Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 3.

MANAJEMEN TRANSPORTASI
( Dr. Chrysnanda DL, M.Si. )

Oleh :

IRWANTO
NIM. 2019246011

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPOLISIAN ANGKATAN IX


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN
2020
PROLEGNAS 2020 TERKAIT UU LLAJ 22 TAHUN 2009 DAN BAGAIMANA
KESIAPAN POLRI

a. Pendahuluan
Peran lalu lintas mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, lalu
lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
keamanan, kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan negara1.
Guna penyelenggaran lalu lintas dan angkutan jalan, telah dibentuk Undang
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ)
yang merupakan revisi dari UU no 14 tahun 1992. Dalam UU no 22 tahun 2009 di
dalamnya mengatur beberapa ketentuan di antaranya adalah terkait dengan tujuan
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, pembagian kewenangan antara instansi
pemerintah dan pemerintah daerah, pengaturan terhadap hal-hal yang bersifat teknis
operasional lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta
upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan, dan penegakkan hukum.
Ada tiga tujuan diselenggarakannya lalu lintas dan angkutan jalan dalam
UU tentang LLAJ Pasal 3 yaitu: a. terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa; b.
terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan c. terwujudnya penegakan
hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Namun dalam pelaksanaannya, UU tentang LLAJ ternyata masih belum
dapat mengakomodir perkembangan, permasalahan, dan kebutuhan hukum di
masyarakat. Perubahan yang terjadi di masyarakat dalam konteks lalu lintas dan
angkutan jalan terjadi begitu cepat melampaui pengaturan UU tentang LLAJ yang ada.

1
Aline Kedua, Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan angkutan
Jalan
Perubahan tersebut seharusnya diikuti dengan perubahan aturan hukum yang ada
sehingga kondisi di masyarakat dapat diakomodir oleh hukum2.
Oleh sebab itu, Pembahasan akan revisi UU LLAJ ini menguat dengan
masuknya UU ini kedalam program legislasi nasional (Prolegnas). Sebagaimana dalam
berita bahwa Kementerian Perhubungan (Kemhub) menyebutkan revisi UU nomor 22
tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan akan masuk dalam program legislasi
nasional (Prolegnas) 2020. pertimbangan revisi UU itu antara lain terkait dengan sanksi
dalam hal penerapan sanksi selama belum menimbulkan efek jera serta terkait
kemungkinan sepeda motor atau ojek daring digolongkan menjadi transportasi umum
melalui perlu pembahasan lebih lanjut antara Pemerintah dan DPR3.
Menguatkan isu terkait revisi tersebut pada awal Januari 2020 ini muncul
gugatan atas UU tersebut oleh mahasiswa. Baru baru ini pun viral terkait seorang
mahasiswa yang menggugat aturan terkait peraturan terkait menyalakan lampu
kendaraan di siang hari. Aktivitas presiden saat mengendarai sepeda motor menjadi
alasan dua mahasiswa Universitas Kristen Indonesia menguji materi Undang-Undang
(UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Mereka
memasukkan gugatan pada 7 Januari lalu. Harapannya, ada kesetaraan dengan sesama
pengguna sepeda motor. Dua penggugat itu adalah Eliadi Hulu dan Ruben Saputra
Hasiholan Nababan. Mereka menggugat pasal 107 ayat (2) dan 293 ayat (2) UU LLAJ.
Dua pasal tersebut mengatur kewajiban pengemudi sepeda motor untuk menyalakan
lampu motornya pada siang hari. Pasal 107 ayat (2) mengatur kewajibannya, sedangkan
pasal 293 ayat (2) mengatur sanksinya. Batu ujinya adalah pasal 28D ayat (1) UUD
1945. Pasal itu mengatur bahwa setiap orang berhak atas pengakuan jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum. Keduanya merasa tidak diperlakukan setara di hadapan hukum dibanding
Presiden Joko Widodo (Jokowi)4
Tentu wacana revisi undang undang LLAJ dan modus modus kejadian yang
akan berlanjut untuk memviralkan terkait gugatan akan UU LLAJ ini akan terus
bergulir dengan menguatnya pembahasan UU ini dalam prolegnas. Oleh sebab itu,

2
Prof. Dr. H. Abdul Latif, S.H., M.H.; H. Hasbi Ali, S.H., M.S., 2016, Politik Hukum, Sinar Grafika :Jakarta
3
Vendi Yulia Susanto, Januari 2020, Kemenhub: Revisi UU tentang lalu lintas dan angkutan jalan masuk
prolegnas, https://nasional.kontan.co.id/news/kemenhub-revisi-uu-222009-tentang-lalu-lintas-dan-
angkutan-jalan-masuk-prolegnas, diakses tanggal 3 Januari 2020.
4
Ilham safutra, Januari 2020, Iri dengan Presiden Jokowi, Mahasiswa Gugat UU Lalu Lintas,
http://www.jawa pos. com /nasional/politik/11/01/2020/iri-dengan-presiden-jokowi-mahasiswa-gugat-
uu-lalu-lintas/, diakses 3 Januari 2020
perlunya perhatian khusus bagi institusi Polri dengan menyiapkan tim perumus terkait
revisi UU tersebut. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa revisi atas UU
LLAJ ini merupakan hasil tarik menarik kewenangan terkait lalu lintas antara Dinas
Perhubungan dan Polri. Adanya dinamika perubahan di masyarakat yang bergulir
dengan cepat memunculkan isu yang berkaitan dengan Polri dan kewenangannya
termasuk pada kewenangan dalam ber lalu lintas. Kemunculan isu revisi ini sebagai
dampak atas kinerja Polri dalam penyelenggaraan pemolisiannya yang dapat dibawa ke
ranah politik5.
Oleh sebab itu, makalah ini membahas bagaimana upaya dan peran Polri
terutama bidang lalu lintas sebagai upaya meyakinkan Pemerintah bahwa kewenangan
dalam lalu lintas merupakan peran penting Polri, sehingga revisi UU LLAJ merupakan
keniscayaan karena adanya perubahan zaman namun dengan memberikan peran penting
bagi Polri.

b. Pembahasan
Wacana Revisi UU LLAJ
Wacana revisi UU LLAJ no 22 tahun 2009 bukan merupakan isu lama,
setidaknya sudah sebelas kali UU ini diusulkan untuk dilakukan masuk dalam
pembahasan dalam prolegnas DPR RI6. Analisis terkait begitu kuatnya UU ini untuk di
revisi tidak lepas dari vitalnya Undang Undang ini terkait perlalu lintasan dan angkutan
jalan di Indonesia. Mulai dari tarik ulur kewenangan terutama terkait pengelolaan SSB
(SIM, STNK dan BPKB) oleh Polri dan Dishub yang memberikan kontribusi besar
dalam penerimaan negara dari Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
permasalahan aktual saat ini yang tidak terpikirkan pada saat pembuatan peraturan ini
seperti munculnya konflik akibat adanya kendaraan online/daring dimana pada saat
pembuatan peraturan belum ada bentuknya dll.
Implementasi UU tentang LLAJ saat ini secara umum sudah dirasakan
efektif. Hanya saja, dalam hal pemenuhan kewajiban penyediaan angkutan umum di
dalam wilayah Kabupaten/Kota (sesuai amanat Pasal 138 UU tentang LLAJ) masih
dirasa kurang. Kekurangan penyediaan angkutan umum tersebut merupakan salah satu

5
Chrysnanda, D.L, 2016, Polisine Rakyat Iku Jujur Ora Ngapusi, 101 esai tentang Polisi dan
Pemolisiannya, Rajagrafindo Persada : Jakarta
6
Chrysnanda D,L. 2019, Disampaikan dalam perkuliahan Manajemen Transportasi.
faktor yang mendorong tumbuhnya angkutan alternatif (contohnya angkutan online),
yang jumlahnya semakin tinggi.
Berdasarkan kajian dari tim peneliti naskag akademik RUU LLAJ,
setidaknya ada empat alasan logis kenapa UU ini perlu dilakukan revisi sbb7 :
1) UU tentang LLAJ belum dapat mengakomodir dan menyelesaikan masalah
kemacetan.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, salah satu tujuan lalu lintas dan
angkutan jalan adalah untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang
lancar dan terpadu antar moda kendaraan sehingga bisa mendorong kegiatan
perekonomian, maka seharusnya setelah pengaturan UU tentang LLAJ
kemacetan di jalan bisa diselesaikan atau setidak-tidaknya dapat dikurangi.
Namun, pada praktiknya kemacetan justru menjadi masalah terpenting yang
melanda dunia transportasi Indonesia. Kemacetan banyak terjadi di Pulau
Jawa, pulau dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Rata-rata, tiap satu
kilometer jalan di Pulau Jawa melayani lebih dari 500 kendaraan bermotor,
jauh di atas rata-rata nasional yang berada pada rasio 216 kendaraan bermotor
per km. Kepadatan kendaraan bermotor paling parah terdapat di Provinsi DKI
Jakarta, dimana tiap satu kilometer jalan melayani 2,1 ribu kendaraan
bermotor8. Pemerintah dinilai belum mampu mengatasi dan mengurai
kemacetan. Transportasi massal adalah solusi utama pengurai kemacetan,
namun pemerintah dan peraturan perundang-undangan dianggap kurang
mendukung pengembangan transportasi massal di Indonesia.
2) UU tentang LLAJ belum mengatur sepeda motor baik roda 2 (dua) dan roda 3
(tiga) sebagai salah satu moda transportasi umum.
Padahal secara riil dilapangan sistem transportasi umum roda 2 (dua) dan roda
3 (tiga) telah digunakan oleh masyarakat umum sebagai salah satu moda
transportasi9. Legalisasi sepeda motor sebagai salah satu moda angkutan umum
tidak hanya bertujuan untuk menjamin keselamatan penumpang, namun juga
pengemudi.

7
Badan Keahlian DPR RI, 2018, Naskah Akademik RUU LLAJ, Pusat Perancangan Undang Undang DPR RI
8
Katadata.co.id. “Di Mana Jalan Terpadat Kendaraan Bermotor?”,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/03/di-mana-jalan-terpadat-kendaraan-bermotor,
diunduh pada 3 Januari 2020
9
Revisi UU LLAJ Lebih Praktis Ketimbang Membuat UU Baru”,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt58f2d763e1edb/revisi-uu-llaj-lebih-praktis-ketimbang-
membuat-uubaru, diunduh 03 Januari 2020.
3) UU tentang LLAJ belum memiliki pengaturan mengenai keberadaan angkutan
orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek dengan aplikasi
berbasis teknologi informasi (taksi daring). Pada saat ini keberadaan taksi
daring belum diatur secara jelas di dalam UU tentang LLAJ. Akan tetapi dalam
perkembangannya di lapangan, keberadaannya telah diakui dan digunakan di
masyarakat.
4) pengaturan mengenai dana preservasi jalan yang diatur dalam Pasal 29 sampai
dengan Pasal 32 UU tentang LLAJ, sampai dengan saat ini implementasinya
belum efektif dan perlu disinkronkan dengan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan negara.
Dari empat alasan inilah menjadi dasar permohonan untuk masuknya UU
LLAJ sebagai prolegnas yang perlu dilakukan revisi tahun 2020. Selain upaya revisi
UU LLAJ ini melalui prolegnas, sudah beberapa kali UU ini diajukan judicial review
ke Mahkamah agung. Salah satu yang judicial review terkait kewenangan Polri dan
Dishub serta agar Polri lebih fokus dalam penindakan dan pengaturan lalu lintas
ketimbang dari registrasi kendaraan bermotor adalah Putusan Nomor 89/PUU-
XIII/2015. Dalam putusan Nomor 89/PUU-XIII/2015, MK menolak seluruhnya
permohonan para pemohon. MK mempertimbangkan bahwa kewenangan untuk
menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta memberikan
surat izin mengemudi kendaraan bermotor, sebagaimana diatur dalam ketentuan
undang-undang yang dimohonkan pengujian dalam permohonan tersebut, adalah bagian
dari persoalan keamanan dan ketertiban dalam arti luas. Dengan demikian sudah tepat
jika kewenangan dimaksud diberikan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan tidak bertentangan dengan UUD 1945.
Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan cermin budaya bangsa karena
dari sistem dan tata kelola lalu lintas dan angkutan jalan dapat menunjukkan kemajuan
atau ketertinggalan bangsa. Oleh karna itu, aspek keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran lalu lintas akan menjadi indikator yang penting dalam memberikan
dukungan bagi keamanan dalam negeri. Tugas untuk mewujudkan keamanan dalam
negeri sesuai pasal 4 Undang undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian RI
merupakan tanggung jawab Polri10
Dengan adanya ajuan revisi UU LLAJ ke prolegnas akan terjadi tarik
menarik kepentingan politis selain empat hal yang menjadi dasar acuar revisi,
10
Korlantas Polri, 2018, Venedikum Polisi Lalu Lintas, Cetakan 3. Korlantas Polri : Jakarta
melainkan juga terkait tarik menarik kepentingan kewenangan registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor. Oleh sebab itu, institusi Polri perlu menyiapkan tim perumus
revisi UU ini bukan karena kepentingan saja melainkan kepentingan seluruh bangsa
terkait keamanan dan keselamatan lalu lintas.
Tim perumus UU dari Polri harus orang orang yang kompeten di bidangnya
dan melibatkan beberapa ahli yang sejalan dengan visi misi Polri dengan
mempertimbangkan :
1. Pemahaman dan keilmuan terkait hal ikhwal yang berkaitan dengan polisi,
tanggung jawab, kewenangan, fungsi dan tugas pokok Polri sebagai institusi,
fungsi maupun sebagai petugas kepolisian
2. Pemahaman terkait sistem sistem yang berkaitan dengan institusi dan birokrasi
kepolisian, kepemimpinan, administrasi dan operasional
3. Kebermanfaatan UU ini bagi kemajuan bangsa dan negara, kesejahteraan
masyarakat, konsep keamanan dalam negeri, dan kemajuan institusi Polri
4. Memberikan argumen dengan memberikan alternatif model pemolisian yang
akan dikembangkan Polri.

Lalu Lintas dan Kewenangan Polri


Pembenahan, penataan dan pengelolaan sektor lalu lintas dan angkutan jalan
merupakan langkah yang harus terus dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing
bangsa yang kompetitif termasuk melalui revisi UU LLAJ. Payung hukum yang
menjadi acuan atau pedoman dalam pembinaan maupun penyelenggaraan di bidang lalu
lintas dan angkutan jalan serta terhadap tuntutan dan perubahan zaman yaitu saat ini
masih berlaku UU LLAJ no 22. Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dalam UU LLAJ ini ditegaskan bahwa pembinaan lalu lintas dan angkutan
jalan dilaksanakan oleh instansi pembina sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
yang meliputi11:
1. Urusan pemerintahan di bidang jalan oleh kementerian negara yang
bertanggung jawab di bidang jalan.
2. Urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, oleh kementerian negara yang bertanggung jawab di bidang sarana dan
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

11
Ibid., Korlantas Polri hal 21
3. Urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri lalu lintas dan
angkutan jalan, oleh kementerian negara bertanggung jawab di bidang industri
4. Urusan pemerntahan di bidang pengembangan teknologi lalu lintas dan
angkutan jalan, oleh kementerian negarayang bertanggung jawab di bidang
pengembangan teknologi
5. Urusan pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemn dan rekayasa lalu
lintas serta pendidikan berlalu lintas oleh Polri
Mengacu pada UU LLAJ no 22 tahun 2009 tersebut, tugas Polri adalah
urusan urusan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,
penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pendidikan
berlalu lintas. Luasnya tugas dan besarnya kewenangan Polri dalam bidang belalu lintas
ini memberikan dampak pada penilaian masyarakat yang masih rendah terkait
penegakan hukum berlalu lintas dan kurangnya koordinasi antar lembaga.
Alasan Peraturan lalu lintas dibuat oleh Dinas Perhubungan namun dalam
penindakan dilakukan oleh Kepolisian dimana Kepolisian tidak dibawah komando
Pemerintah Daerah (Pemda) menjadi salah satu alasan kordinasi yang rendah dan
menganggap bahwa harusnya pengelolaan pendaftaran dan perpanjangan SIM dan
Pajak Kendaraan dikelola oleh Dinas Perhubungan (dibawah Pemda), sedangkan
Kepolisian hanya fokus pada pengaturan, pengawasan dan penerapan sanksi
pelanggaran lalu lintas
Oleh sebab itu, mencuatnya revisi atas UU LLAJ tersebut seharusnya
dipandang sebagai hal yang positif bagi Polri. Upaya upaya dan inovasi inovasi Polri di
bidang lalu lintas untuk memberikan transparansi, akuntabilitas dan profesonal di
bidang pengelolaan registrasi dan identidfikasi dan dampaknya terhadap keamanan
dalam negeri dalam arti luas akan meyakinkan pemerintah bahwa memang Polri masih
pantas memegang kewenagan tersebut.

Road Safety Policing dan E-Policing sebagai program andalan Polri di era digital
Menguatnya revisi UU LLAJ dan upaya tarik menarik kewenangan terkait
identifikasi dan registrasi antara Dishub dan Polri memang memberikan tenaga ekstra
bagi Polri untuk menghadapinya. Selain memyiapkan tim perumus dan pengawal dari
pihak Polri untuk berkonsentrasi menghadapi revisi UU ini. Di sisi lain, Polri terutama
Polantas harus memberikan bukti yang kongkrit ke masyarakat melalui pelayanan
prima, penegakan hukum yang adil, profesionalitas petugas dalam bidang lalu lintas
serta inovasi dan kreasi Polri di bidang lalu lintas di era digital melalui modernisasi
Polantas.
Tata kelola prima yang didukung infratruktur berteknologi modern atau
canggih pasti akan mampu mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, transparan,
akuntabel, informatif dan mudah diakses. Semuai ini pasti akan mampu meningkatkan
kualitas penyelenggaraan tugas tugas kepolisian dan secara maksmal mendukung
terwujudnya dan terpeliharanya stabilitas dalam negeri.
Moderenisasi polisi lalu lintas adalah upaya strategis untuk membangun
polantas yang profesional, modern dan terpercaya. Polantas yang modern bertujuan
mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran
berlalu lintas dengan tujuan meningkatkan kualitas keselamatan, menurunkan tingkat
fatalitas korban, membangun budaya tertib berlalu lintas dan meningkatkan kualitas
pelayanan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan12.
Pemolisian di era digital/ pemikiran-pemikiran tentang model pemolisian
pada fungsi lalu lintas akan sangat penting dalam kaitan mengamanahkan UU No 22
Tahun 2009 tentang LLAJ, yang bertujuan untuk : 1. Mewujudkan dan memelihara
kamseltibcarlantas, 2. Meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan tingkat
fatalitas korban kecelakaan, 3. Membangun budaya tertib berlalu lintas 4.
Meningkatkan kualtas pelayanan kepada masyarakat dibidang LLAJ. Sejalan dengan
pemikiran di atas pemolisian dibidang lalu lintas perlu membuat model pemolisian yang
merupakan penjabaran dari E-Policing dan sebagai strategi membangun pemolisian di
era digital.
Sejalan dengan hal tersebut program IT for road safety merupakan langkah
mendasar untuk memetakan, membuat model, penanganan secara holistik atau sistemik,
pendekatan berbasis pada scientific dan teknologi, terbangunya big data dalam back
office. yang diinput melalui berbagai aplikasi dan juga akan dikaji melalui riset secara
ilmiah. Hal-hal yang dilakukan inputing data adalah membuat kategori mengidentifikasi
akar masalah penyebab dari setiap permasalahan terkait road safety.
Upaya upaya Lantas untuk menunjukkan bahwa Polri dalam hal ini Lalu
Lintas telah konsen dan folus pada kewenangannya dan pembenahan birokrasi kedepan
12
Chrysnanda, D.L, 2018, Elecornic Policing Modernisasi Pemolisian di Era Digital.
menyesuiakan perkembangan zaman. Pelayanan-pelayanan prima ini telah direncnakan
dan akan di bangun sistem-sistem yang mendasar pada era digital adalah adanya back
office, aplication dan network yang implementasinya terwujud dalam TMC sebagai big
system pendukung road safety management yang didukung sistem-sistem. Adapun
program unggulan Lantas sebagai berikut13:
a. TMC
Traffic Management Centre (TMC): sistem ini merupakan Pusat Komando,
Kendali, Komunikasi, dan Informasi (K3I) untuk memberikan pelayanan cepat
(quick response time) yang dapat mengedepankan Satuan PJR, Pamwal, Gatur,
dan juga para petugas Satlantas di tingkat Polres maupun Polsek.

b. SSC
SSC (Safety Dan Security Centre) merupakan sistem-sistem elektronik yang
mengakomodir pelayanan kepolisian di bidang lalu lintas khususnya yang
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan, yang diselenggarakan oleh Subdit
Gakkum, Dikyasa, dan Subdit Kamsel. Dari sistem data dan sistem-sistem,
jaringan informasi yang akan dapat dikerjakan oleh TMC (Traffic Management
Centre).
c. ERI
Electronic Regident (ERI): suatu sistem pendataan regident secara elektronik
yang dikerjakan pada bagian BPKB sebagai landasan keabsahan kepemilikan dan
asal usul kendaraan bermotor. Legitimasi keabsahan asal-usul kendaraan
bermotor memang bukan hanya ditangani pihak kepolisian saja, tetapi terkait
dengan Bea Cukai, Departemen Perindustrian, Departemen Perhubungan, dan
dealer kendaraan bermotor. Sekalipun demikian, dibutuhkan catatan kepolisian
dengan verifikasi dokumen dan cek fisik kendaraan bermotor. Cek fisik
mencakup cek fisik kendaraan secara umum, transmisi, dan emisi gas buang.
Verifikasi dokumen dilakukan untuk pelayanan keamanan; dan cek fisik untuk
pelayanan keselamatan.
d. SDC
Safety Driving Centre (SDC): suatu sistem yang dibangun untuk menangani
pengemudi atau calon pengemudi yang membutuhkan Surat Izin Mengemudi
13
Chrsnanda, D.L, 2019, E-Policing Model Pemolisian Pasca 2020 menuju Indonesia Emas 2045
(SIM) melalui sitem elektronik. Sistem SDC berkaitan dengan ERI (yang dapat
dikembangkan dalam Regident Centre (RIC). Sistem ini dapat digunakan sebagai
bagian dari fungsi dasar regident yakni memberi jaminan legitimasi (kompetensi
untuk SIM), fungsi kontrol, forensik kepolisian, dan pelayanan prima kepolisian.
e. INTAN
Intan ( intellegence traffic analysis) untuk mendukung post crah care sebagai
model pemolisian pada sistem penanganan lalu lintas. Dalam era digital sistem
back office, aplikasi dan network merupakan model untuk mengimplementasikan
pelayanan prima (cepat, tepat, akurat, transparan, akuntabel, informatif dan
mudah diakses).
Intan (intelligent traffic analysis) adalah program informasi, komunikasi dan
solusi kamseltibcar lantas sebagai ikon kecepatan, kedekatan dan persahabatan.
salah satu tujuan jangka panjang pintas adalah membangun bigdata lalu-lintas
indonesia. Bigdata tersebut digunakan untuk menganalisis tren lalu lintas
sehingga diharapkan dapat menghasilkan rekayasa lalu lintas yang lebih baik.
Dengan adanya program program unggulan dan sesuai dengan
perkembangan zaman, maka Polri optimis untuk memberikan kontribusi yang positif di
bidang lalu lintas ini sehingga akan memberikan capaian target ke Pemerintah dengan
wujud :
1. Peningkatan PNBP, dengan adanya modernisasi ini akan memberikan
akuntabilitas dan transparansi yang tinggi dan dapat mengurangi
penyalahgunaan wewenang.
2. Peningkatan pelayanan publik dapat lebih disempurnakan, dengan modernisasi
ini maka pelayanan publik akan menjadi lebih cepat, mudah, tidak bertele tele,
berbasis data dan mudah diakses oleh masyarakat.
3. Transparansi dapat direalisasikan dengan program digitalisasi korlantas karena
semua peraturan dan perundangan dapat dikemas dalam sistem yang berbasis
teknologi informasi dan pada akhirnya akan meningkatkan proses penegakan
hukum.
Upaya upaya tersebut dapat meningkatkan kepercayaan publik dan
penilaian positif terhadap kinerja Polri di bidang lalu lintas. Sehingga apapun revisi
maupun judicial review apabila Polri telah profesionala di bidang lalu lintas ini maka
pemerintah akan tetap mempercayai wewenang tersebut kepada Polri.

A. Penutup
Wacana revisi UU LLAJ yang masuk dalam program prolegnas 2020 dan
beberapa gugatan masyarakat melalui judicial review terkait undang undang ini dilatar
belakangi beberpa aspek yang dianggap belum bisa mewakili dan menjawab tantangan
perubahan zaman seperti permasalahan sanksi penegakan hukum yang masih rendah,
permasalahan kendaraan online, dll. Selain itu juga karena tarik ulur bersifat politis dan
ekonomis terkait kewenangan Polri dan Dishub.
Polri sebagai salah satu fungsi yang berperan dalam UU LLLAJ ini
mempunyai peran di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, penegakan
hukum, operasional manajemen lalu lintas, rekayasa lalu lintas dan pendidikan berlalu
lintas. Upaya tarik menarik kewenangan terutama di bidang registrasi dan identifikasi
kendaraan bermotor menjadikan Polri harus memberikan bukti bahwa Polri merupakan
institusi yang tepat dapat pengelolaan tersebut.
Upaya upaya Polri untuk meyakinkan pemerintah bahwa wewenang
tersebut pantas dan layak dikelola oleh Polri selain menyiapkan tim perumus dan
pengkaji terkait revisi UU LLAJ ini. Selain itu, juga bukti konkrit polri dalam
pengelolaan di bidang berlalu lintas dengan melakukan modernisasi Polantas dan
program unggulan lalu lintas melalui upaya road safety policing dan E-Policing.

REFERENSI

Badan Keahlian DPR RI, 2018, Naskah Akademik RUU LLAJ, Pusat Perancangan
Undang Undang DPR RI

Chrysnanda, D.L, 2016, Polisine Rakyat Iku Jujur Ora Ngapusi, 101 esai tentang Polisi
dan Pemolisiannya, Rajagrafindo Persada : Jakarta

Chrysnanda, D.L, 2018, Elecornic Policing Modernisasi Pemolisian di Era Digital.

Chrsnanda, D.L, 2019, E-Policing Model Pemolisian Pasca 2020 menuju Indonesia
Emas 2045

Ilham safutra, Januari 2020, Iri dengan Presiden Jokowi, Mahasiswa Gugat UU Lalu
Lintas, http://www.jawa pos. com /nasional/politik/11/01/2020/iri-dengan-
presiden-jokowi-mahasiswa-gugat-uu-lalu-lintas/, diakses 3 Januari 2020

Katadata.co.id. “Di Mana Jalan Terpadat Kendaraan Bermotor?”,


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/12/03/di-mana-jalan-terpadat-
kendaraan-bermotor, diunduh pada 3 Januari 2020

Korlantas Polri, 2018, Venedikum Polisi Lalu Lintas, Cetakan 3. Korlantas Polri :
Jakarta

Prof. Dr. H. Abdul Latif, S.H., M.H.; H. Hasbi Ali, S.H., M.S., 2016, Politik Hukum,
Sinar Grafika :Jakarta

Revisi UU LLAJ Lebih Praktis Ketimbang Membuat UU Baru”,


http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt58f2d763e1edb/revisi-uu-llaj-lebih-
praktis-ketimbang-membuat-uubaru, diunduh 03 Januari 2020.

Vendi Yulia Susanto, Januari 2020, Kemenhub: Revisi UU tentang lalu lintas dan
angkutan jalan masuk prolegnas, https://nasional.kontan.co.id/news/kemenhub-
revisi-uu-222009-tentang-lalu-lintas-dan-angkutan-jalan-masuk-prolegnas,
diakses tanggal 3 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai