Anda di halaman 1dari 54

Kokoh dalam IMTAQ

Unggul dalam IPTEK

LAPORAN HASIL
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG ABU DZAR BAWAH
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA

DISUSUN OLEH:
1. Husniyati Luthfiyah, S.Kep
2. Iis Lestariyati, S.Kep
3. Irma Budi Lestari, S.Kep
4. Kartina Dahri, S.Kep
5. Puji Rini, S.Kep
6. Tri Suciyanti, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG ABU DZAR BAWAH
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Manajemen Keperawatan

Jakarta, September 2019

Menyetujui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Arniti, S.Kep.) (Eni Widiastuti, SKp., M.Kep)

Mengetahui
Koordinator Mata Ajar Manajemen

(Eni Widiastuti, SKp., M.Kep)

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah yang tiada henti, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan dengan judul “Laporan Hasil Praktek Profesi Manajemen
Keperawatan di Ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura”.
Selama menyelesaikan tugas profesi manajemen ini, cukup banyak hambatan yang kami hadapi,
namun berkat bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak serta atas kemudahan dari Allah
SWT, tugas ini dapat diselesaikan. Karena ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Eni Widiastuti, SKp., M.Kep, selaku koordinator Mata Ajar Manajemen
Keperawatan sekaligus sebagai pembimbing akademik mata ajar Manajemen
Keperawatan Program Profesi Ners FIK UMJ .
2. Ibu Ns. Arniti, S.Kep., selaku pembimbing klinik Profesi Manajemen Keperawatan yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada kami.
3. Ibu Gusniyeti, AMd.Kep., selaku kepala ruang Abu Dzar yang telah memberikan
informasi, saran, dan masukan kepada kelompok kami.
4. Semua perawat di ruang Abu Dzar Bawah yang bersedia untuk bekerja sama dan selalu
memberikan bantuan serta pengalaman yang sangat berharga selama kami praktek.
Kami menyadari akan segala keterbatasan sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah dan
khilaf. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2019

Mahasiswa Profesi Ners

3
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan............................................................................................. 2
Kata Pengantar..................................................................................................... 3
Daftar Isi ............................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 6

B..Tujuan........................................................................................................... 8
C..Manfaat Penulisan ........................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN TEORI


A.Manajemen Keperawatan ............................................................................. 10

1.. Definisi ................................................................................................... 10

2.. Prinsip yang mendasari manajemen keperawatan.................................. 11

3.. Metode penugasan.................................................................................. 11

4.. Fungsi-fungsi manajemen ..................................................................... 11

B.Change Agent............................................................................................... 13

1.. Definisi perubahan................................................................................. 13

2.. Tahap dalam perubahan......................................................................... 13

3.. Faktor kekuatan untuk terjadinya perubahan......................................... 14

4.. Alasan perubahan................................................................................... 14

5.. Strategi perubahan.................................................................................. 15

4
6.. Kunci sukses strategi untuk terjadinya perubahan yang baik................. 15

7.. Tahap pengelolaan perubahan................................................................. 16

C.Keselamatan Pasien Resiko Jatuh.................................................................. 17

1.. Definisi.................................................................................................... 17

2.. Faktor-faktor resiko jatuh........................................................................ 17

3.. Penanggung jawab dan perangkat kerja resiko jatuh.............................. 18

4.. Tatalaksana dan Pencegahan untuk mengurangi resiko jatuh................. 18


5.. Instrumen penilaian resiko jatuh pasien.................................................. 22

BAB III GAMBARAN UMUM DAN ANALISA SITUASI


A.Profil Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura................................................... 32

B.Analisa situasi Ruang Abu Dzar Bawah........................................................ 33

C.Analisa SWOT................................................................................................ 34
D.Pengkajian data dan analisa data.....................................................................35
E.Prioritas masalah............................................................................................. 38.
F.Diagram fish bone............................................................................................ 39

G.Alternative penyelesaian masalah ................................................................... 40

H.Prioritas penyelesaian masalah ....................................................................... 40

BAB IV PERENCANAAN
A.Tujuan.............................................................................................................. 41

B.Planning of action .......................................................................................... 42


BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI........................................................... 44

5
A.Diseminasi Ilmu tentang pentingnya resiko jatuh...........................................44
B.Membuat leafleat, poster dan kartu tanda resiko jatuh.................................... 45
C.Membuat buku pengendalian resiko jatuh....................................................... 46

BAB VI PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................................... 47
B.Saran.............................................................................................................. . 48

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 49
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit sebagai institusi
yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat
kompleks, karena sumber daya manusia (SDM) yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan
berbagai jenis keahlian Ramah sakit (RS) adalah salah satu bentuk organisasi vang
kegiatannya memberikan pelayanan yang baik, berupa promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, sehingga dibutuhkan kinerja karyawan yang baik (Suryadi. 1999).

6
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, serta mengawasi sumber-
sumber yang ada baik SDM, alat maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektit, baik kepada klien, keluarga, dan masyarakat.
Fungsi manajemen memilik beberapa fungsi dalam penerapannya diantaranya yaitu
planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), actuating (penggerak), dan
controlling (pengendalian). Planning (perencanaan) adalah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan oranisasi sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan
untuk mencapainya. Organizing (pengorgamsasian) adalah rangkaian kegiatan untuk
menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkan secara
efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Actuating (penggerak) adalah proses memberikan
bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas-
tugasnya sesuai dengan keterampilan yang mereka milik sesuai dengan dukungan sumber
daya yang tersedia. Controlling (pengawasan) adalah proses untuk mengamati secara terus-
menerus melaksanakan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap
penyimpangan yang terjadi.
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Tujuan
pemberian metode tim adalah untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan objektif klien sehingga klien merasa puas (Supriyatno, 2005). Metode tim ini
terbagi menjadi 3 tenaga kerja, yaitu karu, katim, dan perawat pelaksana. Karu adalah
seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur
dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat. Katim adalah seorang
perawat yang bertugas mengepalai sekelompok keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat dan bertanggung jawab langsung kepada karu. Perawat
pelaksana adalah seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan
kemampuan dan batas kewenangan. Pemberian asuhan keperawatan harus senantiasa
menyesuaikan perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

7
Perubahan adalah proses dinamis yang terjadi pada tingkah laku dan fungsi
seseorang. keluarga, kelompok atau komunitas (Petter & Perry, 2005). Agen pembaru
berperan untuk menyeleksi setiap fenomena yang terjadı dan memilih hal-hal yang akan
diubah (Nursalam, 2014). Agen perubahan adalah seorang individu atau kelompok yang
mempengaruhi orang lain atau organisası dalam mengambil keputusan agar sesuai dengan
yang diharapkan oleh agen perubahan itu sendiri. Berdasarkan identifikasi masalah yang
dilakukan pada tanggal 09 dan 10 September 2019 melalui wawancara, dan observasi secara
langsung diperoleh dua masalah yang terjadi di Ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam
Jakarta Sukapura diantaranya yaitu belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh
dan Belum optimalnya pelaporan nilai kritis di CPPT. Sedangkan prioritas masalah yang
dipilih adalah belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh.
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat
dalam asuhan keperawatan kepada pasien. Hal ini dapat diwujudkan salah satunya adalah
dengan penerapan keefektifan pelaksanaan resiko jatuh. Adapun intervensi yang diberikan
meliputi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek Manajemen Keperawatan, di ruang Abu Dzar Bawah
Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, mahasiswa mampu menerapkan konsep manajemen
perubahan sebagai Change Agent pada unit pelayanan keperawatan secara nyata untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek Manajemen Keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi masalah dan menetapkan masalah yang ada di unit pelayanan
keperawatan yang terkait dengan fungsi manajemen keperawatan berdasarkan analisa
SWOT di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.

8
b. Menentukan prioritas masalah manajemen keperawatan bersama kepala ruangan dan
perawat di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura.
c. Mengidentifikasi penyebab masalah manajemen keperawatan menggunakan analisa
fish bone bersama Kepala Ruangan dan perawat di ruang Abu Dzar Bawah Rumah
Sakit Islam Jakarta Sukapura.
d. Menentukan dan memprioritaskan alternatif penyelesaian masalah yang disepakati
bersama oleh kepala ruangan dan perawat di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Sukapura serta pembimbing klinik dan akademik.
e. Melakukan implementasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan penyelesaian
masalah pada aspek kognitif dan psikomotor di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Sukapura.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dengan adanya penerapan terhadap masalah nyata yang dirasakan
dipelayanan keperawatan mampu membuka wawasan tentang metode yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah manajemen keperawatan terutama di Rumah
Sakit.
2. Bagi Rumah Sakit Yang Bersangkutan
Meningkatkan asuhan keperawatan khususnya di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Sukapura. Dalam hal ini mahasiswa dapat membantu memecahkan masalah
di suatu aspek manajemen layanan keperawatan sehingga diharapkan dapat membantu
Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara umum yang akhirnya
meningkatkan pelayanan keperawatan dengan fungsi manajemen.
3. Bagi Fakultas Ilmu Keperawatan
Manfaat dari praktek profesi manajemen keperawatan adalah peningkatan kualitas proses
dalam mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan manajemen
keperawatan di Rumah Sakit.

9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Managemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey dalam Nursalam, 2002). Managemen keperawatan diartikan sebagai proses
pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional.

10
Melalui manajemen diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Dalam
manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu input menjadi suatu output yang
diharapkan. Input manajemen ini terdari dari atas manusia, uang, material, alat dan
metode yang selanjutnya akan mengalami proses manajemen sehingga menghasilkan
output. Output pada manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staff (staffing), kepemimpinan (leading) dan
pengendalian (controlling), aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000).

2. Prinsip Yang Mendasari Manajemen Keperawatan


a. Managemenkeperawatan seyogyanya berdasarkan pada perencanaan, karena memlalui
perencanaan pimpinan dapat cepat menurunkan resiko pengambilan keputusan,
pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana.
b. Managemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif, untuk
manager keperawatan menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Keberhasilan seorang perawat tergantung pada penggunaan
waktu syang efektif.
c. Manageman keperawatan melibatkan pengambilan keputusan, berbagai situasi
maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan diberbagai tingkat manajerial.
d. Managemen keperawatan harus terorganisir. Perngorganisasian dilakukan sesuai
kebutuhan untuk mencapai tujuan. Ada 3 blok struktur organisasi yaitu : unit, sub
bidang dan bidang.
Adapun prinsip-prnsip pengorganisasian terdiri dari:
a. Pembangian tugas
b. Koordinasi
c. Komando
d. Kewenangan
e. Hubungan staff dan lini
f. Pengawasan

11
3. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh tim keperawatan dalam
mendesain dan mengorganisasi pekerjaan sehinggatujuan pelayanan keperawatan yaitu
asuhan keperawatan yang komprehensif, holistic, dan berkenianmbungan dapat tercapai
(Suardana, 2009). Metode penugasan yang digunakan diruang Abudzar Bawah RSI
Sukapura adalah metode Tim. Model asuhan keperawatantim yaitu pengorganisasian
pelayanan keperawatanoleh sekelompok perawat kepada sekelompok klien yang dipimpin
oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua
tim. Selain itu ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum
tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu
anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan (Mugianti, 2016).

4. Fungsi- fungsi managemen


a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan manajerial yang mencakup
penelitian lingkungan, penggambaran sisitem organisasi secara keseluruhan
memperjelas visi, misi, dan filosofi organisasi, memperkirakan efektifitas tindakan dan
menyiapkan karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994 dalam Mugianti 2016).
Perencanaan (Planning) merupakan fungsi dasar dari managemen dan semua fungsi
dalam managemen tergantung dari fungsi perencanaan. Maksudnya fungsi-fungsi yang
lain dari managemen tidak akan berjalan secara efektif tanpa adanya perencanaan yang
baik. Hal ini disesuaikan dengan definisi perencanaan dari Swanburg, bahwa
perencanaan adalah proses berkelanjutan yang diawali dengan menetapkan tujuan, dan
kemudian melaksanakan sesuai dengan proses, memberikan umpan balik dan
me;akukan modifikasi rencana jika diperlukan. Lebih lanjut Swanburg menjelaskan
bahwa perencanaan merupakan proses berfikir atau proses mental dalam membuat
keputusan dan peramalan berorientasi pada masa yang akan dating (Mugianti, 2016).
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan atau pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervise komunikasi dan koordinasi

12
dengan unit kerja lain secara vertical dan horizontal (Depkes RI, 2001 dalam Mugianti
2016). Menurut Swanburg (2000) pengorganisasian adalah pengelompokan aktifitas-
aktifitas untuk mencapai tujuan obyektif dan menentukan cara untuk
perngorganisasian aktifitas yang tepat dengan unit lainya baik secara vertical maupun
horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai obyektif organisasi.
Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai komando, kesatuan
komando, rentang control, dan spesialisasi.Prinsip rantai komando menggunakan
hubungan dalam alur yang hierarkis pada alur autokratis dari atas
kebawah.Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando dan cenderung satu arah.
Sedangkan dalam prinsip kesatuan, komando memiliki satu pengaawasan , satu
pemimpin, dan satu rencana untuk kelompok aktifitas dengan obyektif yang sama.
Prinsip rentang kontrol menyatakan bhwa individu harus menjadi pengawas yang
mengawasi secara efektif dalam hal jumlah.Fungsi maupun geografi prinsip
spesialisasi menampilkan stau fungsi kepemimpinan tungggal.
c. Fungsi Pengarahan
Pengarahan atau disebut juga pergerakan merupakan upaya untuk mempengaruhi staff
agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat
mengarahkan dan menggerakkkan bawahan maka ada beberapa unsur yang perlu
dipahami dan diperhatikan oleh manager keperawatan (Muguianti, 2016). Unsur-unsur
tersebut adalah :
1) kepemimpinan yang efektif
2) Motivasi yang baik
3) Komunikasi yang baik
d. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, intruksi yang dikeluarkan, serta prinsi-prinsip yang
ditentukan (Fayol, 1998 dalam Mugianti, 2016).Tujuan pengontrolan adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan perbaikan.
Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui faktor yang ada, sehingga jika
muncul issue dpat segera direspon dengan cepat denagn cara duduk bersama
(Mugianti, 2016).

13
B. Change Agent / Pengelolaan Perubahan
1. Definisi Perubahan
Lewin (1951) mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan
yaitu unfreezing, moving, dan refreezing (KurtLewin, 1951 dari Lancaster, j., Lancaster,
W. 1982 dalam Nursalam, 2016).

2. Tahap Dalam Perubahan


a. Pencairan (unfreezing)
Motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan mengubah keseimbangan
yang ada.Pada tahap ini perubahan mulai dirasakan perlu sehingga muncul kesiapan
untuk berubah, menyiapkan diri, dan upaya meakukan perubahan.
b. Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tingkat atau tahapan perkembangan baru
karena memiliki cukup informasi, memiliki sikap dan kemampuan untuk merubah,
memahami maslah yang dihadapi, dan mengetahui langkah-langkah penyelesaian yang
harus dilakukan.Setelah itu hal-hal ini dimiliki, perlu dilakukan langkah nyata untuk
merubah dalam mencpai tingkat atau tahap baru tersebut.
c. Pembekuan (refreezing)
Keadaan disaat motivasi telah mencpai tingkat atau tahap baru atau pencapaian
keseimbangan baru.Tingkat baru yang telah dicapai harus dijaga agar tidak mengalami
kemunduran pada tingkat atau tahap perkembangn semula.Oleh karena itu selalu
diperlukan umpan balik dan kritik yang membangun, upaya membina reinforcement
yang terus menerus dan berkelanjutan

3. Faktor Kekuatan Untuk Terjadinya Perubahan


a. Faktor Pendorong
1. Kebutuhan dasar manusia
Kebutuhan yang belum terpenuhi akan motivasi perilaku sebagaimana teori
kebutuhan dasar manusia.
2. Kebutuhan dasar interpersonal

14
Kebutuhan untuk berkumpul atau bersama-sama, kebutuhan untuk mengendalikan
atau melakukan control, keutuhan untuk dikasishi, kedekatan dan perasaan
emosional.
b. Faktor Penghambat
Menurut Neu dan Courillard (1981) dalam Nursalam (2002) faktor penghambat
terjadinya perubahan disebabkan oleh beberapa hal, mengancam kepentungan pribadi,
persepsi yang kurang tepat, sebagai reaksi psikologis, toleransi untuk berubah rendah.

4. Alasan Perubahan
Alasan perubahanharus dilakukan oleh manager dalam merencanakan suatu perubahan
(Swanburg, 2000):
a. Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alas an yang baik
b. Perubahan secara bertahap
c. Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastic dan mendadak
d. Semua individu yang terkena dampak perubahan harus dilibatkan dlam perencaan
perubahan.

5. Strategi Perubahan
Perubahan dalam organisasi mencakup tiga tingkatan yang berbeda yaitu : individu yang
bekerja diorganisasi tersebut, perubahan struktur dan sistem, perubahan hubungan
interpersonal. Strategi membuat perubahan dikelompokkan menjadi empat hal, yaitu :
a. Memiliki misi yang jelas
Misi harus disusun secara ringkas, jelas, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh
semua orang.
b. Menciptakan iklim/budaya organisasi yang kondusif
Menurut Potter dan Grady (1986) dalam Swanburg (2000) upaya yang harus
ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah kebebasan untuk berfungsi
secara efektif dukungan dari sejawat dan pimpinan, kejelasan harapan tentang
lingkungan kerja, sumber yang tepat untuk praktek secara efektif, ilim organisasi yang
terbuka.

15
c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan
Komunikasi merupakan unsur yang pentng dalam perubahan.Setiap orang perlu
dijelaskan tentang perubahan untuk menhindari informasi yang salah.
d. Keterlibatan orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang kompeten, begitu rencan sudah
tersusun.

6. Kunci Sukses Strategi Untuk Teradinya Perubahan Yang Baik


a. Mulai dari diri sendiri
Perubahan dan pemenuhan terhadap diri sendiri, baik sebagi individu maupun sebagai
profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai.
b. Mulai dari hal-hal yang kecil
Perubahan besar untuk mencapai profesionalisme keperawatan Indonesia tidak akan
pernah berhasil, jika tidak dimulai dari hal-hal yang kecil. Hal-hal yang kecil harus
dijaga dan ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan yang
sudah mulai membaik diahti masyarakat dengan tidak merusaknya sendiri.
c. Mulailah dari sekarang, jangan menunda
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam (2011), lebih baik sedikit dariada tidak sama
sekali, lebih baik dikerjakan sekarang daripadaharus menunda. Memanfatakna
kesempatan yang ada merupakan konsep managemen keperawatan saat ini dan masa
yang akan dating. Kesempatan tidak akan datng dua kali dengan tawaran yang sama

7. Tahap Pengelolaan Perubahan


Pengelolan perubahan menjadi kompetensi utama bagi manager perawat saat ini,
ketidakefektifan penerapan perubahan akan berdampak buruk terhadap manager, staff,
dan organisasi serta menghabiskan waktu dan dana yang sia-sia. Pegawai ingin
belajarperubahan dari pimpinan. (Bolton, dkk, 1992) menjelaskan 10 tahapan pengelolaan
perubahan organisasi sebagi berikut:
Tahap Penjelasan
Tahap I Mengidentifikasi tujuan perubahan dengan melakukan pengkajian
pada orang-orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan-

16
bahan yang sudah dikembangkan, serta secara konsisten menatap
keadaan sesuai visi yang telah ditetapkan
Tahap II Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan rencana
strategi organisasi
Tahap III Dimana tujuan akan dilaksanakan denan baik dan orang lain akan
dengan senag hati terlibat didalamnya
Tahap IV Menentukan siapa yang akan memimpin perubahan, pemimpin harus
mengkomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang tatanan
jabatanorganisasi dan sebagai pelatih, mentor, pendengar dan
mendukung kerja kelompok
Tahap V Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat
Tahp VI Mengidentifikasi instrument tujuan yang spesifik yang dapat
dipergunakan sebagai tolak ukur mencapai perubahan
Tahap VII Membangun suatu tim kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus
mempunyai tnggung jawab yang jelas, mampu berkomunikasi
dengan yang lainya, dan juga mampu melakukan negosiasi serta
penyelesaian masalah
Tahap VIII Melibatkan semua tim kesehatan yang terlibat dalam praktik
keperawatan profesioanl kepada pasien. Tim tersebut harus
mendukung dan teribat dalam perubahan yang diharapkan leh
organisasi
Tahap IX Belajar dari kesalahan masa lalu untuk menhindari kesalahan yang
sama
Tahap X Ajarkan kepada kelompok kerja tentang proses interaksi
perencanaan yang baik. Selalu mengembangkan sesuatu yang
komphrehensif dan komunikasinya secara terus menerus

C. Keselamatan Pasien Resiko Jatuh


1. Definisi
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh petugas. Dalam rangka
menurunkan resiko cedera akibat jatuh pada pasien, petugas akan menilai dan melakukan
penilaian ulang terhadap kategori resiko jatuh pasien, serta bekerjasama dalam
memberikan intervensi yang sesuai prosedur.

17
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang mengalami jatuh dengan atau tanpa
disaksikan oleh orang lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai,
dengan atau tanpa mencederai dirinya.

2. Faktor Resiko Jatuh


Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh
faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cedera. Faktor resiko jatuh
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori :
1. Faktor instrinsik : berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis.
2. Faktor ekstrinsik : berhubungan dengan lingkungan.
Selain itu faktor resiko juga dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan
(anticipated) dan tidak dapat diperkirakan (unanticipated). Faktor resiko yang dapat
diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum pasien jatuh.

3. Penanggung jawab dan perangkat kerja Resiko Jatuh


Dalam penatalaksanaan pengelolaan pasien dengan resiko jatuh meliputi :
1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat
b. Bidan
2. Perangkat Kerja
a. Status rekam medis pasien
b. Tanda resiko pasien jatuh (pita kuning, penanda beresiko jatuh berwarna kuning,
tanda segitiga kuning resiko jatuh)
c. Lembar edukasi resiko jatuh dan leaflet resiko jatuh.
d. Formulir pengkajian resiko pasien jatuh dan pencegahan resiko jatuh

4. Tatalaksana dan Langkah-langkah Pencegahan untuk mengurangi Resiko Jatuh di


Rawat Inap
1. Instruksi dalam Melengkapi Asesmen Resiko Jatuh Pasien

18
a. Perawat yang bertugas akan mengevaluasi pasien dengan memberi skor pada
setiap kriteria ‘resiko’ yang dimiliki pasien. Skor ini akan dipakai untuk
menentukan kategori resiko jatuh pada pasien.
b. Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur
Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada:
1) Kategori resiko jatuh.
2) Kebutuhan dan keterbatasan pasien.
3) Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices).
c. Prosedur Pencegahan Jatuh pada pasien yang beresiko rendah, sedang, atau tinggi
harus diimplementasikan dan penggunaan peralatan yang sesuai harus optimal.
d. Dokumentasi / pencatatan : Pencatatan dilakukan pada setiap pasien dengan
menggunakan Asesmen Resiko Jatuh.
e. Semua pasien dengan kategori resiko sedang dan tinggi akan dilakukan pencatatan
status jatuh pada bagian “Rencana Perawatan Interdisiplin”.
f. Komunikasi : Saat pergantian jam kerja, setiap perawat yang bertugas akan
melaporkan pasien-pasien yang telah menjalani asesmen resiko jatuh kepada
perawat jaga berikutnya.
g. Asesmen ulang : Semua pasien akan dilakukan monitoring serta asesmen ulang
apabila terdapat perubahan kondisi fisik dan status mental serta penggunaan obat-
obatan yang menyebabkan resiko jatuh.
1) Resiko jatuh tinggi : dikunjungi ke kamar pasien setiap 4 jam sekali dan
dilakukan asesmen ulang setiap pergantian shift.
2) Resiko jatuh ringan : dilakukan asesmen ulang setiap terjadi perubahan kondisi.

2. Prosedur Pencegahan Jatuh Untuk Semua Pasien


a. Lakukan orientasi kamar rawat inap kepada pasien.
b. Perawat Mengontrol Ke ruang Perawatan setiap hari.
c. Jalur untuk pasien berjalan harus bebas obstruksi dan tidak licin.
d. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien.
e. Posisikan tempat tidur rendah dan pastikan roda terkunci.
f. Pastikan pencahayaan adekuat.
g. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan.

19
h. Bantu pasien ke kamar mandi, jika diperlukan.
i. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh
(sedasi, antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya),
konsultasikan dengan dokter atau petugas farmasi jika perlu.
j. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan jatuh kepada pasien dan
keluarganya.
3. Prosedur Pencegahan Jatuh Untuk Pasien Resiko Jatuh Rendah
a. Lakukan orientasi kamar rawat inap kepada pasien.
b. Posisikan pispot, dan pegangan tempat tidur berada dalam jangkauan.
c. Biarkan pintu terbuka.
d. Perawat Mengontrol ke ruang Perawatan setiap pergantian shift.
e. Jalur untuk pasien berjalan harus bebas obstruksi dan tidak licin.
f. Jauhkan kabel-kabel dari jalur berjalan pasien.
g. Posisikan tempat tidur rendah (tinggi tempat tidur sebaiknya ≤ 63,5 cm), dan
pastikan roda terkunci.
h. Tentukan penggunaan paling aman untuk pegangan di sisi tempat tidur.
i. Pastikan pencahayaan adekuat.
j. Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan.
k. Bantu pasien ke kamar mandi, jika diperlukan.
l. Evaluasi efektifitas obat-obatan yang meningkatkan predisposisi jatuh (sedasi,
antihipertensi, diuretic, benzodiazepine, dan sebagainya), konsultasikan dengan
dokter atau petugas farmasi jika perlu.
m. Konsultasikan dengan dokter mengenai kebutuhan fisioterapi pada pasien
dengan gangguan keseimbangan / gaya berjalan / penurunan fungsional.
n. Pantau adanya hipotensi ortostatik jika pasien mengeluh pusing atau vertigo dan
ajari pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan.
o. Penggunaan alat bantu (Kursi roda), jika perlu.
p. Berikan edukasi mengenai teknik pencegahan resiko jatuh kepada pasien dan
keluarganya
4. Prosedur Pencegahan Jatuh Pada Pasien Resiko Jatuh Sedang dan Tinggi
Langsung diterapkan pada saat pasien memasuki ruang perawatan.
a. Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat (nurse station).

20
b. Untuk pasien resiko jatuh tinggi, kunjungi pasien setiap 4 jam sekali oleh
petugas medis dan lakukan asesmen ulang setiap pergantian shift dan saat terjadi
perubahan kondisi.
c. Pastikan sepanjang waktu bahwa posisi tempat tidur rendah (jika
memungkinkan) dan kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik
serta tempat tidur ter - rem.
d. Tawarkan bantuan ke kamar mandi.
e. Batasi aktivitas pasien dan berikan tindakan pencegahan pada pasien dan
keluarga.
f. Perawat mengingatkan keluarga untuk membawa alas kaki dan alat bantu dari
rumah (seperti tongkat, alat penopang).
g. Nilai gaya berjalan pasien dan catat.
h. Pastikan pasien menggunakan alat bantu yang sesuai.
i. Pastikan perangkat keselamatan pasien digunakan dan berfungsi dengan baik.
5. Pada Kasus Pasien Jatuh Dengan Atau Tanpa Cedera
Pada pasien yang mengalami kejadian jatuh, berikut ini prosedur yang segera
dilakukan:
a. Perawat segera memeriksa pasien.
b. Dokter yang bertugas akan segera diberitahu untuk menentukan evaluasi lebih
lanjut.
c. Perawat akan mengikuti tatalaksana yang diberikan oleh dokter.
d. Pindahkan kamar pasien lebih dekat dengan pos perawat (nurse station).
e. Pemeriksaan neurologi dan tanda vital.
f. Pasien yang diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur harus ditemani oleh
petugas dalam 24 jam pertama, lalu dilakukan asesmen ulang.
g. Dengan izin dari pasien, keluarga akan diberitahukan jika pasien mengalami
kejadian jatuh, termasuk cedera yang ditimbulkan.
h. Kejadian jatuh akan dicatat.
i. Pengasuh yang menyaksikan kejadian jatuh atau menemukan pasien jatuh akan
mengisi laporan kejadian/insiden dan memberikannya ke perawat yang bertugas.

21
j. Berikan edukasi mengenai resiko jatuh dan upaya pencegahannya kepada pasien
dan keluarga.
k. Resiko jatuh pasien akan dinilai ulang menggunakan “Asesmen Resiko Jatuh
Harian”, lalu akan ditentukan intervensi dan pemilihan alat pengaman yang
sesuai

5. Instrumen Penilaian Resiko Jatuh Pasien


1. Instrumen Penilaian Resiko Jatuh Untuk Rawat Jalan Mengunakan Metode
Get Up And Go Test
Setiap pasien rawat jalan atau IGD dilakukan penilaian resiko jatuh oleh perawat
dengan metode Get Up and Go test.
Komponen Penilaian Ya Tidak
a. Perhatikan cara berjalan pasien saat duduk di kursi.
Apakah pasien tampak tidak seimbang
(sempoyongan) ?
b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja
atau benda lain sebagai penopang saat akan duduk ?

Interpretasi
Tidak Beresiko Jatuh : Tidak ditemukan a dan b
22
Beresiko Rendah Jatuh : Ditemukan a atau b
Beresiko Jatuh Tinggi : Ditemukan a dan b
Pengelolaan
Tidak beresiko : Tidak ada
Beresiko Rendah jatuh : Edukasi Resiko Jatuh
Beresiko Tinggi Jatuh : Edukasi Resiko Jatuh dan Pasang Pita Kuning

2. Instrumen Penilaian dan Pencegahan Resiko Jatuh Untuk Neonatus

23
PENGKAJIAN RESIKO JATUH NEONATUS
Semua Neonatus Dikategorikan Beresiko Jatuh
INTERVENSI  Pasang penanda resiko jatuh berwarna kuning pada gelang
identitas
 Pasang tanda resiko jatuh pada box/incubator
 Orientasi ruangan pada orangtua/keluarga
 Dekatkan box bayi dengan ibu
 Pastikan selalu ada pendamping
 Pastikan lantai dan alas kaki tidak licin
 Kontrol rutin oleh perawat/bidan
 Edukasi orangtua/keluarga
EDUKASI YANG DIBERIKAN
 Tempatkan bayi pada tempat yang aman
 Teknik menggendong bayi
 Cara membungkus bayi
 Segera istirahat apabila merasa lelah dan tempatkan bayi pada boxnya
 Libatkan keluarga untuk mendampingi atau segera panggil perawat/bidan jika
dibutuhkan
SASARAN  Ibu  Keluarga lain  Bapak 
EDUKASI Wali
 Lainnya………..
EVALUASI  Memahami dan mampu menjelaskan kembali
 Mampu mendemonstrasikan
 Perlu edukasi ulang
Keluarga Petugas

(………………………………..) (……………………………….)

24
3. Instrumen Penilaian dan Pencegahan Resiko Jatuh Untuk Bayi dan Anak
(Humpty Dumpty Scale)

PEMANTAUAN RESIKO JATUH PASIEN BAYI DAN ANAK


Berdasarkan Penilaian HUMPTY DUMPTY SCALE
Ruang Rawat/Poli : Tanggal Masuk Ruang Rawat :
S
PARAMET K Saat Tgl : Tgl : Tgl :
KRITERIA
ER O Masuk ……… ……… ………
R
Di bawah 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
USIA
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1

JENIS Laki – laki 2


KELAMIN Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Perubahan dalam
oksigenasi (masalah
saluran nafas, dehidrasi, 3
DIAGNOSA anemia, anoreksia,
sinkop, sakit kepala, dll)
Kelainan Psikis /
2
Perilaku
Diagnosa lain 1
Tidak sadar terhadap
3
GANGGUA keterbatasan
N Lupa keterbatasan 2
KOGNITIF Mengetahui kemampuan
1
diri
Riwayat jatuh dari
tempat tidur saat bayi – 4
anak
FAKTOR Pasien menggunakan
LINGKUNG alat bantu atau box atau 3
AN mebel
Pasien berada di tempat
2
tidur
Di luar ruang rawat 1

25
RESPON Dalam waktu 24 jam 3
TERHADA
Dalam waktu 48 jam
P 2
Riwayat jatuh
OPERASI /
OBAT
PENENAN >48 jam 1
G / EFEK
ANESTESI
Bermacam-macam obat
yang digunakan: obat
sedative (kecuali pasien
ICU yang menggunakan
sedasi dan paralisis),
3
PENGGUN Hipnotik, Barbiturat,
AAN OBAT Fenotiazin,
Antidepresan,
Laksans/Diuretia,
Narkotik.
Salah satu dari
2
pengobatan di atas
Pengobatan lain 1
TOTAL SKOR
PARAF DAN NAMA PETUGAS
YANG MENILAI

26
4. Protokol Pencegahan Jatuh Pasien Bayi dan Anak

Standar Resiko Rendah (Skor 7 – 11) Tgl Tgl Tgl Tgl

1. Orientasi ruangan.
2. Posisi tempat tidur ter-rem dan berada dalam posisi
terendah jika memungkinkan.
3. Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau
4 sisi pengaman. Mempunyai luas tempat tidur yang
cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian
tubuh lain terjepit.
4. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk
pasien yang bisa berjalan.
5. Nilai kebutuhan untuk ke kamar mandi dan bantu
pasien bila dibutuhkan.
6. Akses untuk menghubungi petugas kesehatan
mudah dijangkau.
7. Lingkungan harus bebas dari peralatan yang
mengandung resiko.
8. Lampu penerangan harus cukup.
9. Edukasi Penatalaksanaan Jatuh untuk pasien atau
keluarga harus tersedia.
10.Dokumen pemantauan pencegahan pasien jatuh
harus ada di status pasien.
Standar Resiko Tinggi (Skor ≥12)
1. Lakukan tatalaksana pencegahan resiko jatuh seperti
skala rendah (skor 7-11)
2. Pasang penanda beresiko jatuh berwarna kuning
pada gelang identitas.
3. Pasang tanda peringatan pasien resiko jatuh (di
tempat tidur, brankar, kursi roda) (tanda segitiga
berwarna kuning)
4. Penjelasan pada pasien atau orang tuanya tentang
protocol pencegahan pasien jatuh.
5. Cek pasien minimal setiap satu jam.
6. Temani pasien pada saat mobilisasi.
7. Pertimbangkan penempatan pasien yang perlu
perhatian diletakkan dekat nurse station.
8. Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien
yang membutuhkan ruang isolasi.
9. Semua kegiatan yang dilakukan pasien harus
didokumentasikan.

NAMA DAN PARAF


PETUGAS YANG MENILAI

27
5. Instrumen Penilaian dan Pencegahan Resiko Jatuh Untuk Dewasa (Morse
Scale)
ASESMEN RESIKO JATUH MORSE
Pengamat: _______________________ Tanggal: ______________________
Unit: ____________________________ Pukul: ________________________
Skor:
1. Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir: ____ Tidak = 0____ Ya = 25
Skor: ____

2. Diagnosis sekunder:____ Tidak = 0____ Ya = 15


Skor: ____

3. Alat bantu:
Tidak ada / tirah baring / perawat ____ 0
Tongkat / alat penopang ____ 15
Perabot ____ 30
Skor: ____

4. Terpasang infus:____ Tidak = 0____ Ya = 20


Skor: ____

5. Gaya berjalan:
Normal / tirah baring / kursi roda ___ 0
Lemah ____ 10
Tergangu ____ 20
Skor: ____

6. status mental:
Sadar akan kemampuan diri sendiri ____ 0
Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki ____ 15
Skor: ____

Skor total: _____

Kategori:
Tidak beresiko 0 – 24
Resiko rendah 25 – 44
Resiko tinggi ≥ 45

Intervensi:
 Pencegahan jatuh
 Rencana per-pasien

Tanda tangan: ___________________


Petunjuk penggunaan asesmen resiko jatuh morse
28
Riwayat jatuh:
Jika pasien mengalami kejadian jatuh saat masuk rumah sakit atau terdapat riwayat kejadian
jatuh fisikologis dalam 12 bulan terakhir ini, seperti pingsan atau gangguan gaya berjalan,
berikan skor 25. Jika pasien tidak mengalami jatuh, berikan skor 0.
Diagnosis sekunder:
Jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosis medis, berikan skor 15; jika tidak, berikan skor 0.
Alat bantu:
Jika pasien berpegangan pada perabot untuk berjalan, berikan skor 30.Jika pasien menggunakan
tongkat / alat penopang, berikan skor 15. Jika pasien dapat berjalan tanpa alat bantu, berikan skor
0.
Terapi intravena (terpasang infus):
Jika pasien terpasang infus, berikan skor 20; jika tidak, berikan skor 0.
Gaya berjalan:
 Jika pasien mengalami gangguan gaya berjalan; mengalami kesulitan untuk bangun dari
kursi, menggunakan bantalan tangan kursi untuk mendorong tubuhnya, kepala
menunduk, pandangan mata terfokus pada lantai, memerlukan bantuan sedang – total
untuk menjaga keseimbangan dengan berpegangan pada perabot, orang, atau alat bantu
berjalan, dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 20.
 Jika pasien memiliki gaya berjalan yang lemah; pasien membungkuk; tidak dapat
mengangkat kepala tanpa kehilangan keseimbangan, atau memerlukan bantuan ringan
untuk berjalan; dan langkah-langkahnya pendek; berikan skor 10.
 Jika pasien memiliki gaya berjalan normal, berikan skor 0
Status mental:
Identifikasi asesmen pasien terhadap dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk berjalan.
Jika pasien mempunyai over-estimasi terhadap kemampuan fisiknya, berikan skor 15. Jika
asesmen pasien sesuai dengan kemampuan sebenarnya, berikan skor 0.

29
6. Asesmen resiko jatuh Morse ini dilakukan saat pasien masuk RS bersamaan dengan
asesmen inisial /awal.

FORM PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN JATUH PASIEN DEWASA

Ruang Rawat/Poli : ………………Tanggal Masuk Ruang Rawat :


……………………

Keterangan : Beri tanda (√) pada kolom YA untuk tindakan yang dilakukan.
No. TINDAKAN Tgl : Tgl : Tgl : Tgl :
Intervensi Jatuh Rendah
Meningkatkan observasi bantuan yang sesuai saat
1
ambulasi.
Keselamatan lingkungan : menghindari ruangan
2 yang kacau balau, biarkan pintu terbuka, gunakan
lampu pada malam hari, serta pagar tempat tidur
Monitor kebutuhan pasien secara berkala
3 (minimalnya tiap 2 jam): jadwalkan ke kamar kecil
secara teratur.
Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh kepada
4
pasien dan keluarga
Anjurkan pasien menggunakan alas kaki yang tidak
5
licin.
Intervensi Jatuh Resiko Tinggi
Pakaikan penanda beresiko jatuh berwarna kuning
pada gelang identitas. Pasang tanda resiko jatuh
1
warna kuning pada bed pasien. Berikan edukasi
pada pasien dan keluarga.
2 Melakukan intervensi jatuh standar.
3 Menempatkan pasien di dekat nurse station.
4 Kunjungi dan monitor pasien setiap satu jam
Menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin serta
dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan
5
tinggalkan sendiri di toilet, dan pintu kamar mandi
jangan dikunci.

NAMA DAN PARAF


PETUGAS YANG MENILAI

7. Instrumen Penilaian dan Pencegahan Resiko Jatuh untuk Geriatri

30
PENILAIAN RESIKO JATUH PASIEN GERIATRI
Ruang Rawat/Poli : ………………………………
Tanggal Masuk Ruang Rawat : ……………………
Tgl : Tgl : Tgl : Tgl : Tgl :
No. RESIKO SKALA …… …… …… …… ……
.. …… …… …… ……
Gangguan gaya berjalan
1 4
(diseret, menghentak, berayun)
Pusing / pingsan pada posisi
2 3
tegak (berdiri)
3 Kebingungan setiap saat 3
4 Nokturia / inkontinensia 3
5 Kebingungan intermitten 2
6 Kelemahan umum 2
Obat-obat beresiko tinggi
(diuretic, narkotik, sedative,
anti psikotik, laksatif,
7 vasodilator, anti aritmia, anti 2
hipertensi, obat hipoglikemik,
anti depresan, neuroleptic,
NSAID)
Riwayat jatuh dalam 12 bulan
8 2
sebelumnya
9 Osteoporosis 1
Gangguan pendengaran dan
10 1
atau penglihatan
11 Usia 70 tahun ke atas 1
Jumlah SKOR

Nama dan Paraf yang


melakukan penilaian

FORM PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN JATUH PASIEN GERIATRI

31
Ruang Rawat/Poli : ………………Tanggal Masuk Ruang Rawat :
……………………

Keterangan : Beri tanda (√) pada kolom YA untuk tindakan yang dilakukan.
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
No. TINDAKAN
: : : : :
Intervensi Standar Resiko Rendah (Skor 1 – 3)
Menilai kembali resiko jatuh setiap pergantian
1
shift.
Memberikan pada pasien/keluarga edukasi
2
pencegahan resiko jatuh
Intervensi Standar Resiko Tinggi
Pakaikan penanda beresiko jatuh warna kuning
1 pada gelang identitas. Pasang tanda resiko jatuh
warna kuning pada bed pasien.
Mengkomunikasikan resiko jatuh pasien pada
2
DPJP.
Mengkomunikasikan resiko jatuh pasien pada
3 pasien/keluarga dengan memberikan Edukasi
Pencegahan Resiko Jatuh
Dorong partisipasi keluarga dalam pencegahan
4
pasien jatuh.
5 Pasien ditempatkan dekat nurse station.
Monitor kebutuhan pasien secara berkala
6 (minimalnya tiap 2 jam): jadwalkan ke kamar
kecil secara teratur.
Menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin serta
damping pasien bila ke kamar mandi, jangan
7
tinggalkan sendiri di toilet, dan pintu kamar mandi
jangan dikunci.
Keselamatan lingkungan : menghindari ruangan
8 yang kacau balau, biarkan pintu terbuka, gunakan
lampu pada malam hari, serta pagar tempat tidur
Jangan tinggalkan pasien sendiri di kamar,
9
samping tempat tidur atau toilet.
Gunakan kaus kaki atau sepatu atau sandal yang
10
tidak licin.
Edukasi perilaku yang lebih aman saat jatuh atau
11
transfer.
NAMA DAN PARAF
PETUGAS YANG MENILAI

BAB III
32
GAMBARAN UMUM
DAN ANALISA SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura


Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura merupakan salah satu amal usaha
Muhammadyah dibidang kesehatan yang berdiri tahun 1992 sebagai Rumah Sakit tipe C
diresmikan pada tanggal 4 Mei 1992 oleh Menteri Agama RI saat itu yakni Prof. Dr.
Munawir Sadjali, MA. Direktur ruamh sakit saat ini dr. Hj. Umi Sjarqiah, Sp.KFR., MKM 
Seiring regulasi yang diterapkan pemerintah melalui layanan BPJS kesehatan dan era
Globalisasi, maka Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura terus berbenah dengan membangun
sarana dan fasilitas pelayanan yang selaras dengan perkembangan IPTEK kedokteran sesuai
kebutuhan masyarakat. Membentuk SDI Rumah Sakit yang memiliki kompetensi dan
budaya kerja yang islami dalam mewujudkan sistem  pelayanan yang berorientasi pada
mutu, kepuasan pelanggan dan keselamatan pasien. Setelah lebih dari dua dasawarsa
berkiprah di tengah masyarakat, telah lulus Akreditasi dan ISO 9001-2008, Serta sebagai
amal usaha Muhammadiyah dibidang kesehatan dengan visinya " Rumah Sakit Bercita
Islami, Pilihan Masyarakat "

B. Analisa Situasi Ruang Abu Dzar Bawah


1. Profil Ruangan
Ruang rawat inap Abu Dzar bawah merupakan salah satu ruang perawatan dewasa
didirikan pada tahun 2011 bulan November. Keadaan fisik ruangan terdiri dari: nurse
stasion, ruang kepala ruang, ruang ganti perawat, ruang pantry/dapur, dan toilet karyawan
dan ruang spoolhock.

2. Keadaan Fasilitas dan Sarana Fisik Ruangan


Ruang rawat inap Abu Dzar bawah memiliki 25 bed tempat tidur yang terbagi dalam
kamar 1,2,5 dan satu bed khusus terdapat 1 kamar aja. Adapun masing-masing kamar
dilengkapi dengan AC, tempat tidur, bel pasien, meja pasien dan kursi. Ruang rawat inap
Abu Dzar bawah memiliki set untuk pemeriksaan tanda–tanda vital, meja tim di nurse
station, trolley tindakan, lemari laken, computer beserta printer, AC sentral, infus pump
26, syringe pump, set GV, stetoscope, lampusorot, alat EKG.

33
3. Ketenagakerjaan
Ruang rawat inap Abu Dzar bawah memiliki 12 orang perawat 1 kepala ruang. Dengan
tingkat D3 perawat berjumlah 9 orang, S1 Ners perawat 3 orang.

4. Fungsi Manajemen di Ruang Abu Dzar bawah


a. Fungsi perencanaan
1) Visi
Sebagai Rumah Sakit Bercitra Islami, Pilihan Masyarakat
2) Misi
- Mewujudkan SDI rumah sakit yang kompeten dan profesional yang
berkepribadian islami sebagai kader Muhammadiyah.
- Memberikan pelayanana prima dan islami yang didukung dengan teknologi
kedokteran terkini dengan unnggulan kesehatan ibu dan anak.
- Melaksanakan manajemen mutu yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
- Melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar dibidang kesehatan. 
- Menjalin jejaring dengan institusi pendidikan dan kesehatan lainnya.
3) Motto
Bekerja sebagai ibadah, ihsan dalam pelayanan
4) Kebijakan Mutu
Rumah sakit islam jakarta sukapura senantiasa meningkatkan sistem manajemen
mutu yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan dan keselamatan pasien melalui
pelayanan yang ramah, cepat, tepat dan akurat.
b. Fungsi Pengorganisasian
1) Struktur Organisasi

Kepala Ruangan

Katim

PJ I
34
Pelaksana Pelaksana Pelaksana

2) Metode penugasan
Metode penugasan di ruang Abu Dzar bawah adalah metode tim, dalam setiap shift
terdiri dari 1 PJ dan 3 Pelaksana
c. Fungsi pengarahan
Ketua tim memberikan informasi baru tentang kesehatan pasien kepada perawat
pelaksana.

C. Analisa SWOT
1. Strength (Kekuatan)
a. Memiliki visi, misi, moto RS
b. Terakreditasi KARS : Paripurna tahun 2017
c. Memiliki S1-Ners sebanyak 2 perawat (16%)
d. Rumah sakit bernuansa islami
e. Adanya motivasi perawat memajukan kualitas pelayanan
f. Perawat mengetahui dan memahami tentang adanya keselamatan pasien resiko jatuh
dan penerapan operan S-BAR
2. Weakness (Kelemahan)
a. Belum optimalnya pencegahan penilaian resiko jatuh diruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura tentang pasien resiko jatuh
b. Belum optimalnya Pelaporan Nilai Kritis di CPPT ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura
3. Opportunity (Peluang)
a. Terbukanya kesempatan melanjutkan pendidikan keperawatan
b. Staff mendapat kesempatan pengembangan diri melalui pelatihan, seminar dll
c. Ruang Abudzar Bawah digunakan sebagai lahan praktik mahasiswa keperawatan dan
kedokteran yang memungkinkan adanya transfer ilmu tentang keperawatan.
d. Adanya kerjasama antara mahasiswa dan perawat ruangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

35
e. Adanya organisasi PPNI dan Muhammadiyah yang menaungi Rumah Sakit
f. Mempunyai visi “Rumah sakit bercitra islami, pilihan masyarakat”
g. Bekerjasama denghan BPJS
4. Threat (Ancaman)
a. Tuntutan konsumen akan pelayann keperawatan yang professional akan pelayanan
keperawatan berkualitas.
b. Dengan diberlakukannya UU Perlindungan Konsumen perawat harus mampu
mengembangkan diri untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
professional.
c. Persaingan antar rumah sakit semakin ketat sehingga mengharuskan perawat untuk
dapat memberikan pelayanan keperawatan secara optimal yang memberikan kepuasan
terhadap konsumen

D. Pengkajian Data dan Analisa Data


Dari hasil wawancara dan observasi terkait masalah diruangan Abu Dzar Bawah yang
dilakukan dari tanggal 9-10 September 2019 didapatkan data:
1. Penilaian Resiko Jatuh
NO DATA MASALAH
LEMBAR WAWANCARA
1 Hasil wawancara : Kepala Ruangan
 Sudah ada SPO mengenai standar pelayanan resiko jatuh. Belum optimalnya
 Sosialisasi SPO mengenai standar pelayanan resiko jatuh pencegahan dan
sudah dilakukan. penilaian resiko
 Masih ditemukannya insidens pasien resiko jatuh diruangan jatuh ruang Abu
Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura Dzar Bawah RSIJ
 Laporan dekade semester tahun ini ditemukan insidens 3 Sukapura
pasien resiko jatuh
2 Hasil Wawancara : Katim
 Sudah ada SPO mengenai standar pelayanan resiko jatuh.
 Sosialisasi SPO mengenai standar pelayanan resiko jatuh
sudah dilakukan.
 Assement kriteria pasien resiko jatuh dilakukan diawal saat
pengkajian diUGD.
 Tidak dilakukan assement ulang saat diruangan Abu Dzar
Bawah RSIJ Sukapura

36
 Pembuatan pelaporan IKP
3 Hasil wawancara : Pasien
 Tanda untuk pasien resiko jatuh diberikan
 Saat dirawat harus ada yang menemani
 Hand rel tempat tidur harus selalu terpasang
 Ya penting, demi keselamatan diri sendiri
 Ya hanya sekilas, hanya tau jika dapat tanda resiko pasien
jatuh harus ditemani keluarga
4 Hasil wawancara : Keluarga
 Dikasih tanda resiko pasien jatuh
 Saat dirawat pasien harus ada yang menemani
 Hand rel tempat tidur harus selalu terpasang
 Ya penting, agar pasien aman dan tidak jatuh
 Dijelaskan saat diberikan tanda resiko pasien jatuh dan
harus ditemani keluarga.

NO DATA YA TIDAK
LEMBAR OBSERVASI
Intervensi jatuh resiko tinggi
1. Melakukan intervensi jatuh standar V
2. Pakaikan penanda resiko pasien jatuh berwarna kuning pada gelang V
identitas. Pasang segitiga resiko jatuh berwarna kuning pada bed pasien
3. Menempatkan pasien dekat nurse station. Posisikan tempat tidur rendah V
dan roda terkunci serta pasang handrail tempat tidur
4. Lakukan assement ulang pasien resiko jatuh pershif V
5. Menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin, disamping pasien bila V
kekamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di toilet dan pintu kamar
mandi jangan di kunci.

Pasien Resiko jatuh : Dari hasil observasi 11 Sept 19 didapatkan 21 pasien terdapat 7
pasien resiko jatuh (33%). Dari 7 pasien resiko jatuh yang terpasang tanda resiko jatuh hanya 1
orang.

2. Pelaporan Nilai Kritis (TBAK)


NO DATA LEMBAR WAWANCARA MASALAH
1. Wawancara : Kepala Ruangan Belum optimalnya Pelaporan
 Sudah ada SPO mengenai pelaporan kritis Nilai Kritis di CPPT ruang
 Sosialisasi SPO pelaporan kritis sudah Abu Dzar Bawah RSIJ

37
dilakukan diruang Abu Dzar bawah Sukapura
 Pendokumetasian TBAK pelaporan kritis sesuai
SPO
 SPO sudah ada tetapi masih disimpan diruang
pemeriksaan diagnostik
2. Wawancara : Perawat
 Sudah ada SPO mengenai pelaporan kritis
 Sosialisasi SPO pelaporan kritis sudah dilakukan
diruang Abu Dzar bawah
 Pendokumetasian TBAK pelaporan kritis sesuai
SPO
 SPO sudah ada tetapi masih disimpan diruang
pemeriksaan diagnostic

NO DATA Ya Tidak
LEMBAR OBSERVASI
1 Pencatatan nilai kritis terdokumentasi di CPPT V
2 Pendokumentasian nilai kritis di CPPT sesuai SPO V
3 Pencatatan nilai kritis segera dilaporkan ke DPJP V
4 Pendokumentasian nilai kritis tercatat di CPPT dan di TTD oleh DPJP V
5 Pendokumentasian pelaporan nilai kritis dikerjakan secara konsisten V

Pelaporan nilai kritis di CPPT Dari hasil observasi 11 Sept 19 didapatkan Ada 21 rekam
medik yang mendapatkan nilai kritis 2 pasien (9,5%) dari 2 pasien yang dilaporkan penilaian
nilai kritis di CPPT hanya 1 orang yang pelaporan nilai kritis dituliskan di CPPT kurang
lengkap.

Kesimpulan Daftar Masalah


1. Belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura
2. Belum optimalnya Pelaporan Nilai Kritis di CPPT ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura

E. Prioritas Masalah
No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Nilai Prioritas
1. Belum optimalnya pencegahan dan 4 5 5 5 3 2500 1

38
penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar
Bawah RSIJ Sukapura.
2. Belum optimalnya Pelaporan Nilai
Kritis di CPPT ruang Abu Dzar 4 4 4 5 3 960 2
Bawah RSIJ Sukapura.

Keterangan:
 Mg (Magnitude) : Kecenderungan besar dan sering terjadi masalah
 Sv (Severity) : Kecenderungan yang ditimbulkan
 Mn (Managebeality) : Bisa dipecahkan
 Nc (Nursing Consent) : Berfokus pada perawatan
 Af (Afdorable) : Ketersediaan sumber daya

Rentang Nilai:
5 : Sangat Penting
4 : Penting
3 : Cukup Penting
2 : Kurang penting
1 : Sangat tidak penting

39
38
F. Analisa Penyebab Dengan Menggunakan Diagram Fish Bone

Kurangnya motivasi
MAN petugas dalam METODE
melakukan penilaian
edukasi pasien resiko Belum optimalnya monitoring dan
evaluasi penilaian pasien resiko jatuh
Belum optimal dalam jatuh
penerapan penilaian Kurangnya supervisi
resiko jatuh sesuai dg oleh kepala ruangan / Ka
SPO tim Belum optimal
pencegahan dan
penilaian resiko jatuh

Terbatasnya
media
edukasi
pencegahan
pasien resiko
jatuh
MATERIAL

39
G. Alternatif Penyelesaian Masalah
No Penyebab Alternatif Penyelesaian
Man :
 Belum optimal dalam penerapan  Diseminasi ilmu tentang
penilaian resiko jatuh sesuai dg SPO pentingnya resiko jatuh
1.  Kurangnya motivasi petugas dalam  Mengusulkan kepada pihak
melakukan penilaian edukasi pasien manajemen RSI Sukapura untuk
resiko jatuh mengevaluasi ulang tenaga perawat

Metode:
 Kurangnya supervisi oleh kepala  Mengusulkan untuk penjadwalan
2. ruangan / Ka tim supervisi 1 bulan sekali
 Belum optimalnya monitoring dan  Mengoptimalkan kembali duta
evaluasi penilaian pasien resiko jatuh resiko jatuh
Material:
 Terbatasnya media edukasi 
Membuat media leaflet, poster
3. pencegahan pasien resiko jatuh dan kartu tanda resiko jatuh
 Membuat buku pengendalian
resiko jatuh
Penyebab masalah setelah dianalisa dengan fish bone selanjutnya dibuat alternative
penyelesaian masalah. Adapun alternative penyelesaian masalah adalah:

H. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah


Setelah alternatif penyelesaian masalah diidentifikasi maka selanjutnya prioritas alternative
penyelesaian masalah dengan metode CARL (Capability, Accesability, Readness, dan
Leverage).
Agar masalah lebih bisa diselesaikan maka dilakukan pembobotan alternative penyelesaian
masalah dengan memperhatikan aspek:
Capability (C) : Kemampuan melaksanakan alternatif
Accesability (A) : Kemudahan dalam melaksanakan alternatif
Readness (R) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif
Leverage (L) : Daya ungkit alternatif dalam penyelesaian masalah
Rentang nilai yang digunakan dalam pembobotan adalah nilai 1 sampai 5 dengan kriteria
sebagai berikut:
Nilai 1 : Sangat kurang penting

40
Nilai 2 : Kurang Penting
Nilai 3 : Cukup penting
Nilai 4 : Penting
Nilai 5 : Sangat Penting

Alternatif Penyelesaian
No C A R L Skoring Prioritas
Masalah
1. Diseminasi ilmu tentang
5 5 5 5 625 1
pentingnya resiko jatuh
2 Mengusulkan kepada pihak
manajemen RSI Sukapura
4 4 3 4 192 6
untuk mengevaluasi ulang
tenaga perawat
3 Mengusulkan untuk penjadwalan
4 4 4 4 256 5
supervisi 1 bulan sekali
4 Mengoptimalkan kembali duta
5 4 4 4 320 4
resiko jatuh
5. Membuat media leaflet, poster
5 5 5 4 500 2
dan kartu tanda resiko jatuh
6 Membuat buku pengendalian
5 5 4 4 400 3
resiko jatuh

Hasil Skoring Alternatif Penyelesaian Masalah


1. Diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh
2. Membuat media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh
3. Membuat buku pengendalian resiko jatuh

BAB IV

41
PERENCANAAN

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ditemukan bersama – sama dengan Kepala Ruangan,
Katim dan perawat pelaksana di Ruang Abu Dzar Bawah pada hari Senin, 9 - 10 September 2019
pukul 15.30 – 20.00 WIB yang membahas tentang identifikasi masalah dan memprioritaskan
masalah, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat 2 masalah utama di Abu Dzar Bawah yaitu :
1. Belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura
2. Belum optimalnya pelaporan nilai kritis di CPPT ruang Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura
Berdasarkan kesepakatan masalah prioritas yang akan diselesaikan secara bersama – sama yaitu
Belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura
.
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengoptimalkan pencegahan dan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengoptimalan pencegahan resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura.
b. Melakukan pengoptimalan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura.

B. Planing Of Action

42
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Media PJ

1 Diseminasi ilmu Meningkatkan Karu, Senin, 16 Laptop Tim


tentang pengetahuan dan Katim, September Leaflet Mahasiswa
pentingnya resiko keterampilan perawat 2019
jatuh perawat tentang pelaksana
pentingnya resiko
jatuh
2 Membuat media Mengingatkan Karu, Selasa, 17 Leaflet, Tim
leaflet, poster dan kepada petugas dan Katim, September poster, dan Mahasiswa
kartu tanda resiko pengunjung tentang perawat 2019 kartu
jatuh resiko jatuh pelaksana tanda
resiko
jatuh
3 Membuat buku Memudahkan Karu, Rabu, 18 Tanda Tim
pengendalian perawat dalam Katim, September resiko Mahasiswa
resiko jatuh mengendalikan tanda perawat 2019 jatuh
resiko jatuh pelaksana

C. Kriteria Evaluasi
No Kegiatan Tujuan Evaluasi
1 Diseminasi ilmu Meningkatkan pengetahuan Terjadi peningkatan 15 % nilai
tentang pentingnya dan keterampilan perawat rata-rata pre dan post test setelah
resiko jatuh tentang pentingnya resiko jatuh dilakukan diseminasi ilmu
2 Membuat media Mengingatkan kepada petugas Tersedia leaflet, poster, kartu
leaflet, poster dan dan pengunjung tentang resiko tanda resiko jatuh yang sudah
kartu tanda resiko jatuh disetujui oleh Kepala ruangan / CI
jatuh
3 Membuat buku Memudahkan perawat dalam Tersedianya buku pengendalian
pengendalian resiko mengendalikan tanda resiko resiko jatuh
jatuh jatuh

BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

43
Tahap implementasi merupakan tahap penyelesaian masalah, dalam tahap implementasi ini
mahasiswa dituntut untuk menjadi change agent di lahan praktik khususnya di ruang Abu Dzar
Bawah. Pada bab ini akan dijelaskan penyelesaian masalah prioritas di ruang Abu Dzar Bawah
yaitu belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura.
Adapun pelaksanaan kegiatan penyelesaian masalah dan evaluasi yang telah kelompok lakukan
yaitu diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh, membuat media leaflet, poster dan kartu
tanda resiko jatuh, dan membuat buku pengendalian resiko jatuh pada tanggal 16-18 September
2019.
Lalu kelompok melakukan evaluasi kepada perawat dalam mengimplementasikan pelaksanaan
kegiatan.
A. Diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh
Pelaksanaan diseminasi terdiri dari teori dan penayangan video tentang resiko jatuh.
Pelaksanaan diseminasi ilmu tentang resiko jatuh dilakukan pada hari Senin, 16 September
2019 pukul 14.00-15.00 yang dihadiri oleh perawat dinas pagi dan siang yang berjumlah 8
orang yang terdiri dari 1 katim dan 7 perawat pelaksana. Sebelum penyampaian materi
diseminasi ilmu tentang resiko jatuh mahasiswa melakukan pre test dengan meminta perawat
untuk mengisi soal pre test yang sudahdisusun oleh mahasiswa dan terdiri dari 5 pertanyaan.
Soal pre test mewakili seluruh materi yang diberikan dengan jawaban pilihan ganda.
Setelah penyampaian diseminasi ilmu tentang resiko jatuh, mahasiswa melakukan post test
dengan pertanyaan sama dengan sebelumnya yaitu 5 pertanyaan dengan jawaban pilihan ganda.
Setelah hasil pre test dan post test terkumpul, kelompok mahasiswa/pratikan melakukan
akumulasi data.
Hasil dan evaluasi
Perawat sebanyak 8 orang yang terdiri dari 1 katim dan 7 perawat pelaksana telah mengikuti
diseminasi ilmu yang terdiri dari teori dan penayangan video tentang resiko jatuh. Peserta yang
hadir mengikuti hingga selesai dan ada 1 orang perawat yang bertanya mengenai diseminasi
ilmu terhadap materi yang disampaikan.
1. Evaluasi kognitif

44
Sebelum dan sesudah diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh telah dilakukan pre
test dan post test. Dari hasil evaluasi kognitif didapatkan danya perubahan / peningkatan
pemahaman materi diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh yang disampaikan oleh
mahasiswa. Mahasiswa melakukan evaluasi kognitif melalui uji pre test dan post test. Hasil
akumulasi nilai terlihat adanya peningkatan nilai post test dibandingkan nilai pre test, yaitu :
Nilai Pre test Post test
Nilai tertinggi 80 100
Nilai terendah 60 80
Nilai rata rata 80 95

Berdasarkan tabel diatas, setelah mahasiswa melakukan diseminasi ilmu tentang pentingnya
resiko jatuh terhadap 8 perawat di ruang Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura didapatkan nilai
rata rata pre test 80 dan nilai rata- rata post test 95, ada kenaikan 15 %.
2. Evaluasi psikomotor
Pada saat mahasiswa falkultas ilmu keperawatan Universitas Muhammadyah Jakarta
melakukan observasi dan wawancara terhadap perawat ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura pada tanggal 16 September 2019 dari aspek psikomotor sebelum dilakukan
diseminasi ilmu adalah 80% dan setelah dilakukan diseminasi ilmu ada peningkatan aspek
psikomotor yaitu 95%.
3. Evaluasi afektif
Hasil evaluasi afektif belum dapat dilakukan karena penilaian perubahan sikap
membutuhkan observasi yang lama sedangkan waktu pengamatan yang pendek belum dapat
dijadukan acuan untuk penilaian evaluasi afektif
B. Membuat media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh
Pelaksanaan pembuatan media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh dilakukan pada hari
Selasa, 17 September 2019 yang mana diberikan media leaflet, poster dan kartu tanda resiko
jatuh kepada perawat siang yang berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 katim dan 2 perawat
pelaksana. Sebelum memberikan media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh mahasiswa
telah mendapat bimbingan pembimbing klinik dan persetujuan dari pembimbing klinik dan
Kepala Ruangan. Sehingga media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh dapat langsung
digunakan di ruang Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura.
Hasil dan evaluasi

45
Tersedia media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh dapat langsung digunakan di ruang
Abu Dzar Bawah RSIJ Sukapura.
C. Membuat buku pengendalian resiko jatuh
Pelaksanaan pembuatan buku pengendalian resiko jatuh dilakukan pada hari Selasa, 17
September 2019 yang mana diberikan buku pengendalian resiko jatuh kepada perawat dinas
siang yang berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 katim dan 2 perawat pelaksana. Sebelum
memberikan buku pengendalian resiko jatuh mahasiswa telah mendapat bimbingan
pembimbing klinik dan persetujuan dari pembimbing klinik dan Kepala Ruangan. Sehingga
buku pengendalian resiko jatuh dapat langsung digunakan di ruang Abu Dzar Bawah RSIJ
Sukapura.
Hasil dan evaluasi
Tersedia buku pengendalian resiko jatuh dapat langsung digunakan di ruang Abu Dzar Bawah
RSIJ Sukapura.

BAB VI
PENUTUP

46
Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan dan saran dari proses pelaksanaan “Pengoptimalan
Pencegahan dan Penilaian Resiko Jatuh”di ruang Abu Dzar Bawah yang dilaksanakan 9-20
September 2019.
A. Kesimpulan
Ruang Abu Dzar Bawah merupakan salah satu ruang perawatan di Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura. Selama 2 hari, kelompok melakukan wawancara dan observasi bersama-sama
dengan kepala ruangan. Kelompok melakukan identifikasi masalah dan menentukan
prioritasnya. Peran mahasiswa sebagai Change Agent di ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit
Islam Jakarta Sukapura adalah mengidentifikasi masalah, kemudian menemukan masalah
belum optimalnya pencegahan dan penilaian resiko jatuh, dan belum optimalnya pelaporan
nilai kritis di CPPT.
Dari masalah yang ditemukan oleh kelompok bersama kepala ruangan, pembimbing CI, dan
perawat lalu memprioritaskan masalah menjadi masalah prioritas yaitu belum optimalnya
pencegahan dan penilaian resiko jatuh di Ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura.
Kemudian mahasiswa menyusun rencana dan tindak lanjut untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut, diantaranya :
1. Diseminasi ilmu tentang pentingnya resiko jatuh
2. Membuat media leaflet, poster dan kartu tanda resiko jatuh
3. Membuat buku pengendalian resiko jatuh
Sehingga evaluasi yang didapatkan kelompok yaitu
1. Terjadi peningkatan nilai pre dan post test. Nilai teredah pre-test adalah 60 dan nilai
tertinggi adalah 80 dengan rata-rata 80. Sedangkan nilai terendah post-test adalah 80 dan
nilai tertinggi adalah 100 dengan rata-rata 95. Sehingga dapat ditarik kesimpulan ada
kenaikan 15% nilai rata-rata Pre-test dan Post-test setelah dilakukan diseminasi ilmu.
2. Tersedia leaflet, poster, kartu tanda resiko jatuh yang sudah disetujui oleh Kepala ruangan /
pembimbing klinik
3. Tersedianya buku pengendalian resiko jatuh yang sudah disetujui oleh Kepala ruangan /
pembimbing klinik.

B. Saran

47
1. Untuk manajemen :
Diharapkan dapat mengevaluasi ulang Sumber Daya Manusia perawat di ruang Abu Dzar
Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura. Dan diharapkan mengajukan logistik kartu
tanda pasien resiko jatuh

2. Untuk kepala ruangan :


Diharapkan dapat mengoptimalkan kembali peran duta resiko jatuh sehingga semakin lebih
optimal. Membuat jadwal supervisi bulanan terkait resiko jatuh di ruang Abu Dzar Bawah
Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura dan membuat buku pengendalian resiko jatuh.

3. Untuk perawat
Diharapkan kepada perawat pelaksana ruang Abu Dzar Bawah Rumah Sakit Islam Jakarta
Sukapura melakukan assesmen ulang pasien resiko jatuh lalu memberikan tanda pasien
resiko jatuh dan mengedukasi kembali ke pasien/ keluarga. Begitu pula saat hand over
disampaikan jumlah pasien resiko jatuh

DAFTAR PUSTAKA

Ann Gillies, Dee. (2000). Manajemen Keperawatan Ahli Bahasa Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung : Bandung

48
Keliat, Budi Anna. (2005). Manajemen Keperawatan. Aplikasii MPKP di Rumah Sakit.
Jakarta:ECG.

Mugiarti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan. Jakarta :
Kemenkes RI

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional edisi
5. Salemba Medika : Jakarta.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional edisi
4. Salemba Medika : Jakarta.

Sutoto.(2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1. Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS): Jakarta

49
50
24
25

Anda mungkin juga menyukai