Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1.

Februari 2019

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM


PENGENDALIAN VEKTOR DBD

Novia Wirna Putri1, Sevilla Ukhtil Huvaid2


1,2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Baiturrahmah
Email: noviawirna.skm@gmail.com, 2sevillaukhtilhuvaid@fkm.unbrah.ac.id
1

Abstrak
Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu masalah utama
penyakit menular diIndonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis partisipasi masyarakat dalam program pengendalian
vektor DBD. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik
dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel berjumlah 99
orang yang diambil dengan teknik proportional random sampling.
Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 52,5 % rumah responden positif jentik, 32,3 %
responden tergolong dalam kategori buruk melakukan modifikasi
lingkungan, 58,6 % responden tergolong dalam kategori buruk
melakukan manipulasi lingkungan, 30,3 % responden tergolong dalam
kategori buruk melakukan pengendalian fisik, sebesar 78,8 %
responden tergolong dalam kategori buruk melakukan pengendalian
kimiawi, dan 35,4 % responden tergolong dalam kategori buruk
melakukan pengendalian biologi dalam program pengendalian vektor
DBD. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang siginifikan antara variabel modifikasi lingkungan, manipulasi
lingkungan, pengendalian fisik, pengendalian kimiawi, pengendalian
biologi dengan keberadaan jentik dalam program pengendalian vektor
DBD. Oleh sebab itu, perlu disosialisasikan lebih lanjut kepada
masyarakat mengenai program pengendalian vektor DBD baik dalam
aspek modifikasi lingkungan, manipulasi lingkungan, pengendalian
fisik, kimia dan biologi.

Kata kunci : DBD, lingkungan, vektor

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main problems of
infectious diseases in Indonesia. The purpose of this study was to
analyze community participation in the DHF vector control program.
The type of research used was analytical research using a cross
sectional design. The sample is 99 people taken by proportional
random sampling. Data analysis included univariate and bivariate
analysis. The results showed that 52.5% of respondents were larvae
positive, 32.3% of respondents belonged to the bad category of
environmental modification, 58.6% of respondents belong to the bad
category of environmental manipulation, 30.3% of respondents belong
to the bad category of controlling physically, 78.8% of respondents

44
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

belong to the bad category of chemical control, and 35.4% of


respondents belong to the bad category of biological control in the
DHF vector control program. The results of bivariate analysis showed
that there was a significant relationship between the variables of
environmental modification, environmental manipulation, physical
control, chemical control, biological control with the presence of
larvae in the DHF vector control program. Therefore, it needs to be
further socialized to the public regarding DHF vector control
programs both in aspects of environmental modification,
environmental manipulation, physical, chemical and biological
control.

Keywords: DHF, environment, vector

PENDAHULUAN sebesar IR= 361,5 per 100.000


penduduk. Wilayah kerja
Demam Berdarah Dengue Puskesmas Air Dingin meliputi
(DBD) adalah penyakit yang tiga kelurahan yaitu Kelurahan
disebabkan oleh empat serotipe Balai Gadang, Aia Pacah, dan
virus dengue yang ditularkan Lubuk Minturun Sungai Lareh
melalui gigitan nyamuk terinfeksi (Dinkes Kota Padang, 2016).
khususnya nyamuk Aedes aegypti Untuk memutus mata rantai
yang terdapat hampir di seluruh penularan penyakit DBD,
pelosok Indonesia (Adrianto dkk., pemerintah bersama masyarakat
2014). Pada tahun 2015, di harus melakukan upaya
Indonesia jumlah penderita DBD pencegahan DBD. Pencegahan
yang dilaporkan sebanyak 129.650 DBD masih diutamakan pada
kasus dengan jumlah kematian pengendalian vektor karena
sebanyak 1.071 kasus (Incidence sampai saat ini masih belum
Rate (IR) = 50,75 per 100.000 tersedia vaksin dan obat antivirus
penduduk dan Case Fatality Rate yang efektif (Mulyatno dkk., 2012)
= 0,83 % (Kementerian Kesehatan Keterlibatan masyarakat dalam
RI, 2016). program pengendalian populasi nyamuk
Kota Padang merupakan Ae. aegypti sebagai vektor DBD sangat
salah satu daerah endemis DBD di menentukan keberhasilan dalam upaya
Propinsi Sumatera Barat dan tidak memperkecil terjadinya penularan DBD
ada satu kecamatanpun yang bebas (Syatriani dkk., 2009). Partisipasi
dari DBD. Puskesmas Air Dingin masyarakat dapat dilihat dari kegiatan
merupakan salah satu puskesmas pengendalian vektor seperti modifikasi
di Kota Padang yang mengalami lingkungan, manipulasi lingkungan,
peningkatan kasus Demam pengendalian fisik, pengendalian kimia,
Berdarah cukup signifikan. Pada dan pengendalian biologi (Prasetyowati,
tahun 2013 IR DBD Puskesmas 2015).
Air Dingin sebesar 177,95 per Penelitian sebelumnya terkait
100.000 penduduk, kemudian dengan partisipasi masyarakat belum ada
turun di tahun 2014 IR = 80,8 per dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
100.000 penduduk, dan di tahun Air Dingin. Berdasarkan hal di atas maka
2015 mengalami peningkatan yaitu tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

45
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

untuk menganalisis partisipasi masyarakat pengendalian kimia, pengendalian


dalam program pengendalian vektor DBD biologi, dan keberadaan jentik
di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin serta variabel keberadaan jentik.
Kota Padang tahun 2018. a. Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan adalah suatu
METODE PENELITIAN transformasi fisik permanen (jangka
panjang) terhadap tanah, air, dan tumbuh –
Jenis penelitian ini adalah tumbuhan untuk mencegah/ menurunkan
penelitian analitik dengan habitat jentik tanpa
menggunakan desain cross mengakibatkan kerugian bagi manusia.
sectional. Sampel berjumlah 99 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
orang yang diambil dengan teknik 99 responden, terdapat 32,3% responden
proportional random sampling. yang tergolong dalam kategori buruk
Analisis data meliputi analisis dalam melakukan modifikasi lingkungan.
univariat tentang partisipasi Hal ini menunjukkan bahwa aspek
masyarakat dalam pengendalian modifikasi lingkungan dalam program
vektor yaitu modifikasi pengendalian vektor DBD belum berjalan
lingkungan, manipulasi sepenuhnya. Masih ada responden yang
lingkungan, pengendalian fisik, menyatakan bahwa mereka belum
pengendalian kimia, pengendalian mendapatkan penjelasan tentang program
biologi, dan keberadaan jentik di pengendalian vektor DBD baik secara
wilayah kerja Puskesmas Air lisan maupun tulisan dari petugas
Dingin serta analisis bivariat untuk kesehatan. Menurut analisa peneliti,
melihat hubungan antara variabel promosi kesehatan pada dasarnya sudah
modifikasi lingkungan, manipulasi dilakukan oleh pihak puskesmas, hanya
lingkungan, pengendalian fisik, saja kurangnya frekuensi penyuluhan,
pengendalian kimiawi, belum lengkapnya materi penyuluhan, dan
pengendalian biologi dengan tidak tepatnya waktu kunjungan
keberadaan jentik dalam program menyebabkan masih adanya sasaran
pengendalian vektor DBD. masyarakat yang belum mendapatkan
Penelitian dilakukan pada tahun pemaparan dan penjelasan terkait program
2018 di wilayah kerja Puskesmas penaggulangan DBD, khususnya dalam
Air Dingin yang meliputi tiga hal pengendalian vektor DBD. Selain itu,
kelurahan yaitu Kelurahan Balai media promosi kesehatan dalam bentuk
Gadang, Air Pacah, dan Lubuk tulisan, juga belum terdistribusi dengan
Minturun Sungai Lareh. baik. Oleh sebab itu, perlu adanya
peningkatan peran kader jumantik dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN mengimplementasikan program
penanggulangan DBD di masyarakat.
1. Analisis Univariat Dukungan dan perhatian dari pemerintah
Analisis univariat dilakukan setempat juga sangat dibutuhkan dalam
terhadap masing-masing variabel mengimplementasikan program
yang diteliti dengan tabel distribusi penanggulangan DBD.
frekuensi disertai penjelasan yaitu b. Manipulasi Lingkungan
distribusi frekuensi partisipasi Manipulasi lingkungan adalah
masyarakat yang meliputi suatu pengkondisian sementara yang tidak
modifikasi lingkungan, manipulasi menguntungkan atau tidak cocok sebagai
lingkungan, pengendalian fisik, tempat berkembang biak vektor penular

46
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

penyakit pada habitatnya. Hasil penelitian nyamuk dilakukan dengan


menunjukkan bahwa dari 99 responden, pemasangan kawat kasa (kawat
terdapat 58,6% responden yang tergolong nyamuk) pada semua lubang yang
dalam kategori buruk di dalam melakukan ada di rumah, seperi lubang angin,
manipulasi lingkungan. jendela, pintu dan lainnya. Hasil
Hal ini menunjukkan bahwa aspek penelitian menunjukkan bahwa
manipulasi lingkungan dalam program dari 99 responden, terdapat 30,3%
pengendalian vektor DBD juga belum responden yang tergolong dalam
berjalan dengan baik. Masih ada 12,1% kategori buruk di dalam
responden yang menyatakan bahwa melakukan pengendalian fisik.
mereka tidak menguras bak mandi Menurut analisa peneliti, hal
seminggu sekali, dan 29,3% responden ini dapat terjadi karena kurangnya
menyatakan bahwa mereka tidak pernah pengawasan dari petugas
mendapatkan informasi tentang kesehatan yang datang memeriksa
pengendalian DBD melalui cara jentik dirumah atau dilingkungan
manipulasi lingkungan baik dari dinas mereka, begitu juga dengan
kesehatan maupun puskesmas setempat. himbauan terkait program
Menurut analisa peneliti, pengendalian vektor DBD yang
ketidaktahuan masyarakat tentang upaya – disampaikan kepada masyarakat,
upaya pengendalian vektor DBD secara masih ada responden menyatakan
spesifik membuat mereka masih ada yang bahwa tidak ada himbauan yang
tergolong dalam kategori tidak melakukan disampaikan oleh petugas baik
upaya manipulasi lingkungan. Promosi mengenai kasus maupun terkait
kesehatan yang dipaparkan secara umum program pengendalian yang harus
oleh pihak puskesmas, membuat mereka lakukan. Seharusnya para
masyarakat tidak paham benar dan kurang pelaksana program mempunyai
menyadari pentingnya penerapan sikap positif dan memberikan
manipulasi lingkungan dalam upaya dukungan penuh terhadap
pengendalian vektor DBD. Oleh sebab itu implementasi kebijakan program,
perlu dilakukan peninjauan kembali sehingga terdapat kemungkinan
terhadap substansi promosi kesehatan yang besar implementasi kebijakan
yang akan diberikan oleh tenaga akan terlaksana sesuai dengan
kesehatan kepada masyarakat. Selain itu, harapan. Oleh sebab itu, perlu
kunjungan ke rumah – rumah masyarakat adanya pelatihan yang diberikan
melalui sistem door to door untuk kepada para pelaksana, agar
peningkatan pengetahuan dan pengawasan mereka tahu dan memahami apa
oleh kader jumantik dan pihak puskesmas yang menjadi kewajiban mereka.
juga harus lebih digiatkan, agar Selain itu diperlukan juga evaluasi
masyarakat lebih memahami dan merasa terhadap para pelaksana dalam
diawasi didalam melakukan upaya meningkatkan partisipasi
pengendalian vektor DBD demi masyarakat pada program
keberhasilan program penanggulangan penanggulangan DBD.
DBD. d. Pengendalian Kimiawi
c. Pengendalian Fisik Pengendalian vektor secara kimiawi
Pengendalian secara fisik dapat ditempuh dengan dua teknik untuk
adalah pengendalian untuk pengendalian secara kimiawi, yaitu
mengurangi atau menghindari pengasapan (fogging) dengan
gigitan nyamuk atau gangguan menggunakan senyawa kimia malathion

47
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

dan fenthion, yang berguna untuk adanya jentik selama 2-3 bulan (Tairas,
mengurangi penularan sampai batas waktu 2015).
tertentu, dan pemberantasan larva nyamuk Seharusnya petugas kesehatan
dengan zat kimia (abate). Hasil penelitian membagikan dan menjelaskan cara
menunjukkan bahwa pengendalian penggunaan bubuk abate kepada
kimiawi pada kategori buruk sebesar masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Air
78,8% dan pada kategori baik sebesar Dingin yang merupakan daerah endemis
21,2% dalam partisipasi masyarakat DBD di Kota Padang. Selain itu juga
terhadap program pengendalian vektor memberikan informasi terkait penggunaan
DBD. obat anti nyamuk yang sesuai dengan
Masyarakat di Wilayah Kerja petunjuk penggunaan agar tidak
Puskesmas Air Dingin sangat jarang menimbulkan bahaya keracunan pada
menggunakan obat anti nyamuk. manusia ataupun resistensi pada nyamuk
Sebanyak 9,1% masyarakat menggunakan e. Pengendalian Biologi
obat nyamuk bakar, dan hanya 2% yang Hasil penelitian menunjukkan
menggunakan obat nyamuk semprot dan bahwa pengendalian secara biologi pada
oles. Adapun bentuk partisipasi kategori buruk sebesar 35,4% dan pada
masyarakat dalam upaya pengendalian kategori baik sebesar 64,6% dalam
kimiawi yaitu mengizinkan petugas partisipasi masyarakat terhadap program
kesehatan melakukan fogging pengendalian vektor DBD. Berdasarkan
(pengasapan). hasil distribusi frekuensi jawaban
Rendahnya partisipasi masyarakat responden dari kuesioner pengendalian
terjadi karena kurangnya kesadaran biologi, ditemukan sebanyak 30,3% tidak
masyarakat untuk melakukan upaya mendapatkan informasi tentang
pengendalian kimiawi seperti pengendalian DBD secara biologi dari
menggunakan bubuk abate pada bak dinak kesehatan/puskesmas.
penampungan air dan menggunakan obat Partisipasi masyarakat dalam upaya
anti nyamuk. Selain itu, rendahnya peran pengendalian biologi sudah cukup baik.
petugas kesehatan dalam Sebanyak 91,9% responden menanam
mensosialisasikan penaburan bubuk abate tanaman pengusir nyamuk seperti serai
karena masyarakat mengaku bahwa wangi, kincung dan ruku-ruku di
petugas kesehatan tidak pernah pekarangan rumahnya. Masyarakat sudah
membagikan bubuk abate. banyak mendapatkan informasi dari dinas
Upaya pengendalian kimiawi kesehatan/puskesmas terkait dengan
dilakukan untuk memberantas nyamuk pengendalian biologis (69,7%).
dewasa maupun dalam bentuk larva dan Pengendalian larva Aedes aegypti
pupa. Untuk nyamuk dewasa dilakukan secara biologi atau hayati menggunakan
dengan cara pengasapan (thermal fogging) organisme yang dalam pengendalian
atau pengabutan (cold fogging) dengan secara hayati umumnya bersifat predator,
berbagai jenis insektisida misalnya parasitik atau patogenik. Beberapa agen
golongan organophospat atau pyrethroid hayati yang digunakan untuk
synthetic. Untuk pemberantasan larva memberantas nyamuk Aedes aegypti
nyamuk dapat menggunakan abate 1% seperti ikan kepala timah (Aplocheilus
SG. Cara ini biasanya digunakan dengan panchax), ikan nila (Oreochronis
menaburkan bubuk abate ke dalam bejana nilocitus), ikan guppy (Poecilia
tempat penampungan air seperti bak reticulata), ikan mujair (Oreochronis
mandi, tempayan, drum dapat mencegah mossambicus), ikan cupang (Betta
splendens), yang mangsanya adalah larva

48
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

nyamuk. Selain itu, tanaman yang barang bekas masih dapat dijual
menimbulkan bau yang tidak disukai oleh sehingga ditumpuk di halaman
nyamuk Aedes aegypti seperti akar wangi rumah. Selain itu, tidak
(vertiver zizanoides). Masyarakat tersedianya lahan untuk mengubur
diharapkan dapat menanam tanaman barang bekas tersebut.
pengusir nyamuk di halaman rumah untuk Hasil penelitian ini sejalan
menghindari berkembangbiaknya nyamuk dengan penelitian Faridah (2017)
vektor di sekitar rumah. di Kota Bandung bahwa bak
f. Keberadaan Jentik mandi merupakan TPA yang
Hasil penelitian paling banyak ditemukan larva
menunjukkan bahwa keberadaan nyamuk. Bak mandi merupakan
jentik positif di rumah responden TPA yang digunakan untuk
sebesar 52,5% dan negatif sebesar keperluan sehari-hari sehingga
47,5%. Bak mandi merupakan umumnya memiliki volume yang
TPA yang paling banyak cukup besar, dapat menyimpan
ditemukan jentik karena cadangan air dalam waktu lama
masyarakat jarang menguras bak sehinga sangat potensial untuk
mandi yang seharusnya menjadi tempat perkembangbiakan
dibersihkan minimal satu kali nyamuk.
dalam satu minggu. Barang-barang Tempat berkembangbiak
bekas seperti ban bekas dan ember Aedes aegypti yang utama di
bekas masih banyak ditemukan dalam rumah adalah bak mandi,
berserakan di sekitar rumah bak wc, tandon air minum,
masyarakat yang dapat menjadi tempayan, gentong tanah liat,
tempat potensial untuk gentong plastik, ember, drum dan
perkembangbiakan nyamuk vektor vas tanaman hias. Berdasarkan
DBD yang sering diabaikan oleh hasil survei jentik nyamuk yang
masyarakat. Masyarakat tidak telah dilakukan dapat diketahui
dapat mengubur barang bekas angka kepadatan jentik yang
karena mereka beranggapan disajikan dalam Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kepadatan populasi larva nyamuk (ABJ, HI, CI, BI) di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Dingin Kota Padang
Indeks Kepadatan Vektor
ABJ House Index Container Index (CI) Breteau Index (BI)
(Angka Bebas Jentik) (HI)
47,5 % 52,5 9,6 81,8

Berdasarkan Tabel 1, menurut 2. Analisis Bivariat


peneliti angka indeks kepadatan vektor Pada penelitian ini analisis bivariat
yang tinggi disebabkan karena masih yang digunakan adalah uji Chi square,
kurangnya partisipasi masyarakat dalam masing-masing variabel independen dan
melaksanakan pengendalian vektor DBD dependen yang sudah dikategorikan diuji
dengan melakukan modifikasi lingkungan, apakah ada hubungan antara variabel
manipulasi lingkungan, pengendalian independen modifikasi lingkungan,
secara fisik, pengendalian kimiawi, dan manipulasi lingkungan, dan pengendalian
pengendalian secara biologis. fisik dengan variabel dependen
keberadaan jentik. Jika nilai p < 0,05

49
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

maka Ho ditolak atau dengan kata lain Hasil analisis statistik untuk
hipotesis penelitian diterima. mengetahui hubungan antara modifikasi
a. Hubungan Modifikasi Lingkungan lingkungan dengan keberadaan jentik
dengan Keberadaan Jentik dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hubungan Modifikasi dengan Keberadaan Jentik


Keberadaan Jentik Nilai p
No Modifikasi Lingkungan Positif Negatif Total
f % f % F %
1 Buruk 22 68,8% 10 31,2% 32 100%
0,043
2 Baik 30 44,8% 37 55,2% 67 100%

Berdasarkan hasil tabulasi silang menunjukkan masih adanya responden


diketahui bahwa p = 0,043, artinya p < yang belum melakukan upaya penutupan
0,05 maka dapat diambil kesimpulan atau pemanfaatan rawa-rawa yang ada
bahwa ada hubungan antara modifikasi dilingkungannya, hampir setengah
lingkungan dengan keberadaan jentik. responden menyatakan bahwa mereka
Modifikasi lingkungan yang baik dapat tidak melakukan perbaikan got/ parit yang
mengurangi tempat perindukan nyamuk, rusak untuk mengalirkan air yang
dan tentu saja akan mengurangi tergenang. Selain itu masih ada juga
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. responden yang mengaku belum
Beberapa cara modifikasi mendapatkan informasi tentang program
lingkungan yakni tempat penampungan air pengendalian vektor DBD.
yang kecil – kecil supaya mudah untuk Komunikasi dalam bentuk
membersihkannya, memperbaiki talang penyuluhan kesehatan merupakan
rumah yang bocor, memperbaiki pipa kegiatan penting dalam meningkatkan
aliran air yang bocor supaya tidak terjadi partisipasi masyarakat sebagai salah satu
genangan air, merubah rawa – rawa bentuk perubahan perilaku. Faktor ini
menjadi perumahan atau kolam ikan, atau sangat berpengaruh terhadap penerimaan
ditimbun untuk kegiatan lain, sehingga kebijakan program oleh kelompok
airnya tidak tergenang, dan dapat sasaran, sehingga kualitas komunikasi
mengurangi tempat perindukan jentik tentunya akan mempengaruhi dalam
Aedes aegypt. mencapai efektivitas implementasi
Berdasarkan hasil wawancara dapat kebijakan program.
diambil kesimpulan bahwa kegiatan- b. Hubungan Manipulasi Lingkungan
kegiatan pencegahan melalui upaya dengan Keberadaan Jentik
modifikasi lingkungan dalam program Hasil analisis statistik untuk
pengendalian vektor DBD belum begitu mengetahui hubungan antara manipulasi
tersosialisasi dengan baik, hal ini dapat lingkungan dengan keberadaan jentik
dilihat dari angka penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hubungan Manipulasi Lingkungan dengan Keberadaan Jentik


Keberadaan Jentik Nilai p
No Manipulasi Lingkungan Positif Negatif Total
f % f % F %
1 Buruk 36 62,1% 22 37,9% 58 100%
0,040
2 Baik 16 39% 25 61% 41 100%

50
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

Berdasarkan hasil tabulasi silang oleh masyarakat baik dari petugas


diatas diketahui bahwa p = 0,040, artinya kesehatan di dinas kesehatan maupun
p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan puskesmas setempat.
bahwa ada hubungan antara manipulasi Berdasarkan dari karakteristik
lingkungan dengan keberadaan responden juga dapat dilihat bahwa
jentik.Penelitian ini sejalan dengan pendidikan responden juga dapat
penelitian Hadisaputro (2008) yang mempengaruhi keberhasilan program
menyatakan bahwa ada hubungan pengendalian vektor DBD, kebanyakan
kebiasaan membersihkan TPA dan responden hanya tamatan SD (30,3%) dan
kebiasaan menutup TPA yang merupakan SMP (39,4%), sehingga pengetahuan
bagian dari manipulasi lingkungan dengan mereka tentang kesehatan terutama
keberadaan jentik di desa Katekan pengendalian tentang pengendalian vektor
Kabupaten Grobogan tahun 2008, dan DBD hanya didapat sedikit saja jika
Damyanti (2008) di Kelurahan Genuksari dibandingkan jika mereka tamatan SMA
Semarang, bahwa kebersihan lingkungan atau perguruan tinggi. Mereka hanya
dengan melakukan 3M, yang merupakan mendapatkan pengetahuan dari media
salah satu bentuk upaya manipulasi massa atau dari orang tua mereka yang
lingkungan berhubungan dengan terdahulu. Pekerjaan responden yang
keberadaan jentik Aedes aegypti. sebagian besar hanya sebagai ibu rumah
Hasil pengamatan yang dilakukan tangga (73,7%) juga menjadi salah satu
oleh peneliti menunjukkan bahwa masih penyebab kurangnya informasi yang
banyak barang – barang bekas yang dapat mereka dapatkan, karena keterbatasan
menampung air dibiarkan berserakan dan akses untuk mendapatkan informasi.
menumpuk di sekitar rumah penduduk. Pengelolaan lingkungan dengan cara
Berdasarkan hasil wawancara diketahui manipulasi lingkungan dapat dilakukan
bahwa masih banyak responden yang melalui upaya Pemberantasan Sarang
tidak memanfaatkan barang bekas yang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah
masih bisa terpakai untuk hal – hal yang pemberantasan jentik atau mencegah agar
berguna. Masyarakat juga kurang nyamuk tidak dapat berkembang biak.
memperhatikan kebersihan pada wadah Untuk mencapai keberhasilan upaya PSN
penampungan air, yang seharusnya ini, maka perlu ditingkatkan kinerja kader
dibuang setiap hari atau seminggu sekali. jumantik dalam rangka melakukan
Bahkan masih ada juga masyarakat yang pengawasan terhadap perilaku masyarakat
tidak memperhatikan kebersihan bak dalam program pengendalian vektor DBD.
mandi, seperti melakukan pengurasan atau c. Hubungan Pengendalian Fisik
upaya lainnya. Semua keadaan ini tentu dengan Keberadaan Jentik
saja sangat mendukung munculnya Hasil analisis statistik untuk
keberadaan jentik di rumah mereka. mengetahui hubungan antara
Informasi terkait program pengendalian pengendalian fisik dengan keberadaan
vektor dalam hal manipulasi lingkungan jentik dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah
juga belum didapatkan secara spesifik ini.

Tabel 4. Hubungan Pengendalian Fisik dengan Keberadaan Jentik


Keberadaan Jentik
No Pengendalian Fisik Positif Negatif Total Nilai p
f % f % F %
1 Buruk 21 70% 9 30% 30 100%
0,038
2 Baik 31 44,9% 38 55,1% 69 100%

51
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

Berdasarkan hasil tabulasi silang di disebabkan karena kurangnya perhatian


atas diketahui bahwap = 0,038, artinya p < mereka terhadap penyakit DBD dan
0,05 maka dapat diambil kesimpulan kurangnya informasi yang didapat tentang
bahwa ada hubungan antara pengendalian program pengendalian vektor DBD.
fisik dengan keberadaan jentik.Hasil Oleh sebab itu, diharapkan sekali
penelitian ini sejalan dengan penelitian partisipasi masyarakat untuk pengendalian
Lisdawati (2012) bahwa terdapat secara fisik dengan melakukan scrining
hubungan antara pengendalian fisik nyamuk setiap hari di tempat – tempat
dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di yang disukai oleh nyamuk yaitu daerah
Kelurahan Bagan Deli Belawan. yang gelap dan bertumpuknya barang –
Masyarakat di Kelurahan Bagan Deli barang bekas yang dapat menampung air,
Belawan hanya sebagian kecil yang dan pakaian yang tergantung.
menggunakan kawat kasa nyamuk, Pengendalian secara fisik ini jika
banyak pakaian yang tergantung serta dilakukan dengan baik tentu saja akan
sedikit yang melakukan scrining nyamuk. dapat mengurangi kepadatan jentik
Berdasarkan hasil pengamatan nyamuk yang nantinya akan
peneliti bahwa masyarakat di Wilayah berkembangbiak menjadi vektor dan
Kerja Puskesmas Air Dingin kurang berperan sangat besar dalam proses
melakukan upaya pengendalian secara penularan penyakit DBD.
fisik, hal ini terlihat dari hasil jawaban d. Hubungan Pengendalian Kimiawi
kuesioner yang masih banyak sekali dengan Keberadaan Jentik
menyatakan kebiasaan mereka Hasil analisis statistik untuk
menggantung pakaian di dalam rumah, mengetahui hubungan antara
serta sedikit sekali dari mereka yang pengendalian kimiawi dengan keberadaan
melakukan upaya skrining nyamuk, hal ini jentik dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hubungan Pengendalian Kimiawi dengan Keberadaan Jentik


Keberadaan Jentik
Nilai p
No. Pengendalian Kimiawi Positif Negatif Total
f % f % f %
1 Buruk 46 59,0 32 41,0 78 100,0
2 Baik 6 28,6 15 71,4 21 100,0 0,026
Jumlah 52 52,5 47 47,5 99 100,0

Berdasarkan hasil uji statistik pada tempat penampungan air. Akan


menggunakan uji chi-square diperoleh p tetapi jika persediaan abate habis
value sebesar 0,026 (p<0,05) berarti masyarakat tidak meminta kembali kepada
terdapat hubungan antara pengendalian petugas, sehingga keberadaan jentik masih
kimiawi dalam program pengendalian tinggi.
vektor DBD dengan keberadaan jentik di Pengendalian vektor DBD secara
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin kimiawi adalah pengendalian nyamuk
Kota Padang tahun 2018. dewasa melalui fogging menggunakan
Hasil penelitian ini sejalan dengan malathion serta abatisasi dengan
penelitian Lisdawati (2012) di Kelurahan temephos yang dipalikasikan dalam
Bagan Deli bahwa pemberian abate dan pengendalian jentik. Temephos (abate)
fogging dapat menurunkan angka bebas telah direkomendasikan penggunaannya
jentik. Masyarakat di Kelurahan Bagan oleh WHO sejak tahun 1970 untuk
Deli berpartisipasi dalam prmberian abate

52
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

pengendalian larva Aedes dan aman bila pengendalian vektor harus memperhatikan
digunakan pada air minum (Salim, 2011). petunjuk dan cara penggunaan untuk
Berdasarkan hasil penelitian, menghindari timbulnya bahaya keracunan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas pada manusia ataupun resistensi terhadap
Air Dingin masih kurang berpartisipasi vektor.
dalam pengendalian vektor DBD terutama Oleh karena itu, peran petugas
dalam upaya pengendalian kimiawi. Hal kesehatan sangat diperlukan untuk
ini terlihat dari jawaban kuesioner mensosialikan pengendalian vektor DBD
sebagian besar tidak menggunakan bubuk secara kimiawi seperti penggunaan obat
abate untuk menghindari anti nyamuk, peningkatan partisipasi
perkembangbiakan jentik nyamuk di dalam kegiatan fogging, dan penggunaan
dalam TPA. Selain itu masyarakat tidak bubuk abate yang tepat.
sepenuhnya brpartisipasi ketika ada e. Hubungan Pengendalian Biologis
petugas kesehatan yang melakukan dengan Keberadaan Jentik
fogging, masyarakat tidak mau asap dari Hasil analisis statistik untuk
kegiatan fogging masuk ke dalam rumah mengetahui hubungan antara
mereka. Selain itu, masih rendahnya pengendalian kimiawi dengan keberadaan
kemauan masyarakat untuk menggunakan jentik dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
obat anti nyamuk baik semprot, bakar atau
oles. Penggunaan bahan kimia dalam
Tabel 6. Hubungan Pengendalian Biologis dengan Keberadaan Jentik
No. Pengendalian Biologis Keberadaan Jentik Nilai p
Positif Negatif Total
f % f % f %
1 Buruk 24 68,6 11 31,4 35 100,0
2 Baik 28 43,8 36 56,3 64 100,0 0,031
Jumlah 52 52,5 47 47,5 99 100,0

Berdasarkan hasil uji statistik (Cyprinus carpio) dengan jumlah larva


menggunakan uji chi-square diperoleh p yang dimakan 34,6 – 36,9 ekor larva
value sebesar 0,031 (p<0,05) berarti nyamuk. Dengan demikian, partisipasi
terdapat hubungan antara pengendalian masyarakat sangat diharapkan dalam
biologi dalam program pengendalian pencegahan perkembangbiakan vektor
vektor DBD dengan keberadaan jentik di secara biologi dengan memelihara ikan
Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin pemakan jentik di tempat penampungan
Kota Padang tahun 2018. Hasil penelitian air di dalam atau di luar rumah.
ini sejalan dengan penelitian Widiastuti
(2010) dalam Lisdawati (2012) di KESIMPULAN
Semarang yang menyatakan bahwa ada
hubungan pemeliharaan ikan yang Terdapat hubungan yang siginifikan
merupakan salah satu pengendalian antara variabel modifikasi lingkungan,
biologi dengan keberadaan jentik manipulasi lingkungan, pengendalian
Aedesaegypti di Kota Semarang. fisik, pengendalian kimiawi, pengendalian
Menurut Wihartyas (2015), biologi dengan keberadaan jentik dalam
pemberian ikan mas terbukti efektif dalam program pengendalian vektor DBD. Oleh
menurunkan larva nyamuk. Kemampuan sebab itu, perlu adanya peningkatan
makan ikan cupang (Betta spp) lebih kerjasama lintas sektoral serta melakukan
tinggi dibandingkan dengan ikan nila KPP melalui pembentuk dan peningkatan
(Oreochromis niloticus) dan ikan mas peran aktif kader jumantik, pemberian

53
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

pelatihan dan pencerahan kepada petugas


kesehatan dan kader, serta pengawasan UCAPAN TERIMA KASIH
yang rutin dan tepat waktu terhadap
seluruh rangkaian kegiatan program Ucapan terimakasih penulis
penanggulangan DBD. Selain itu sampaikan kepada Direktorat Pendidikan
pemerintah setempat juga perlu Tinggi yang telah membiyai penelitian ini
mengeluarkan kebijakan dalam rangka melalui program hibah Penelitian Dosen
menggalakkan kegiatan program Pemula.
penanggulangan DBD.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, H., Subagyo, Y., & Hamidah. (2014). Efektivitas Ekstrak Daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix), Jeruk Limau (Citrus amblycarpa), dan Jeruk Bali (Citrus
maxima) terhadap Larva Aedes aegypti. Jurnal Aspirator, 6(1): 1-6.
Damyanti, R. (2008). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek 3M dengan
Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Daerah Endemis Demam Berdarah
Dengue di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
2008. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2016). Profil Kesehatan Kota Padang 2016. Dinkes
Kota Padang, Padang.
Faridah, L., Respati, T., Sudigdoadi, S., & Sukandar, H. (2017). Gambaran Partisipasi
Masyarakat terhadap Pengendalian Vektor Melalui Kajian Tempat
Perkembangbiakan Aedes aegypti di Kota Bandung. Jurnal MKB, 49 (1).
Hadisaputro, L.I. (2012). Faktor-Faktor Lingkungan Tempat Penampungan Air (TPA)
yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Desa
Katekan Kabupaten Grobongan Tahun 2008. Jurnal Kesehatan UMS, 5 (1).
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kemenkes RI,
Jakarta.
Lisdawati. (2012). Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Program Pengendalian DBD
yang Dilakukan Oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan Terhadap
Keberdaan Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Bagan Deli Belawan Tahun
2012. Tesis. FKM USU, Medan.
Mulyatno K.C., Yamanaka, A., Ngadino, & Konishi, E. (2012). Resistance of Aedes
aegypti to Temephos in Surabaya, Indonesia. Shoutheast Asian Journal
Tropical Medicine Public Health, 43(1): 29-33.
Prasetyowati, H., Santya, R.N.R.E., & Nurindra, R.W. (2015). Motivasi dan Peran Serta
Masyarakat Dalam Pengendalian Populasi Aedes Spp Di Kota
Sukabumi. Jurnal Ekologi Kesehatan, 14(2):106-115.
Salim, M., Ambarita, L. P., Yahya, Yenni, A., & Supranelfy, Y. (2011). Aktivitas
Malathion dalam Pengendalian Vektor DBD dan Uji Kerentanan Larva
Aedesaegypti terhadap Temephos di Kota Palembang. Jurnal Buletin
Penelitian Kesehatan, 39 (1): 10-21.
Syatriani, S., Puji, E., & Susilowati, A. (2009). Partisipasi Masyarakat Menanggulangi
Lingkungan Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Rappocini Kota
Makassar. Jurnal Kesmas National Public Health, 3(5).
Tairas, S., Kandou, G.D., & Posangi, J. (2015). Analisis Pelaksanaan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Minahasa Utara. JIKMU, 5(1).

54
Jurnal Kesehatan. ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1. Februari 2019

Wihartyas, VF. (2015). Efektivitas Pemberian Ikan Mas (Cyprinus carpio) dalam
Menurunkan Jumlah Larva dan Persepsi Masyarakatnya (Studi Kasus Di Rw
06 Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

55

Anda mungkin juga menyukai