Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
JURUSAN KEBIDANAN
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, atas petunjuk dan
kekuatan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah WEM tentang “Human trafficking,
penularan HIV/AIDS, Pemerkosaan, pelecehan seksual,dan LGBT”.
Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan saya sebagai
mahasiswa untuk menambah pengetahuan saya tentang mata kuliah ini. Dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat
bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata kuliah ini.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini saya belumlah cukup sempurna. Oleh
karena itu saya membutuhkan kritik dan saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi
lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi saya untuk menyusun makalah yang sesuai dengan
harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
3
juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar
dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO
terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yang
mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka ini
meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya
(WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan AIDS di
Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai
81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun
dengan persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko
lainnya (Boon, 2009).
1. 2 Rumusan Masalah
4
2. Apa saja faktor penyebab human Trafficking
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Human Trafficking
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari Human Trafficking : kemiskinan,
keinginan cepat kaya, pengaruh sosial budaya.
3. Untuk mengetahui undang-undang tentang trafficking, pencegahan dan
pemberantasan
4. Untuk mengetahui kerentanan penularan HIV/AIDS pada perempuan :
biologis, ketidaksetaraan gender.
5. Untuk mengetahui pencegahan penularan HIV pada perempuan usia
reproduktif dan pasangan HIV positif.
6. Untuk mengetahui pencegahan melalui edukasi
7. Untuk mengetahui pengertian dari kekerasan seksual; ranah dan bentuk
seksual; hak konstitusional yang dirampas; landasan hukum; hambatan
mengakses keadilan dan pemulihan; kemudian mengenal dan menangani
pemerkosaan; menghindari perkosaan; sebagai korban pemerkosaan dan
saksi; jenis kekerasan seksual lainnya; pelecehan seksual; eksploitasi
seksual; penyiksaan seksual; perbudakan seksual; intimidasi/serangan
bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan; prostitusi paksa;
5
pemaksaan kehamilan; pemaksaan aborsi; pemaksaan perkawinan; kontrol
seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat
aturan; diskriminatif beralasan moralitas dan agama; penghukuman tidak
manusiawi dan bernuansa seksual; praktik tradisi bernuansa seksual;
pemaksaan kontrasepsi/sterilisasi.
8. Untuk mengetahui pengertian dari LGBT
9. Untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari LGBT:
a. Dampak kesehatan
b. Dampak sosial
c. Dampak pendidikan
d. Dampak keamanan
10. Untuk mengetahui strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan dalam
menghadapi LGBT
11. Untuk menumbuhkan kesadaran dari individu pelaku LGBT
12. Untuk menerapkan usulan untuk menanggulangi wabah LGBT
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kemiskinan
Keinginan untuk hidup lebih layak, tetapi dengan kemampuan yang minim
dan kurang mengetahui informasi pasar kerja, menyebabkan mereka terjebak
dalam lilitan hutang para penyalur tenaga kerja dan mendorong mereka masuk
dalam dunia prostitusi.
7
Disini misalnya, budaya pernikahan di usia muda yang sangat rentan
terhadap perceraian, yang mendorong anak memasuki eksploitasi seksual
komersial. Berdasarkan UU Perkawinan No.1/1974, perempuan Indonesia
diizinkan untuk menikah pada usia 16 tahun atau lebih muda jika mendapat izin
dari pengadilan. Meskipun begitu, dewasa ini pernikahan dini masih berlanjut
dengan persentase 46,5% perempuan menikah sebelum mencapai usia 18 tahun
dan 21,5% sebelum mencapai usia 16 tahun. Tradisi budaya pernikahan dini
menciptakan masalah sosio-ekonomi untuk pihak lelaki maupun perempuan
dalam perkawinan tersebut. Tetapi implikasinya terutama terlihat jelas bagi
gadis/perempuan. Masalah-masalah yang mungkin muncul bagi perempuan dan
gadis yang melakukan pernikahan dini antara lain: Dampak buruk pada
kesehatan(kehamilan prematur, penyebaran HIV/AIDS), pendidikan terhenti,
kesempatan ekonomi terbatas, perkembangan pribadi terhambat dan tingkat
perceraian yang tinggi.
TENTANG
Menimbang:
a. bahwa setiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak
asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh
undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
c. bahwa perdagangan orang telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang
terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam
negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta
terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak
8
asasi manusia;
Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
9
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam
negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.
2. Tindak ...
-3-
8. Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau
organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan.
11. Kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum, dengan atau tanpa
10
menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi
nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang.
-4-
12. Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum berupa
ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa
menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan
hakiki seseorang.
13. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku
berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian
materiil dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya.
14. Rehabilitasi adalah pemulihan dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis,
dan sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.
15. Penjeratan Utang adalah perbuatan menempatkan orang dalam status atau
keadaan menjaminkan atau terpaksa menjaminkan dirinya atau keluarganya atau
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau jasa pribadinya sebagai
BAB VI
Pasal 56
Pasal 57
Pasal 58
11
(1) Untuk melaksanakan pemberantasan tindak pidana perdagangan orang,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengambil langkah-langkah untuk
pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang.
- 21 -
(4) Gugus tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(5) Gugus tugas pusat dipimpin oleh seorang menteri atau pejabat setingkat
menteri yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Presiden.
Kerentanan biologis
12
Saat berhubungan seks, perempuan memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terinfeksi HIV. Kemungkinan penularan HIV dari Laki-laki kepada
perempuan 2-4 kali lebih besar daripada penularan HIV dari perempuan kepada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki selaput mukosa yang
lebih luas sehingga mudah mengalami luka/iritasi. Selain itu perempuan adaah
pihak yang menampung air mani, sedangkan kandungan HIV yang terdapat dalam
air mani lebih banyak jumlahnya daripada HIV dalam cairan vagina. Perempuan
muda dan perempuan post-menopouse lebih rentan untuk tertular karena memiliki
mukosa vagina yang lebih tipis sementara jumlah cairan vaginanya lebih sedikit.
Ketidaksetaraan Gender
Apabila salah satu terinveksi HIV, pastikan perempuan dan pasangannya
agar sama-sama setia, membatasi jumlah pasangan seksual, menggunakan
kondom saat berhubungan seks penetrasi dan oral, mengenali adanya IMS dan
menghindari seks jika anda atau pasangan sedang mengalami IMS.
13
2.6 Pencegahan melalui edukasi
Upaya edukasi dan promosi kesehatan ini perlu diberikan untuk seluruh
lapisan masyarakat, terutama pada populasi kunci, yakni:
Pelanggan/pasangan seks PS
14
Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan nonmedis yang melukai
tubuh (dengan penggunaan peralatan steril dan mematuhi standar prosedur
operasional, serta memperhatikan kewaspadaan umum (universal
precaution)
Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya, dan
Pelayanan IMS
15
Pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang yang berperilaku risiko
tinggi
Pelayanan tuberkulosis
2.7 Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah isu yang penting dari seluruh peta kekerasan terhadap
perempuan karena ada khas bagi perempuan. Seperti dalam persoalan
ketimpangan relasi kuasa yang dimaksud antara laki-laki dan
perempuan.Ketimpangan yang diperparah adalah yang memiliki kendali terhadap
korban seperti faktor ekonomi,penerimaan masyarakat,sumberdaya termasuk
pengetahuan. Kekerasan seksual termasuk bentuk yang paling kelihatan sampai
bagi kalangan menilai Indonesia sudah dalam kondisi yang sangat darurat.
16
Deklarasi penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan (ICPD) pada bulan
Desember 1993 Deklarasi Wina Tahun 1993
1. Pelecehan Seksual
17
2. Non verbal atau gerakan tubuh. Contohnya adalah gerakan atau isyarat yang
bersifat seksual.
3. Fisik. Contohnya adalah sentuhan, belaian, atau gesekkan yang menuju ke
arah bagian tubuh tertentu yang bersifat seksual.
18
8. Prostitusi Paksa
Situasi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun
kekerasan untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada masa
rekrutmen maupun untuk membuat perempuan tersebut tidak berdaya untuk
melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan
utang, atau ancaman kekerasan. Prostitusi paksa memiliki beberapa
kemiripan, namun tidak selalu sama dengan perbudakan seksual atau
dengan perdagangan orang untuk tujuan seksual.
9. Pemaksaan Kehamilan
Situasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun ancaman
kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. Kondisi
ini misalnya dialami oleh perempuan korban perkosaan yang tidak diberikan
pilihan lain kecuali melanjutkan kehamilannya. Juga, ketika suami
menghalangi istrinya untuk menggunakan kontrasepsi sehingga perempuan
itu tidak dapat mengatur jarak kehamilannya. Pemaksaan kehamilan ini
berbeda dimensi dengan kehamilan paksa dalam konteks kejahatan terhadap
kemanusiaan dalam Statuta Roma, yaitu situasi pembatasan secara melawan
hukum terhadap seorang perempuan untuk hamil secara paksa, dengan
maksud untuk membuat komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk
melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya.
10. Pemaksaan Aborsi
Pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya tekanan, ancaman,
maupun paksaan dari pihak lain.
19
simbol moralitas komunitas, membedakan antara “perempuan baik-baik”
dan perempuan “nakal”, dan menghakimi perempuan sebagai pemicu
kekerasan seksual menjadi landasan upaya mengontrol seksual (dan
seksualitas) perempuan. Kontrol seksual mencakup berbagai tindak
kekerasan maupun ancaman kekerasan secara langsung maupun tidak
langsung, untuk mengancam atau memaksakan perempuan untuk
menginternalisasi simbolsimbol tertentu yang dianggap pantas bagi
“perempuan baik-baik’. Pemaksaan busana menjadi salah satu bentuk
kontrol seksual yang paling sering ditemui. Kontrol seksual juga dilakukan
lewat aturan yang memuat kewajiban busana, jam malam, larangan berada
di tempat tertentu pada jam tertentu, larangan berada di satu tempat bersama
lawan jenis tanpa ikatan kerabat atau perkawinan, serta aturan tentang
pornografi yang melandaskan diri lebih pada persoalan moralitas daripada
kekerasan seksual. Aturan yang diskriminatif ini ada di tingkat nasional
maupun daerah dan dikokohkan dengan alasan moralitas dan agama.
Pelanggar aturan ini dikenai hukuman dalam bentuk peringatan, denda,
penjara maupun hukuman badan lainnya..
13. Penghukuman tidak manusiawi danbernuansa seksual
Cara menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan,
atau rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam
penyiksaan. Ia termasuk hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yang
mempermalukan atau untuk merendahkan martabat manusia karena dituduh
melanggar norma-norma kesusilaan.
20
Transgender. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang
bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat
Indonesia.
a. DampakKesehatan
78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular
b. Dampak Sosial
Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara
20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina
seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya”.
43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti
menyatakan bahwa selama hidupnya mereka melakukan homo seksual
dengan lebih dari 500 orang. 28% melakukannya dengan lebih dari
1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya
berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari
mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malama tau beberapa
menit saja.
c. Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranyayaitusiswaataupunsiswi
yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan
putus sekolah lima kali lebih besar daripada siswa normal karena
mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa
meninggalkan sekolah.
d. Dampak Keamanan
Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada
anak-anak di Amerika Serikat. Padahal populasi merekahanya 2% dari
keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo
21
seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari
490 kasus perzinahan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual
pada anak-anak.
Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentasese
benarnya kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika,
namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan
tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak
dan berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan
masyarakat
2.10 Strategi-strategi dalam menghadapi LGBT
Mengingat banyak sekali dampak-dampak yang ditimbulkan dari
perilaku menyimpang ini, maka diperlukan strategi dalam menghadapi
masalah LGBT ini :
Dalamjangkapendek,
perludilakukanpeninjauankembaliperaturanperundang-undangan yang
memberikankebebasanmelakukanpraktikhubunganseksualsejenis.Perl
uadaperbaikandalampasal 292 KUHP, Misalnya agar pasalitu juga
mencakupperbuatanhubunganseksualsejenisdengan orang yang sama-
samadewasa.Pemerintahdan DPR
perlusegeramenyepakatiuntukmencegahmenularnyalegalisasi LGBT
itudari AS dan Negara-negara lain,
dengancaramemperketatperaturanperundang-undangan. Bisa juga
sebagaiwargamasyarakat Indonesia yang
sadardanpeduliuntukmengajukangugatan judicial review
terhadappasal-pasal KUHP yang
memberikanjalanterjadinyatindakkejahatan di bidangseksual.
22
Dalamjangkapendek pula, sebaiknyaadaPerguruan Tinggi yang
secararesmimendirikanPusatKajiandanPenanggulangan
LGBT.PusatkajianinibersifatKomprehensifdanIntegratifsertalintas
bidangstudi.Aktivitasnyaadalahmelakukanpenelitian-
penelitiansertakonsultasi psikologidanpengobatanbagipengidap
LGBT.Selainitu, sebaiknya juga masjid-masjid besarmembuka klinik
LGBT, yang
memberikanbimbinganataupenyuluhankeagamaankepadapenderita
LGBT, baiksecaralangsungmaupunmelalui media online, bahkan juga
pengobatan-pengobatanterhadappenderita LGBT bisadilakukanterapi
modern denganbeberapabentukpengobatansepertibekam,
ruqyahsyar’iyyah, dansebagainya.
2. MenerapkanUsulanUntukMenanggulangiWabah LGBT di
Indonesia
1.Dalamjangkapendek,
perludilakukanpeninjauankembaliperaturanperundang-undangan yang
23
memberikankebebasanmelakukanpraktikhubunganseksualsejenis.
Perluadaperbaikandalampasal 292 KUHP, Misalnya agar pasalitu juga
mencakupperbuatanhubunganseksualsejenisdengan orang yang sama-
samadewasa.Pemerintahdan DPR
perlusegeramenyepakatiuntukmencegahmenularnyalegalisasi LGBT
itudari AS dan Negara-negara lain,
dengancaramemperketatperaturanperundang-undangan. Bisa juga
sebagaiwargamasyarakat Indonesia yang
sadardanpeduliuntukmengajukangugatan judicial review
terhadappasal-pasal KUHP yang
memberikanjalanterjadinyatindakkejahatan di bidangseksual.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Maryuni, Anik. 2009. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Jakarta. Trans Info
Media.
Angelina, Bhetsy. Kesehatan Seksual. Jakarta. Sinar Grafika Offset.
26