Anda di halaman 1dari 27

HUMAN TRAFFICKING, PENULARAN HIV/AIDS PADA PEREMPUAN,

PEMERKOSAAN, KEKERASAN SEKSUAL DAN DAMPAK AKIBAT LGBT DAN


STRATEGI MENGATASINYA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah WEM

Dosen Pembimbing :

Jenny J S Sondakh, S. Si. T, M. Clin. Mid

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Niken Mega Yustika P17311173049

Auditha Oktarina Kurniadi P17311173050

Anugrah Maulida Pratiwi P17311173051

Natasya Cindy Saraswati P17311173052

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI KEBIDANAN MALANG


2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, atas petunjuk dan

kekuatan-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah WEM tentang “Human trafficking,
penularan HIV/AIDS, Pemerkosaan, pelecehan seksual,dan LGBT”.
Makalah ini saya susun dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan saya sebagai

mahasiswa untuk menambah pengetahuan saya tentang mata kuliah ini. Dengan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang relevan, yang nantinya dapat

bermanfaat bagi semua untuk mengatasi kesulitan belajar dalam mempelajari mata kuliah ini.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini saya belumlah cukup sempurna. Oleh

karena itu saya membutuhkan kritik dan saran untuk menjadikan isi makalah ini menjadi

lebih baik dan menjadi tolak ukur bagi saya untuk menyusun makalah yang sesuai dengan

harapan kita semua yang bermanfaat untuk sekarang dan masa depan.

Malang, 23 Agustus 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan


sebuah kejahatan yang sangat sulit diberantas dan disebut-sebut oleh
masyarakat internasional sebagai bentuk perbudakan masa kini dan
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Kejahatan ini terus menerus
berkembang secara nasional maupun internasional. Dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi, informasi, komunikasi dan transportasi. maka semakin
berkembang pula modus kejahatannya yang dalam beroperasinya sering
dilakukan secara tertutup dan bergerak di luar hukum.
Pelaku perdagangan orang (trafficker) pun dengan cepat berkembang menjadi
sindikasi lintas batas negara dengan cara kerja yang mematikan. Rendahnya
tingkat ekonomi, pendidikan dan situasi psikologis inilah menjadi salah satu
penyebab yang tidak disadari sebagai peluang munculnya human trafficking
atau perdagangan manusia. Istilah yang kemudian diserap dalam bahasa
Indonesia dengan kata trafiking ini, sampai saat ini belum mendapat perhatian
yang maksimal dari pihak-pihak terkait. Tidaklah mengherankan jika korban
trafiking terus berjatuhan, bahkan, rentetan korban demi korban masih
mungkin akan terus bertambah. Perdagangan orang dapat mengambil
korban dari siapapun, orang-orang dewasa dan anak – anak, laki-laki maupun
perempuan yang pada umumnya berada dalam situsi dan kondisi yangm rentan.
Modus yang digunakan dalam kejahatan ini sangat beragam dan juga memiliki
aspek kerja yang rumit. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi,
informasi, komunikasi dan transportasi maka semakin berkembang pula modus
kejahatannya yang dalam beroperasinya sering secara tertutup dan bergerak di
luar hukum. Pelaku perdagangan orang (trafficker) pun dengan cepat
berkembang menjadi sindikasi lintas batas negara dengan
cara kerja yang mematikan.

HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui


hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang sering dikaitkan dengan
kesehatan reproduksi terutama kelompok perempuan. Kerentanan perempuan
dan remaja putri untuk tertular umumnya karena kurangnya pengetahuan dan
informasi tentang HIV dan AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan
layanan pencegahan HIV (Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI,
2008). Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO) mengumumkan 34

3
juta orang di dunia mengidap virus HIV penyebab AIDS dan sebagian besar
dari mereka hidup dalam kemiskinan dan di negara berkembang. Data WHO
terbaru juga menunjukkan peningkatan jumlah pengidap HIV yang
mendapatkan pengobatan. Tahun 2012 tercatat 9,7 juta orang, angka ini
meningkat 300.000 orang lebih banyak dibandingkan satu dekade sebelumnya
(WHO, 2013). Berdasarkan jenis kelamin kasus tertinggi HIV dan AIDS di
Afrika adalah penderita dengan jenis kelamin perempuan hingga mencapai
81,7% terutama pada kelompok perempuan janda pada usia 60-69 tahun
dengan persentase paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok beresiko
lainnya (Boon, 2009).

LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) saat ini telah berkembang di


dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Indonesia dengan kebudayaan
timurnya masih menganggap bahwa kaum LGBT merupakan orangorang yang
menyimpang, sehingga kaum LGBT ini masih ragu untuk membuka diri
mereka kepada masyarakat. Sebagian besar kaum LGBT mempresentasikan
dirinya sebagai masyarakat heteroseksual, hal ini dilakukan agar kaum LGBT
dapat bergaul secara nyaman dalam melakukan berbagai aktifitas sosial
bermasyarakat. Presentasi diri sebagai heteroseksual membuat masyarakat
tidak menyadari secara jelas bahwa keberadaan kaum LGBT yang sebenarnya
dekat dengan lingkungan kita sehari-hari. Selain karena faktor budaya, faktor
agama juga menjadi alasan bagi kelompok LGBT untuk menutup jati dirinya
dalam bermasyarakat. Salah satu dari kaum LGBT yang sangat jarang
diketahui keberadaannya adalah kaum Biseksual. Orang-orang biseksual adalah
orang-orang yang memiliki orientasi seksual kepada lawan jenis dan sesama
jenis. Orientasi biseksual itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa cara. Bagi
sebagian orang hal ini terjadi dari satu bentuk coba-coba, sebagai kreasi dari
hubungan seksual, namun bagi sebagian orang lainnya memang merupakan
sebuah kuputusan yang sengaja diambil untuk mendapatkan sebuah
kenyamanan pada situasi tertentu. Biseksual didefinisikan sebagai orang yang
memiliki ketertarikan dalam segi psikologis dan juga emosional terhadap laki-
laki dan juga perempuan (Matlin, 2004:271). Selain itu, kaum biseksual juga
memiliki kebutuhan biologis layaknya manusia umumnya. Presentasi diri
sebagai heteroseksual tidak menyulitkan bagi kaum biseksual dalam menjalin
hubungan dengan lawan jenis. Sebaliknya, kaum biseksual akan memiliki
kesulitan dalam mendapatkan pasangan sesama jenis. Dalam hal mendapatkan
pasangan sesama jenis, orang-orang biseksual mungkin akan lebih sulit dalam
memulai sebuah hubungan dibandingkan dengan mempertahankan hubungan.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Human Trafficking

4
2. Apa saja faktor penyebab human Trafficking

3. Apa saja undang-undang tentang Human Trafficking

4. Bagaimana cara mengetahui kerentanan penularan HIV AIDS pada perempuan?

5. Bagaimana cara pencegahan penularan HIV pada perempuan pada usia


reproduktif dan pasangan HIV positiv?

6. Bagaimana cara pencegahan HIV melalui edukasi?

7. Apa pengertian dari kekerasan seksual?

8. Apa pengertian dari LGBT?

9. Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan dari LGBT?

10. Apa strategi yang dilakukan dalam menghadapi LGBT?

11. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran individual pelaku LGBT?

12. Bagaimana cara menerapkan usulan untuk menanggulangi wabah LGBT?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Human Trafficking
2. Untuk mengetahui faktor penyebab dari Human Trafficking : kemiskinan,
keinginan cepat kaya, pengaruh sosial budaya.
3. Untuk mengetahui undang-undang tentang trafficking, pencegahan dan
pemberantasan
4. Untuk mengetahui kerentanan penularan HIV/AIDS pada perempuan :
biologis, ketidaksetaraan gender.
5. Untuk mengetahui pencegahan penularan HIV pada perempuan usia
reproduktif dan pasangan HIV positif.
6. Untuk mengetahui pencegahan melalui edukasi
7. Untuk mengetahui pengertian dari kekerasan seksual; ranah dan bentuk
seksual; hak konstitusional yang dirampas; landasan hukum; hambatan
mengakses keadilan dan pemulihan; kemudian mengenal dan menangani
pemerkosaan; menghindari perkosaan; sebagai korban pemerkosaan dan
saksi; jenis kekerasan seksual lainnya; pelecehan seksual; eksploitasi
seksual; penyiksaan seksual; perbudakan seksual; intimidasi/serangan
bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan; prostitusi paksa;

5
pemaksaan kehamilan; pemaksaan aborsi; pemaksaan perkawinan; kontrol
seksual termasuk pemaksaan busana dan kriminalisasi perempuan lewat
aturan; diskriminatif beralasan moralitas dan agama; penghukuman tidak
manusiawi dan bernuansa seksual; praktik tradisi bernuansa seksual;
pemaksaan kontrasepsi/sterilisasi.
8. Untuk mengetahui pengertian dari LGBT
9. Untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari LGBT:
a. Dampak kesehatan
b. Dampak sosial
c. Dampak pendidikan
d. Dampak keamanan
10. Untuk mengetahui strategi-strategi apa saja yang harus dilakukan dalam
menghadapi LGBT
11. Untuk menumbuhkan kesadaran dari individu pelaku LGBT
12. Untuk menerapkan usulan untuk menanggulangi wabah LGBT

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Human Trafficking

Istilah dalam perdagangan manusia ini dapat diartikan sebagai “rekrutmen,


transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan seseorang dengan
ancaman atau penggunaan kekerasan, penculikan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun menerima atau memberi
bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas oranglain tersebut, untuk kepentingan eksploitasi yang
secara minimal termasuk eksploitasi lewat prostitusiatau bentuk-bentuk
eksploitasi seksual lainnya, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-
praktek lain yang serupa dengan perbudakan, penghambaan atau pengambilan
organ-organ tubuh

2.2 Faktor penyebab human Trafficking

1. Kemiskinan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) adanya kecenderungan jumlah


penduduk miskin terus meningkat dari 11,3% pada tahun 1996 menjadi 23,4%
pada tahun 1999, walaupun berangsur-angsur telah turun kembali menjadi 17,6%
pada tahun 2002, kemiskinan telah mendorong anak-anak untuk tidakbersekolah
sehingga kesempatan untuk mendapatkan keterampilan kejuruan serta kesempatan
kerja menyusut. Kemiskinan pula yang mendorong kepergian ibu sebagai tenaga
kerja wanita yang dapat menyebabkan anak terlantar tanpa perlindungan sehingga
beresiko menjadi korban perdagangan manusia.

2. Keinginan cepat kaya

Keinginan untuk hidup lebih layak, tetapi dengan kemampuan yang minim
dan kurang mengetahui informasi pasar kerja, menyebabkan mereka terjebak
dalam lilitan hutang para penyalur tenaga kerja dan mendorong mereka masuk
dalam dunia prostitusi.

3. Pengaruh sosial budaya

7
Disini misalnya, budaya pernikahan di usia muda yang sangat rentan
terhadap perceraian, yang mendorong anak memasuki eksploitasi seksual
komersial. Berdasarkan UU Perkawinan No.1/1974, perempuan Indonesia
diizinkan untuk menikah pada usia 16 tahun atau lebih muda jika mendapat izin
dari pengadilan. Meskipun begitu, dewasa ini pernikahan dini masih berlanjut
dengan persentase 46,5% perempuan menikah sebelum mencapai usia 18 tahun
dan 21,5% sebelum mencapai usia 16 tahun. Tradisi budaya pernikahan dini
menciptakan masalah sosio-ekonomi untuk pihak lelaki maupun perempuan
dalam perkawinan tersebut. Tetapi implikasinya terutama terlihat jelas bagi
gadis/perempuan. Masalah-masalah yang mungkin muncul bagi perempuan dan
gadis yang melakukan pernikahan dini antara lain: Dampak buruk pada
kesehatan(kehamilan prematur, penyebaran HIV/AIDS), pendidikan terhenti,
kesempatan ekonomi terbatas, perkembangan pribadi terhambat dan tingkat
perceraian yang tinggi.

2.3 Undang - undang tentang Human Trafficking

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 21 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa setiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak
asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh
undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa perdagangan orang, khususnya perempuan dan anak, merupakan


tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia dan melanggar
hak asasi manusia, sehingga harus diberantas;

c. bahwa perdagangan orang telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang
terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam

negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta
terhadap norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak

8
asasi manusia;

d. bahwa keinginan untuk mencegah dan menanggulangi tindak pidana


perdagangan orang didasarkan pada nilainilai luhur, komitmen nasional, dan
internasional untuk melakukan upaya pencegahan sejak dini, penindakan
terhadap pelaku, perlindungan korban, dan peningkatan kerja sama;

e. bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perdagangan


orang belum memberikan landasan hukum yang menyeluruh dan terpadu bagi
upaya pemberantasan tindak pidana perdagangan orang;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf


b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang;

Mengingat : 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


 Undang-undang tentang pemberantasan human trafficking

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK

PIDANA PERDAGANGAN ORANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,


pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,

9
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam

negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi.

2. Tindak ...

-3-

2. Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau serangkaian


tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini.

3. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan psikis, mental, fisik,


seksual, ekonomi, dan/atau sosial, yangdiakibatkan tindak pidana perdagangan
orang.

4. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi yangmelakukan tindak


pidana perdagangan orang.

5. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)tahun, termasuk


anak yang masih dalam kandungan.

6. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik


merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

7. Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang


meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan
fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau
mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik
materiil maupun immateriil.

8. Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau
organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi
tidak terbatas pada semua kegiatan pelacuran dan percabulan.

9. Perekrutan adalah tindakan yang meliputi mengajak, mengumpulkan,


membawa, atau memisahkan seseorang dari keluarga atau komunitasnya.

10. Pengiriman adalah tindakan memberangkatkan atau melabuhkan seseorang


dari satu tempat ke tempat lain.

11. Kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum, dengan atau tanpa

10
menggunakan sarana terhadap fisik dan psikis yang menimbulkan bahaya bagi
nyawa, badan, atau menimbulkan terampasnya kemerdekaan seseorang.

12. Ancaman ...

-4-

12. Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawan hukum berupa
ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakan tubuh, baik dengan atau tanpa
menggunakan sarana yang menimbulkan rasa takut atau mengekang kebebasan
hakiki seseorang.

13. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku
berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian
materiil dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya.

14. Rehabilitasi adalah pemulihan dari gangguan terhadap kondisi fisik, psikis,
dan sosial agar dapat melaksanakan perannya kembali secara wajar baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat.

15. Penjeratan Utang adalah perbuatan menempatkan orang dalam status atau
keadaan menjaminkan atau terpaksa menjaminkan dirinya atau keluarganya atau
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, atau jasa pribadinya sebagai

bentuk pelunasan utang.

 Undang - undang tentang pencegahan

BAB VI

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

Pasal 56

Pencegahan tindak pidana perdagangan orang bertujuan mencegah sedini


mungkin terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

Pasal 57

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan keluarga wajib mencegah


terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat kebijakan, program,


kegiatan, dan mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pencegahan dan
penanganan masalah perdagangan orang.

Pasal 58

11
(1) Untuk melaksanakan pemberantasan tindak pidana perdagangan orang,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengambil langkah-langkah untuk
pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang.

(2) Untuk mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-langkah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah membentuk gugus tugas yang
beranggotakan wakil-wakil dari pemerintah, penegak hukum, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan peneliti/
akademisi.

(3) Pemerintah ...

- 21 -

(3) Pemerintah Daerah membentuk gugus tugas yang beranggotakan wakil-wakil


dari pemerintah daerah, penegak hukum, organisasi masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat, organisasi profesi, dan peneliti/akademisi.

(4) Gugus tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat

(3) merupakan lembaga koordinatif yang bertugas:

a. mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan tindak pidana


perdagangan orang;

b. melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerja sama;

c. memantau perkembangan pelaksanaan perlindungan korban meliputi


rehabilitasi, pemulangan, dan reintegrasi sosial;

d. memantau perkembangan pelaksanaan penegakan hukum; serta

e. melaksanakan pelaporan dan evaluasi.

(5) Gugus tugas pusat dipimpin oleh seorang menteri atau pejabat setingkat
menteri yang ditunjuk berdasarkan Peraturan Presiden.

(6) Guna mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan langkah-langkah


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
mengalokasikan anggaran yang diperlukan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan organisasi,


keanggotaan, anggaran, dan mekanisme kerja gugus tugas pusat dan daerah diatur
dengan Peraturan Presiden.
2..4Kerentanan penularan HIV AIDS pada perempuan

 Kerentanan biologis

12
      Saat berhubungan seks, perempuan memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terinfeksi HIV. Kemungkinan penularan HIV dari Laki-laki kepada
perempuan 2-4 kali lebih besar daripada penularan HIV dari perempuan kepada
laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki selaput mukosa yang
lebih luas sehingga mudah mengalami luka/iritasi. Selain itu perempuan adaah
pihak yang menampung air mani, sedangkan kandungan HIV yang terdapat dalam
air mani lebih banyak jumlahnya daripada HIV dalam cairan vagina. Perempuan
muda dan perempuan post-menopouse lebih rentan untuk tertular karena memiliki
mukosa vagina yang lebih tipis sementara jumlah cairan vaginanya lebih sedikit.

 Ketidaksetaraan Gender

Ketidaksetaraan gender yang berlaku di masyarakat dapat menyebabkan


timbulnya masalah sosial, budaya, ekonomi, dll. Perempuan tidak memiliki
kekuasaan untuk menolak hubungan seksual. Perempuan juga berperan pasif
dalam hubungan seksual, sehingga keputusan mengenai penggunaan kondom
menjadi haknya laki-laki. Tingkat pendidikan perempuan di Indonesia tidak
tinggi. Kemampuan remaja perempuan untuk mencari informasi mengenai seks
pun dibatasi oleh norma-norma sosial. Akibatnya, perempuan tidak mendapat
informasi yang cukup mengenai reproduksi dan seks.

2.5 Pencegahan penularan HIV

 Pencegahan penularan HIVpada perempuan usia reproduktif

1. A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi


orang yang belum menikah
2. B (Be Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak
berganti-ganti)
3. C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh
pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV
4. D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan
jarum bekas secara bergantian 
5. E (Education): Pendidikan seks, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan

 Pencegahan penularan HIV ketika pasangan terkena HIV positif

Apabila status HIV perempuan dan pasangannya sama-sama positif,


sarankan untuk selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk
mencegah bertukarnya virus HIV.

    Apabila salah satu terinveksi HIV, pastikan perempuan dan pasangannya
agar sama-sama setia, membatasi jumlah pasangan seksual, menggunakan
kondom saat berhubungan seks penetrasi dan oral, mengenali adanya IMS dan
menghindari seks jika anda atau pasangan sedang mengalami IMS.

13
2.6 Pencegahan melalui edukasi

   

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai bahaya HIV (human


immunodeficiency virus) sepatutnya diberikan sejak dini, seiring dengan
pemberian pendidikan seksual. Hal ini perlu dimulai sejak masa sekolah
sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menghindari perilaku
berisiko. Menurut Permenkes No. 21 Tahun 2013 yang mengatur mengenai
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, promosi kesehatan ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan yang benar dan komprehensif mengenai
pencegahan penularan HIV dan menghilangkan stigma serta diskriminasi.

Upaya edukasi dan promosi kesehatan ini perlu diberikan untuk seluruh
lapisan masyarakat, terutama pada populasi kunci, yakni:

 Pengguna NAPZA suntik

 Pekerja seks (PS) langsung maupun tidak langsung

 Pelanggan/pasangan seks PS

 Homoseksual, waria, Laki pelanggan/pasangan Seks dengan sesama Laki


(SL)

 Warga binaan pemasyarakatan

Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual dilakukan melalui upaya:

 Tidak melakukan hubungan seksual (abstinensia)

 Setia dengan pasangan (be faithful)

 Menggunakan kondom secara konsisten (condom use)

 Menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif (no drug)

 Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk


mengobati infeksi menular seksual (IMS) sedini mungkin (edukasi)

Pencegahan penularan HIV melalui hubungan nonseksual, ditujukan untuk


mencegah penularan HIV melalui darah, yakni meliputi:

 Uji saring darah pendonor (saringan donor darah)

14
 Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan nonmedis yang melukai
tubuh (dengan penggunaan peralatan steril dan mematuhi standar prosedur
operasional, serta memperhatikan kewaspadaan umum (universal
precaution)

 Pengurangan dampak buruk pengguna NAPZA suntik

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya:

 Pencegaan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif

 Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan


HIV

 Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya, dan

 Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan


HIV beserta anak dan keluarganya

PITC (Provider-Initiated Counseling and Testing) atau TIPK (Tes HIV


atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling) harus
dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi:

 Setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke fasilitas


pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala atau kondisi medis yang
mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama
pasien dengan riwayat penyakit tuberkulosis dan IMS

 Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin

 Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi HIV

 Anak-anak dengan pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi di wilayah


epidemi luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukkan respon
yang baik dengan pengobatan nutrisi yang adekuat, dan

 Laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan pencegahan


HIV

TIPK sebaiknya terutama diselenggarakan pada:

 Pelayanan IMS

15
 Pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang yang berperilaku risiko
tinggi

 Fasilitas pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan ibu


hamil, persalinan dan nifas, dan

 Pelayanan tuberkulosis
2.7 Kekerasan seksual 
Kekerasan seksual adalah isu yang penting dari seluruh peta kekerasan terhadap
perempuan karena ada khas bagi perempuan. Seperti dalam persoalan
ketimpangan relasi kuasa yang dimaksud antara laki-laki dan
perempuan.Ketimpangan yang diperparah adalah yang memiliki kendali terhadap
korban seperti faktor ekonomi,penerimaan masyarakat,sumberdaya termasuk
pengetahuan. Kekerasan seksual termasuk bentuk yang paling kelihatan sampai
bagi kalangan menilai Indonesia sudah dalam kondisi yang sangat darurat.

Hak Konstitusional Yang Dirampas

Perkosaan merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia seperti


tertuang dalam konstitusi kita, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Secara khusus perkosaan merampas hak perempuan sebagai warga
negara atas jaminan perlindungan dan rasa aman yang telah dijamin di dalam
konstitusi pada Pasal 28G(1). Karena lahir dari ketimpangan relasi kuasa antara
laki-laki dan perempuan, pembiaran terhadap terus berlanjutnya perkosaan
terhadap perempuan merampas hak perempuan sebagai warga negara untuk bebas
dari perlakuan diskriminatif dan untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan
diskriminatif itu (Pasal 28I(2)). Akibat dari perkosaan itu, perempuan korban
dapat kehilangan hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin (Pasal 28H(1)), hak
untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat
manusia (Pasal 28G(2)), dan bahkan mungkin kehilangan haknya untuk hidup
(Pasal 28A). Banyak pula perempuan korban yang kehilangan haknya atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 27(1) dan Pasal 28D(1)) karena
tidak dapat mengakses proses hukum yang berkeadilan

Landasan Hukum, dan Jaminan Perlindunganmu dari TIndak Kekerasan Seksual

NASIONAL : Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 285,


286 287, 290, 291 UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (PKDRT), Pasal 8(b), 47, 48 UU No 21 tahun 2007 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, pasal 1 (3,7) UU No.23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak , pasal 1(15), 17(2), 59 dan 66 (1,2), 69, 78 dan
88

INTERNASIONAL: Statuta Roma Pasal 7 ayat 2 (g), Pasal 69 ayat 1&2,


Pasal 68 Resolusi PBB 1820 tentang Kekerasan Seksual dalam Konflik Bersenjata

16
Deklarasi penghapusan tindak kekerasan terhadap perempuan (ICPD) pada bulan
Desember 1993 Deklarasi Wina Tahun 1993

Cara Menghindari pemerkosaan

1 Biasakan berdoa untuk memohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha


Kuasa.
2. Berbusana sopan. Berpakaian menggoda acapkali menjadi magnet dan
membahayakan. Sebaiknya dihindari.
3. Sebaiknya tidak bepergian sendiri. Apalagi jika lokasi yang dituju cukup
jauh dan malam hari.
4. Jika terpaksa pergi sendiri, sebaiknya hindari tempat yang sepi dan
rawan.
5. Jangan mudah tergoda dengan rayuan dan iming-iming orang yang baru
dikenal.
6. Selektif dan hati-hati terhadap orang yang meminta bantuan. Seringkali
niat baik kita justru dimanfaatkan orang lain. Tidak sedikit orang yang
berpura-pura meminta pertolongan, tetapi ternyata justru mengarahkan
korban ke tempat yang sepi.
7. Ada baiknya juga bagi para perempuan untuk belajar Bela diri. Bela diri
bisa menjadi pelindung yang cukup bisa diandalkan kaum perempuan
disaat-saat darurat.
8. Jikapun tidak dapat Bela diri, kaum perempuan bisa menyimpan alat-alat
perlindungan diri seperti jarum pentul, peniti, bubuk merica / cabai atau alat
kejut.
9. Sebaiknya jangan terlalu sering memainkan gadget dan memakai
earphone. Karena akan membuat kita kurang peka terhadap kondisi
lingkungan. Perhatian terhadap gadget akan membuat kita kurang peka jika
ada orang yang menunjukan gelagat kurang baik dan mencurigakan.

1. Pelecehan Seksual

Tindakan seksual lewat sentuhan fisik maupun non-fisik dengan sasaran


organ seksual atau seksualitas korban. Ia termasuk menggunakan siulan,
main mata, ucapan bernuansa seksual, mempertunjukan materi pornografi
dan keinginan seksual, colekan atau sentuhan di bagian : tubuh, gerakan
atau isyarat yang bersifat seksual sehingga mengakibatkan rasa tidak
nyaman, tersinggung, merasa direndahkan martabatnya, dan mungkin
sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan.

Berikut ini adalah jenis-jenis pelecehan seksual:

1. Verbal atau omongan. Contohnya adalah siulan, sindiran, humor, panggilan,


dan komentar yang membuat korban merasa risih atau tidak nyaman.

17
2. Non verbal atau gerakan tubuh. Contohnya adalah gerakan atau isyarat yang
bersifat seksual.
3. Fisik. Contohnya adalah sentuhan, belaian, atau gesekkan yang menuju ke
arah bagian tubuh tertentu yang bersifat seksual.

Pelecehan seksual bisa mengarah menjadi kekerasan seksual seperti


perkosaan. Jika tindakan yang dilakukan oleh pelaku pelecehan seksual
sudah menimbulkan bekas atau perlukaan, maka tindakan itu digolongkan
menjadi kekerasan seksual. Penelitian menyatakan bahwa kebanyakan
pelaku pelecehan seksual hingga kekerasan seksual adalah orang terdekat
korban.
4. Eksploitasi seksual
Tindakan penyalahgunaan kekuasan yang timpang,atau penyalahgunaan
kepercayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untuk memperoleh
keuntungan dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya. Praktik
eksploitasi seksual yang kerap ditemui adalah menggunakan kemiskinan
perempuan sehingga ia masuk dalam prostitusi atau pornografi. Praktik
lainnya adalah tindakan mengimingimingi perkawinan untuk memperoleh
layanan seksual dari perempuan, lalu ditelantarkankan. Situasi ini kerap
disebut juga sebagai kasus “ingkar janji”. Imingiming ini menggunakan cara
pikir dalam masyarakat, yang mengaitkan posisi perempuan dengan status
perkawinannya. Perempuan menjadi merasa tak memiliki daya tawar,
kecuali dengan mengikuti kehendak pelaku, agar ia dinikahi.
5. Penyiksaan Seksual
Tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yang
dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau
penderitaan hebat, baik jasmani, rohani maupun seksual. Ini dilakukan
untuk memperoleh pengakuan atau keterangan darinya, atau dari orang
ketiga, atau untuk menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah atau
diduga telah dilakukan olehnya ataupun oleh orang ketiga. Penyiksaan
seksual juga bisa dilakukan untuk mengancam atau memaksanya, atau orang
ketiga, berdasarkan pada diskriminasi atas alasan apapun. Termasuk bentuk
ini apabila rasa sakit dan penderitaan tersebut ditimbulkan oleh hasutan,
persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik atau aparat penegak hukum.
6. Perbudakan Seksual
Situasi dimana pelaku merasa menjadi “pemilik” atas tubuh korban
sehingga berhak untuk melakukan apapun termasuk memperoleh kepuasan
seksual melalui pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan seksual.
Perbudakan ini mencakup situasi dimana perempuan dewasa atau anak-anak
dipaksa menikah, melayani rumah tangga atau bentuk kerja paksa lainnya,
serta berhubungan seksual dengan penyekapnya.
7. Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau Percobaan Perkosaan
Tindakan yang menyerang seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau
penderitaan psikis pada perempuan korban. Intimidasi seksual bisa
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui surat, sms,
email, dan lain-lain. Ancaman atau percobaan perkosaan juga bagian dari
intimidasi seksual.

18
8. Prostitusi Paksa
Situasi dimana perempuan mengalami tipu daya, ancaman maupun
kekerasan untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada masa
rekrutmen maupun untuk membuat perempuan tersebut tidak berdaya untuk
melepaskan dirinya dari prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan
utang, atau ancaman kekerasan. Prostitusi paksa memiliki beberapa
kemiripan, namun tidak selalu sama dengan perbudakan seksual atau
dengan perdagangan orang untuk tujuan seksual.
9. Pemaksaan Kehamilan
Situasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun ancaman
kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. Kondisi
ini misalnya dialami oleh perempuan korban perkosaan yang tidak diberikan
pilihan lain kecuali melanjutkan kehamilannya. Juga, ketika suami
menghalangi istrinya untuk menggunakan kontrasepsi sehingga perempuan
itu tidak dapat mengatur jarak kehamilannya. Pemaksaan kehamilan ini
berbeda dimensi dengan kehamilan paksa dalam konteks kejahatan terhadap
kemanusiaan dalam Statuta Roma, yaitu situasi pembatasan secara melawan
hukum terhadap seorang perempuan untuk hamil secara paksa, dengan
maksud untuk membuat komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk
melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya.
10. Pemaksaan Aborsi
Pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya tekanan, ancaman,
maupun paksaan dari pihak lain.

11. Pemaksaan perkawinan, termasuk nikah gantung


Pemaksaan perkawinan dimasukkan sebagai jenis kekerasan seksual karena
pemaksaan hubungan seksual menjadi bagian tidak terpisahkan dari
perkawinan yang tidak diinginkan oleh perempuan tersebut. Ada beberapa
praktik di mana perempuan terikat perkawinan di luar kehendaknya sendiri.
Pertama, ketika perempuan merasa tidak memiliki pilihan lain kecuali
mengikuti kehendak orang tuanya agar dia menikah, sekalipun bukan
dengan orang yang dia inginkan atau bahkan dengan orang yang tidak dia
kenali. Situasi ini kerap disebut kawin paksa. Kedua, praktik memaksa
korban perkosaan menikahi pelaku. Pernikahan itu dianggap mengurangi aib
akibat perkosaan yang terjadi. Ketiga, praktik cerai gantung yaitu ketika
perempuan dipaksa untuk terus berada dalam ikatan perkawinan padahal ia
ingin bercerai. Namun, gugatan cerainya ditolak atau tidak diproses dengan
berbagai alasan baik dari pihak suami maupun otoritas lainnya. Keempat,
praktik “Kawin Cina Buta”, yaitu memaksakan perempuan untuk menikah
dengan orang lain untuk satu malam dengan tujuan rujuk dengan mantan
suaminya setelah talak tiga (cerai untuk ketiga kalinya dalam hukum Islam).
Praktik ini dilarang oleh ajaran agama, namun masih ditemukan di berbagai
daerah.
12. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif beralasan
moralitas dan agama
Cara pikir di dalam masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai

19
simbol moralitas komunitas, membedakan antara “perempuan baik-baik”
dan perempuan “nakal”, dan menghakimi perempuan sebagai pemicu
kekerasan seksual menjadi landasan upaya mengontrol seksual (dan
seksualitas) perempuan. Kontrol seksual mencakup berbagai tindak
kekerasan maupun ancaman kekerasan secara langsung maupun tidak
langsung, untuk mengancam atau memaksakan perempuan untuk
menginternalisasi simbolsimbol tertentu yang dianggap pantas bagi
“perempuan baik-baik’. Pemaksaan busana menjadi salah satu bentuk
kontrol seksual yang paling sering ditemui. Kontrol seksual juga dilakukan
lewat aturan yang memuat kewajiban busana, jam malam, larangan berada
di tempat tertentu pada jam tertentu, larangan berada di satu tempat bersama
lawan jenis tanpa ikatan kerabat atau perkawinan, serta aturan tentang
pornografi yang melandaskan diri lebih pada persoalan moralitas daripada
kekerasan seksual. Aturan yang diskriminatif ini ada di tingkat nasional
maupun daerah dan dikokohkan dengan alasan moralitas dan agama.
Pelanggar aturan ini dikenai hukuman dalam bentuk peringatan, denda,
penjara maupun hukuman badan lainnya..
13. Penghukuman tidak manusiawi danbernuansa seksual
Cara menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan,
atau rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam
penyiksaan. Ia termasuk hukuman cambuk dan hukuman-hukuman yang
mempermalukan atau untuk merendahkan martabat manusia karena dituduh
melanggar norma-norma kesusilaan.

14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau


mendiskriminasi perempuan
Kebiasaan masyarakat , kadang ditopang dengan alasan agama dan/atau
budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan cidera secara fisik,
psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula
dilakukan untuk mengontrol seksualitas perempuan dalam perspektif yang
merendahkan perempuan. Sunat perempuan adalah salah satu contohnya.

15. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi


Disebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi dan/atau
pelaksanaan sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia
tidak mendapat informasi yang lengkap ataupun dianggap tidak cakap
hukum untuk dapat memberikan persetujuan. Pada masa Orde Baru,
tindakan ini dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, sebagai
salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Sekarang, kasus pemaksaan
pemaksaan kontrasepsi/ sterilisasi biasa terjadi pada perempuan dengan
HIV/AIDS dengan alasan mencegah kelahiran anak dengan HIV/AIDS.
Pemaksaan ini juga dialami perempuan penyandang disabilitas, utamanya
tuna grahita, yang dianggap tidak mampu membuat keputusan bagi dirinya
sendiri, rentan perkosaan, dan karenanya mengurangi beban keluarga untuk
mengurus kehamilannya.

2.8 Pengertian LGBT


LGBT merupakansingkatandari Lesbian, Gay, Bisex, dan

20
Transgender. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang
bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat masyarakat
Indonesia.

Pengertian LGBT secaragrobal yaitu :

 Lesbian :orientas iseksual seorang perempuan yang hanya


mempunyai hasrat sesama perempuan.
 Gay :orientasi seksual seorang pria yang hanya
mempunyai hasrat sesama pria.
 Bisex :sebuah orientasi seksual seorang pria/wanita yang
menyukai dua jenis kelamin baikpria/wanita.
 Transgender : sebuah orientasi seksual seorang pria/wanita dengan
mengidentifikasi dirinya menyerupai pria/wanita (misal:waria)
2.9 Dampak LGBT

Dampakdari LGBT dikelompokkan sebagai berikut:

a. DampakKesehatan
78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular

b. Dampak Sosial
 Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara
20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina
seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya”.
 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti
menyatakan bahwa selama hidupnya mereka melakukan homo seksual
dengan lebih dari 500 orang. 28% melakukannya dengan lebih dari
1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya
berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari
mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malama tau beberapa
menit saja.
c. Dampak Pendidikan
Adapun dampak pendidikan di antaranyayaitusiswaataupunsiswi
yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan
putus sekolah lima kali lebih besar daripada siswa normal karena
mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa
meninggalkan sekolah.

d. Dampak Keamanan
 Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada
anak-anak di Amerika Serikat. Padahal populasi merekahanya 2% dari
keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo

21
seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari
490 kasus perzinahan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual
pada anak-anak.
 Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentasese
benarnya kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika,
namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan
tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak
dan berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan
masyarakat
2.10 Strategi-strategi dalam menghadapi LGBT
Mengingat banyak sekali dampak-dampak yang ditimbulkan dari
perilaku menyimpang ini, maka diperlukan strategi dalam menghadapi
masalah LGBT ini :

1. Menumbuhkan Kesadaran Individual Pelaku LGBT dengan


Mengenal Musuh dan Strategi Melawan Musuh Abadi.Tak dipungkiri
bahwa setan menjadi musuh abadi manusia yang akan terus
menyesatkan dan menjerumuskan manusia kedalam lembah
kebinasaan. Cara setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan
memoles perbuatan maksiat dan jahat sehingga tampak indah dalam
pandangan manusia.
2. Menerapkan Usulan Untuk Menanggulangi Wabah LGBT di
Indonesia. Penyelesaianmasalah LGBT dalamlingkup yang
lebihluasseperti yang terjadidimasyarakat,
dapatdilakukandenganmenerapkanusulan DR.
AdianHusainidalambukunya LGBT di Indonesia
:PerkembangandanSolusinya. Iamenjelaskanstrategi-
strategidalammenghadapimasalah LGBT di Indonesia yaitu :

Dalamjangkapendek,
perludilakukanpeninjauankembaliperaturanperundang-undangan yang
memberikankebebasanmelakukanpraktikhubunganseksualsejenis.Perl
uadaperbaikandalampasal 292 KUHP, Misalnya agar pasalitu juga
mencakupperbuatanhubunganseksualsejenisdengan orang yang sama-
samadewasa.Pemerintahdan DPR
perlusegeramenyepakatiuntukmencegahmenularnyalegalisasi LGBT
itudari AS dan Negara-negara lain,
dengancaramemperketatperaturanperundang-undangan. Bisa juga
sebagaiwargamasyarakat Indonesia yang
sadardanpeduliuntukmengajukangugatan judicial review
terhadappasal-pasal KUHP yang
memberikanjalanterjadinyatindakkejahatan di bidangseksual.

22
Dalamjangkapendek pula, sebaiknyaadaPerguruan Tinggi yang
secararesmimendirikanPusatKajiandanPenanggulangan
LGBT.PusatkajianinibersifatKomprehensifdanIntegratifsertalintas
bidangstudi.Aktivitasnyaadalahmelakukanpenelitian-
penelitiansertakonsultasi psikologidanpengobatanbagipengidap
LGBT.Selainitu, sebaiknya juga masjid-masjid besarmembuka klinik
LGBT, yang
memberikanbimbinganataupenyuluhankeagamaankepadapenderita
LGBT, baiksecaralangsungmaupunmelalui media online, bahkan juga
pengobatan-pengobatanterhadappenderita LGBT bisadilakukanterapi
modern denganbeberapabentukpengobatansepertibekam,
ruqyahsyar’iyyah, dansebagainya.

MenumbuhkanKesadaran Individual Pelaku LGBT

1.MenumbuhkanKesadaran Individual Pelaku LGBT


denganMengenalMusuhdanStrategiMelawanMusuhAbadi.Takdipungk
iribahwasetanmenjadimusuhabadimanusia yang
akanterusmenyesatkandanmenjerumuskanmanusiakedalamlembahkebi
nasaan. Cara
setandalammenyesatkanmanusiaadalahdenganmemolesperbuatanmaks
iat danjahatsehinggatampakindahdalampandanganmanusia.Selainitu,
juga
harusmenyesaliperbuatantersebutdanberupayakembalikepadaTuhan
Yang
MahaEsadenganmemperbanyakIstighfardanmemperbanyakTaubatanN
ashuha.Selainitudenganmemperbanyakberibadahuntukmendekatkandir
ikepada Sang Pencipta,
berfikirpositiftidakhanyakepadasesamamanusiatetapi juga
terhadapdirisendiridanKepadaTuhan Yang
MahaEsasertamemperbanyakDo’a.MenerapkanUsulanUntukMenangg
ulangiWabah LGBT

2. MenerapkanUsulanUntukMenanggulangiWabah LGBT di
Indonesia

Penyelesaianmasalah LGBT dalamlingkup yang lebihluasseperti


yang terjadidimasyarakat, dapat dilakukandenganmenerapkanusulan
DR. AdianHusainidalambukunya LGBT di Indonesia
:PerkembangandanSolusinya. Iamenjelaskanstrategi-
strategidalammenghadapimasalah LGBT di Indonesia yaitu :

1.Dalamjangkapendek,
perludilakukanpeninjauankembaliperaturanperundang-undangan yang

23
memberikankebebasanmelakukanpraktikhubunganseksualsejenis.
Perluadaperbaikandalampasal 292 KUHP, Misalnya agar pasalitu juga
mencakupperbuatanhubunganseksualsejenisdengan orang yang sama-
samadewasa.Pemerintahdan DPR
perlusegeramenyepakatiuntukmencegahmenularnyalegalisasi LGBT
itudari AS dan Negara-negara lain,
dengancaramemperketatperaturanperundang-undangan. Bisa juga
sebagaiwargamasyarakat Indonesia yang
sadardanpeduliuntukmengajukangugatan judicial review
terhadappasal-pasal KUHP yang
memberikanjalanterjadinyatindakkejahatan di bidangseksual.

2. Dalamjangkapendek pula, sebaiknyaadaPerguruan Tinggi yang


secararesmimendirikanPusatKajiandanPenanggulangan LGBT. Pusat
kajianinibersifatKomprehensifdanIntegratifsertalintasbidangstudi.Akti
vitasnyaadalahmelakukanpenelitian-
penelitiansertakonsultasipsikologidanpengobatanbagipengidap LGBT.

3. Sebaiknya juga masjid-masjid besarmembuka klinik LGBT, yang


memberikanbimbinganataupenyuluhankeagamaankepadapenderita
LGBT, baiksecaralangsungmaupunmelalui media online, bahkan juga
pengobatan-pengobatanterhadappenderita LGBT bisadilakukanterapi
modern denganbeberapabentukpengobatansepertibekam,
ruqyahsyar’iyyah, dansebagainya.

4. Perlubanyakmelakukanpendekatankepada para pemimpin di media


massa, khususnya media televise, agar mencegahdijadikannya media
massasebagaiajangkampanyebebaspenyebaranpahamdanpraktik
LGBT ini.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah dalam perdagangan manusia ini dapat diartikan sebagai


“rekrutmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan
seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, penculikan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan
ataupun menerima atau memberi bayaran atau manfaat sehingga
memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas oranglain
tersebut, untuk kepentingan eksploitasi yang secara minimal termasuk
eksploitasi lewat prostitusiatau bentuk-bentuk eksploitasi seksual lainnya,
kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek- praktek lain yang
serupa dengan perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ-organ
tubuh. Faktor yang menyebabkan human trafficking yaitu kemiskinan,
keinginan cepat kaya dan sosial budaya, cara pencegahan agar tidak
terkena HIV/AIDS adalah A (Abstinence): Absen seks atau tidak
melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah, B (Be
Faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-
ganti), C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh
pasangan apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV, D
(Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan
jarum bekas secara bergantian, E (Education): Pendidikan seks, yang dapat
dilakukan melalui penyuluhan. LGBT merupakansingkatandari Lesbian,
Gay, Bisex, dan Transgender. LGBT merupakan penyimpangan orientasi
seksual yang bertentangan dengan fitrah manusia, agama dan adat
masyarakat Indonesia.

25
3.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tentang Human


Trafficking, pencegahan HIV, kekerasan seksual dan LGBT. Serta dapat
menerapkanya .dan menanggulanginya di kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Maryuni, Anik. 2009. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Jakarta. Trans Info
Media.
Angelina, Bhetsy. Kesehatan Seksual. Jakarta. Sinar Grafika Offset.

26

Anda mungkin juga menyukai