Anda di halaman 1dari 4

KASUS KELOMPOK 1

Seorang anak laki laki berusia 10 tahun dibawa ke RS oleh keluarganya karena jatuh sejak
3 minggu yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan klien mengeluh nyeri pada kaki kanannya,
sejak jatuh tidak dapat berjalan. Orang tua klien bercerita klien jatuh karena di dorong oleh
penunggu dari pohon keramat yang ada di desanya. Klien sudah dibawa ke dukun dan
dipijit menggunakan batu dengan menggunakan doa-doa. Keluarga klien beragama islam
dank lien dilarang memakan makanan seperti telur, daging, ikan. Saat ini klien tampak
lemah dan keluarga kebingungan saat diberikan pendidikan kesehatan.

KASUS KELOMPOK 2
Hasil pengkajian sebuah keluarga tinggal bersama dengan mertuanya. Suami berasal dari
suku jawa sedangkan istri berasal dari suku sunda. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia. Hasil wawancara dengan keluarga, anaknya sudah diimunisasi lengkap sambil
menunjukkan kartu sehat. Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek biasa, cukup
dibelikan obat umum dan sembuh. Tetapi akhir-akhir ini keluarga sedikit pusing
memikirkan ibunya , karena 3 bulan yang lalu ibunya dinyatakan positif kencing manis
(DM), ibu hanya dibawa ke alternatif, tidak kontrol teratur ke puskesmas dan dibelikan
obat ke toko terdekat untuk mengurangi gejala, misalnya nyeri di kakinya. Hasil observasi
jari kaki ibu C sebelah kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu, belum sembuh. Pemeriksaan
glukotest 200 mg/dl. Saat ini keluarga berencana membawa klien ke dukun karena sakit
tidak kunjung sembuh dan merasa sakitnya karena klien mempunyai banyak kesalahan.

KASUS KELOMPOK 3
Hasil pengkajian pada sebuah keluarga baru saja melahirkan anak pertama dengan SC
karena panggul sempit. Suami klien bekerja sebagai buruh, suku jawa, beragama islam. Saat
ini mereka tinggal dengan mertua yang sangat kental dengan adat dan budaya jawa. Klien
merasa melahirkan adalah suatu anugerah, namun klien merasa belum menjadi
seorang wanita yang sempurna, karena tidak dapat melahirkan secara normal.
Setelah pulang dari rumah sakit, atas perintah mertuanya setiap pagi klien
jalan-jalan dan membawa bayinya untuk berjemur  mulai pukul 05.00-08.00 WIB
dengan tujuan agar bayi hangat. Serta setelah melahirkan ibu di h a r u s k a n
memakai stagen, penggunaan stagen ini dipercaya akan
m e m b u a t p e r u t t i d a k    bergelambir dan perut kembali langsing. Hal tersebut sudah
di lakukan secara turun-temurun. Pada saat klien melakukan control di RS luka klien
mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas operasi masih terlihat basah. Dari hasil
pengkajian klien terlihat cemas dan takut, klien memiliki pantangan untuk makan telur,
daging karena takut lukanya tidak mongering dan amis, klien tidak boleh minum terlalu
banyak agar lukanya kering, dan menggunakan stagen terlalu kencang. Perawat
memberikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan klien
adalahmakanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses penyembuhan
luka. Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber protein lain seperti
tahu, tempe, sari kedelai, kadang-kadangan, dll dan air merupakan bagian penting
dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat mempercepat pembentukan
jaringan baru dalam proses penyembuhan luka. Sementara dokter memberikan
rawat luka dan terapi oral antibiotik. Klien menganggap anjuran perawat bertentangan
dengan keyakinannya.

KASUS KELOMPOK 4
Seorang perempuan berusia 30 tahun, Islam, pendidikan SMP, Petani, suku jawa, diagnosis
medis abortus. Klien hamil pertama dengan usia 12 minggu, klien sangat mengharapkan
memiliki anak. Klien mengeluh mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3
hari. Klien dianjurkan untuk kuratase. Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan
berencana akan melahirkan si sana. Klien mendapati informasi tentang kehamilan dari
mertua. Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib, mereka percaya banyak anak
banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa. Setelah di diagnosis
abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat kedukun. Mereka
menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji.
Hubungan kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki, pola pengambilan
keputusan di pihak laki-laki. Pantangan makanan jantung pisang, gurita, dan air kelapa
sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi. Aturan dan
kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri. Ada tabungan yang sudah di
persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.

KASUS KELOMPOK 5
Seorang pasien laki-laki berusia 54 tahun dibawa kesebuah rumah sakit karena pingsan
pada saat rapat di kantornya. Setelah diperiksa dilaboratorium, ditemukan kadar gula
darahnya mencapai 450mg/DL. Pasien telah tiga tahun didiagnosis menderita diabetes
melitus tipe II. Dalam tiga tahun,pasien telah beberapa kali dirawat karena kondisi
badannya sering lemah. Pasien yang mengalami kegemukan telah dianjurkan untuk
melakukan diet dan olahraga namun pasien mengatakan kesulitan mengatur makanannya
karena kebiasaan budaya jawanya makan makanan yang manis.

KASUS KELOMPOK 6

Yanto, seorang perawat di bangsal bedah VIP sebuah Rumah Sakit Islam dikotanya. Hari ini
dia shift pagi dan merawat kamar A sampai dengan kamar E. Tuan Burhan (50 tahun),
seorang pasien post operasi ileus hari ke-3 yang dirawat di kamar C. Tuan Burhan sudah
diperkenankan makan makanan lunak ( bubur ) dengan lauk-pauk dan sayur yang juga
lunak. Siang ini, Yanto mengantar makan siang kekamar C, kamar Tuan Burhan.
Sesampainya disana, Tuan Burhan mengatakan bahwa beliau ingin sekali makan bubur
yang disiram kuah kaldu babi. Beliau mengatakan bahwa itu makanan favoritnya.
Yanto terkejut mendengar pernyataan Tuan Burhan. Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa
memenuhi permintaan Tuan Burhan karena instansi tempat dia bekerja adalah sebuah
Rumah Sakit Islam. Tetapi Tuan Burhan tetap memaksa dan meminta ijin untuk membawa
sendiri makanan tersebut dari rumah. Tetapi Yanto tetap tidak mengizinkan. Bahkan tanpa
menjelaskan apapun, dia meninggakan Tuan Burhan sendiri. Keesokan harinya, Tuan
Burhan minta pulang paksa dengan alasan perlakuan perawat yang kurang menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai