1 PDF
1 PDF
ALFINIA YULITA
143110204
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ALFINIA YULITA
143110204
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
Pendidikan Tahun
TK Dinda Koto Rawang 2001- 2002
SD N 23 Tampunik Kecamatan Lengayang 2002-2008
MTsN Kayu kalek 2008-20011
SMA N 3 Lengayang 2011-2014
Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Meningitis di Ruang Rawat
Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang”. Shalawat
beriringan salam buat Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam kebodohan hingga alam yang berpengetahuan.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
iv
8) Orang Tua yang telah memberi semagat dan dukungan serta do’anya yang tak
ternilai dengan apapun.
9) Rekan- rekan seperjuangan Bp 2014D-III keperawatan, serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
meneyelesaikan karya tulis ini.
Akhir kata saya, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Imiah ini membawa
manfaat.
Peneliti
v
vi
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6
viii
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi kasus ............................................................................. 45
B. Asuhan Keperawatan ................................................................... 46
C. Pembahsan Kasus ......................................................................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ........................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR SKEMA
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Cairan Serebrospinal (LCS) pada Bayi dan Anak... 24
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ................................................................ 26
Tabel 2.3 Asuhan Keperawatn ...................................................................... 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak
dan medula spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua
kelompok umur, meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang
paling rawan terkena penyakit ini adalah anak- anak usia balita dan orang
tua (Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial
terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak
terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka
morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun(Betz & Sowden,
2009).
Pengetahuan dari orang tua sangat penting untuk mengenali gejala awal
meningitis sehingga anak mendapatkan pengobatan sesegera mungkin dan
terhindar dari komplikasi yang lebih parah. Anak dengan meningitis
bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe sensorineural
permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah
sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014).
1
Poltekkes Kemenkes Padang
2
Survey awal yang dilakukan pada tanggal 11 januari 2017 di RSUP Dr. M.
Djamil Padang di temukan lima orang anak yang dirawat di diruangan
HCU anak dan 1 dari 5 orang anak mengalami meningitis dengan diagnosa
medis meningitis TB. Saat observasi anak tampak terpasang triway,
terpasang oksigen dengan kosentrasi 3 liter, terpasang monitor dan
terpasang NGT, anak tampak mengalami penurunan kesadaran. Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral dan hipertermi. Tindakan keperawatan yang telah di lakukan
diruangan berupa melakukan pemasangan O2, memantau aliran O2,
memonitor suhu pasien, melakukan pemberian makan melalui NGT dan
memonitor intake output serta menganjurkan keluarga untuk melakukan
pengompresan. Evaluasi dilakukan dengan baik, namun pendokumentasian
yang dilakukan lebih berfokus pada shift sebelumnya, sehingga
perkembangan dari kesehatan pasien kurang bisa dinilai secara tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peniliti uraikan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan kasus meningitis di ruangan HCU dan
Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun
2017”?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan
kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus
Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada
anak dengan kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun
2017.
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak dengan
dengan kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus
Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.
D. Manfaat Penulisan
1. Peneliti
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada anak dengan kasus meningitis.
2. Rumah sakit
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada
anak dengan dengan kasus meningitis.
3. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan
dengan kasus meningitis.
Infeksi meningeal biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain
(selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada
tulang wajah). Meningitis bakterial atau meningokokal juga muncul
sebagai infeksi oportunis pada pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari
penyakit limfe (Brunner & Suddart, 2013).
2. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008), meningitis di klasifikasikan sesuai dengan
faktor penyebabnya antara lain terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan
tuberkulosa.
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit
yang di sebabkan virus seperti gondongan, herpes simpleks dan
herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
7
Poltekkes Kemenkes Padang
8
3. Penyebab
Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat
pula sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di
dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis,
trombosis sinus kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012).
4. Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut
adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi yang menyebabkan
peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Masuknya organisme dapat melalui trauma, penetrasi
prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara Cerebral spinal
fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf
pusat melalui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan
pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat
dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan
sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
Hidrosefalus.
Stadium transisi gejala lebih berat dan gejala ransangan meningeal mulai
nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus.
Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya
juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala
strabismus dan mistagismus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan
kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor.Stadium terminal berupa
kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi
sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur, sering terjadi
pernapasan cheyne Stokes. Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa
kesadarannya pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak
mempunyai batas yang jelas antara satu dengan stadium lainya, namun jika
tidak di obati umumnya berlangung 3 minggu sebelum anak meninggal
(Ngastiyah, 2012)
Pelepasan zat
Aktivitas makrofag dan virus Reaksi radang pada meningen
virogen endogen Menekan saraf Sakit kepala MK : nyeri
Transudat cairan
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan ion Volume cairan Kebocoran cairan dari
asam basa interstitial ↑ intrvaskuler Edema serebral
Vasospasme pembuluh
Kelainan depolarisasi neuron TIK↑ darah serebri
kejang
13
Poltekkes Kemenkes Padang
14
TIK ↑
Edema
serebral
- Penurunan Merangsang Menekan saraf
kesadaran saraf simpatis mesenpalon
di servikal desensepalon
- TD ↑
Bagan 2.1
WOC Meningitis
Sumber: Price & Wilson (2006) , Muttaqin (2008) & Suriadi & Yuliani (2010).
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Meningitis purulenta
a) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari
kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau
diare.
b) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus,
diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah
gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman
dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1) Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering
cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu
pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain
itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di
pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn
terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh
karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi
dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan
perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.
2) Resiko terjadi komplikasi
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde
tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi
dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan
secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul
berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan
cairan atau tidak.
9. Pencegahan Meningitis
Imunisasi dini dapat mencegah agar anak dalam keluarga tidak mengalami
kematian yang tragis. Perawat memainkan peran yang signifikan dalam
memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai berbagai tindakan
pencegahan seperti vaksinasi. Pemberian vaksinasi yang dapat mencegah
terjadinya meningitis adalah vaksin DPT(difteri, pertusis dan tetanus) Hib
(Haemofilus Influenza Tipe b) untuk mencegah meningitis yang di sebabkan
oleh H. Influenzae, N. Meningitidis dan penyebab meningitis akibat komplikasi
dari pneumonia, di berikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Selain itu vaksin BCG
(Bacillus Calmette-Guerin) diberikan untuk mencegah penyakit TBC,
pemberian dilakukan pada usia 1 bulan (Pusdiknakes, 2015).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam
tinggi, sakit kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.
2) Riwayat penyakit saat ini
Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit
kepala dan demam.Keluhan kejang perlu mendapat perhatian
untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat
timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang
dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan
keluhan kejang tersebut. Terkadang pada sebagian anak
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Keadaran
kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS yang
berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
2) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi berhubungan
dengan tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30
x/menit dan tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena
tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan
normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50 x/menit, 12 bulan-<5
tahun < 40x/menit) (Muttaqin, 2008).
3) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada anak
yang lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan
meningeal pada anak dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku.
Terkadang perlu dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk,
2009).
4) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi pupil
biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien dengan penurunan
kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil mungkin
akan di temukan,dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap
cahaya.
5) Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
6) Mulut
Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses
evaporasi.
7) Telinga
Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga pada anak dengan
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama di
sebabkan oleh infeksi E.colli.
8) Dada
a) Thoraks
1. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu
penapasan.
2. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang
dilakukan dan biasanya tidak ditemukan kelainan.
3. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi pada pasien dengan meningitis tuberkulosa
dengan penyebaran primer dari paru.
b) Jantung
penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut
jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-
140x/i).
9) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit
mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.
10) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap lanjut
anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada alat
gerak.
11) Genitalia, jarang di temukan kelainan.
12) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung
lama.
c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
pasien dengan meningitis yang tidak disertai penurunan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
b) Pewarnaan gram CSS
c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial
dan pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa
biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari
nilai serum glukosa).
d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan
pada meningtis virus protein sedikit meningkat.
Tabel 2.1 karakteristik Cairan Serebro Spinal pada bayi dan anak
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan
trombosit, protombin dan tromboplastin parsial. Pemeriksaan
leukosit diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya
infeksi bakteri berat dan leukopenia mungkin merupakan tanda
prognosis yang buruk terutama pada penyakit akibat
meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya dengan
memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin parsial yang
di sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler
deseminata. (leukosit normal : 5000-10000/mm3, trombosit
normal : 150.000-400.000/mm3, Hb normal pada perempuan:
12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).
b) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200
gr/dl).
3) Pemeriksaan cairan dan elektrolit
a) Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium
serum (Na+) naik, kalium serum (K+)turun. (Na+ normal : 136-
145mmol/L, K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).
b) Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH.
4) Pemeriksaan kultur
a) Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme
penyebab.
b) Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme
penyebab.
c) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
5) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis
meningitis namun pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam
mengenali faktor resiko. CT scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema serebri atau penyakit saraf lainya (Betz & Sowden,
2009).
3. Intervensi Keperawatan
Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori rencana
keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :
karbondioksida hipoventilasi
dalam darah arteri 7. Monitor adanya
6) Saturasi oksigen kecemasan pasien
7) Urine output terhadap oksigenasi.
8) Capillary refill.
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan
output
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
6. Konsultasikan dengan
dokter jika tanda-tanda
dan gejala
ketidakseimbangan
cairan dan/elektrolit
menetap atau
memburuk
7. Monitor respon pasien
terhadap terapi
elektrolit yang
diberikan.
Manajemen muntah
1. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi terhadap
muntah (obat-obatan
dan prosedur)
2. Posisikan untuk
mencegah aspirasi
3. Tunggu minimal 30
menit setelah episode
mutah sebelum
menawarkan cairan
kepada pasien
4. Tingkatkan pemberian
cairan secara bertahap
jika tidak ada muntah
yang terjadi selama 30
menit.
tekanan berikan
inpsirasi b. Status pernapasan : 6. Pastikan penggantian
g. Pernapasan kepatenan jalan masker oksigen/kanul
bibir nafas nasal setiap kali
h. Pernapasan Kriteria Hasil : perangkat diganti
cuping hidung 1) frekuensi pernapasan 7. Pantau adanya tanda-
i. Pola nafas 2) pernapasan cuping tanda keracunan
abnormal hidung oksigen dan kejadian
j. Takipnea. 3) mendesah atelektasis.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
8. Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.
4. Ketidakefektifan a. Status pernapasan: Kepatenan jalan nafas
bersihan jalan nafas kepatenan jalan 1. Pastikan kebutuhan
nafas oral suctioning
Batasan Kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas
karakteristik 1) Frekuensi sebelum dan sesudah
a. Batuk yang pernapasan suctioning
tidak efektif 2) Irama pernapasan 3. Informasikan pada
b. Gelisah 3) Kemampuan untuk klien dan keluarga
c. Dispnea mengeluarkan tentang suctioning
d. Mata terbuka sekret 4. Monitor status oksigen
lebar 4) Penggunaan otot pasien
Manajemen batuk
1. Bantu pasien untuk
mengatur posisi
duduk.
2. Dorong pasien untuk
melakukan latihan
nafas dalam
3. Dorong pasien untuk
tarik nafas dalam
selama dua detik dan
batukkan, lakukan dua
atau tiga kali berturut
turut
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola
pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
8. Identifikasi penyebab
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan cepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes, kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
Manajemen muntah
1. Kaji emesis terkait
dengan warna,
konsistensi, akan
adanya darah, waktu
dan sejauh mana
kekuatan emesis.
2. Ukur atau perkirakan
volume
emesis.pastikan obat
antiemetik yang di
berikan untuk
mencegah muntah bila
memungkinkan
3. Tingkatkan pemberian
cairan secara bertahap
jika tidak ada muntah
yang terjadi selama 30
menit.
4. Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh.
Pengaturan posisi
1. Jelaskan kepada
pasien badan pasien
akan di balik
2. Jangan menempatkan
pasien pada posisi
yang bisa
meningkatkan nyeri.
3.
8. Resiko cidera a. Kontrol resiko Manajemen lingkungan
Kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan
Faktor resiko
1) Klien terbebas dari yang aman untuk
1) Eksternal cidera pasien
2) Klien mampu 2. Identifikasi kebutuhan
a) Gangguan
menjelaskan cara keamanan pasien
fungsi atau metode untuk sesuai dengan kondisi
mencegah cidera fisik
kognitif
3) Klien mampu 3. Dan fungsi kognitif
b) Agens menjelaskan faktor pasien dan riwayat
resiko dari penyakir dahulu
nosokomial
lingkungan pasien
2) Internal 4) Menggunakan 4. Memasang side rail
fasilitas kesehatan tempat tidur
a) Hipoksia
yang ada 5. Menyediakan tempat
jaringan 5) Mampu mengenali tidur yang aman dan
perubahan status bersih
b) Gangguan
kesehatan. 6. Membatasi
sensasi pengunjunng
b. Kejadian jatuh 7. Memberikan
(akibat dari
1) Jatuh dari tempat penerangan yang
cedera tidur cukup
2) Jatuh saat di 8. Berikan penjelasan
medula
pindahkan. pada pasien dan
spinalis, dll) keluarga atau
pengunjung adanya
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini populasi yang di gunakan adalah semua pasien anak yang
mengalami meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Sampel diambil sebanyak 2 orang secara
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan berdasarkan pada
tujuan dari peneliti.
F. Analisis Data
Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitian ini, yang akan
dilakukan peneliti adalah setelah di dapatkan data tentang pasien melalui
pengkajian keperawatan, data akan di kelompokkan melalui analisis data
dalam bentuk data subjektif dan data objektif. Kemudian baru di rumuskan
diagnosa keperawatan, disusun rencana keperawatan, melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan yang telah
dibuat selanjutnya dibandingkan dengan teori yang telah dibahas sebelumnya.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
B. Asuhan Keperawatan
Tabel 2.3
Asuhan Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
1. Hasil Pengkajian
An.Z perempuan berusia 7 tahun By. F laki-laki berusia 9 bulan datang
datang ke RSUP Dr. M Djamil Padang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
pada tanggal 27 April 2017 pukul tanggal 5 April 2017, pukul 04.00 WIB
24.56 WIB melalui IGD rujukan dari melalui IGD rujukan dari RS. Silaguri.
RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien datang Pasien datang dengan keluhan demam
dengan keluhan demam selama 2 disertai muntah dan diare selama 3 hari,
minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer.
jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali, Bayi mengalami kejang pada sebagian
lamanya 10 menit dan mengalami tubuh, frekuensi 1x lamanya 3 jam dan
penurunan kesadaran setelah kejang. penurunan kesadaran setelah kejang.
An.Z di rawat di ruang Akut IRNA By.F di di rawat di ruang Akut IRNA
Kebidanan dan anak dengan diagnosa Kebidanan dan anak dengan diagnosa
medis Meningitis TB. medis Meningitis TB.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dari Setelah dilakukan pengkajian dari
tanggal 24 sampai 28 Mei 2017, maka tanggal 25 Mei sampai 29 Mei 2017,
selanjutnya peneliti melakukan analisa maka selanjutnya peneliti melakukan
data dan dapat dirumuskan diagnosa analisa data dan dapat dirumuskan
keperawatan sebagai berikut : diagnosa keperawatan sebabagai
berikut:
4) defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya
informasi dengan data subjektif: ibu
mengatakan sangat khawatir dengan
kondisi anaknya dan kurang
mengetahui tentang penyakit anaknya,
ia tidak tahu cara yang benar dalam
merawat anaknya . Data Objektif: ibu
tidak cuci tangan sebelum menyentuh
dan memberikan makan By.F, tidak
menggunakan masker saat di dekat
pasien.
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan masing-masing diagnosa Setelah dirumuskan diagnosa
yang telah peneliti rumuskan maka keperawatan, selanjutnya peneliti
dibuat intervensi keperawatan sebagai menyusun intervensi untuk mengatasi
berikut: Rencana keperawatan untuk masalah pada pasien sebagai berikut:
diagnosa pertama Resiko rencana keperawatan untuk diagnosa
ketidakfektifan perfusi jaringan pertama Resiko ketidakfektifan
serebral berhubungan dengan perfusi jaringan serebral
proses inflamasi, tujuannya, berhubungan dengan proses
mencegah peningkatan TIK dan inflamasi, tujuannya untuk mencegah
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Implementasi yang dilakukan pada
pasien selama pengelolaan kasus pasien selama pengelolaan kasus adalah
adalah sebagai berikut: untuk diagnosa sebagai berikut: pada masalah
pertama Resiko ketidakfektifan ketidakfektifan perfusi jaringan
perfusi jaringan serebral serebral berhubungan dengan proses
berhubungan dengan proses inflamasi, tindakan yang dilakukan
inflamasi, tindakan yang dilakukan mengatur posisi kepala 30o arah
mengatur posisi kepala 30o arah kebelakang, memberikan O2 2 liter/i
kebelakang, memberikan O2 binasal dan memonitor alirannya, mengukur
kanul 2 liter/i, memonitor alirannya, dan memonitor tanda-tanda vital,
mengukur dan memonitor tanda-tanda menganjurkan keluarga untuk bicara
vital, menganjurkan keluarga untuk pada pasien, memonitor dan mencatat
bicara pada pasien, menghitung dan intake dan output, memberikan terapi
mencatat jumlah masukan dan obat streptomisin 1x340 mg, luminal
pengeluaran (NGT, cairan infus, BAB 2x2,5 mg, phenitoin 2x20 mg, nifedipin
dan BAK) dan memberikan terapi obat 3x2,5 mg, diazepam 3x1,5 mg,
diazepam 3x1 mg, Prednison 3x10 mg, etambutol 3x50 mg, metil dopa 3x45
luminal 2x30gr dan diamox 3x150 gr. gr. Setelah dilakukan tindakan di
Setelah dilakukan tindakan di dapatkan dapatkan hasil ibu mengatakan anak
hasil GCS 9 (E4V2M3), pasien tampak masih mengalami penurunan kesadaran
sesak, terpasang O2 binasal 2 liter/i, GCS 10 (E4V2M4), pasien masih
aliran lancar, T 38,4o C, HR 93 x/i, P demam,terpasang O2 binasal 2 liter/i,
30 x/i. aliran oksigen lancar, TD 160/ 120
mmHg, T 38o C, HR 120 x/i, P 28 x/i.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama lima hari, maka di keperawatan selama lima hari, maka di
dapatkan hasil progress kesehatan dapatkan hasil progress kesehatan
pasien sebagai berikut; Pada diagnosa pasien sebagai berikut; pada diagnosa
resiko ketidakefektifan perfusi resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan jaringan serebral berhubungan
dengan proses inflamasi dengan data dengan proses inflamasi di dapatkan
Subjektif: ayah mengatakan An.Z data subjektif: ibu mengatakan By.F
sudah mampu menggerakkan suaranya sudah mulai terdengar keras,
ekstremitas nya, melihat ketika gerak mulai akif, demam naik turun.
dipanggil, anak masih demam. Data Data objektif: GCS 12 (E4V3M5),
objektif: GCS 11 (E4V2M5), kulit terpasang O2 binasal 2 liter/i dan lancar,
teraba panas, terpasang O2 binasal 2 intake 1500 cc, output ± 1300 cc, posisi
liter/i dan lancar, intake 1500 cc, kepala ditinggikan 15o dan pemberian
output ± 1300 cc, posisi kepala antibiotik masih di lanjutkan. Masalah
C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kolerasi antara teori
dengan laporan kasus asuhan keperawatan antara An.Z dan By.F dengan
meningitis di ruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak yang dilakukan sejak
tanggal 24-29 Mei 2017. Kegaiatan yang dilakukan meliputi mendeskripsikan
pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat intervensi
keperawatan, mendeskripsikan implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengakajian Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan Partisipan I(An.Z) perempuan
berusia 7 tahun datang dengan keluhan utama 1 demam selama 2 minggu,
kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali,
lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang.
Sedangkan PartisipanII (By.F) laki-laki berusia 9 bulandatang dengan
keluhan demam disertai muntah dan diare selama 3 hari, frekuensi 3-4
kali, konsistensi encer. Bayi mengalami kejang pada sebagian tubuh,
frekuensi 1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang.
Menurut analisa peneliti tanda dan gejala yang ada pada teori juga di
temukan pada anak seperti demam, penurunan kesadaran dan kejang.
penurunan kesadaran terjadi pada pasien disebabkan oksigen ke otak
kurang dari 15-20% kebutuhan tubuh, sehingga akan terjadi hipoksia
jaringan otak yang menyebabkan metabolisme anaerob dan ditandai
dengan letargi atau penurunan kesadaran. Selain itu adanya lendir yang
terkumpul dapat menghalangi kelancaran lalu lintas udara (O2).Untuk
membantu pemasukan O2 perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit.
Sikap desebrasi merupakan suatu keadaan yang terjadi saat suatu lesi otak
atau akibat peningkatan ICP (IntraCranial Pressure) mengganggu sinyal
dari struktur yang lebih tinggi ke pons dan medula oblangata dan ke
struktur di bawahnya. Akibatnya terjadi hambatan masukan eksitatorik
yang kuat dari ukleus rubra korteks serebral, dan genitalia basalis ke
sistem inhibitorik medular. Sistem eksitatorik pontine menjadi dominan,
menyebabkan kekakuan generalisata pada ekstremitas bagian atas dan
bawah (Price & Wilson, 2006).
penyakit meningitis dapat terjadi pada anak dengan kelainan sistem saraf
pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan (Suriadi & Yuliani, 2010).
Analisa dari peneliti penyebab dari meningitis yang terjadi pada Partisipan
I dan Partisipan II sesuai dengan teori di sebabkan Mycobacterium
tuberculosa, dari riwayat kesehatan dahulu dinyatakan bahwa Partisipan I
pernah kontak dengan pamannya yang sudah menderita Tb Paru selama
2,5 tahun. Sedangkan pada partisipan II, memiliki riwayat post Vp
Shunting. Penularan TB dapat terjadi baik pada masa bayi di dalam
kandungan (inutero), persalinan, maupun pasca persalinan. Rute yang
diyakini sebagai transmisi mycobacterium tuberculosa dari ibu hamil
kepada bayi adalah secara hematogen dari lesi TB di plasenta ibu, menelan
cairan amnion yang terinfeksi mycobacterium tuberculosadan melalui
droplet infection(infeksi percik renik) dari penderita TB dewasa setelah
bayi lahir. Pada Partisipan II penularan Mycobacterium tuberculosa dapat
terjadi melalui tindakan pembedahan yang dilakukan.
hasil volume ± 1 cc, kekeruhan negatif (-), warna bening, jumlah sel
10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl.
Asumsi dari peneliti bahwa hasil lumbal pungsi pada kedua partisipan
ditemukan cairannya jernih dan terjadi peningkatan jumlah protein, hal ini
sesuai dengan teori yang ada. Peningkatan protein maupun
penurunanglukosa LCS bisa disebabkan oleh infeksi bacterial,
fungal,maupun TB. Penurunan glukosa disebabkan karenapemakaian
glukosa oleh bakteri dan metabolisme olehleukosit. Pemeriksaan leukosit
diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya infeksi bakteri berat
dan leukopenia yang merupakan tanda prognosis yang buruk terutama
pada penyakit akibat meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya
dengan memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin parsial yang di
sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler deseminata.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada
Partisipan I adalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan proses inflamasi di selaput otak, ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubugan dengan penumpukan sekret di jalan nafas dan
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
Sedangkan pada partisipan II diagnosa keperawatan yang muncul adalah
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
inflamasi di selaput otak, Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme, resiko kekurangan volume cairan berhubungan
kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
suara nafas tambahan terdapat pada pasien. selain itu pasien juga
mengalami penurunan kesadaran. Pasien dengan penurunan kesadaran
menyebabkan refleks batuk lemah. Terbentuknya sekret di jalan nafas
disebabkan karena proses infeksi di paru-paru oleh bakteri Tuberculosa.
Imunitas sangat berpenagaruh dalam penyebaran kuman TB. bila daya
tahan tubuh penjamu menurun, focus TB ini dapat mengalami reaktivasi
dan menjadi penyakit TB di organ terkait salah satunya meningitis.
sakit An.Z makan melalui NGT dengan Jenis MC 6x200 cc dan makan
secara teratur, dari pemeriksan fisik di dapatkan turgor kulit baik dan
lembab, dan dari hasil pemeriksaan elektrolit serum normal, sehingga
diagnosa tidak dapat ditegakkan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang muncul pada partisipan I dan partisipan II. Berdasarkan
kasus, tindakan yang dilakukan selama 5 hari sesuai dengan intervensi
yang telah peneliti susun.
intake dan output, monitor suhu dan jumlah leukosit dan berikan
antibiotik.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi untuk mengatasi masalah resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral yaitu mengatur posisi kepala 30oarah kebelakang,
memberikan O2binasal kanul 2 liter/i, memonitor alirannya, mengukur dan
memonitor tanda-tanda vital, menganjurkan keluarga untuk bicara pada
pasien, menghitung dan mencatat jumlah masukan dan pengeluaran (NGT,
cairan infus, BAB dan BAK) dan memberikan terapi obatdiazepam 3x1
mg, Prednison 3x10 mg, luminal 2x30gr dan diamox 3x150 gr.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24 mei sampai dengan 30 Mei 2017
dengan metode penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning
(SOAP) untuk mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan.
dan kejang serta fungsi sensorik dan motorik dalam batas normal. I:
tindakan di lanjutkan.
Menurut asumsi peneliti masalah belum teratasi karena Infeksi yang terjadi
di paruoleh Mycobacterium tuberculosa menghasilkan tuberkel yang
banyak dan membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah
yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Selain itu
penurunan kesadaran yang terjadi pada anak juga membuat refleks batuk
lemah sehingga tidak ada upaya untuk mengeluarkan sekret di jalan nafas.
Oleh sebab itu tindakan masih harus dilanjutkan untuk memperbaiki
kondisi tubuh pasien.
Demam merupakan respon tubuh terhadap kuman, bakteri, atau virus yang
masuk ke dalam tubuh. Ketika kuman, bakteri, atau virus masuk ke tubuh
kita, sel-sel darah putih dalam tubuh memproduksi hormon interleukin
yang kemudian berjalan ke otak untuk memberi perintah kepada
hypothalamus (pusat pengatur suhu di otak) agar menaikkan suhu tubuh
(Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2009).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada An.Z dan
By.F dengan kasus meningitis diruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP DR. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data bahwa An.Z mengalami penurunan
kesadaran dan nafas sesak, demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah,
tidak mampu bicara dan hanya mengerang, pemeriksaan GCS 9
(E4V2M3), pemeriksaan rangsangan meningeal tidak ditemukan,TTV di
dapatkan TD 110/70 mmHg (Normal 120/80 mmHg), HR 87 x/i (Normal
60-100x/i), T 37,80 C, RR 30 x/i. Ekstremitas bawah spastik dan kaku,
kaku serta terdapat ruam kemerahan di seluruh tubuh. Sedangkan pada
By.F Ibu mengatakan anak demam, badan teraba panas, gelisah dan bayi
hanya mampu merintih.GCS 10 (E4V2M4), pemeriksaan kaku kuduk (-),
kernig sign (-), brudzinski (+), hasil pengukuran TD 160/120 mmHg, suhu
38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i, pada
mata strabismus, ekstremitas bawah mengalami spastik dan terdapat ruam
kemerahan di seluruh tubuh.
B. Saran
1. Bagi Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal
dan meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Anak
Studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi perawat di ruang Rawat Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP
Dr. M. Djamil Padang dalam melakukan asuhan keperawatan secara
profesional dan melaksanakan prinsip rawatan yang benar pada pasin
dengan kasus meningitis.
Andareto, Obi. 2015. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto
Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta
Betz, Cecily Lynn & Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku keperawatan Pediatri:
Edisi 5. Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 12. Jakarta: EGC.
Data Rekam Medik RSUP. Dr. M. Djamil padang tahun 2014 sampai 2015
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes. 2015. Buku Ajar Imunisasi Cetakan II. Jakarta selatan: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Meadow, Sir Roy & Newell, Simon J. 2005, Pediatrika. Jakarta: Erlangga
Monita, dkk. 2015. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian Anak RSUP
DR. M. Djamil Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas.
http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=299944
Diakses pada tanggal 8 januri 2017, Pukul 19.37
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada anak/ Sujono
Riyadi & Sukarmin – Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rolentina, dkk. 2014. Karakteristik Penderita Meningitis Anak yang Dirawat Inap
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2010-
2014.http://id.portalgaruda.org/?Ref=browse&mod=viewarticle&article=4
38120. Diakses pada tanggal 19 Desember 2016, Pukul 10.58
Suariadi & Yuliani, Rita. 2010, Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2.
Jakarta: CV Sagung Seto.
Supardi, Sudibyo & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM
Wong, Donna L., dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik: Volume 2.
Jakarta: EGC
a. Prenatal
Riwayat gestasi G4P4A0 H4
HPHT -
Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas Bidandokterdll
Frekuensi Teratur Tidak teratur Tidak pernah
Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif Negatif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil Labil
Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... Tidak ada
Perokok Ya Tidak
Alkohol Ya Tidak
b. Intranatal
Tanggal persalinan 07 januari 2017
BBL / PBL 2300 gr / 40 cm
Usia gestasi saat lahir 36 mg
Tempat persalinan Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah
Penolong persalinan Dokter Bidan Paraji
Jenis persalinan spontan alat Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, sebutkan............................................... tidak ada
c. Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
Pemberian Vit K Ada Tidak
Koord. reflek hisap dan reflek Baik Buruk
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada tidak
Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah sakit Tidak Ada, : saudara laki-lakinya menderita Tb paru
ada selama 2,5 tahun dan sudah mendapat obat OAT
Riwayat penyakit keturunan Tidak Ada, sebutkan penyakitnya:
ada
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG Simpulan :
DPT 1 2 3
Polio 1 2 3 4 lengkap sesuai usia
Hepatitis B 0 1 2 3 tidak lengkap
Campak
V. Lingkungan Ventilasi rumah memadai, sumber air minum air sumur, sampah
di bakar di depan rumah, tidak ada anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah.
Perkusi : timpani
( Alfinia Yulita )
Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
proses inflamasi di selaput otak
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret di jalan nafas
c. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
3. Intervesi Keperawatan
Manajemen pengobatan
3. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan
kelola menurut resep dan/atau protokol
4. Monitor efektivitas cara pemberian obat
yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi
dengan benar.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran CM Apatis Soporus Somnolen Coma
GCS : E4V2M4 Jumlah : 10
o
b. Tanda Vital Suhu : 38,4 C RR :28 x/m HR : 92 x/m TD :
160/120mmHg
c. Posture BB : 8,2 kg PB/TB : 70 cm
d. Kepala Bentuk : Normal Makrocepal Mikrocepal
Hidrocepal
Kebersihan : Bersih Kotor
Lingkar kepala : .45.cm
Fontanel anterior : Ada tidak
Fontanel posterior : menutup belum
Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............
tidak ada
Data lain : bekas luka dekubitus pada bagian oksipital
e. Mata Simetris Tidak simetris Menonjol
Sklera : ikterik tidak Konjungtiva : anemis
tidak
Reflek cahaya : positif negatif Palbebra : edema
tidak
Pupil : isokor anisokor
Data lain : mata strabismus
f. Hidung Letak : Simetri Asimetris
Pernapasan cuping hidung : Ada Tidak
Kebersihan : Bersih Kotor
Data lain : terpasang NGT dan O2 binasal 2 liter/i
g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : .merah muda
Gigi : Kebersihan rongga mulut : bersih tidak
h. Telinga Bentuk : Simetris Asimetris
Kebersihan : Bersih Kotor
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus
mata
Pemeriksaan pendengaran : baik tidak, pada telinga ................
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : ada tidak ada
Pemeriksaan Kaku kuduk negatif
j. Dada
- Toraks Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Auskultasi : vesikuler
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : sonor,
Perkusi : timpani
(______Alfinia Yulita________)
Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatn
No Diagnosa NOC NIC
1.Resiko a. Status sirkulasi Terapi oksigen
ketidakefektifan 1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung, dan
perfusi jaringan sistol sekret trakea
serebral 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan napas yang
berhubungan diastol paten
dengan proses 3) Tekanan nadi 3. Atur peralatan oksigenasi
inflamasi di 4) PaO2 (tekanan 4. Monitor aliran oksigen
selaput otak parsial oksigen 5. Pertahankan posisi pasien
dalam darah 6. Observasi tanda-tanda
arteri) hipoventilasi
5) PaCO2 (tekanan 7. Monitor adanya kecemasan
parial pasien terhadap oksigenasi.
karbondioksida
dalam darah arteri
6) Saturasi oksigen Manajemen edema serebral
7) Urine output 1. Monitor adanya kebingungan,
8) Capillary refill. perubahan pikiran, keluhan
pusing, pingsan
b. Status neurologi 2. Monitor tanda-tanda vital
1) Kesadaran 3. Monitor karakteristik cairan
2) Fungsi sensorik serebrospinal : warna,
dan motorik kejernihan,konsistensi
kranial 4. Monitor status pernapasan:
3) Tekanan frekuensi, irama, kedalaman
intrakranial pernapasan, PaO2,PaCO2, pH,
4) Ukuran pupil Bicarbonat
5) Pola istirahat- 5. Catat perubahan pasien dalam
tidur berespon terhadap stimulus
6) Orientasi kognitif 6. Berikan anti kejang sesuai
7) Aktivitas kejang kebutuhan
8) Sakit kepala. 7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang yang
penting untuk bicara pada pasien
9. Posisikan tinggi kepala 30o atau
lebih.
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai dan
karakteristik pengeluaran cairan
serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output
4. Monitor suhu dan jumlah
leukosit
5. Periksa pasien terkait ada
tidaknya gejala kaku kuduk
6. Berikan antibiotik
7. Letakkan kepala dan leher
pasien dalam posisi netral,
hindari fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala tempat tidur
untuk mengoptimalkan perfusi
serebral
9. Berikan agen farmakologis
untuk mempertahankan TIK
dalam jangkauan tertentu.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola menurut
resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara
pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke satu
sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama
kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obat-obatan
anti epilepsi dengan benar.
Manajemen muntah
1. Identifikasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan atau
berkontribusi terhadap muntah
(obat-obatan dan prosedur)
2. Posisikan untuk mencegah
aspirasi
3. Tunggu minimal 30 menit
setelah episode mutah sebelum
menawarkan cairan kepada
pasien
4. Tingkatkan pemberian cairan
secara bertahap jika tidak ada
muntah yang terjadi selama 30
menit.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan