuasif.
1. Keliru Logis : peniruan,tidak jalan; tidak masuk akal, mengemis masalah,
atau-ataukah
2. Kekelirua emosional : ad hominem, ad populum, name-calling,glittering generality,
badwagon appead

D.   Rangkuman.
Susunan yang bersifat menyakinkan hendaklah mempertunjukkan jenis-jenis hubungan
logis yang sama antara proposi atau masalah dan argumen-argumen penunjangnya yang ada
diantara konklusi suatu silogisme dan premis-premis yang secara logis menuju ke sana.

BAB ENAM : TULISAN BERNADA MENGKRITIK

Tulisan yang bernada mengkritik meghasilkan tulisan mengenai sastra. Agar dapat
menghasilkan tulisa yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih
dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.
Banyak orang yang berprasangka jelek terhadap analisis kritis terhadap karya sastra.
Dengan analisis kritis ini tidaklah perlu diartikan sebagai sesuatu interprestasi yang negatif
atau mencela. Secara singkat, yang dimaksud dengan kata kritis disini mengacu pada
perbuatan pertimbangan atau pengambilan keputusan-keputusan evaluasi yang dilakukan
secara matang, teliti, serta mendiskriminasi.
1.      Peranan Penulis Sastra.
Dalam merencanakan dunia fiksi ini, para penulis memegang peranan yang beraneka
ragam, antara lain :

1. Penulis sebagai pemimpin/pengelola pentas;sebagai sutradara.


1. Penulis sebagai sutradara.
2. Penulis sebagai penulis cerita.

–          Sudut pandangan.


·         Sudut pandangan terpusat pada orang pertama.
·         Sudut pandangan berkisar sekeliling orang pertama.
·         Sudut pandangan orang ketiga terbatas.
·         Sudut pandangan orang ketiga serba tahu.
–          Bahasa
–          Penokohan.
3.      Penulis sebagai penulis cerita (scriptwriter).
4.      Penulis sebagai direktur atau pemimpin.
5.      Tokoh
Penokohan atau karateristik adalah proses yang dipergunkan oleh seseorang pengarang
untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh fiksi dilihat sebagai yang berada pada suatu
masa dan tempat tertentu dan haruslah pula diberi motif-motif yang masuk akal bagi segala
sesuatu yang dilakukannya.

2. Alur

Istilah alur yang sama maknanya dengan alur atau plot. Ini adalah tarp atau dramatic
conflict. Keempat istilah ini bermakna “struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau
drama”.
Setiap fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan , melalui suatu pertengahan, menuju
suatu akhir; atau dengan istilah lain; dari suatu eksposisi melalui komplikasi menuju resolusi.

3. Latar

Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti yang
lebih luas, latar mencakup tempat waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang
terlibat dalam kegiatan itu.

4. Waktu

Waktu dalam suatu karya memang sangat penting dalam hubungannya dengan seleksi
yang diadakan oloe sang pengarang, baik terhadap urutan waktu dalam penampilan penyajian
karya tersebut, maupun terhadap masa atau periode penimbulannya.
5. Tema

Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Tema suatu karya saatra imajinatif
merupakan pikiran yang akan ditemui oleh setiap pembaca yang cermat sebgai akibat
membaca karya tersebut. Tema biasanya merupakan suatu komentar mengenai kehidupan
atau orang –orang.
6. Teknik
 Ironi
 Paradoks
 Simbolisme
 Metafora

BAB TUJUH : TULISAN BERNADA OTORITATIF

BAB IV
PENUTUP

A. Pandangan Penulis

Buku ini sangat rapi menyusun materi. Dengan sistematis mengurutkan setiap materi dan
tidak kurang dalam pemaparannya. Buku ini juga terdapat konsep-konsep dan kata kunci di
setiap materinya yang dibahas.
Isi buku dan penjelasan dalam buku Henry Guntur Tarigan sudah lengkap, karena ia
mengupas tuntas semuanya dan Ia juga membahasnya semua satu per satu sehingga pembaca
dapat memilah-milah satu per satu dari materi tersebut.

B. Manfaat
Manfaat dari Critical Book Report:
1. Mengetahui

Anda mungkin juga menyukai