Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI

VIRUS PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE, INFLUENZA,


DAN POLIO

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Dosen Pengampu Ibu
Tri Wahyuni Sukesi, S.Si., MPH.

DISUSUN OLEH:
YULIANA
1300029113
KELAS B

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2014
Page | 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH........................................................................3
2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................4
3. TUJUAN PENULISAN...........................................................................................5
4. METODE PENULISAN..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
1. DEFINISI DBD........................................................................................................6
2. PENYEBAB DENGUE............................................................................................7
3. DEFINISI INFLUENZA.........................................................................................10
4. ETIOLOGI INFLUENZA.......................................................................................11
5. DEFINISI POLIO....................................................................................................13
6. PENYEBAB POLIO................................................................................................13
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. iklim tropis ini hanya
memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan juga musim kemarau. Penyakit tropis
merupakan penyakit yang ditemukan didaerah tropis, hal ini karena Serangga seperti
nyamuk dan lalat yang pembawa penyakit yang paling umum, atau vector aktif pada
daerah beriklim tropis. Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus yang
menular kepada manusia dan hewan. Salah satu yang menyerang manusiaadalah penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut juga Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih dari seribu
meter dari permukaan air laut.
Hampir setiap tahunnya di Indonesia ada saja orang yang terjangkit penyakit DBD.
Hal ini membuktikan bahwa sebagian masyarakat masih kurang sadar terhadap
kebersihan lingkungan serta lambatnya pemerintah dalam mengantisipasi dan merespon
terhadap merebaknya kasus DBD ini. Masyarakat seringkali salah dalam mendiagnosis
penyakit DBD ini dengan penyakit lain seperti flu atau typhus. Hal ini disebabkan karena
infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bersifat asistomatik atau tidak jelas
gejalanya. Pasien DBD biasanya atau seringkali menunjukkan gejala batuk, pilek,
muntah, mual maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus DBD dapat masuk
bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau typhus. Oleh karena itu,
permasalahan DBD masih belum mencapai titik terang hingga sekarang.
Tidak hanya DBD, penyakit tropis lainnya yang kini masih melanda Indonesia yaitu
influenza dan polio. Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan
paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang
mematikan. Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412
sebelum Masehi. Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580,
dimana muncul dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah
terdokumentasi sebanyak 31 kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di
antaranya terjadi pada abad ini yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100
juta kematian oleh virus influenza A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-

Page | 3
1,5 juta kematian oleh virus influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang
menyebabkan 1 juta kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi
manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali
memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya.
Ketika keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat.  Di Amerika
Serikat epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau
salju menyebabkan rata-rata hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di
negara-negara tropis pada umumnya kejadian  wabah influenza dapat terjadi sepanjang
tahun dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.
WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya
pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa
wabah avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi ”calon” pandemi,
yaitu belum ditemukan bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa
lalu, pandemi tahun 1918, misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai
puluhan juta orang.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang terkonfirmasi.
Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93 kasus) dan
Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian di
Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.
Sedangkan polio dapat mengakibatkan kelumpuhan hingga kematian, bahkan dalam
hitungan jam. Virus terbawa dalam kotoran manusia. Penyakit menular ini pada
umumnya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Maka tidak salah jika
dikatakan, Polio merupakan ancaman bagi seluruh anak-anak di muka bumi ini. Pada
tahun 1988, dunia mencanangkan program pemberantasan polio sedunia, yang lebih
dikenal dengan Program Pemberantasan Polio Global. Upaya kesehatan ini telah efektif
menyelamatkan 5 juta anak dari kelumpuhan akibat Polio. Pada tahun 2004, hanya
terdapat 1266 kasus polio diseluruh dunia, dengan lebih dari 90% terjadi di enam negara.
Berdasarkan uraian masalah di atas, hal inilah yang ingin penulis analisa tentang virus
penyebab penyakit DBD, influenza, dan polio. Mengapa Indonesia begitu banyak
penyakit seperti di atas yang menyerang Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)?
Page | 4
2. Apa penyebab terjadinya penyakit DBD/
3. Apa yang dimaksud dengan influenza?
4. Apa penyebab penyakit influenza?
5. Apa yang dimaksud dengan polio?
6. Apa penyebab penyakit polio?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi penyakit DBD
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit DBD
3. Untuk mengetahui definisi penyakit influenza
4. Untuk mengetahui penyebab penyakit influenza
5. Untuk mengetahui definisi penyakit polio
6. Untuk mengetahui penyebab penyakit polio
1.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan dalam penulisan makalah ini adalah dengan mengumpulkan data
dari berbagai referensi, baik dari buku maupun internet.

Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI DEMAM BERDARAH DENGUE
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang sangat kecil yang disebut virus.
Sekalipun dengan mikroskop, bibit penyakit ini tetap tidak dapat dilihat. Virus ini
termasuk ke dalam kelompok virus yang ditularkan oleh serangga bersegmen yang
menggigit, misalnya nyamuk. Pada penyakit demam berdarah, virus ini disebut virus
dengue. Sejenis nyamuk yang disebut Aedes Aegypti, dianggap biang keladi penular
penyakit ini dan dinamakan vector (Makplus, 2013).
Selama nyamuk Aedes Aegypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan
nyamuk demam berdarah tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap
darah penderita demam berdarah maka nyamuk menjadi berbahaya karena bisa menular
virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian nyamuk jenis Aedes Aegypti
agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang yang lain (Makplus, 2013).
Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur. Sampai
saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak tetapi
dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita
Demam Berdarah Dengue pada orang dewasa (Makplus, 2013).
Indonesia termsuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue.
Serangan wabah umumnya muncul sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan
memainkan peranan bagi terjadi wabah. Lingkungan dimna terdapat banyak air tergenang
dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal bagi
penyakit tersebut (Makplus, 2013).
Penyakit DBD sering salah didiagonosis dengan penyakit lain seperi flu atau tipes.
Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bias bersifat
asimtomaik atau tidak jelas gejaanya. Data di bagian anak RSCM menunjukan pasien
DBD sering menemukan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bias
bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersama dengan infeksi penyakit lain
seperti flu atau tipes. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan
penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan
pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnisi DBD serta pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai (Makplus,
2013).
Page | 6
2.2 PENYEBAB DEMEM BERDARAH DENGUE
Demam Berdarah Dengu merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypyi maupun Aedes
albopictus.Yang paling berperan dalam penularan penyakit ini adalah Aedes agypti
karena hidup di dalam dan disekirat rumah, sedangkan Aedes albopctus hidup di kebun-
kebun sehinggal lebih jarang kontak pada manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hamper di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih
dari 1000 rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan
berkembangbiak (Nuryadin, 2013).
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Virus ini termasuk kelompok arthopoda.
Borne Viruses (Arboviroses). Sampai saat ini dikenal ada 4 serotype virus yaiu ; 
 Dengue 1 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944 
 Dengue 2 diisolasi oleh sabin pada tahun 1944 
 Dengue 3 diisolasi oleh sather 
 Dengue 4 diisolasi oleh sather 
Keempat type virus tersebut telah ditemukan diberbagai daerah di Indonesia dan yang
terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukan Dengue type 3
merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat (Makplus,
2013).
2.3 NYAMUK PENULAR DEMAM BERDARAH DENGUE 
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-
rata nyamuk lainnya. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam bintik-bintik putih pada bagian
badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau
sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk
betina ini menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari
mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai
petang hari (pukul 16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah
berulang kali untuk memenuhi lambangnya dengan darah. Dengan demikin nyamuk ini
sangat infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hingga
(beristirahat) di dalam atau di luar rumah. Tempat hingga yang disenangi adalah benda-
benda yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Disini
nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina akan
meletakan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit di atas permukaan air.

Page | 7
Pada umumya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air.
Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewas (Nuryadin,
2013).
2.4 MEKANISME PENULARAN DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
ini mendapat virus Dengue sewaktu menggigit mengisap darah orang yang sakit Demam
Berdarah Dengue atau tidak sakit tetapi didalam daerahnya terdapat virus dengue.
Seseorang didalam daerahnya mengandung virus dengue merupan sumber sumber
penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari
mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderitaan tersebut digigitnyamuk penular, maka
virus dalam darah akan ikut tersirap masuk kedalam kedalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini akan terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk/mengigit, sebelum ngisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat
tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus
dengue dipindahkan darinyamuk ke orang lain (Nuryadin, 2013).
2.5 TEMPAT POTENSI BAGI PENULARAN DEMAM BERDARAH DENGUE 
Penularan Demam Berdarah Dengue dapat terjadi disemu tempat yang terdapat
nyamuk penularan. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD
adalah : 
1. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis). 
2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang dating
dari berbaga wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe
virus dengue cukup besar tempat-tempat umun antara lain :  sekolah, rumah
sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum lainnya
seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain. 
3. Pemukiman baru di pinggir kota
Karena di lokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbgai wilayah dimana
kemungkinan di antaranya terdapat penderita atau carier (Nuryadin, 2013).
2.6 CARA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE 
Page | 8
Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik
nyamuk demam berdarah (aedes aegypti) dengan cara PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Upaya ini merupakan cara yang paling mudah, murah, ampuh, terbaik dan
dapat dilakukan oleh masyarakat cara berikut : 

 Membersihkan atau mengurus tempat penyimpanan air seperti : bak mandi, drum, vas
bunga, tempat minum burung, perangkat semut, dan lain-lain sekurang-kurangnya
satu minggu sekali.
 Tutuplah tempat penampungan air dengan rapat, supaya nyamuk tidak dapat masuk
dan berkembang biak di tempat itu.
 Kuburlah atau buang pada tempatnya barang-barang bekas seperti : kaleng bekas,
bahan bekas, botol-botol pecah dan barang lainnya yang dapat menampung air hujan
agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
 Tutuplah lubang-lubang pada pagar yang terbuat ari bambu dengan tanah atau adukan
semen.
 Lipatlah kain atau pakaian yang bergelantungan dalam kamar agar nyamuk tidak
hinggap di situ.
 Untuk tempat-tempat yang tidak mungkin atau sulit untuk di bersihkan dan di kuras,
taburkanlah bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut fungsinya untung
membunuh jentik-jentik nyamuk.
Selain 6 cara di atas, cara memberantas nyamuk aedes aegypti dapat juga di lakukan
dengan cara-cara sebagai berikut : 
 Penyemprotan menggunakan zat kimia.
 Pengasapan dengan insektisida.
 Memutus daur hidup nyamuk dengan menggunakan ovitrap dan memelihara ikan
cupang atau ikan pemakan jentik untuk memberantas jentik-jentik nyamuk dapat
menggunakan serbuk ABATE, dengan komposisi 1 gram serbuk ABATE untuk 10
liter air.

Cara yang paling efektif dalam menjegah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah
dengan mengkobinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3 M PLUS” yaitu
menutup, menguras, menibun, selain itu jga melakukan beberapa plus lainnya yang sesuai
dengan kondisi setempat (Nuryadin, 2013).

Page | 9
2.7 DEFINISI INFLUENZA
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat menular
dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C. Influenza merupakan suatu
penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit
otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif.
Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang burung dan mamalia yang
disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae (Mappa, 2010).
2.8 EPIDEMIOLOGI INFLUENZA
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di lingkungan
masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka yang berusia
sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang terbatas. Juga pasien
yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau ganggugan metabolik endokrin
dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak berbahaya ini. Serangan penyakit ini
tercatat paling tinggi pada musim dingin di negara beriklim dingin dan pada waktu musim
hujan di negara tropik.  Pada saat ini sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda
pandemi oleh influenza 2-3 tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat
mencapai puluhan ribu orang dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan
non-epidemik (Mappa, 2010).
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di
atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada
anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya adalah
500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada epidemi
influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumlah penderita influenza yang
masuk rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik.  Kematian influenza dapat terjadi
karena pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta penyakit kronis lainnya.
Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan kematian yang berkaitan
influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian / 100.000 penderita dengan usia
> 65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan influenza
terjadi pada penderita usia lanjut (Mappa, 2010).
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian
Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam dan
Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.  Hingga 5 Agustus 2005, WHO
melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan
Page | 10
mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul Thailand,
Kamboja dan terakhir Indonesia.  Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat
avian influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang
terkena wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang terkonfirmasi hanya
sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti adanya penularan dari unggas ke
manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah. Terlebih lagi penularan antar manusia,
kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi (Mappa, 2010).
2.9 ETIOLOGI INFLUENZA
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat
dibedakan dengan complement fixasion test. Tipe A merupakan virus penyebab influenza
yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan
dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe
yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan
ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomixovirus golongan RNA
dan berdasarkan namanya sudah jelas bahwa virus ini mempunyai afinitas untuk
myxoatau musin (Mappa, 2010).
Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda berupa
tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu
protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase dilambangkan
dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N terdiri dari sembilan
macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa menghasilkan banyak
sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A (Mappa, 2010).
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan
pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian
influenza atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing,
kuda dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu
burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai pada
manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human influenza
(Mappa, 2010).
Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza dimana
penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini
digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) (Mappa, 2010).
2.10 SIFAT VIRUS INFLUENZA

Page | 11
Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu
220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C selama 30 menit
atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati dengan
deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol
70% (Mappa, 2010).
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa: antigen
S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S merupakan suatu
inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini spesifik untuk
masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus dan memegang
peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol keluar dari selubung
virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas. Selubung inti virus
berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak disebelah luarnya (Mappa,
2010).
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah
antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat.
Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi
secara singkat disebut antigenic shift (Mappa, 2010).
2.11 GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit kepala, sakit
otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-
gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisik
tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat
pada selaput lendir tenggorok.  Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa
hari dan hilang dengan spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan
cepat lelah untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza
melalui mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan
terdapat resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog.  Pada pasien usia lanjut
harus dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan tersebut,
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang abnormal. Penyakit
umumnya akan membaik dengan sendirinya tapi kemudian pasien acapkali mengeluh
lagi mengenai demam dan sakit dada. Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan
infiltrat di paru-paru (Mappa, 2010).
2.12 PENCEGAHAN INFLUENZA

Page | 12
Paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan virus
influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena
sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah,
sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus
influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui
vaksinasi sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena
subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini
dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang dikenal
sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated
influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan
tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza.
Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza
biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya
untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal (Mappa,2010).
2.13 DEFINISI POLIO
Kata Polio sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya
yang lebih mutakhir πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus
Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral
tanpa sampul dengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA ini
membentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4)
dan satu protein kecil (Vpg). Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai
penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam
tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi feses (Meilan, 2013).
2.14 PENYEBAB POLIO
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk
ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem sarafpusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (Meilan, 2013).
Jenis – Jenis Polio
Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu :
a. Polio non-paralisis
Page | 13
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.
b. Polio paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk
anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering
ditemukan terjadi pada kaki.
c. Polio bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak
ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan
dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol
pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan
pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai
fungsi di kerongkongan;pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal
ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher
(Meilan,2013).
Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita.
Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-
paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang
bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat
permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal
(Meilan, 2013).
2.15 GEJALA KLINIS PENYAKIT POLIO
Stadium akut sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah.
Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat
kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus
(Meilan, 2013).
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas (gangguan
bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian besar
kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai lengan.
Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga dua bulan.
Page | 14
Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan menghilangnya demam
dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi. Kadang, itu disertai kekakuan
otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak yang layuh dan biasanya salah satu
sisi. Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya
kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah
fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan
kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal penyakit biasanya
menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan kelumpuhan otot
permanen (Meilan, 2013).
2.16 MEKANISME PENYEBARAN  PENYAKIT POLIO
Virus ditularkan  dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi.
Penularan terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari
tinja ke mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Fekal-oral
berarti minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita
masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Sementara itu, oral-oral adalah penyebaran dari
air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya. Virus polio sangat tahan
terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan larutan chlor. Suhu
tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun
(Meilan, 2013).
Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan
mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,
bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meski penularan terutama akibat
tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di
lingkungan terbatas. Salah satu inang atau mahluk hidup perantara yang dapat dibuktikan
hingga saat ini adalah manusia (Meilan, 2013).
2.17 PENCEGAHAN PENYAKIT POLIO
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.  Polio
bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan
otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian (Meilan, 2013).

Page | 15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam paper di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyebab penyakit
DBD di Indonesia adalah virus dengue dengan tipe Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4.
Perlunya kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue
terutama pada waktu musim penghujan. Cara yang paling efektif untuk mencegah
penyakit Demam Berdarah Dengue adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dengan 3M PLUS.
2. Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat
menular dapat menyerag burung dan mamalia. Influenza disebabkan oleh virus
influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu orthomixovirus golongan RNA.
Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang
menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI. Penularan virus influenza melalui
droplet dan lokalisasinya di traktus respiratorius. Gejala klinis influenza adalah
demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan disfagia. Komplikasi influenza dapat
terjadi pneumonia influenza primer dan pneumonia bakterial sekunder. Influenza
dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat memperpendek angka
sakit. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan imunoprofilaksis. 
3. Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh
virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),
masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus Polio ini ditularkan 
dari oral-faring (mulut dan tenggorokan) atau tinja penderita infeksi. Penularan
terutama terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke
mulut) atau yang agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Penyakit Polio
tersebut dapat dicegah dengan cara imunisasi.

Page | 16
DAFTAR PUSTAKA

Firady, Rama, 2011, “Makalah Penyakit Demam Berdarah Dengue”,


http://firady.blogspot.com/2011/05/makalah-penyakit-demam-berdarah-dengue.html,
diunduh pada tanggal 21 Mei 2014 di Yogyakarta

Makplus, 2013, “Makalah Demam Berdarah Dengue Latar”, http://ogah-


baca.blogspot.com/2013/12/makalah-demam-berdarah-dengue-latar.html, diunduh
pada tanggal 21 Mei 2014 di Yogyakarta

Mappa, Nurhayati Amir Mahmud, 2010, “Makalah Influenza”,


http://nurhayatimappa4.blogspot.com/2012/11/makalah-influenza.html, diunduh pada
tanggal 21 Mei 2014 di Yogyakarta

Meilan, Giani, 2013, “Imunisasi Polio dan Penyakit yang Dapat Disebabkan Oleh Virus
Polio”, http://gianimeilan.blogspot.com/2013/06/imunisasi-polio-dan-penyakit-yang-
dapat.html, diunduh pada tanggal 21 Mei 2014 di Yogyakarta

Nuryadin, Adin, 2013, “Makalah Demam Berdarah Dengue Latar 14”,


http://adinnagrak.blogspot.com/2013/11/makalah-demam-berdarah-dengue-
latar_14.html, diunduh pada tanggal 21 Mei 2014 di Yogyakarta

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai