Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 2.

MANAJEMEN TRANSPORTASI
( Dr. Chrysnanda DL, M.Si. )

Oleh :

IRWANTO
NIM. 2019246011

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPOLISIAN ANGKATAN IX


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN
2020
“ SMART TRANSPORTATION UNTUK MENDUKUNG SMART CITY
DI ERA DIGITAL”

A. Pendahuluan
Transportasi merupakan kebutuhan turunan dari kebutuhan ekonomi masyarakat.
Peranan transportasi pada pembangunan suatu wilayah perkotaan secara menyeluruh telah
membawa dampak yang luar biasa sekali pada aksebilitas hubungan antar berbagai wilayah
baik didalam kota maupun daerah penyangga perkotaan 1. Berbicara mengenai trasportasi
maka akan membahas bagaimana keterkaitan antara perpindahan dari suatu tempat ke tempat
lain yang berhubungan dengan infrastruktur jalan raya, moda transportasi, manajemen
pengelolaan dan perencanaan, manajemen pengaturan lalu lintas, dll.
Teknologi transportasi dalam perkembangannya telah mengubah hampir seluruh
wajah dunia, sehingga perubahan dari banyak kota-kota tradisional yang menggunakan
infrastruktur transportasi bersifat manual dan tradisonal menuju ke arah perubahan kota kota
modern yang menggunakan teknologi bersifat otomatis, robotik memanfaatkan big data dan
data center sebagai upaya menciptakan transportasi yang nyaman, modern dan berbasis
online.
Konsep kota modern dengan konsep kota cerdas (smart city) menjadi isu yang
sangat penting dalam aspek perkembangan kota-kota yang ada di dunia termasuk di
Indonesia, dimana kota harus menjanjikan hidup yang lebih nyaman (convenience of life),
teratur, sehat dan efisien dalam setiap aspek kehidupan masyarakat kota. Kenyamanan ini
akan didukung dengan penggunaan teknologi guna mempercepat akses dan sarana yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Penggunaan teknologi juga berorientasi pada efisien dan efektif
yang mengutamakan teknologi yang berbasis ramah lingkungan (green technology)2.
Kota Jakarta sebagai ibu kota dari Republik Indonesia telah menerapkan konsep
Smart City pada bulan Desember 2014 yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
Jakarta No. 280 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola
Jakarta Smart City yang kemudian di revisi menjadi Pergub No. 306 Tahun 2016. Sejak

Aziz Rudi & Asrul, 2012, Pengantar Sistem dan Perencanaan Transportasi, deepublis : Yogyakarta
2

Hariani Prawidya, Lailan Safina & Jasman Syarifuddin, 2017, City Smart Transportation Sebagai Strategi Medan
Menuju Smart City, Jurnal Pembangunan Perkotaan Vol 5 no 2.
direncanakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017,
kebijakan Smart City ini termasuk dalam misi pertama. Jakarta Smart City (
http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/)3.
Salah satu aspek yang sangat kompleks untuk mencapai smart city di Jakarta
adalah terkait mobilitas atau smart mobility. smart mobility merupakan sebuah sistem
pergerakan untuk mencapai tujuan, dalam hal ini transportasi dengan pergerakan sesedikit
mungkin, hambatan serendah mungkin dengan waktu tempuh sesingkat mungkin dengan
mengintegrasikan sistem transporasi dengan teknologi digital (ICT). Aspek ini memiliki enam
tujuan, yaitu mengurangi polusi, mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan keamanan
publik, mengurangi polusi suara, mempercepat waktu tempuh, dan mengurangi biaya
perjalanan4.
Kemacetan di Jakarta tidak lepas dari pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi dan
upaya peningkatan kendaraan umum yang belum maksimal. Berdasarkan data Statistik
Transportasi DKI Jakarta 20185, dapat terlihat pertumbuhan kendaraan bermotor sbb :

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan kendaraan di Jakarta tahun 2012-2018


Berdasarkan grafik diatas. Mobil penumpang mencatat pertumbuhan tertinggi
6,48% per tahun pada periode 2012-2016. Pada 2012 jumlah mobil penumpang di Jakarta
3

Jakarta Smart City. 2015. Perjalanan Menjadi Sebuah Smart City. interactive.smartcity.jakarta.go.id
4

Benevolo et al. Smart Mobility in Smart City Action Taxonomy, ICT Intensity, and Public Benefits. (Springer
International Publisher Switzerland, 2016)
5

Hari Widowati, 2019, Berapa Jumlah Kendaraan di DKI Jakarta?, https://databoks.katadata.co.id/datapublish /


2019/08/02/berapa-jumlah-kendaraan-di-dki-jakarta , diakses tanggal 15 Deseber 2019
sebanyak 2,74 juta unit sedangkan pada 2016 bertambah menjadi 3,52 juta unit. Jika
diasumsikan pertumbuhan mobil penumpang masih sama, jumlah mobil penumpang di
Jakarta pada 2017 mencapai 3,75 juta unit dan 2018 menjadi 3,99 juta unit. Jumlah sepeda
motor di Jakarta pada 2012 mencapai 10,82 juta unit. Angka ini terus meningkat menjadi 13,3
juta unit pada 2016. Dengan rerata pertumbuhan 5,3% per tahun, jumlah sepeda motor
diperkirakan mencapai 14 juta unit pada 2017 dan 14,74 juta unit pada 2018.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tentunya searah dengan peningkatan
kemacetan di Indonesia terutama di kota-kota besar. Sehingga untuk dapat menunjang
mobilitas masyarakat yang tinggi, sangat diperlukan moda transportasi yang efektif untuk
dapat menghindari atau mengurangi kemacetan. Selain itu, zaman saat ini yang mengarah
pada industri digitalisasi 4.0 menuju 5.0 atau dikenal dengan istilah era digital atau era
disruption6. Muncul beberapa inovasi yang menggebrak dengan munculnya moda transportasi
online. Transportasi online sebagai salah satu contoh pengembangan teknologi berbasis
aplikasi yang disambut cukup baik di awal kemunculannya karena dianggap sebagai salah
satu inovasi terbaik saat ini. Transportasi online menawarkan kemudahan, biaya yang lebih
murah, kenyamanan dan keamanan yang lebih terjamin, maka tidak mengherankan jika
banyak orang yang beralih dari moda transportasi konvensional ke moda transportasi online.
Seiring dengan waktu, kehadiran transportasi online ini menimbulkan kecemburuan sosial
bagi transportasi konvensional yang sudah ada sebelumnya, baik ojek, taksi, bus dan lain
sebagainya7.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di era digital ini pun menjadi peluang
menciptakan inovasi inovasi dan riset pengembangan perencanaan manajemen transportasi
berbasis online dalam pengembangan smart city. Berbagai inovasi bidang pelayanan telah
diciptakan dan telah dikembangkan di tubuh kepolisian saat ini, termasuk di fungsi lalu lintas.
Adanya Program e-tilang, sim on-line, samsat on-line, program NTMC, dan bahkan program
IRSMS pada kecelakaan, merupakan inovasi dan kreasi Polantas dalam memberikan
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat berbasis IT. Inovasi inovasi yang dikembangkan
dalam rangka pemolisian di era digital ini dikenal dengan e-Policing. E-Policing merupakan
suatu strategi pemolisian di era digital yang merupakan pemolisian secara online berbasis

Kasali, Rhenald, 2018, Disruption, Menghadapi Lawan-lawan tak kelihatan dalam Peradaban Uber, Gramedia:
Jakarta
7

Wahyusetyawati. Dilema pengaturan transportasi online, 2017


elektronik8. Sistem E-Pomicing ini lebih bersifat menyempurnakan dan meningkatkan
pelayanan, sehingga polisi tampil sebagai sosok profesional, cerdas, bermoral dan modern
yang dapat membangun sistem yang terpadu, terintegrasi, sistematis di era digital guna
pengembangan sistem manajemen transportasi di Indonesia.
Oleh sebab permasalahan transportasi merupakan masalah yang cukup kompleks dalam
perencanaan smart city maka dibutuhkan peran kolaboratif stakeholder yang berkepentingan
untuk mengatasi hal ini. Pemangku kepentingan lainnya terutama dalam perencanaan di
bidang transportasi guna menjaga Kamseltibcarlantas untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat, maka Polri dalam hal ini Polantas tidak bisa berdiri sendiri dalam menangani
dan mencari solusi, karena terdapat peran serta dari institusi lainnya sesuai dengan perannya
masing masing9, seperti Dinas Perhubungan, Bina Marga, Jasa Raharja dan lain sebagainya.
Oleh karena itu diperlukan peningkatan kerjasama antara Polantas dan pemangku
kepentingan lainnya di jalan raya. Berdasarkan uraian singkat diatas maka dapat dirumuskan
bagaimana konsep smart transportasi untuk mendukung smart city untuk menjadi solusi
pemecahan masalah manajemen transportasi di era digital dengan cara kolaboratif goverment
dan memanfaatkan perkembangan tekhnologi di era digital.

B. Pembahasan
Perencanaan Lalu Lintas Perkotaan
Manusia sebagai mahluk sosial dalam kehidupan kemasyarakatannya memerlukan tata
ruang atau wahana dalam hal ini tata ruang perkotaan. Untuk menampung kegiatan manusia
bermasyarakat dalam perkotaan maka tata ruang tersebut, direncakan dan diatur dalam
pemanfaatan tata guna tanahnya untuk kepentingan-kepentingan pemenuhan kebutuhan
masyarakat yang berkembang seperti perindustrian, perumahan, perkantoran, pendidikan,
perdagangan, pelabuhan, jaringan transportasi dan sebagainya sesuai dengan tujuan
pengembangan kota yang ingin dicapai.
Sehubungan dengan hal itu, maka untuk kepentingan memenuhi kebutuhan interaksi
sosial pada khususnya dan mendukung dinamika kegiatan kehidupan bermasyarakat pada

Chrysnanda, D.L, 2016, Polisine Rakyat Iku Jujur Ora Ngapusi, 101 Esai tentang Polisi dan Pemolisiannya,
Rajagrafindo Persada: Jakarta
9

Chrysnanda DL. Kenapa mereka takut dan enggan berurusan dengan polisi ? .Polantas dicaci dan dinanti. Hal
31 YPKIK.2013
umumnya, maka direncanakanlah pencukupan kebutuhan prasarana transportasi dan
kebutuhan sarana transportasi yang serasi, selaras dan berimbang yang terdiri dari :
1) Asal dan tujuan pergerakan
2) Pertukaran moda angkutan
3) Moda angkutan perantara
Dalam perencanaan manajemen transportasi perkotaan pada dasarnya meliputi dua
aspek yaitu penyediaan fasilitas transportasi untuk suatu pengembangan wilayah baru dan
untuk wilayah yang sudah ada.
Kedua aspek perencanaan tersebut pada hakekatnya mempunyai prinsip dasar yang
serupa yaitu aspek karakteristik pola perjalanan yanv akan terjadi sehingga perlu diketahui
dengan cermat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif permintaan (demand) dan penawaran
(supply) atas pencukupan kebutuhan prasarana transportasi dan sarana transportasi.

Transportasi Perkotaan
Proses perencanaan dalam pencukupan kebutuhan sarana transportasi dan kebutuhan
prasarana transportasi apabila dikaitkan dengan pola kegiatan tata guna tanah (land used)
yang terdiri dari sistem kegiatan kehidupan bermasyarakat yang terjadi dan berkembang,
maka terlihat bahwa interaksi antara kebutuhan sarana transportasi dan kebutuhan prasarana
transportasi menghasilkan suatu pergerakan manusia dan atau barang dalam bentuk
pergerakan kendaraan (yang dikemudikan oleh manusia) dan atau pergerakan manusianya
sendiri (pejalan kaki) yang disebut sebagai sistem lalu lintas perkotaan.
Sistem lalu lintas perkotaan tersebut, kondisi untuk kerjanya (performance) akan
ditentukan sejauh mana komponen-komponen yang ada di dalamnya yaitu manusia
(pengemudi/pejalan kaki); prasarana transportasi jalan dan perlengkapan sarana transportasi
angkutan dan lingkungan yang terkait dan berpengaruh; dapat dikelolah sedemikian rupa
sehingga mampu memadukan komponen-komponen yang terkait dan berpengaruh tersebut,
yang akan menserasikan demand dan supply yang selalu bergerak dinamis sesuai dengan
lingkungan startegik yang mempengaruhinya.
Pengelolaan sistem lalu lintas perkotaan dalam penulisan ini, penulis artikan sebagai
manajemen operasional lalu lintas perkotaan terpadu sebagai bagian integral dan manajemen
transportasi perkotaan terpadu agar ruang lingkup pembahasannya dapat dibatasi.
Dalam kedua manajemen yang saling terkait itu jelas faktor manusia merupakan faktor
penting di dalam keberhasilannya. Dalam hal ini adalah manusia-manusia yang mengawaki
institusi/organisasi yang terkait baik di lini utama maupun di lini pendukung di dalam
pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas perkotaan terpadu tersebut.

Konsep Smart City di era digital


Konsep Smart City merupakan konsep kota yang mengintegrasikan teknologi informasi
dengan infrastruktur fisik dan infrastruktur sosial dalam rangka pengelolaan sumber daya
secara optimal. Melalui konsep ini memungkinkan pemerintah kota untuk berinteraksi
langsung dengan masyarakat dan infrastruktur dalam rangka memantau perkembangan kota,
menyelesaikan masalah yang terjadi di perkotaan, dan untuk menjamin keberlangsungan
hidup perkotaan yang berkualitas.
Adapun beberapa indikator Smart City diantaranya10 (Giffinger et al. 2007:11):
a. Smart Economy (ekonomi cerdas) mencakup faktor-faktor di sekitar daya saing ekonomi
sebagai inovasi, kewirausahaan, merek dagang, produktivitas dan fleksibilitas pasar
tenaga kerja serta integrasi dalam pasar internasional.
b. Smart People (masyarakat cerdas) tidak hanya berkaitan dengan tingkat kualifikasi atau
pendidikan warga, tetapi juga oleh kualitas interaksi sosial mengenai integrasi dan
kehidupan publik dan keterbukaan terhadap dunia "luar"
c. Smart Governance (pemerintahan cerdas) meliputi faktor-faktor seperti partisipasi politik,
kualitas pelayanan dan administrasi publik
d. Smart Mobility & transportation (pergerakan/mobilitas cerdas) merupakan ketersediaan
teknologi informasi dan komunikasi, serta sistem transportasi perkotaan yang ramah
lingkungan. Aksesibilitas lokal maupun internasional merupakan factor-faktornya
e. Smart Environment (lingkungan cerdas) yang berkaitan dengan isu-isu perlindungan
lingkungan alami dan Smart Living (pola hidup yang pintar) yang berkaitan dengan aspek
kualitas hidup masyarakat kota juga merupakan dua elemen yang tidak kalah penting.
Smart Mobility & transportation merupakan salah satu aspek dalam Smart City, aspek
ini berbicara mengenai teknologi informasi dan komunikasi dalam menunjang sistem
transportasi di perkotaan untuk mengatasi dampak-dampak negatif yang terjadi akibat sistem

10

Giffinger et al. Smart Cities Ranking of European mediun-sized cities. (Centre of Regional Science, Vienna UT,
October 2007)
transportasi. Aspek ini merupakan aspek penting karena memberikan banyak keuntungan
hampir semua pihak yang ada di perkotaan.
Aspek Smart Mobility ini membahas tentang terintegrasinya sistem teknologi informasi
dengan infrastruktur transportasi untuk menciptakan sebuah Intelligent Transport System
(Sistem Transportasi Pintar) yang memungkinkan pengumpulan dan pemrosesan data serta
informasi dalam rangka mewujudkan manajemen sistem transportasi yang lebih baik lagi dan
tersedianya sistem transportasi yang layak, mendukung dan efisien bagi semua kalangan
masyarakat.
Konsep smart transportation telah diimplementasikan dalam konsep ITS (intelligent
transportation system)11.
a. Penerapan ITS (intelligent transportation system)
Sistem ini mempunyai tujuan dasar untuk membuat sistem transportasi yang
mempunyai kecerdasan, sehingga dapat membantu pemakai transportasi dan pengguna alat
transportasi atau kenderaan bermotor untuk mendapatkan informasi lebih cepat,
mempermudah transaksi, mengurangi kemacetan atau antrian, meingkatkan keamanan dan
kenyamanan, mengurangi tingkat polusi dan mengefisiensi pengelolaan transportasi
Berdasarkan pada uraian tersebut maka konsep ITS dapat diterapkan melalui pola-pola
yang berdasarkan pada jangka waktu yakni jangka pendek dengan biaya yang lebih murah dan
cepat bias digunakan, maupun untuk jangka panjang, dimana kota Jakarta harus berorientasi
pada konsep smart city berbasis road-side surveillance, dalam bentuk pengumpulan informasi
melaui komunikasi dan broadcasting yakni :
- Vehicle sensor
- CCTV and Camera; dalam hal ini terutamadipasang pada traffic light dengan
kemacetan sangat tinggi
- Intelligence vehicle identification
Kemudian dilanjutkan dengan proses melalui informasi dalam bentuk komunikasi dan
dilakukan dengan proses transfer melalui penggunanan teknologi digital dari technology
control centre yakni ATCS (area traffic centresystem), sehingga menjadi :
1. Traffict signs with intersection
2. Lane control sign (ATCS Kota Jakarta dan Polda Metro Jaya)
3. Information display signboard (Videotron)
4. Other organization provide (WAZE, MTMC di TV, Info lalulintas di Radio)
11

Mirzabeiki, Vahid. An Overview of the Freight Intelligent Transportation Systems. Chalmers University of
Technology, 2010
Penerapan ITS di kota Jakarta pada tahap awal dan dengan jangka waktu yang relatif
pendek dalam penerapan kebijakan smart transportation, maka harus ada pengorganisasian
ITS terlebih dahulu yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah kota Jakarta dalam hal
ini Dinas Perhubungan, Polda Metro Jaya, Dinas KOMINFO, serta operator/pengusaha
transportasi. Karena itu ITS menjadi primadona dan dianggap sebagai masa depan
transportasi khususnya pada wilayah perkotaan.
b. Vehicle Information & Communication System (VICS)
Bentuk dari vehicle information ini adalah audio-video system yang dapat diakses oleh
penduduk yang akan menggunakan jalan raya di Kota Jakarta ketika akan berangkat dari
rumah pada pagi hari, maupun mobiitas didalam kota setiap harinya 12. Informasi ini akan
memudahkan pengguna jalan raya untuk memilih lokasi jalan yang tidak mengalami
kemacetan yang tinggi atau kerusakan karena ada perbaikan maupun demosntrasi dilapangan.
Adapun salah satu bentuk audio adalah jasa Radio local Kota Jakarta (broadcasting)
misalnya RRI Jakarta yang punya pemerintah, ataupun Radio swasta lainnya yang dapat
menyediakan waktu untuk memeberi informasi untuk jam-jam tertentu tentang kondisi
lalulintas di kota Jakarta. Banyak variasi siaran khusus bagi pemakai jalan raya, seperti info
kondisi jalan yang lalu lintas padat pada pagi dan sore hari melalui Televisi sepertti NTMC
Mabes Polri dan Polda Metro Jaya dengan Metro TV yang menayangkan berita kondisi
lalulintas di Jabodetabek baik pagi hari maupun sore hari.
c. Big Data Transportasi di Indonesia
Solusi transportasi dalam konsep smart transportation berdasarkan sumber big data
membawa serta perubahan dalam paradigma operasional menuju modus operandi yang lebih
kolaboratif13. Dengan demikian, implikasi untuk integrasi rantai suplai dari perspektif
penyelarasan internal teori kontingensi berpotensi terletak pada bagaimana memanfaatkan
sumber daya TI dalam membangun rantai pasokan yang lebih transparan yang didasarkan
pada hubungan yang berarti dan dapat dipercaya sambil menjaga kelangsungan ekonomi.
Kegunaan big data adalah untuk mengembangkan fungsi aplikasi semakin cerdas dalam
menganalisa maupun utuk menemukan solusi. Big data dapat terwujud bila adanya back

12

Suyuti, Rusmadi. 2012. Implementasi ”Inteligent Transportation System (ITS)” Untuk Mengatasi Kemacetan
Lalu Lintas Di DKI Jakarta. Jurnal Konstruksia |Volume 3 Nomor 2 | April 2012
13

Dian Wahyudin. 2018. Peluang Dan Tantangan “Big Data” Dalam Membangun “Smart City” Untuk Sistem
Transportasi. Jurnal Reformasi Administrasi Vol. 5, No. 1, September 2018, Pp. 109-115
office sebagai otaknya pengepul data dan membuat analisa atas data-data yang sudah masuk,
sistem back office akan menjadi pusat komunikasi, koordinasi, komando pengendalian dan
informasi (K3i)14. Selain back office, big data juga didukung oleh aplikasi sebagai bentuk
pelayanan dan inputing data dalam bentuk fitur atau gambar yang cepat, singkat, dan mudah
diakses.
Guna mewujudkan adanya big data, Polri mengambil perannya dalam bidang
transportasi yang difokuskan pada kemanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lintas
melalui program information technology for road safety. Program ini merupakan langkah
mendasar untuk memetakan, merancang model, penanganan secara holistik dan sistemik,
pendekatan berbasis pada scientific dan teknologi yang diinput melalui berbagai aplikasi.
Langkah-langkah program information technology for road safety adalah sebagai berikut :
a. Membangun sistem data yang mencakup : jalan dan sistemnya, kendaraan yang melintas
sebagai alat transportasi, pengguna jalan, situasi alam lingkungan, dan pemetaan masalah
atau hal-hal yang menjadi perlambatan atau konflik sosial.
b. Analisa data dengan analogi beragam untuk menemukan pola pergerakan atau prediksi
kepadatan arus sehingga bisa dilakukan antisipasi dan solusinya.
c. Mempersiapkan orang-orang yang akan mengawakinya.
d. Sistem operasinal penjagaan pengaturan pada situasi normal samapi dengan kontijensi
dilakukan secara virtual dan aktual sehingga dapat diprediksi dan diantisipasi serta solusi
prima dari petugas di lapangan.
e. Menyiapkan sistem pendukung
f. Hal-hal yang sifatnya darurat atau terjadi kecelakaan lalu lintas maka diperlukan quick
response time.
g. Membangun sistem-sistem yang terwujud dalam TMC sebagai big system pendukung
road safety management yang terdiri dari safety and security center (SSC), electronic
registration and identification kendaraan bermotor (ERI), safety driving centre (SDC),
intellegence traffic analysis (INTAN),

C. Penutup
Kebijakan Smart City merupakan sebuah kebijakan dan sebuah rencana kota yang
menjadi acuan untuk mengubah kota menjadi lebih baik lagi dengan pemanfaatan teknologi,
terutama teknologi informasi agar pemerintah dapat langsung mengetahui kebutuhan

14

Chrysnanda, D.L. 2018. Elektronik Policing: Modernisasi Pemolisian di Era Digital.


masyarakat. Salah satu aspek Smart City adalah Smart mobility yang bertujuan untuk
kepentingan masyarakat di bidang mobilitas terutama akses yang mudah bagi masyarakat
terhadap angkutan umum, efisiensi sumber daya, kelestarian lingkungan serta peningkatan
kualitas maupun kuantitas fasilitas publik di bidang transportasi dengan menggunakan
teknologi di era digital.
Manajemen transportasi yang baik harus diterapkan untuk melancarkan arus lalu lintas
dan meningkatkan tingkat mobilitas, namun akan terlaksana dengan baik apabila ada
kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan. Tugas dan peran negara untuk
menciptakan transportasi di perkotaan yang mendukung seluruh aktivitas kegiatan
masyarakatnya dengan menciptakan situasi kota yang kondusif melalui perencanaan
mangemen transportasi yang melibatkan selurh stakeholder yang berkepentingan didalamnya.
Polri sebagai institusi yang berperan dalam menciptakan kamseltibcar lantas di wilayah
kota perlu bekerja sama dengan stake holder terkait serta para pemangku kebijakan guna
menghasilkan piranti kebijakan yang benar benar sesuai dengan era saat ini. Pemanfaatan
tekhnologi dan komunikasi dalam bentuk e-Policing dalam merancang manajemen
transportasi di era digital harus sudah mulai digalakkan dengan membangun back office,
aplikasi maupun big data transportasi di Indonesia.

REFERENSI

Aziz Rudi & Asrul, 2012, Pengantar Sistem dan Perencanaan Transportasi, deepublis :
Yogyakarta
Benevolo et al. Smart Mobility in Smart City Action Taxonomy, ICT Intensity, and Public
Benefits. (Springer International Publisher Switzerland, 2016)
Chrysnanda DL. 2013. Kenapa mereka takut dan enggan berurusan dengan polisi ? .Polantas
dicaci dan dinanti. Hal 31 YPKIK.2013
Chrysnanda, D.L. 2016. Polisine Rakyat Iku Jujur Ora Ngapusi, 101 Esai tentang Polisi dan
Pemolisiannya. Rajagrafindo Persada: Jakarta
Chrysnanda, D.L. 2018. Elektronik Policing: Modernisasi Pemolisian di Era Digital.
Dian Wahyudin. 2018. Peluang Dan Tantangan “Big Data” Dalam Membangun “Smart City”
Untuk Sistem Transportasi. Jurnal Reformasi Administrasi Vol. 5, No. 1,
September 2018, Pp. 109-115
Hari Widowati. 2019. Berapa Jumlah Kendaraan di DKI Jakarta?.
https://databoks.katadata.co.id /datapublish /2019/08/02/berapa-jumlah-kendaraan-
di-dki-jakarta, diakses tanggal 15 Desember 2019
Hariani Prawidya, Lailan Safina & Jasman Syarifuddin, 2017, City Smart Transportation
Sebagai Strategi Medan Menuju Smart City, Jurnal Pembangunan Perkotaan Vol 5
no 2.
Jakarta Smart City. 2015. Perjalanan Menjadi Sebuah Smart City.
interactive.smartcity.jakarta.go.id
Kasali, Rhenald. 2018. Disruption, Menghadapi Lawan-lawan tak kelihatan dalam Peradaban
Uber. Gramedia: Jakarta
Mirzabeiki, Vahid. 2010. An Overview of the Freight Intelligent Transportation Systems.
Chalmers University of Technology.
Suyuti, Rusmadi. 2012. Implementasi ”Inteligent Transportation System (ITS)” Untuk
Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas Di DKI Jakarta. Jurnal Konstruksia Volume 3
Nomor 2 April 2012
Wahyusetyawati. 2017. Dilema pengaturan transportasi online. Jurnal Rechvinding Media
Pembinaan Hukum Indonesia

Anda mungkin juga menyukai