A. Pengertian Trauma lahir pada flexuux brachialis dapat dijumpai pada persalinan yang mengalami kesukaran dalam melahirkan kepala atau bahu. Pada kelahiran presentasi verteks yang mengalami kesukaran melahirkan bahu, dapat terjadi penarikan balik cukup keras ke lateral yang berakibat terjadinya trauma di pleksus brakialis. Trauma lahir ini dapat pula terjadi pada kelahiran letak sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
Gambar Flexus Brachialis
Gejala klinis trauma lahir flexus brachialis berupa gangguan fungsi dan posisi otot ekstremitas atas. Gangguan otot tersebut tergantung dari tinggi rendahnya serabut syaraf pleksus braklialis yang rusak dan tergantung pula dari berat ringannya kerusakan serabut syaraf tersebut. Paresis atau paralisis akibat kerusakan syaraf perifer ini dapat bersifat temporer atau permanen. Hal ini tergantung kerusakan yang terjadi pada serabut syaraf di pangkal flexux brachialis yang akut berupa edema biasa, perdarahan, perobekan atau tercabutnya serabut saraf. B. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Trauma Flexus Brachialis a. Faktor Bayi: Makrosomia: Bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000 gram. Presentasi Ganda: Keadaan dimana di samping bagian terendah janin teraba anggota badan seperti tangan, lengan, atau kaki; atau keaadan dimana di samping bokong janin dijumpai tangan. Letak sungsang: Cedera flexus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran saat traksi digunakan di leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran presentasi bokong yang diperberat dengan distosia bahu. Distosia bahu: Pada persalinan distosia bahu adanya traksi yang dilakukan oleh penolong persalinan sehingga mengkibatkan flexus brachialis mengalami ovulsi. Malpresentasi: Merupakan bagian terendah janin yang berada di bagia segmen bawah rahim selain bagian belakang kepala, seperti adanya bagian kecil janin di dekat kepala. b. Faktor Ibu: Ibu dengan panggul sempit Adanya penyulit saat persalinan: Seperti pada partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis. Cedera fleksus brachialis sering terjadi dan ditemukan biasanya terjadi setelah suatu persalinan yang sulit, namun kadangkala sesudah persalinan yang tampaknya mudah, bayi baru lahir dengan mengalami kelumpuhan. c. Faktor Penolong Persalinan: Tarikan yang berlebihan pada kepala dan leher saat menolong kelahiran Tarikan yang berlebihan pada bahu pada presentasi bokong C. Tanda dan Gejala Secara umum, tanda dan gejala traum flexus brachialis antara lain: a. Gangguan motorik pada lengan atas b. Paralisis atau kelumpuhan pada lengan atas dan lengan bawah c. Lengan atas dalam keadaan ekstensi dan abduksi d. Jika anak diangkat maka lengan akan lemas dan tergantung e. Reflex moro negatif f. Tangan tidak bisa menggenggam g. Reflex meraih dengan tangan tidak ada D. Jenis Trauma pada Fleksus Brakialis a. Paralisis Erb-Duchenee: Jejas terbatas pada saraf servikal (C5 dan C6), bayi kehilangan kekuatan untuk mengabduksi lengan dari bahu, merotasi lengan keluar dan melakukan supinasi lengan ke bawah. Gambar Bayi dengan Paralisis Erb-Duchenee b. Paralisis Klumpke: Kerusakan cabang-cabang C8 – Th1 pleksus brakialis menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal. Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat sindrom Horner yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut. E. Penatalaksanaan sesuai dengan klasifikasi a. Paralisis Erb-Duchenee Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu selama 1-2 minggu yang kemudian diikuti program latihan Pada trauma ini imobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi karakteristik kelumpuhan Erb Lengan yang sakit di fiksasi dalam posisi abduksi 90 ̊ disertai eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 90 ̊ b. Paralisis Klumpke Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada telapak tangan dan sendi tangan yang sakit pada posisi netral yang selanjutnya diusahakan program latihan. F. Komplikasi Trauma Flexus Brachialis a. Kontraksi otot yang abnormal (kontraktur) atau pengencangan otot-otot, yang mungkin menjadi permanen pada bahu, siku atau pergelangan tangan b. Permanen, parsial, atau total hilangnya fungsi saraf yang terkena, menyebabkan kelumpuhan lengan atau kelemahan lengan. c. Komplikasi eksplorasi fleksus brachialis antara lain infeksi, prognosis buruk, dan luka bakar penggunaan mikroskop pada saat operasi. Hasil yang baik dari terapi bedah adalah bila di kerjakan pada tahun pertama kehidupan. Beberapa peneliti merekomendasikan eksplorasi bedah dan pencangkokan (grafting) bila tidak terdapat fungsi pada akar atas pada usia 3 bulan. Tindakan eksplorasi awal umumnya tidak di anjurkan. 2. Fraktur Klavikula A. Pengertian
Gambar Fraktur Klavikula Bilateral
Fraktur klavikula adalah patah tulang/fraktur pada tulang klavikula bayi saat proses persalinan, biasanya pada bayi besar atau pada kelahiran dengan presentasi bokong. B. Penyebab Fraktur Klavikula Persalinan yang sukar, terutama pada bayi besar (> 4000 gram) dengan bahu yang lebar sehingga menyebabkan distosia bahu. Selain itu dapat juga diseabkan oleh persalinan sungsang, dan induksi oksitosin. Secara teoritis penolong persalinan harus dengan sengaja mematahkan os klavikula janin, untuk memperpendek lebar bahu agar bahu bayi dapat dilahirkan. Namun kini dengan kemajuan teknologi, estimasi berat lahir bayi dapat di ketahui sejak dalam kandunga melalui USG dengan akurasi yang baik, sehingga tidak perlu mengalami persalinan yang sulit, dan menjadi indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea. C. Tanda dan Gejala Fraktur Klavikula a. Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan b. Menghilangnya reflex moro dan atau reflex moro menjadi asimetrik c. Bayi sensitif, terutama jika disentuh pada bagian yang mengalami cedera d. Adanya diskontinuitas pada tulang klavikula e. Gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama f. Gerakan pasif tangan yang cedera D. Diagnosis Fraktur Klavikula Diagnosis dibuat melalui palpasi dan jika perlu dilakukan foto rontgen. E. Penanganan Fraktur Klavikula Menggunakan ransel verband, dan lakukan rujukan pada dokter spesialis anak untuk penanganan selanjutnya. 3. Fraktur Humerus A. Pengertian Fraktur humerus adalah patahnya tulang humerus akibat pada persalinan letak kepala atau sungsang dengan lengan menumbung ke atas.
Gambar Fraktur Humerus
B. Penyebab Fraktur Humerus Persalinan pervaginan dengan tangan menumbung Namun demikian kasus ini terjadi juga pada persalinan secara seksio sesarea, meskipun sangat jarang. Secara khusus, dalam kasus distosia bahu, presentasi sungsang, posisi kaki pertama, kehamilan kembar, dan makrosomia janin yang juga merupakan indikasi sesar, risiko cedera janin meningkat. Fraktur humerus merupakan fraktur tulang panjang kedua yang sering pada neonatal. C. Tanda dan Gejala Fraktur Humerus a. Lengan yang cedera berkurang gerakannya b. Menghilangnya reflex moro atau reflex moro asimetris c. Bayi menangis pada gerakan pasif d. Letak fraktur biasanya di daerah difasis D. Penanganan Fraktur Humerus a. Rujuk ke dokter spesialis anak – bedah, sebelumnya mengurangi gerakan/imobilisasi dan memasang spalk b. Reduksi dan Pemasangan gips 4. Peran Bidan a. Menjelaskan kepada ibunya dan keluarganya tentang keadaan bayinya saat ini agar mengurangi kecemasan ibu. b. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab, penanganan dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan dari bayi dengan fraktur brachialis c. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk penanganan awal atau pengobatan trauma fleksus brachialis d. Melakukan penanganan awal untuk mencegah terjadinya komplikasi e. Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi dengan trauma fleksus brachialis f. Menganjuran orang tua untuk sebisa mungkin menghindari menyentuh ekstremitas yang terkena selama minggu pertama karena adanya rasa nyeri