ISOLASI SOSIAL
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen pengampu :Hirza Ainin Nur S.Kep.Ns,M.Kep.,
Disusun oleh :
Kelas : 2B
Nim : 20181420
i
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT,
karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan
keperawatan isolasi sosial ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka salah satu
tugas dan persyaratan penilaian pada mata kuliah Keperawatan Jiwa dan dimaksudkan
sebagai pengenalan dasar kepada mahasiswa terhadap pengenalan dasar dan manfaat ilmu
keperawatan jiwa
Seperti kita ketahui, salah satu tugas dan tanggung jawab seorang perawat adalah
mampu untuk mengidentifikasi, menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan berbagai
macam penyakit serta membantu meringankan keluhan dan gejala yang dialami pasien
sehingga memberikan kenyamanan dan ketenangan kepada pasien.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada ibu ,
Hirza Ainin Nur S.Kep.Ns,M.Kep. selaku pembimbing sekaligus dosen mata kuliah
keperawatan jiwa.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
setiap pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
pengembangan Ilmu Keperawatan di Indonesia.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... II
III.1Kesimpulan ............................................................................................ 21
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a) Mengetahui Defenisi Isolasi Sosial
b) Mengetahui Penyebab Isolasi Sosial
c) Mengetahui Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial
d) Mempelajari Rentang Respon Isolasi Sosial
e) Mengetahui Cara Pengobatan Isolasi Sosial
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
B. Penyebab
2
C. Pohon Masalah
D. Faktor Predisposisi
3
tua dan teman mencari pasangan menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah di lalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber: Stuart dan Sundeen (1995), hlm. 346 dikutip dalam fitria (2009)
4. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perhubungan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
E. Faktor Presipitasi
4
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat di timbulkan oleh faktor internal
dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat di kelompokan sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor soaial budaya, yaitu stree yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sress terjadi akibat anxietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya bersama dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Anxietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
G. Rentang Respon
5
Rentang Respon Isolasi Sosial
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma, sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam
batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon
adaptif.
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
terjadi di lingkungan sosialnya
2) Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4) Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
6
4) Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).
H. Penatalaksanaan
7
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima klien apa adanya,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan dan jujur kepada klien.
· Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
8
1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai istilah yang
sederhana.
2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
4) Tunjukan sikap empatidan memberi kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
9
1) Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakan
secara mandiri.
2) Bimbing klien berpakaian yang rapi.
3) Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan seperti
majalah, surat kabar, radio dan televisi.
4) Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
10
Konsep dasar asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada klien dengan isolasi sosial
1. Pengkajian
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal,
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang
atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan
kegiatan sehari – hari , dependen
Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur
sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami ,
putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh
kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
11
2) Menyebutkan penyebab menarik diri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien mulai dari
bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik
4) Klien dapat menetapkan atau merenanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
a) Rencanakan bersama klien tentang aktifitas yang akan dilakukan sesuai
dengan kemampuan klien
12
c) Beri contoh cara pelaksanaanpada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampun klien
a) Beri kesempatan pada klien untu mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
a) Beri pendidika kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan isolasi sosial
a) Bantu klien mengunakan obat dengan pirinsip 5 benar (obat, cara, dosis,
waktu, klien)
Hubungan sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien :................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :.........................
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain :............................................
Masalah keperawatan :..........................................................................................
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
f. Pasien merasa tidak berguna.
g. Pasien tidak yakin dalam melangsungkan hidup.
13
Pertanyaan –pertanyaan berikut ini dapat anda tanyakan pada saat wawancara untuk
mendapatkan data subjektif:
a. Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya (keluarga atau tetangga) ?
b. Apakah pasien memiliki teman dekat? Jika ada, siapa teman dekatnya?
c. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
d. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang disekitarnya?
e. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
f. Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dan orang sekitarnya?
g. Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
h. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk dapat melanjutkan hidup?
Diagnosis keperawatan
Selanjutnya, setelah pengkajian dilakukan dan didokumentasikan, masalah keperawatan
dirumuskan dan diagnosis keperawatan ditegakkan. Berdasarkan pengkajian tersebut,
masalah keperawatan yang dirumuskan adalah isolasi sosial.
Tindakan keperawatan
Setalah dibuat perumusan masalah dan diagnosis keperawatan ditegakkan, perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan pada pasien dan keluarga.
a. Tindakan keperawatan pada pasien
14
1. Tujuan keperawatan
a) Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan keperawatan
a) Membina hubungan saling percaya
untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien isolasi sosial
kadang membutuhkan waktu yang lama dan interaksi yang singkat serta sering karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu, perawat
harus konsisten bersikap teraupetik terhadap pasien. Selalu memepati janji adalah
salah satu upaya yang dapat dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan
hasil. Jika pasien sudah percaya dengan perawat, program asuhan keperawatan lebih
mungkin dilaksanakan. Membina hubungan saling percaya dapat dilakukan dengan
cara :
1) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan
perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4) Buat kontrak asuhan : apa yang akan perawat lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
5) jelasakan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi.
6) tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat.
7) penuhi kebutuhan dasar pasien jika mungkin.
b) membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial dengan cara :
1) tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
2) tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
c) bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan manfaat jika pasien memilki banyak teman.
d) membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara sebagai
berikut:
15
1) diskusikan kerugian jika pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
2) jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
e) membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Perawat tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain karena kebiasaan tersebut telah terbentuk dalam jangka
waktu yang lama. Untuk itu, perawat dapat melatih pasien berinteraksi secra bertahap.
Mungkin pada awalnya, pasien hanya akan akrab dengan perawat, tetapi setelah itu
perawat harus membiasakan pasien untuk dapat berinteraksi secara bertahap dengan
orang-orang disekitarnya. Perawata dapat melatih pasien berinteraksi dengan cara
berikut :
a. Memberikan kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan dihadapan anda.
b. Mulailah bentu pasien berinteraksi dengan satu orang (paien, perawat atau keluarga).
c. Jika pasien sudah menujukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat orang dan seterusnya.
d. Berilah pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
e. Dengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Berilah dorongan agar pasien
tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Strategi pelaksana
16
Orientasi
“selamat pagi! Saya suster HS. Saya senag dipanggil suster H. Saya perawat diruang mawar
ini.”
“siapa nama anda? Senang dipanggil apa?”
“apa keluhan S hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-
teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau diruang tamu? Mau berapa
lama, S? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja
(jika pasien baru)
“siapa saja yang tinggal serumah dengan S? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang
jarang dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap dengannya?”
(jika paien sudah lama dirawat)
“apa yang S rasakan selama S dirawat disini? S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal
diruangan ini?”
Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
“menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah, apa
kerugiannya kalu S tidak memiliki teman? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa). Nah, banyak juga ruginya tidak punya teman ya? Jadi, apakah S belajar bergaul
dengan orang lain?”
“bagus, bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita, nama
panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya : nama saya SN, senang
dipanggil S, asal saya dari kota X, hobi memasak.”
17
“ayo S coba! Misalnya saya belum kenal dengan S, coba berkenalan dengan saya! Ya, bagus
sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!”
“setelah S berkenalan dengan orang tersebut, S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan S bicarakan, misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan, dan sebagainya.”
Terminasi
“bagaiman perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
“S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali. Selanjutnya S dapat
mengingat-ngingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada sehingga S lebih siap
untuk berkenalan dengan orang lain. S mau mempraktikkan ke orang lain? Bagaimana kalau
S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?’’
“baiklah, sampai jumpa!”
Orientasi
“selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”
“sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan suster!”
“bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit.”
“ayo kita temui perawat N disana!’’
Kerja
(bersama-sama S, perawat mendekati perawat N)
18
“selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa berkenalan dengan
perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin.” (pasien mendemonstrasikan cara
berkenalan dengan perawat N : memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama
perawat, dan seterusnya).
“ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N? Coba tanyakan tentang kaluarga perawat
N!”
“jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan ini. Lalu S bisa
buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalanya jam 1 siang nanti.”
“baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali keruangan
S. Selamat pagi!” (bersama pasien, perawat H meninggalkan perawata N untuk melakukan
terminasi dengan S ditempat lain.”
Terminasi
“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N?”
“S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.”
“pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
supaya perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain? Mari kita masukkan kedalam jadwal. Mau
berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi
ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok!”
SP 3 pasien : melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua).
Orientasi
“selamat pagi S! Bagaimana perasaan S hari ini?”
“apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang (jika jawaban pasien ya, perawat
dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan pasien lain).”
“bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang?”
19
“bagus sekali S menjadi senang punya teman lagi!”
“kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”
“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan S yang lain, yaitu
O. Seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia diruang makan.”
Kerja
(bersama-sama S, perawat mendekati pasien lain)
“selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.”
“baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya.”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan : memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang sama).”
“ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O? Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S
bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4
sore nanti (S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O).”
“baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali keruangan S.
Selamat pagi (bersam pasien perawat meninggalkan O untuk melakukan terminasi dengan S
ditempat lain).”
Terminasi
“bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O?”
“dibandingkan kemarin pagi, S tampak lebih baik ketika berkenalan dengan O. Pertahankan
apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
nanti.”
“selanjutnya, bagaiman jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain kita
tambahkan lagi dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang, dan jam 8
malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan orang lain lagi secara bertahap.
Bagaimana S, setuju kan?”
“baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama
dan tempat yang sama ya.”
“sampai besok!
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan- kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A .2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha medika : Yogyakarta
21
Kusumawati, farida, 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika : Jakarta
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan jiwa , Refrika Aditama : Bandung
Keliat, Farida Kusumawat., 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika.
Nita Fitria., 2009, Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
22