Anda di halaman 1dari 7

Nama : Baiq Fahira Mentari

NIM : 019.06.0015

HORMON METABOLIK TIROID


Oleh : dr. I Putu Adiartha Griadhi, M.Si.,AIFO

Tubuh mengandung dua jenis kelenjar yautu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.
Kelenjar eksokrin mensekrresikan produk mereka ke dalam saluran yang membawa sekresi ke
dalam rongga tubuh, ke dalam lumen organ atau ke permukaan luar tubuh. Kelenjar eksokrin
termasuk kelenjar sudoriferous (keringat), sebaceous (minyak), lendir, dan pencernaan.
Sedangkan kelenjar endokrin mensekresikan produknya berupa hormon ke dalam cairan
interstisial yang mengelilingi sel sekretori bukan ke dalam saluran. Dari cairan interstisial,
hormon berdifusi ke dalam kapiler darah dan darah membawanya sel target di seluruh tubuh.
Kelenjar endokrin termasuk hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar adrenal, dan pineal.
Selain itu, beberapa organ dan jaringan tidak secara eksklusif diklasifikasikan sebagai kelenjar
endokrin tetapi mengandung sel yang mengeluarkan hormon. Ini termasuk hipotalamus, timus,
pankreas, ovarium, testis, ginjal, lambung, hati, usus halus, kulit, jantung, jaringan adiposa, dan
plasenta. Secara keseluruhan, semua kelenjar endokrin dan sel penghasil hormon membentuk
sistem endokrin. Perlu diingat bahwa hanya sel target untuk hormon tertentu yang memiliki
reseptor yang mengikat dan mengenali hormon tersebut. Sebagai contoh, hormon perangsang
tiroid (TSH) berikatan dengan reseptor pada sel-sel kelenjar tiroid, tetapi tidak mengikat pada
sel-sel kelenjar tiroid di ovarium karena sel ovarium tidak memiliki reseptor TSH.
Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar endokrin terbesar, yang dimana akan
mengeluarkan 2 hormon utama yaitu Tiroksin (T3) dan Triiodothyronine (T4). Secara anatomy
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring dan anterior ke bagian atas trakea dengan berat
sekitar 25g. Tiroid terdiri dari 2 lobus lateral yang dihubungkan oleh pita sempit jaringan tiroid
yang disebut isthmus. Istchmus biasanya menutupi wilayah dari 2nd sampai 4th tulang rawan
trakea.
Kemudian terkait dengan histologynya, lobus tiroid mengandung banyak lubang yang disebut
struktur folikel yang merupakan unit fungsional dari kelenjar tiroid. Diselingi di antara folikel
adalah sel C yang mengeluarkan kalsitonin. Dengan setiap folikel diisi dengan zat lengket kental
yang disebut koloid. Konstituen utama koloid adalah glikoprotein besar yang disebut
tiroglobulin. Tidak seperti kelenjar endokrin lainnya yang mensekresikan hormon mereka setelah
diproduksi, kelenjar tiroid menyimpan sejumlah besar hormon tiroid dalam koloid sampai
dibutuhkan oleh tubuh.
Fungsi utama sebagian besar hormon adalah regulasi berbagai aktivitas homeostatik. Karena efek
hormon proporsional dengan konsentrasinya dalam plasma, konsentrasi ini berada di bawah
mekanisme kontrol sesuai kebutuhan homeostatik. Selanjutnya, besarnya respons hormonal
bergantung pada ketersediaan dan sensitivitas reseptor sel target bagi hormon tersebut.
Konsentrasi plasma efektif hormon yang aktif secara biologis dan bebas dan karena itu
ketersediaan hormon terhadap reseptornya bergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1. Laju sekresi hormon ke dalam darah oleh kelenjar endokrin. Laju sekresi, suatu faktor
yang meningkatkan konsentrasi plasma hormon, berada di bawah kontrol untuk
mempertahankan konsentrasi hormon pada titik acuan yang diinginkan.
2. Bagi beberapa hormon, aktivasi laju metaboliknya atau konversinya. Setelah disekresi ke
dalam darah oleh kelenjar endokrin, hormon lipofilik sering dimodifikasi di organ lain.
Kadang-kadang, modifikasi perifer (jauh dari kelenjar endokrin) ini menghasilkan bentuk
hormon yang lebih aktif. Contohnya, bentuk terbanyak hormon tiroid yang disekresi oleh
kelenjar tiroid adalah tiroksin (yang mengandung 4 iodin), tetapi bentuk terkuat hormon
tiroid di dalam darah adalah tri-iodotironin (yang mengandung tiga iodin). Setelah
disekresi, tiroksin diubah menjadi bentuk yang lebih aktif akibat pemisahan salah satu ion
iodinnya secara perifer, khususnya oleh hati dan ginjal. Laju aktivasi hormon semacam
ini biasanya berada di bawah kontrol hormonal itu sendiri. Terkadang kerja di perifer
mengubah satu hormon menjadi hormon yang berbeda secara fungsional. Contohnya,
sebagian kecil testosteron, hormon seks poten pada pria, diubah diperifer oleh kerja
enzim aromatase di jaringan lemak dan di tempat lain menjadi estrogen, yaitu hormon
seks poten pada perempuan.
3. Bagi hormon lipofilik, derajat pengikatannya dengan protein plasma. Karena hormon
lipofilik kurang larut di air, mereka bersirkulasi di plasma dengan terikat ke protein
plasma tertentu. Hanya sebagian kecil hormon tak-terikat yang bebas untuk berinteraksi
dengan sel targetnya. Besarnya kelompok bebas ini dan bukan keseluruhan kelompok
hormon, dipantau dan disesuaikan untuk mempertahankan fungsi endokrin yang normal.
Uji klinis yang digunakan untuk menentukan konsentrasi plasma hormon tertentu
mengukur konsentrasi total hormon dan tidak menyertakan derajat pengikatan hormon.
Hasil ini terkadang menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya, selama kehamilan, lebih
banyak dihasilkan protein plasma spesifik yang mengikat hormon tiroid. Karena lebih
banyak hormon tiroid yang terikat ke protein plasma, konsentrasi total hormon tiroid di
dalam plasma meningkat (sebanyak dua kali lipat), tetapi konsentrasi hormon yang bebas
dan aktif tidak berubah, sehinga wanita yang hamil memiliki fungsi tiroid yang normal
meskipun terjadi peningkatan kadar hormon tiroid dalam plasma.
Pada keadaan normal, konsentrasi plasma efektif suatu hormon diatur oleh penyesuaian yang
tepat pada laju sekresinya. Kelenjar endokrin tidak mengeluarkan hormonnya dengan kecepatan
yang sama, pada umumnya laju sekresi semua hormon bervariasi dan berada di bawah kontrol
beberapa mekanisme kompleks. Mekanisme umum yang mengontrol sekresi yang umum bagi
berbagai hormon yaitu kontrol umpan-balik negatif, refleks neuroendokrin, dan irama diurnal
(sirkadian).

Secara sederhana, umpan-balik negatif dijumpai jika keluaran sistem melawan perubahan pada
masukan sehingga variabel terkontrol berada dalam kisaran sempit di sekitar titik patokan
tertentu. Sebagai contoh, ketika konsentrasi plasma hormon tiroid bebas dalam darah turun di
bawah "patokan" tertentu, hipofisis anterior mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH)
yang merangsang tiroid untuk meningkatkan sekresi hormon tiroidnya. Hormon tiroid nantinya
menghambat sekresi lebih lanjut TSH oleh hipofisis anterior. Umpan-balik negatif menjamin
bahwa jika sekresi kelenjar tiroid telah "dinyalakan" oleh TSH, sekresi tersebut tidak akan
berlanjut tanpa kendali, tetapi akan "dipadamkan" jika kadar hormon bebas dalam darah telah
mencapai tingkat yang telah ditentukan. Karena itu, efek suatu hormon tertentu dapat
menghambat sekresinya sendiri. Lengkung umpanbalik sering menjadi cukup rumit.

Banyak sistem kontrol endokrin melibatkan refleks neuroendokrin, yang mencakup


baik komponen saraf maupun hormon. Tujuan refleks semacam ini adalah menghasilkan
peningkatan mendadak sekresi hormon (yaitu, "menaikkan patokan termostat") sebagai respons
terhadap rangsangan tertentu, sering berupa rangsangan eksternal terhadap tubuh. Pada beberapa
keadaan, masukan saraf ke kelenjar endokrin menjadi satu-satunya faktor yang mengatur sekresi
hormon. Sebagai contoh, sekresi epinefrin oleh medula adrenal dikontrol semata-mata oleh
sistem saraf simpatis. Sebaliknya, sebagian sistem kontrol endokrin mencakup kontrol umpan-
balik (yang mempertahankan kadar hormon di tingkat basal) dan refleks neuroendokrin (yang
menyebabkan peningkatan mendadak sekresi sebagai respons terhadap peningkatan mendadak
kebutuhan hormon tersebut). Salah satu contoh adalah peningkatan sekresi kortisol, "hormon
stres", oleh korteks adrenal selama respons stres.
Laju sekresi banyak hormon berfluktuasi berirama naik-turun sebagai fungsi waktu.
Irama endokrin yang paling umum adalah irama diurnal ("siang-malam") atau sirkadian ("dalam
sehari") yang ditandai oleh osilasi berulang kadar hormon yang sangat teratur dan bersiklus satu
kali 24 jam. Irama ini disebabkan oleh osilator endogen serupa dengan neuron pemacu
pernapasan dibatang otak yang mengontrol gerakan napas berirama, kecuali bahwa osilator ini
bersiklus jauh lebih lama. Selain itu, tidak seperti irama napas, irama endokrin terkunci, atau
terjebak ke petunjuk eksternal misalnya siklus terang-gelap. Siklus 24 jam bawaan naik turunnya
sekresi hormon dilakukan untuk me-nyamai "derap langkah" siklus terang dan gelap. Sebagai
contoh, sekresi kortisol meningkat pada malam hari, mencapai puncaknya pada pagi sebelum
yang bersangkutan terjaga, kemudian turun sepanjang hari hingga titik terendah pada saat tidur
malam. Irama dan kausa inheren hormon tidak dilakukan oleh kelenjar endokrin itu sendiri,
tetapi akibat perubahan titik patokan kelenjarkelenjar tersebut oleh susunan saraf pusat.
Kelainan konsentrasi plasma efektif suatu hormon dapat berasal dari berbagai faktor (Tabel 18-
1). Penyakit endokrin umumnya disebabkan oleh konsentrasi yang tidak sesuai yaitu, sekresi
hormon terlalu sedikit (hiposekresi) atau terlalu banyak (hipersekresi). Kadang-kadang, disfungsi
endokrin disebabkan oleh penurunan mencolok responsivitas sel sasaran, meskipun kadar
hormon dalam plasma normal.
Hiposekresi primer terjadi ketika sebuah kelenjar endokrin mengeluarkan hormon terlalu sedikit
karena kelainan di dalam kelenjar. Hiposekresi sekunder terjadi ketika kelenjar endokrin normal
tetapi mengeluarkan hormon terlalu sedikit karena defisiensi hormon tropiknya. Berikut ini
adalah contoh di antara berbagai faktor berbeda (masing-masing dengan contoh) yang dapat
menyebabkan hiposekresi primer: (1) genetik (ketiadaan bawaan suatu enzim yang mengatalisis
sintesis hormon, seperti ketidakmampuan menyintesis kortisol karena ketiadaan enzim spesifik
di korteks adrenal); (2) makanan (kekurangan iodium, yang diperlukan untuk sintesis hormon
tiroid); (3) kimia atau toksin (residu insektisida tertentu dapat merusak korteks adrenal); (4)
imunologik (antibodi autoimun dapat merusak jaringan tiroid tubuh sendiri); (5) proses penyakit
lain (kanker atau tuberkulosis dapat secara kebetulan merusak kelenjar endokrin); (6) iatrogenik
(disebabkan oleh dokter, misalnya pengangkatan kanker kelenjar tiroid secara bedah); dan (7)
idiopatik (berarti kausa tidak diketahui).

Seperti hiposekresi, hipersekresi oleh kelenjar endokrin tertentu dibagi menjadi primer atau
sekunder masingmasing bergantung pada apakah defek terletak di kelenjar tersebut atau
disebabkan oleh rangsangan berlebihan dari luar. Hipersekresi dapat disebabkan oleh (1) tumor
yang mengabaikan masukan sinyal regulatorik normal dan terus menerus mengeluarkan hormon
secara berlebihan dan (2) faktor imunologik, misalnya rangsangan berlebihan kelenjar tiroid oleh
antibodi ab normal yang memiliki kerja mirip TSH, hormon tropik tiroid. Peningkatan berlebihan
kadar suatu hormon juga dapat disebabkan oleh penyalahgunaan suatu bahan, misalnya
pemakaian ilegal hormon steroid tertentu oleh sebagian atlet untuk meningkatkan massa otot
dengan mendorong sintesis protein di sel otot (lihat h. 298).

Anda mungkin juga menyukai