Psikologi Agama Kel. 9
Psikologi Agama Kel. 9
MAKALAH
Jurusan PAI-3B
2017/1438H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas berupa makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang
“Pembinaan Kehidupan Agama bagi Remaja”.
A. Pendahuluan
Pembinaan agama bagi kehidupan remaja tidak lepas dari pembinaan
kepribadian anak itu sendiri, karena kehidupan agama itu merupakan bagian
dari kehidupan itu sendiri. Setiap atau perlakuan seseorang dalam kehidupan
tidak lain merupakan cerminan atau pantulan dari pada kepribadiannya yang
tumbuh dan berkembang sejak ia lahir bahkan sejak ia berada dalam
kandungan. Dimana semua pengalaman yang dialaminya itu memiliki
pengaruh yang besar dalam pembinaan kepribadiaannya, bahkan para ahli
jiwa mengemukakan bahwa “pribadi itu merupakan kumpulan pengalaman
pada umur-umur pertumbuhan (dari umur nol sampai dengan masa remaja
terakhir)”. Baik itu pengalaman yang melalui pendengaran, pengelihatan,
bahkan perlakuan yang dialaminya sejak lahir.
Oleh karena itu, ketika kita membicarakan tentang pembinaan agama
dalam kehidupan remaja perlu kita ingat bahwa mereka telah banyak memiliki
pengalaman-pengalaman yang telah membawa kepribadian mereka masing-
masing. Dapat kita bayangkan betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan
itu, karena masing-masing mereka telah terbina dalam berbagai kondisi dan
situasi keluarga, sekolah dan lingkungan yang berlawanan antara satu dengan
yang lainnya.
B. Pembahasan
1. Ciri-Ciri Masa Remaja
Sebenarnya masa remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegasnya dimulai
dan kapan pula berakhirnya, semua itu tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Misalnya
faktor perorangan (ada yang capat pertumbuhannya dan ada yang lambat),
faktor sosial yang cepat memberikan kepercayaan dan penghargaan kepada
mereka sehingga mereka segera diterima sebagai anggota masyarakat yang di
dengar pendapatnya. Di samping itu ada juga faktor ekonomi, di dalam
masyarakat miskin atau kurang mampu, anak-anaknya segera di beri tanggung
jawab dan ikut mencari nafkah, sedangkan dalam masyarakat maju dan
mampu biasanya anak-anak itu tidak di bebani dengan tugas mencari nafkah
sehingga dengan adanya tugas yang diberkan kepada mereka membuat
mereka cepat berkembang dan tumbuh menjadi dewasa.
Banyak lagi faktor lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tapi secara
umum dapat dikatakan bahwa masa remaja itu kira-kira di mulai pada umur
12 atau 13, dimana pada masa remaja itu disebut dengan masa pubertas,
meskipun masih terlihat adanya tingkah laku atau sifat kekanak-kanakan, akan
tetapi muncul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan
batiniah sendiri dan juga rasa akunya semakin kuat serta mencari pedoman
hidup untuk bekal kehidupannya mendatang.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa mereka yang akan menjadi
sasaran dalam pembinaan agama dalam kehidupan remaja adalah mereka yang
berada dalam masa remaja akhir, yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain:
2. Problema Remaja
1
Ny. Singgih Gunarsa dan Singgih Gunarsa. Psikologi Remaja. (Jakarta: Gunung Mulia,
2003).
mereka yang duduk di bangku universitas atau mereka yang berada
dalam kampus, tidak jarang kita mendengar kata-kata yang mempuyai
makna kecemasan akan hari depan. Kecemasan akan hari depan yang
kurang pasti itu telah membuatkan berbagai problema lain yang
mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya
semangat belajar menurun kemampuan berfikir berkurang, rasa
tertekan timbul, bahkan dengan mudah dapat terpengaruh dengan hal-
hal yang kurang baik, kenakalan bahkan penyalahgunaan narkoba.
Dengan demikian, perhatian mereka dengan agama semakin berkurang
bahkan tidak jarang terjadi keguncangan hebat terhadap kepercayaan
kepada Tuhan.
b. Masalah hubungan dengan orang tua.
Hubugan dengan orang tua termasuk masalah yang dihadapi
remaja dari dulu sampai sekarang seringnya terjadi pertentangan
pendapat antara orang tua dan anak, anaknya yang remaja ataupun
dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik timbul karena
remaja mengikuti arus dan mode. Seperti rambut gondrong, pakaian
yang kurang sopan, tutur kata kepada orang tuan kurang baik, dan lain-
lain. Relasy (hubungan) antara orang tua dengan anak dipengaruhi dan
ditekan pula oleh sikap orang tua itu terhadap remaja (internal) dari
keadaan eksternal (lahiriah) keluarga.
Berbagai sikap orang tua terhadap remaja (relasi internal keluarga):
1. Sikap-sikap yang berhubugan dengan afeksi dan dominansi
1) Afeksi yang berlebihan akan mengakibatkan orang tua:
a. Over-possesive yaitu: sikap orang tua yang ingin menguasai
anak-anaknya.
b. Over-indulgent yaitu: sikap orang tua yang sangat menjangkau
dan menuruti kehendakan anak
2) Afeksi yang kurang akan mengakibatkan orang tua bersikap:
a. Acuh tak acuh kepada anak mereka.
b. Senang menggoda anak dengan mencemohkan atau mengejek
anaknya dengan menonjolkan kelemahan anak.
3) Afeksi (kasih sayang) yang di dasari oleh rasa persahabatan yang
sewajarnya antara orang tua dan anak.
Sikap orang tua secara eksternal (lahiriah) dan keadaan struktur sosial
mempengaruhi suasana keluarga yang tersedia. Perbedaan struktual sosial
dapat menyebabkan perbedaan dalam relasi orang tua dengan anak
Sikap-sikap dan tindakan orang tua yang di senangi atau tidak di senangi
para remaja. Sikap yang di senangi para remaja terhadap orang tua yang
memberi waktu yang banyak untuk bersama-sama mereka, dapat menahan
keadaan mereka, sikap yang tidak di senangi remaja pada orang tua yaitu
cerewet, tidak mau memahami keadaan-keadaan mereka, tidak memberi
waktu untuk bersama dan sebagainya.
Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas dan pasti akan
cenderung monoton dan membosankan. Itulah yang menyebabkan hal
tersebut sulit untuk masuk ke hati sanubari. Sebaliknya, dibutuhkan
kegiatan yang bersifat incidental-sesekali saja dilakukan, tetapi unik dan
menarik yang sangat berbeda dari yang biasanya rutin dilakukan. Semakin
unik dan kreatif bentuk kegiatannya, semakin mudah untuk masuk ke hati
sanubari.
2
http://Irpanharahap.blogspot.com//diakses pada tanggal 23-10-2017, 21.25.
metode masuknya sesuai dengan karakter otak tersebut, yaitu mengarah ke
berbagai arah.
3
Irawati Istadi, Membimbing Remaja dengan Cinta,(Yogyakarta:Pro-UMedia,2016),
hlm. 228-230.
yang dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit ditandingi
oleh keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat
profan. Agama memang unik, hingga sulit didefinisikan secara tepat dan
memuaskan.
5
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).
hlm, 230-235.
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa
memiliki kesamaan dalam satu kesatuan: Iman dan kepercayaan. Rasa
kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun
perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan
yang kokoh.
6. Berfungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama
yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada
adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
7. Berfungsi kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak pada penganutnya untuk
bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga
untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja
secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk
melakukan inovasi dan penemuan baru.
8. Berfungsi sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia , bukan saja yang
bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi, segala
usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama,
bila dilakukan dengan niat yang tulus, karena dan untuk beribadah kepada
Allah SWT.6
6
H. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012), hlm, 322
C. Penutup
Ada beberapa sifat yang pada umumnya dimiliki remaja, antara lain:
1. Menemukan pribadinya
2. Menentukan cita-citanya
3. Menggariskan jalan hidupnya
4. Bertanggung jawab
5. Menghimpun norma-norma sendiri
Sasaran dalam pembinaan agama adalah mereka yang berada dalam masa
remaja terakhir yang biasanya mereka berada di kampus-kampus, yang mana
mereka bukan anak-anak lagi yang bisa hanya dengan menasehati, di ajari saja
dan bukan pula orang-orang dewasa yang bisa di lepas begitu saja untuk
bertanggung jawab sendiri atas pembinaan pribadinya.
DAFTAR PUSTAKA