Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :

1. Shafia Dwi Wulandari (2019012207)


2. Zumrotus Zakiyah (2019012218)
PSIK IIB

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


TAHUN 2019
JL.Lingkar Raya Kudus-Pati km. 5 Jepang Mejobo Kudus
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmu keperawatan dasar.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk Rahmatubagus selaku dosen pembimbing
karena dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan kami.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini
dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.

Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Kudus, Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................1
C. Rumusan masalah.................................................................................2

BAB II ISI

A. Farmakodinamik dan Farmakokinetik....................................................3


B. Penggolongan obat..................................................................................3
C. Cara pemberian dan perhitungan dosis obat...........................................3

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka
farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga medis, ilmu
ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang
sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme
kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat. Seiring
berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang menjadi ilmu
tersendiri (Setiawati dkk,1995)
Dosis Obat ialah suatu ukuran bahan atau paduan ukuran bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah
dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

Pelayanan kesehatan pun kini semakin baik karena menunjang kepentingan kesehatan
masyarakat. Ilmu yang berkenaan dengan pelayanan farmasi seperti Farmasetika pun terus mengalami
perubahan dan peningkatan menjadi yang lebih baik. Para mahasiswa pun kini dintuntut untuk
mampu membedakan segala macam jenis sediaan farmasi dan juga mampu menggolongkan segala
jenis obat berdasarkan beberapa aturannya. Mahasiswa juga dituntut untuk mampu membuat
beberapa sediaan farmasi baik steril maupun non steril untuk menunjang perkerjaan di masa depan
kelak. Mahasiswa juga harus mampu bertindak dengan tanggap dalam membuat sediaan obat, karena
para mahasiswa diharapkan menjadi seorang farmasis atau apoteker yang tanggap, cepat, dan mampu
menolong masyarakat yang membutuhkan obat untuk kesehatannya.
B. Tujuan
1. Untuk memafami definisi dari jenis antagonisme serta dapat memberikan contoh
peristiwa antagonism.
2. Untuk mengetahui mekanisme antagonis kompetitif dan non kompetitif.
3. Untuk mengetahui tentang sinergisme beserta mekanisme dalam sinergisme dan dapat
memberikan contoh peristiwa yang berhubungan dengan sinergisme.
4. Untuk mengetahui interaksi obat dan reseptor obat.
5. Untuk mengetahui hubungan obat dan respon obat .
6. Mengetahui pengertian Dosis
7. Mengetahui macam macam Dosis dan Dosis obat
8. Memahami penentuan Dosis dan pemberian Dosis
9. Dapat menggolongkan obat berdasarkan yang lainnya.
10. .Dapat mengetahui apa saja bahan sumber obat.
11. .Dapat menjelaskan dan menyebutkan contoh sediaan obat.
C. Rumusan masalah
1. Apa pengertian farmokodinamik dan farmokokinetik?
2. Apa saja penggolongan obat?
3. Baagaimana cara pemberian obat danperhitungan dosis obat?
BAB II

ISI

A. FARMAKODINAMIK DAN FARMAKODIKINETIK


A. PENGERTIAN FARMAKODINAMIK

Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek-efek biokimiawi dan fisiologi


obat serta mekanisme kerja obat tersebut didalam tubuh. (Gunawan, 2009).

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat,
mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek
dan respon yang terjadi.

B. DEFINISI ANTAGONISME
Antagonisme adalah suatu keadaan ketika efek dari sutau obat menjadi berkurang
atau hilang sama sekali yang disebabkan oleh keberadaan satu obat lainnya.
C. JENIS ANTAGONISME
Antagonisme Farmakodinamik
2 jenis antagonisme :
1. Antagonisme fisiologik
Terjadi pada organ yang sama, tetai ada system reseptor yang berlainan.
Missal : efek bronkokonstriksi histamine dapat dilawan dengan adrenalin yang
bekerja pada adrenoreseptor beta.
2. Antagonisme pada reseptor
Terjadi melalui system reseptor yang sama. Antagonis mengikat reseptor
di tempat ikatan agonis sehingga terjadi antagonisme antara agonis dengan
antagonisnya. Misalnya, efek histamin yang dilepaskan dalam reaksi alergi
dapat dicegah dengan pemberian antihistamin yang menduduki reseptor yang
sama.
D. MEKANISME ANTAGONIS KOMPETITIF DAN NON-KOMPETITIF
1. Mekanisme Antagonis Kompetitif
Dalam hal ini, antagonis mengikat reseptor ditempat ikatan agonis
(receptor site atau active site ) secara reversible sehingga dapat digeser oleh
agonis kadar tinggi. Dengan demikian hambatan efek agonis dapat diatasi
dengan meningkatkan kadar agonis sampai akhirnya dicapai efek maksimal
yang sama. Jadi, dierlukan kadar agonis yang lebih tinggi untuk memperoleh
efek yang sama. Ini berarti afinitas agonis terhadap reseptornya menurun.
Contoh antagonis kompetitif adalah β˗bloker dan antihistamin.
Kadang-kadang suatu antagonis mengikat reseptor di temat lain dari
reseptor site agonis dan menyebabkan perubahan konformasi reseptor
sedemikian sehingga afinitas terhadap agonisnya menurun. Jika penurunan
afinitas agonis ini dapat diatasi dengan meningkatkan dosis agonis, maka
keadaan ini tidak disebut antagonisme kompetitif, tetapi disebut kooperativitas
negatife
2. Antagonism Non-Kompetatif
Antagonis ini adalah suatu keadaan ketika obat antagonis memblokade
suatu tempat tertentu dari rangkaian kejadian yang diperlukan untuk
menghasilkan respon suatu agonis. (departemen farmakologi, 2008)
Hambatan efek agonis oleh antagonis nonkompetitif tidak dapat diatasi
dengan meningkatkan kadar agonis. Akibatnya, efek maksimal yang dicapai
akan berkurang, tetapi afinitas agonis terhadap reseptornya tidak berubah.

E. CONTOH PERISTIWA ANTAGONISME


Menurut mekanisme terjadinya, antagonisme dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. antagonisme kimiawi
antagonisme yang terjadi pada 2 senyawa yang mengalami reaksi kimia
pada suatu larutan atau media sehingga mengakibatkan efek obat berkurang.
Contoh : tetrasiklin mengikat secara kelat logam-logam bervalensi 2 dan 3
(Ca, Mg, Al) → efek obat berkurang
b. antagonisme farmakokinetik
antagonisme ini terjadi jika suatu senyawa secara efektif menurunkan
konsentrasi obat dalam bentuk aktifnya pada sisi aktif reseptor.

Contoh : fenobarbital → induksi enzim pemetabolisme warfarin →


konsentrasi warfarin berkurang → efek berkurang.

c. antagonism non-kompetitif

agonis dan antagonis berikatan ada waktu yang bersamaan, pada daerah
selain reseptor.
Contoh: aksi papaverin terhada histamine ada reseptor histamine-1 otot polos
trakea.
F. SINERGISME
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme
antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel, enzim yang sama dengan
efek farmakologi yang sama. Semua obat yang mempunyai fungsi depresi pada
susunan saraf pusat- sebagai contoh, etanol, antihistamin, benzodiazepin
(diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam, bromazepam, alprazolam),
fenotiazin (klorpromazina, tioridazina, flufenazina, perfenazina, proklorperazina,
trifluoperazina), metildopa, klonidina- dapat meningkatkan efek sedasi.
G. MEKANISME SINERGISME
a. Sinergisme pada tempat yang sama

interkasi di mana efek dua obat yang bekerja pada tempat yang sama
saling memperkuat. Walaupun banyak contoh interaksi yang merugikan
dengan mekanisme ini tetapi banyak pula interaksi yang menguntungkan
secara terapetik.
b. Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau
hampir sama.

Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama, walaupun
tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan bersamaan akan
memberikan efek yang saling memperkuat.

H. CONTOH PERISTIWA SINERGISM


a.Contoh sinergisme pada tempat yang sama
1. Efek obat pelemas otot depolarisasi(depolarizing muscle relaxants)
akan diperkuat/ diperberat oleh antibiotika aminoglikosida, kolistin
dan polimiksin karena keduanya bekerja pada tempat yang sama
yakni pada motor end plate otot seran lintang.
2. Kombinasi obat beta-blocker dan Ca ++-channel blocker seperti
verapamil dapat menyebabkanaritmia/asistole. Keduanya bekerja
pada jaringan konduksi otot jantung yang sama.
b.contoh sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama
atau hampir sama
1. Alkohol dan obat-obat yang berpengaruh terhadap susunan saraf
pusat,
2. Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap susunan
saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.
3. Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida
4. Kombinasi beberapa obat antihipertensi
I. INTERAKSI OBAT DAN RESEPTOR
Obat harus berintekasi dengan target aksi obat (salah satunya adalah reseptor)
untuk dapat menimbulkan efek. Interaksi obat dan reseptor dapat membentuk
komplek obat-reseptor yang merangsang timbulnya respon biologis, baik respon
antagonis maupun agonis. Mekanisme timbulnya respon biologis dapat dijelaskan
dengan teori interaksi obat-reseptor. Ada beberapa teori interaksi obat-reseptor,
antara lain:

1. Teori Klasik
Ehrlich (1907) memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep
sederhana tentang interaksi antara obat-reseptor, dimana obat tidak akan
dapat menimbulkan efek tanpa mengikat reseptor. Interaksi yang terjadi
antara struktur dalam tubuh (sisi reseptor) dengan molekul asing yang sesuai
(obat) yang saling mengisi akan menimbulkan suatu respon biologis.
2. Teori Pendudukan
Dikemukakan oleh Clark pada tahun 1926. Teori ini memperkirakan satu
molekul obat akan menempati satu sisi reseptor. Obat harus diberikan dalam
jumlah 5 berlebih agar tetap efektif selama proses pembentukan kompleks.
Besar efek biologis yang terjadi sesuai dengan jumlah reseptor spesifik yang
diduduki molekul obat yang juga sebanding dengan banyak kompleks obat-
reseptor yang terbentuk. Setiap struktur molekul obat harus mengandung
bagian yang secara bebas dapat menunjang afinitas interaksi obat dengan
reseptor dan mempunyai efisiensi untuk menimbulkan respon biologis akibat
kompleks obat – resptor. Jadi respon biologis merupakan fungsi dari jumlah
kompleks obat-reseptor. Respon biologis yang terjadi dapat merupakan
rangsangan aktivitas (efek agonis) dan pengurangan aktivitas (efek
antagonis).
3. Teori Kecepatan
Croxatto dan Huidobro (1956), memberikan postulat bahwa obat hanya
efisien pada saat berinteraksi dengan reseptor. Kemudian teori ini dijelaskan
oleh Paton (1961) yang mengemukakan bahwa efek biologis setara dengan
kecepatan ikatan obat-reseptor dan bukan dari jumlah reseptor yang diduduki
oleh obat. Pada teori ini, tipe kerja obat ditentukan oleh kecepatan
penggabungan (asosisasi) dan peruraian (disosiasi) komplek obat-reseptor dan
bukan dari pembentukan komplek obat-reseptor yang stabil. Senyawa
dikatakan agonis jika kecepatan asosiasi (sifat mengikat reseptor) dan
disosiasi besar. Senyawa dikatakan antagonis jika kecepatan asosiasi sangat
besar sedangkan disosiasinya kecil. Dan senyawa agonis parsial adalah jika
kecepatan asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.

B. PENGGOLONGAN OBAT

Pengolongan obat
Obat dapat digolongkan berdasarkan beberapa kriteria penggolongan dan dimaksudkan untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan serta pengamanan distribusi.

1. Penggolongan Obat menurut Undang Undang Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan
no 949/Menkes/Per/VI/2000.

• Obat bebas
Adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut OTC (Over The
Counter),terdiri atas obat bebas dan obat terbatas. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan S.K Menkes RI Nomor 2380/A/SKA/1983 tentang tanda khusus untuk obat
bebas dan obat bebas terbatas. Di Indonesia,obat golongan ini ditandai dengan lingkaran
bewarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
• Obat Bebas Terbatas
Adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli
bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada
kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam.

Obat Bebas Terbatas juga mempunyai tanda tanda peringatan yang selalu tercantum pada
kemasan obat, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm dan
lebar 2 cm. Tand peringatan ini memuat pemberitahuan pemberitahuan penggunaan obat
dan ditulis dengan tinta putih. Contoh tanda tanda peringatan itu antara lain :
• Obat Wajib Apotek
Adalah obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker

Penglola Apotek atau disingkat APA kepada pasien. Tujuan OWA ini adalah
memperluas keterjangkuan obat untuk masyarakat. Obat obat yang digolongkan
dalam golongan iini merupakan obat obatan yang diperlukan bagi kebanyakan
penyakit yang diderita pasien.

• Obat Keras
Adalah obat yang mempunyai khasiat tinggi dan harus dengan resep dokter untuk
mendapatkannya. Berdasarakan keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor
02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan lingkaran berwarna merah dan
bergaris tepi hitam serta huruf K yang menyentuh garis.

• Obat Psikotropika dan Narkotika


Adalah zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan
syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,disertai dengan munculnya
halusinasi,ilusi,gangguan berfikir,perubahan perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan dan efek stimulasi bagi penggunanya. Tanda pada golongan obat ini
adalah palang merah didalam lingkatan putih bergaris tepi merah.
Contoh-Contoh Obat
 Obat Bebas
Tablet Vit. C 100 mg, 250 mg; tablet B complex, tablet Bi 100 mg, 50 mg, 25mg; tablet
multivitamin. Boorwater, 2-4 salap, salep boor. Julapium, buikdrank, staaldrank. promag, bodrex,
biogesic, panadol, puyer bintang toedjoe, diatabs, entrostop, dan sebagainya.

 Obat Bebas Terbatas


Tinctura Iodii (P3) = antiseptik, lequor burowi (P3) = obat kompres, gargarisma kan (P2) = obat
kumur, rokok asthma (P4) = obat asthma, tablet Ephedrinum 25 mg (P1) = obat asthma, tablet
santonin 30 mg (P1) = obat cacing, tablet Vit. K 1,5 mg = anti pendarahan, ovula sulfanilamidun (P5)
= anti inveksi di vagina, obat batuk, obat pilek, krim antiseptic, neo rheumacyl neuro, visine, rohto,
antimo

 Obat Wajib Apotik


Clindamicin 1 tube, obat luar untuk acne; Diclofenac 1 tube, obat luar untuk anti inflamasi
(asam mefenamat); flumetason 1 tube, obat luar untuk inflamasi; Ibuprofen tab. 400mg, 10 tab.
Tab. 600mg, 10 tab; obat alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep
oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal

 Obat Keras
Semua obat injeksi, obat antibiotik (chloramphenicol, penicillin, tetracyclin, ampicillin), obat
antibakteri (sulfadiazin, sulfasomidin), amphetaminum (O.K.T), hydantoinum = obat anti epilepsi,
reserpinum = obat anti hipertensi, Vit. K = anti perdarahan, Yohimbin = aphrodisiaka,

Isoniazidum = anti TBC, nitroglycerinum = obat jantung


 Obat Psokotropika dan Narkotika
Psikotropika adalah Ecstasy dan Sabu-sabu. Narkotika adalah opium, sediaan opium (tinctura,
extractum,pulv. deveri), kikain kasar dan ecgonin, morfin, diasetil morfin, kokain dan garamny,
cannabis indicac = ganja dan sediaannya, kodein, thebain dan juga, obat bius sintetis

(dolantin, pethidin, demerol, amidon, methadon, symoron)

1. Penggolongan obat berdasarkan kegunaan di dalam tubuh yaitu :


• Obat penyembuhan (terapeutic)
• Obat pencegahan (prophylaclic)
• Obat diagnosis (diagnostic) 3. Penggolongan obat berdasarkan cara penggunaan obat

yaitu :

• Medicamentum ad usum intenum atau pemaikan dalam yang biasanya ditandai oleh
etiket bewarna putih dan diperuntukan untuk pengguanaan oral (melalui mulut).
• Medicamentum ad usum atau pemakaian luar yang biasanya ditandai dengan etiket
bewarna biru. Contoh obat ini adalah injeksi,plantasi,membran
mukosa,rektal,vaginal,nasal,opthalmic,aurical,collutio/gargar isma/gargle.

4. Penggolongan obat berdasarkan cara kerja obat tersebut yaitu :


• Obat lokal
Adalah obat yang berkerja secara lokal atau pada jaringan setempat ,seperti
pemakaian topical

• Obat sistemik
Adalah obat yang kerjanya didistribusikan ke seluruh tubuh seperti tablet analgetik.

5. Penggolongan obat berdasarkan proses fisiologis dan biokimia didalam tubuh yaitu :
• Obat Farkodinamik
Obat yang berkerja terhadap tubuh dengan jalan mempercepat atau
memperlambatproses fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh. Misalnya
hormon,diuretik,hipnotik,dan obat otonom.
• Obat Kemoterapeutik
Obat ini dapat membunuh parasit dan kuman didalam tubuh. Obat ini memiliki
kegiatan farkodinamik,minimal untuk melawan parasit seperti
,cacing,protozoa,bakteri dan virus. Obat neoplas atau obat kanker juga termasuk
dalam golongan obat ini.
• Obat diagnosis
Obat ini membantu pengenalan suatu penyakit.
C. Macam macam sediaan bentuk obat.

1. Bentuk padat,antara lain :


 Serbuk
Adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan.

 Tablet
Adalah sediaan farmasi padat bebentuk bundar pipih cembung dan padat.

 Pil
Adalah sediaan farmasi dalam bentuk bulat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat.

 Kapsul
Adalah sediaan farmasi padat berupa serbuk dalam cangkang yang keras atau
lunak dan dapat larut.

 Suppositoria
Adalah sediaan farmasi padat dalam berbagai bobot yang diperuntukan untuk
pemakaian melalui rektal,vagina,dan uretra.
2. Bentuk setengah padat,antara lain :
 Salep
Adalah sediaan farmasi berbentuk setengah padat untuk pemaikan topikal pada
kulit dan selaput lendir.

 Cream
Adalah sediaan farmasi berbentuk setengah padat yang terdiri dari satu atau
lebih bahan obat dalam bahan dasar yang sesuai.
 Gel
Adalah sediaan farmasi yang bermassa lembek yang berupa suspensi yang
terbentuk dari senyawa organik masing masing terbungkus dan saling terserap
oleh cairan.
 Emulsi
Adalah sistem dua fase yang salah satu cairan terdispersi dalam cairan lainnya
yang membentuk tetesan kecil

3. Bentuk cair,antara lain :


 Sirup
Adalah sediaan farmasi berupa cairan yang mengandung sukrosa.

 Eliksir
Adalah sediaan farmasi berupca cairan yang biasanya hidroalkoholik,jernih dan
manis. Biasanya untuk pemaikaian oral.
 Infus intravena
Adalah sediaan steril berupca larutan atau emulsi,bebas pirogen,sedapat mungkin isotonis
terhadap darah

C. CARA PEMBERIAN OBAT DAN DOSIS OBAT

Pengertian Dosis

Dosis merupakan kadar dari sesuatu (kimiawi, fisik, biologis) yang dapat
mempengaruhi suatu organisme secara biologis; makin besar kadarnya, makin besar
pula dosisnya. Di bidang kedokteran, istilah ini biasanya diperuntukkan bagi kadar obat
atau agen lain yang diberikan untuk tujuan terapi. Dalam toksikologi, dosis dapat
merujuk kepada jumlah agen berbahaya (seperti racun, karsinogen, mutagen, ataupun
teratogen), yang dipajankan kepada organisme.

Bahan kimia merupakan zat paling umum diukur dosisnya, namun ada pula
lainnya, seperti pajanan radiasi. Untuk manusia, sebagian besar dosis mikronutrien dan
pengobatan diukur dalam miligram (mg.), dan lainnya kadang-kadang diukur dalam
mikrogram karena potensinya.

Pengertian Dosis Obat

Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram,mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya
(Unit Internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis
obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa,
juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat
yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxic. Dosis toxic ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letal.

Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal
(loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan
memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (misalnya dua
kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat dicapai lebih awal. Hal ini
dilakukan antara lain pada pemberian oral preparal Sulfa (Sulfisoxazole,Trisulfa
pyrimidines), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan dosis pemeliharaan
1 gram tiap 6 jam.

Macam Macam Dosis

Ilmu Farmasi : Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat)
yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS, antara
lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis
letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim

Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum


pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya
tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis
minimum obat.

2. Dosis terapi

Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum

Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan
efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
4. Dosis maksimum

Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan
kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik

Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa
dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)

6. Dosis Letalis

Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa
dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :

 Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50%


hewan percobaan
 Dosis letal100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100%
hewan percobaan

CARA PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Dosis maksimum

Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum dewasa (20-60
tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan dan rektal.

Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun. Pemberian dosis
harus lebih kecil dari dosis maksimum.

 Menurut buku Obat-Obat penting .

- 65- 74 tahun, dosis biasa - 10%

- 75-84 tahun, dosis biasa - 20%

- Diatas 85 tahun, dosis biasa – 30%

 Menurut buku ilmu resep

- 60 -70 tahun 4/5 dosis dewasa


- 70- 80 tahun 3/4 dosis dewasa

- 80-90 tahun 2/3 dosis dewasa

- 90 tahun ke atas ½ dosis dewasa.

Perhitungan dosis anak berdasarkan usia :

1. Rumus Young: n× dosis dewasa

n+12

(n dalam tahun untuk anak usia di bawah 8 tahun).

2. Rumus Dilling: n×dosis dewasa

20

(n dalam tahun anak di atas 8 tahun)

3. Rumus Fried : n×dosis dewasa

150

(n dalam bulan)

4. Rumus Cowling: n×dosis dewasa

24

(n adalah satuan tahun yang digenapkan ke atas)

5. Rumus Gaubius :

Berupa pecahan yang dikalikan dengan dosis dewasa

0-1 tahun =1/12x dosis dewasa

1-2 tahun = 1/8 x dosis dewasa

2-3 tahun = 1/6 x dosis dewasa

3-4 tahun = 1/4 x dosis dewasa


4-7 tahun = 1/3 x dosis dewasa

7-14 tahun = ½ x dosis dewasa

14-20 tahun = 2/3 x dosis dewasa

21-60 tahun = dosis dewasa

Perhitungan dosis berdasarkan bobot badan

a) Rumus Clark (amerika)


Bobot badan anak (pon) x dosis dewasa
150
b) Rumus Themich Fier (Jerman)

Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa

70

c) Rumus black (Belanda)

Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa

62

Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh

1) UI Jakarta
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa.
1,75
2) Rumus Catzel
Luas permukaan tubuh anak x dosis dewasa
Luas permukaan tubuh dewasa

Dosis maksimum gabungan (DM sinergis)

- Jika dalam satu resep terdapat dua atau lebih zat aktif (bahan obat) yang
kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka jumlah obat yang
digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek sama
tersebut.
- Baik sekali pakai ataupun dosis sehari.

Contoh obat yang memiliki efek yang sama

o Atropin sulfat dengan ekstrak belladonae


o Pulvis opii dengan pulvis overi
o Kofein dan aminofilin
o Arsen trioxida dan Natrii arsenas

Dosis obat untuk anak (Pediatrik),katagori anak :

- Anak premature : lahir kurang 35 minggu


- Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
- Bayi : infant s/d 1 tahun
- Balita : 1-5 tahun
- Anak : 6-12 tahun

PENENTUAN DOSIS ANAK

Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan.
Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum
maksimal Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa

- Neonatus >29,7% dari dewasa


- Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa
- Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa

Rumus perhitungan dosis anak

- Menurut perbandingan umur orang dewasa ;


- Rumus Young : untuk anak 1-8 tahun kebawah
Da = n x Dd
n + 12

CARA PEMBERIAN OBAT

o Bentuk Oral
Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih
disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini
adalah bentuk tablet, kapsul, dan lozengez. Bentuk sediaan oral :

a. Obat Cair (liquid)


- Solutio, Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat
pelarutnya adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam
namanya, misalnya :minyak kamfer, Nitrogliserin dalam spiritus.
- Suspensi, Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi
harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu
kental agar sediaan mudah dikocok dan dituang
- Sirup,Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
- Elixir, Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven.
- Emulsi, Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase
cairan lainnya dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi
(Emulgator).
- Emulsi O/W, Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan
fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi / pembawa
(emulsi ini dapat dicernakan dengan air). Emulgatornya larut dalam air.
Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott Emultion.
- Emulsi W/O, Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang
merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan
dengan minyak). Emulgatornya larut dalam minyak. contoh : Mentega,
Ianolin.
- Netralisasi atau penetralan, obat minum yang di buat dengan jalan
mencampurkan suatu asam dengan suatu basa (yang dipergunakan
adalah suatu Carbonat) dan tidak mengandung CO2 (karena CO2 yang
terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya dengan cara pemanasan sampai
larutannya jernih), yang termasuk Netralisasi.
- Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
- Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3, dapat
juga dengan NaOH
b. Capsulae / capsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat serbuk,
butiran atau granul, cair, semi padat

Jenis – jenis kapsul:

- Capsulae gelatinosae (dibuat dari gelatin) terdiri dari : Soft Capsulae /


Capsulae Molles à lunak, Hard Capsulae / Capsulae Durae à keras.
- Capsulae Amylaceas (dibuat dari amylum)
- Capsulae Metilsellulosa

Absorpsi sediaan oral :

a. Mulut

Mulut adalah rongga lonjong pada permukaan saluran penceranaan.


Terdiri atas dua bagian, bagian luar yang sempit, yaitu ruang di antara gusi serta
gigi dengan bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di
sisi-sisinya oleh tulang maxilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang
dengan awal faring.

Di dalam mulut terdapat tiga kelenjar ludah, yaitu: kelenjar parotis,


kelenjar submandibularis, kelenjar sublingualis. kelenjar ludah berfungsi
mengeluarkan saliva. Saliva memiliki pH 6,7-7,8 mengandung enzim ptyalin,
fungsinya untuk membebaskan zat aktif dari obat.

b. Tenggorokan (Esofagus)

Esofagus adalah suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar


25 cm dengan garis tengah 2 cm. Esophagus terutama berfungsi untuk
menghantarkan makanan dan obat dari faring ke lambung, dengan gerakan
peristaltic. Dinding esophagus seperti juga bagian lain dari saluran cerna, terdiri
dari empat lapisan: mukosa, sub mukosa, muskularis, dan serosa.

c. Lambung
Panjang sekitar 25 cm dan lebar 10 cm dan memiliki kapasitas volume 1-
1 ½ liter. Secara anatomis lambung dibagi atas fundus, korpus dan antrum
pilorikum atau pilorus.

Lambung terdiri dari empat lapisan, yaitu lapisan tunika serosa atau
lapisan luar, muskularis, submukosa,dan mukosa.

Kandungan lambung adalah asam lambung, mucus, polisakarida, protein


mineral, dan cairan lambung yang memiliki pH 1,9.

Hormone gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak pada daerah pylorus
lambung. Gastrin merangsang kelenjar gastric untuk menghasilkan asam
hidroklorida dan pepsinogen. Subtansi lain yang diseksresi oleh lambung adalah
enzim dan berbagai elektrolit, terutama ion-ion kalium, natrium dan klorida.

Fungsi lambung dibagi menjadi dua yaitu fungsi motorik dan fungsi
pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik dibagi menjadi tiga yaitu fungsi reservoir
(menyimpan makanan sampai mekanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan
dan bergerak pada saluran cerna.), fungsi mencampur (memecah makanan
menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung.), fungsi pengosongan lambung.

d. Usus halus

Usus halus memiliki panjang kira-kira enam meter dan diameternya 2-3
cm. Terdiri dari duodenum memiliki pH 4-6 dan waktu transit selama 15 menit,
jejunum memiliki pH 6-7dan waktu transit 2-3 ½ jam, ileum memiliki pH 6-8.
Berfungsi untuk sekresi (untuk duodenum dan bagian pertama jejunum) dan
absorpsi (bagian akhir jejunum dan ileum). Bagian pertama dari usus halus steril
sedangkan bagian akhir yang menghubungkan secum (bagian awal dari usus
besar) mengandung beberapa bakteri.

Usus adalah tempat absorpsi makanan dan obat yang sangat besar
karena usus halus memiiki mikrovilli usus halus yang memberikan luas
permukaan yang sangat besar untuk absorpsi obat dan makanan.
Konsistensi usus halus berupa cairan kental seperti bubur.

Waktu transit untuk makanan dari mulut ke secum memerlukan waktu


sekitar 4-6 jam, sedangkan waktu transit sediaan padat dari 95% populasi sekitar
3 jam atau kurang.

Dua cairan pencerna masuk duodenum, yaitu cairan ampedu melalui hati
dan getah prankeas dari prankeas. sekresi prankreas berupa enzim amilasi,
lipase, proteolitik. Sekresi empedu berupa musin, garam empedu.

Ada tiga gerakan yang terjadi pada usus halus, yaitu: segmentasi,
peristaltic, pendule.

e. Usus besar

Usus besar atau kolon yang kira-kira 1 ½ meter panjangnya adalah


merupakan sambungan dari usus halus.

Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu kolon asendens, kolon
transverses dan kolon desendens.

Fungsi usus besar tidak untuk absorpsi, tetapi sebagai organ dehidrasi
dan saluran untuk mengeluarkan feses (defekasi).

Isi kolon memiliki pH 7,5-8.

Antibiotic yang tidak diabsorpsi tidak sempurna akan mempengaruhi flora


normal bakteri dalam kolon.

Usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat telah diabsorpsi dan
bersifat cair.

Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin padat karena


terjadi reabsorpsi air dan ketika mencapai rectum feses bersifat padat. Gerakan
peristaltic dalam kolon sangat lamban dan diperlukan waktu kira-kira enam belas
sampai dua puluh jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid.
o Bentuk Topikal
Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi
atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah
salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan di kulit lebih lama.
Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.
o Bentuk Supositoria
Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu
badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rectum untuk lesi setempat
atau agar diserap sistemik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Antagonisme merupakan respon obat yang tidak menimbulkan efek,
dikarenakan adanya obat lain yang dapat menghilangkan zat aktif dari obat
tersebut. Namun ada beberapa obat yang dapat bekerja pada tempat yang
sakit atau efek yang diinginkan dengan cara mengurangi kadar obat yang
satunya. Contohnya yaitu obat emberian Na-bikarbonat untuk alkalinisasi
urine pada keracunan fenobarbital
Sinergisme merupakan obat yang bekerja pada sistem, organ, sel, enzim
yang sama dengan efek farmakologi yang sama. Contohnya benzodiazepin
(diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam, bromazepam, alprazolam).
B. Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk
menentukan dosis yang tepat. Agar pasien merasa puas atas
tindakan keperawatan kepada pasien yang kita berikan. Dalam
memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan
dosis. Jadi, sebagai calon apoteker yang professional harus mampu
menguasai tentang dosis obat.

3.2 Saran
DAFTAR PPUSTAKA

Gunawan, Gan Sulistia. 2009. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Setiawati dkk. Pengantar Farmakologi dalam farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta. Gaya
Baru:1995    

staf pengajar deartemen farmakologi, 2008. (Kumpulan Kuliah Farmakologi Fakultas


Kedokteran Universitas Brawijaya Ed. 2. Jakarta : EGC, 2008)

http://pharmacyindonesia.blogspot.com/2011/06/dosis-obat.html

http://trisusilowatibhm.blogspot.com/dosis-obat.html

http://azizahmidwife.blogspot.com/pemberian-obat.html

Buku F.I III daftar dosis maksimum halaman 959-994.


http://khahyun.wordpress.com/2010/11/29/sediaan-oral/

Anda mungkin juga menyukai