Dokumen - Tips - Lap Steril Salep Mata Kloramfenikol
Dokumen - Tips - Lap Steril Salep Mata Kloramfenikol
NAMA KELOMPOK :
1. DEBY MAYA SANTI (O5335005)
2. DEWI SARTIKA PASARIBU ( 05335008 )
3. ENDAH SUSANTI ( 05335009 )
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT kerena hanya dengan
rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum teknologi
steril tentang salep mata kloramfenikol
Dalam kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesailah laporan
ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 1
1.3.2 Tujuan khusus ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mata ............................................................................................. 1
2.2 Kloramfenikol ................................................................................. 2
BAB 1II DATA DAN HASIL PERCOBAAN
A. Rancangan sediaan ......................................................................
B. Data Praformulasi bahan aktif.........................................................
C. Data Praformulasi bahan tambahan .............................................
D. Formulir pengkajian praformulasi ...........................................
E. Formula dan perhitungan ........................................................
F Prosedur Pembuatan
G. Instruksi Kerja...............................................................................
H. Evaluasi sediaan ...................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................
BAB V KESIMPULAN ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan lebih memahami tentang apa,
bagaimana cara pembuatan dari sediaan steril salep mata kloramfenikol
2.1 Mata
[ L. oculus; Yun. Ophtalmus ] [ MeSH : Eye] organ penglihatan ; disebut juga
oculus. Bola mata ( bulbus okuli) berbentuk bulatan besar dengan segmen bulatan
yang lebih kecil, cornea disebelah depan. Organ ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu
layer atau fibrous tunic yang kuat disebelah luar, yang terdiri dari sklera berwarna
putih yang menyelimuti sebagian besar bola mata serta kornea pada permukaan
anterior, vascular tunic, atau uvea pada bagian tengah yang terdiri dari koroid, badan
siliaris, dan iris, dan internal tunic yang berkaitan dengan saraf dan tugas sensorik,
terutama terdiri dari retina. Lensa merupakan lensa transparan dengan kedua
permukaan cembung ( bikonveks).1
2.2 Kloramfenikol
1
Hartanto, Huriawati( alih bahasa).2000.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Chlorampenicol diperoleh dari sejenis streptomyces (1947) tapi kemudian dibuat
secara sintesis. Antibiotikum broad spectrum ini berkhasiat terhadap hampir semua
kuman grampositif dan sejumlah kuman gram-negatif, juga terhadap spirokhaek,
chlamidya trachomatis dan micoplasma. Chlorampenicol bekerja bakterisid terhadap str.
Pneumoniae, Neiss. Meningitides, dan H. Influensa. Obat ini merupakan obat yang paling
unggul terhadap basil tipes. Keberatannya tidak berkhasiat mematikan kuman, sehingga
sering kali timbul pembawa bacill , juga dapat mengakibatkan anemia aplastis fatal.
OH CH2OH O
H
R C C N C C C l2
H H H
H
O
Chlorampenicol digunakan sebagai salep 3% dan tetes atau salep mata 0,25 1% sebagai
H
J tetrasiklin tidak efektif. Rasa esternya (palmitat dan
pilihan kedua, jika fusidat dan
stearat) tidak pahit berlainan dengan chlorampenikol sebagai basa, maka sering
digunakan untuk sediaan suspensi. Ester inaktif ini dalam usus dihidrolisa oleh enzim
lipase dan menghasilkan basa aktif kembali. Untuk injeksi dipergunakan garamNa dari
ester suksinat yang mudah larut dan dalam jaringan dirombak menjadi chlorampenikol
aktif.
Masa paruh eliminasi pada orang dewasa lebih kurang 3jam, pada bayi berumur <
dari 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50% chorampenikol dalam darah terikat dengan
albumin. Obat ini didistribusikan secara baik keberbagai jaringan tubuh, termasuk
jaringan otak, cairan ceresbrospinal dan mata. Sebagian kecil chorampenikol mengalami
reduksi menjadi senyawa aril aminyang tidak aktif lagi.Dalam waktu 24 jam, 8090%
chlorampenikol yang diberikan oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh
chorampenikol yang diekskresi melalui urin hanya 5-10% dalm bentuk aktif. Bentuk aktif
chorampenikol diekskresi terutama melaui filtrat glumerolus sedangkan metabolitnya
dengan sekresi tubulus.
Pada gagal ginjal, masa paruh chlorampenikol bentuk aktif tidak banyak berubah
tetapi metabolitnya yang non toksik mengalami kumulasi. Dosis perlu dikurangi bila
terdapat gangguan fungsi hepar yang menyertai gagal ginjal. Dalam dosis terapi
chlorampenikol menghambat biotranspormasi tolbutamid, fenitoin, dikumarol, dan obat
lain yang dimetabolisme oleh enzim mirosom hepar. Dengan demikian toksisitas obat ini
lebih tinggi bila diberikan bersama chlorampenikol. Interaksi obat dengan phenobarbital
dan rimfamfisin akan memperpendek waktu paruh dari chlorampenikol.
Efek samping antara lain: gangguan lambung usus, neuropati optis dan ferifer,
radang lidah dan mukosa mulut tetapi, yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum
tulang ( myelodepres ) yang dapat tampak dalm bentuk anemia, yakni sebagai:
a. Penghambat pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit)
yang timbul dalam waktu 5 hari sesudah dimulai terapi. Gangguan ini tergantung
dari dosis serta lamanya terapi dan bersifat reversibel.
b. Anemia Aplastis, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa
bulan, pada penggunaan oral, parenteral dan okuler, maka tetes mata tidak boleh
digunakan lebih lama dari 10 hari.
Reaksi alergi, Chorampenikol dapat menimbulkan kemerahan kulit, angioudem,
urtikaria dan anapilaksis. Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi
pada pengobatan tipoid walaupun yang terakhir ini jarang dijumpai.
2.2 Salep Mata
Salep mata adalah gl dengan sifat deformasi plastis, yang digunakan pada mata.
Sediaan ini dapat mengandung bahan obat tersuspensi , terlarut, atau teremulsi.
Persyaratan
Salep mata harus memiliki sifat yang homogen. Untuk menjamin kemurnian
mikrobioogis yang disyaratkan, digunakan prosedur pembuatan yang diuraikan dalam
tetes mata. Sebagai basis salep jika tidak dinyatakan lain, digunakan salep mata
sederhana.
Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril, Dibuat dari bahan-
bahan yang sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah
pembuatan. Salep mata harus memenuhi uji sterilitas sebagai tertera dalam kompendia
resmi.
BAB III
DATA DAN HASIL PERCOBAAN
A. RANCANGAN SEDIAAN
R/ Chloramphenicol eye oint 5 g
1 Nama Produk Kloranfenikola
2 Nama bahan aktif Kloramfenikol
3 Bentuk sediaan Salep mata steril
4 Nama sediaan dasar Salep
5 Dosis 1 %( Fornas 116 ) 10 mg / g = 0,01 g / g = 1 g/100 g = 1 %
Nilai Syarat Rujukan
6 Kadar bahan aktif 1% 1% Fornas 116
7 Berat / volume per unit 5g 5g Fornas 116
8 Pemerian - - -
- Bentuk salep Bentuk Hablur/serbuk hablur FI IV 189
- Warna putih Putih hingga putih kelabu / FI IV 189
putih kekuningan
- Bau Tidak berbau Tidak berbau FI IV 189
- Rasa Tidak berasa Tidak Berasa FI IV 189
- Konsistensi - - -
9 Karakteristik Lain
* Viskositas - - -
* Berat jenis - - -
* Tipe Emulsi - - -
* Volume Wadah 5g 5g
Fornas 116
* Pemerian :
- Bentuk Hablur halus berbentuk jarum Serbuk amorf, higroskopik Semisolid Cairan
- Warna Putih hingga putih kalabu atau putih Putih sampai kuning Kekuningan Putih kekuningan
kekuningan
- Bau Khas lemah Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
- Rasa Agak asam (FI IV 189) Rasa pahit (Handbook 27) Tidak berasa ( HB) Rasa mucilago
* Kelarutan Sukar larut dalam air Mudah larut dalam Mudah larut dalam air, dan Tidak larut dalam air, benzene, Praktis tidak larut dalam etanol
etanol propilen glikol aseton dan etil asetat benzene dan sukar larut dalam karondisulfidasida, Chloroform, dan pelarut organic lain
(FI IV 189) eter Larut dalm eter, Praktis tidak larut
dalam etanol dingin
* Indikasi Infeksi yang disebabkan mikroba, Sebagai antimikroba, antiseptic, Sebagai emollient : ointment base Emollient, solvent
Konjungtivitas (ISO 2006 448 - 449) desinfektan, bahan pembasah
(HB 27)
*% Pemakaian 1 % ; (fornas 116 0,01 0,02 % Sampai 100 01 %
*Stabilitas &Penyimpanan Dalam larutan air, hidrolisis tidak terjadi Higroskopis, dipengaruhi oleh Dilindungi dari cahaya dingin Dalam wadah tertutup rapat,
pada temperature ruangan pada pH 2 - 7. cahaya , udara dan metal dilindungi dari cahaya, dingin
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (FI dan panas.
IV 189)
* OTT - Pada aluminium, suraktan Vaselin flavum adalah bahan yang OTT bahan pengoksidasi kuat
anionic, sitrat, cotton, fluresen inert
hydrogen peroksida
* Cara Sterilisasi Tehnik aseptik ( Fornas 116) Dengan autoklaf (HB 27) Kalor kering (HB) Kalor kering (HB)
RANGKUMAN PENGKAJIAN PRAFORMULASI
Formula Proses QC
1 Bentuk sediaan Bentuk sediaan yang Bagaimana yang 1. tetes mata - Dibuat sediaan steril salep mata dari
cocok dengan sifat fisika, kimia dari 2. Salep mata kloramfenikol karena waktu kontak salep
bahan aktif jka dibuat suatu sediaan 3. Suspensi dengan larutan obat mata jauh lebih lam
steril unuk mata? 2-4 x
2 Basis salep Basis salep yang mana yang cocok 1. Hidrokarbon - - Digunakan basis salep hidrokarbon
digunakan untuk pembuatan salep 2. Absorpsi karena basis dapat bertahan lama pada
mata dari Kloramfenikol 3. Tercuci dgn air mata, tidak tercuci dengan air mata.
4. Larut dlm air Selain itu basis salep mata yang cocok
untuk sediaan mata adalah hidrokarbon.
Bakterisida Didalam tehnik aseptik digunakan 1. Benzalkonium - - Digunakan benzalkonium klorida 0,02 %
bakterisida,.Bakterisida mana yang klorida (0,01-0,02%) sebagai bakterisida karena benzalkonium
cocok didalam menbuat salep mata 2. Klorbutanol ( 0,5 %) klorida ini tidak OTT dengan bahan aktif,
kloramfenikol? dan basis salep yang digunakan untuk
membuat sediaan ini.
-
Metode Metode pembuatan yang bagaimana - Sterilisasi akhir Dipilih metode pembuatan dengan Tehnik
4 Pembuatan / Cara yang cocok didalam membuat salep - Tehnik aseptik aseptik, dipilih metode tersebut karena
sterilisasi mata kloramfenikol? bahan aktif tidak tahan terhadap
pemaasan. Dan bentuk sediaan steril yang
dibuat adalah salep. Dimana salep
disterilisasi dengan tehnik aseptik
Wadah yang cocok untuk salep mata - Digunakan tube sebagai wadah untuk
5 Wadah kloramfenikol ? salep mata kloramfenikol.
E. FORMULA DAN PERHITUNGAN
FORMULA FUNGSI % LAZIM % PAKAI PER UNIT PER BATCH
( 5 g) ( 20 g)
1 Kloramfenikol Bahan aktif 1% 1% 0,05 g 0,2 g
2. Benzalkonium klorida pengawet 0,01%-0,02% 0,02 % 0.001 g 0,004 g
3. Basis cream ( + 20 %) - - - - - g
PROSEDUR PEMBUATAN
SEDIAAN STERIL SALEP MATA
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal
dari hal
..
1. Sterilisasi alat
2. Penimbangan bahan aktif dan bahan tambahan
3. Sterilisasi bahan aktif, basis salep, dan bahan tambahan
4. Peleburan basis salep dalam oven
5. Pembuatan basis salep
6. Pencampuran basis salep, bahan aktif dan tambahan
7. Penimbangan salep
8. Pengisian ( kedalam tube)
9. Pemberiaan etiket
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal
dari hal
..
Tgl : Tgl : Tgl No
../
/
.
Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh campuran antara basis salep dan bahan tambahan yang baik
* Bahan :
Basis salep
Kloramfenikol
Benzalkonium klorida
* Alat :
Lumpang dan alu
Wadah
Spatel
Beaker glass
No Cara Kerja Operator SPV
1 Terlebih dahulu dilakukan pengenceran terhadap benzalkonium
klorida dgn cara : Ditimbang 50 mg + basis salep 1g ( lumpang
2 2) kmd digerus homogen. Kemudian ditimbang 80 mg (dari
basis salep 1 g + 50 mg benzalkonium klorida) masukkan
kedalam basis salep yang telah dibuat tadi (lumpang 1)
3 Masukkan kloramfenikol kedalam basis salep, kemudian gerus
homogen.
.
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal
dari hal
..
Tgl : Tgl : Tgl No
../
/
.
Penanggung Jawab Prosedur
Tujuan : Memperoleh campuran antara basis salep dan bahan tambahan yang baik
* Bahan :
Sediaan steril salep mata yang telah jadi
* Alat :
Tube
Timbangan
Spatel
Pinset
No Cara Kerja Operator SPV
1 Kemudian timbang 5 gram sediaan salep mata dengan
menggunakan kertas perkamen lalu masukkan kedalam
tube
2 Kemudian beri label dan kemasan
3 Lakukan uji evaluasi sediaan.
EVALUASI SEDIAAN
UJI ORGANOLEPTIK
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI pH
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI STERILISITAS
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI PENENTUAN TIPE EMULSI
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal
dari hal
..
EVALUASI SEDIAAN
UJI KADAR AIR
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI DAYA MENYERAP AIR
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI KADAR AIR
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI KONSISTENSI
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI PENYEBARAN
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI TERMORESISTENSI
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
EVALUASI SEDIAAN
UJI KEBOCORAN TUBE
Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal dari hal ..
LEMBAR STERILISASI
No Nama alat / Bahan Cara sterilisasi Waktu
BAB IV
PEMBAHASAN
2
Ansel, C Howard. 1989.Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta : UI-press
3
Voigt, Rudolf. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gajah Mada University press
4
Watimena, M.Sc. Dra J. R dan Drs Tan Siang Gwan. 1968. Dasar-dasar pembuatan dan Resep
resep obat suntik. Bandung : Tarate
Dipilih metode pembuatan dengan Tehnik aseptik, dipilih metode tersebut
karena bahan aktif tidak tahan terhadap pemaasan. Dan bentuk sediaan steril yang
dibuat adalah salep. Dimana salep disterilisasi dengan tehnik aseptik
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Anief, Prof.Drs. Moh.Apt. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM press.
2. Ansel, C Howard. 1989.Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta : UI-press.
3. Bagian farmakologi FKUI. 1994. Farmakologi dan terapi ed. Keempat. Jakarta :
Bag. Farmakologi FKUI.
4. Harkness, Richard. 1984. Interaksi Obat. Bandung : penerbit ITB.
5. Hartanto, Huriawati( alih bahasa).2000.Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik. Jakarta : UI Press.
7. Martindale. 1972. The Extra Pharmacopeia, 28 th Ed. London : The Pharmaceutical
Press.
8. Mutschler ,Ernest. 1985. Dinamika Obat. Bandung : penerbit ITB. Hal..
9 Tja y, Tan Hoan Drs, dan Drs Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat penting. Jakarta :
Gramedia.
10. Wade, Ainley and Paul J Weller.1994. Handbook of Pharmaceutical Excipient
second ed. London : The Pharmaceutical Press.
11. Watimena, M.Sc. Dra J. R dan Drs Tan Siang Gwan. 1968. Dasar-dasar
pembuatan dan Resep resep obat suntik. Bandung : Tarate
Komposisi
Tiap g salep mengandung kloramfenikol 10 mg
Indikasi
Infeksi pada mata seperti trakoma,
blefaritis,keratitis,konjungtivitis
Aturan pemakaian
3 4 x sehari, oleskan pada mata yang sakit.
Pengobatan harus diterskan sedikitnya 48 jam sesudah
bagian yang sakit normal kembali
Kontraindikasi
Penderita yang sensitif terhadap kloramfenikol
Efek samping
Kadang timbul reaksi hipersensitivitas seperti
rasa terbakar, gatal, kemerahan, ruam kulit, bengkak atau
tanda-tanda iritasi lain
Cara Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya, dan terlindung dari panas berlebih.
SUSAN PHARMACEUTICAL
No batch : DK 0301
Exp date : JAN 09
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan dan
pengujian sediaan salep mata dengan beberapa basis secara steril, oleh karena
itu hal pertama yang harus kami lakukan adalah membuat basis salep mata
terlebih dahulu, pada praktikum ini kami membuat dengan zat akif
hydrocortison asetat 1%.
Proses aseptis sendiri adalah proses pengolahan produk steril tanpa sterilisasi
akhir. Berbeda dengan metode sterilisasi akhir, metode aseptis merupakan
proses perlindungan pasif dari kontaminasi, oleh karena itu resiko kontaminasi
metode aseptis lebih tinggi dari metode sterilisasi akhir.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mensterilkan semua alat yang
digunakan antara lain. Cawan penguap, kaca arloji, mortir, stamper, sendok
tandu, dan tube salep disterilkan dengan menyemprotkan alcohol 70%; Setelah
mensterilkan semua alat yang akan dipakai barulah melanjutkan proses
pembuatan salep yang semuanya dilakukan di dalam ‘in case’ untuk
menghindari adanya kontaminasi.
Tahap selanjutnya adalah penimbangan basis salep, pada tahap ini berat
penimbangan dilebihkan 25%, karena setelah sterilisasi di oven selama 30 menit
dengan suhu 150°C ditakutkan sebagian basis menempel pada kain kasa
sehingga penimbangan basis dilebihkan 25%. Basis yang digunakan adalah
vaselin flavum, adeps lanae dan paraffin liq, dan untuk zat aktif salep mata
ialah hidrocortison asetat. Semua basis salep tersebut ditimbang dengan urutan
basis sesuai dengan konsistensinya yakni basis salep yang semi padat ditimbang
lebih dulu baru yang berbetuk cair supaya lebih mudah dalam penimbanganya .
Setelah ditimbang dan di sterilkan. Setelah basis siap barulah dicampur dengan
zat aktif dan dimasukan dalam tube salep steril.
Parameternya adalah homogenitas, untuk menjamin efek obat; bentuk, bau dan
warna untuk melihat apakah ada perubahan fase; dan partikel asing untuk
menjamin kenyamanan pasien. Dan dari percobaan evaluasi praktikum ini di
dapatkan hasil bentuk yang tetap semi padat; warna, yang putih ; bau yang
tidak tengik; dan tidak homogenitas; dan masih bebas dari partikel asing. Pada
praktikum kali ini juga dilakukan uji pH dengan menggunakan stik pH Dimana
didapat tingkat pH pada sediaan salep mata kami sekitar 5,5 cukup asam
dimana batas normal pH salep mata yaitu pH 7.
hayatihongki
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL
PRAKTIKUM 3
FORMULASI SEDIAAN SALEP MATA
Nilai Kerja :
Nilai Laporan :
4.Vaseline Flavum
Nama Lain
Petrolatum
Pemerian
Berwarna kuning hingga kuning pucat, bermassa ringan, tidak berbau dan tidak
berasa.
Kelarutan
Tidak larut dalam aseton, ehanol panas dan digin, gliserin serta air; Larut dalam
benzene, karbon disulfit, kloroform, eter, heksane, dan minyak volatile.
Fungsi
Emollient, Basis Ointment
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Oven – 1800 C
30’
4
Pinset
2
Oven – 1800 C
30’
5
Sendok porselen
1
Oven – 1800 C
30’
6
Botol Serbuk
2
Oven – 1800 C
30’
7
Tutup botol / tutup alumunium
2
Oven – 1800 C
30’
Waktu Pengeringan : 15 menit
Oven
1. Waktu pemanasan : 23 menit
2. Waktu kesetimbangan : 0 menit
3. Waktu pembinasaan : 30 menit
4. Waktu tambahan jaminan steril : 0 menit
5. Waktu pendinginan : 15 menit
Total Waktu : 68 menit
Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 10:00
3.2 Sterilisasi sediaan
Sterilisasi sediaan menggunakan metode panas kering (oven)
1. Waktu pemanasan : 52 menit
2. Waktu kesetimbangan : 20 menit
3. Waktu pembinasaan : 30 menit
4. Waktu tambahan jaminan steril : 10 menit
5. Waktu pendinginan : 15 menit
Total Waktu : 107 menit
Proses sterilisasi berlangsung mulai pukul 10:00
3.3 Perhitungan
a. Daya Sebar Salep Tanpa Beban
Luas Lingkaran
= 3.14 X 2,52
= 19,625 Cm2
Daya Sebar =
T
= 0,5g X 19,626Cm2
60 sekon
= 0,163 g.Cm2/sekon
Description: capture-20160321-203740.png
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini melakukan praktikum “Formulasi Sediaan Salep Mata” yang
bertujuan mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasikan sediaan
salep mata, mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
basis, serta aksi teraupetik dari bahan aktif. Oculenta atau yang biasa disebut salep
mata, adalah sediaan setengah padat. Salep mata adalah salep yang digunakan pada
mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat
dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta
memenuhi syarat uji sterilitas. Perlu diketahui bahwa Syarat oculenta atau salep mata
seperti tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar, dasar salep tidak boleh
merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan
air mata, obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan, salep mata harus steril dan
disimpan dalam tube yang steril.
Pada praktikum salep mata ini bahan yang digunakan yaitu Klormfenikol, Lanolin
atau Adeps Lanae, Paraffin Liquid atau Paraffin Cair Dan Vaselin Flavum. Pertama
dengan menimbang Kloramfenikol sebanyak 0,02 gram, Lanolin sebanyak 0,2 gram,
Paraffin Cair sebanyak 0,2 gram dan Vaselin Flavum sebayak 1,58 gram. Selanjutnya
basis salep (Lanolin, Paraffin Cair, Vaselin Flavum) dileburkan pada cawan porselen
kemudian leburkan dalam oven pada suhu 600C elama 60 menit, setelah meleleh
gerus Kloramfenikol pada mortar, selanjutnya campurkan Kloramfenikol dengan
basis yang telah meleleh sempurna sampai homogen, timbang 2 gram dan masukan
dalam tube dan beri etiket. Sebelum campuran bahan yang di campur dimasukan ke
dalam tube terlebih dahulu lakukan evaluasi sediaan salep mata, dari uji organoleptis
salep mata yang dibut berwara kuning pucat, berbau khas, dari uji homogenitas salep
mata yag dibuat homogen, dari uji daya sebar dihasilkan daya sebar salep tanpa beban
yaitu 0,163 g.Cm2/sekon, daya sebar salep dengan beban 50 gram yaitu 0,284
g.Cm2/sekon, daya sebar salep dengan beban 100 gram yaitu 0,320 g.Cm2/sekon,
daya sebar salep dengan beban 150 gram 0,418 g.Cm2/sekon, dari uji pH yang
dilakukan salep mata yag dibuat memiliki pH 6 dimana batas normal pH salep mata
yaitu pH 7.
Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah waktu
kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan salep mata umumnya dapat
memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air yang
ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah
obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi pengguna salep mata adalah
kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan meyebar melalui
lensa mata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep
mata, adalah sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan
aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat
digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara
aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep
mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ, kemungkinan kontaminasi
mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji dibawah LAF (Laminar
Air Flow), salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk
secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan
lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik, Wadah
salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan, Wadah
salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan
jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaiannya sampai
tingkat yang minimum.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat
dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995). Dasar salep yang
dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau titik melumer
mendekati suhu tubuh, tidak menimbulkan alergi, serta tidak bersifat hidrofilik
sehingga tidak mudah tercuci oleh air mata.
BAB V
KESIMPULAN
1. Basis salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi
obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
2. Pembuatan salep mata harus berlangsung pada kondisi aseptik untuk
menjamin kemurnian mikrobiologi yang disyaratkan. Hal itu mensyaratkan, bahwa
basis salep yang digunakan sedapat mungkin dapat disterilkan.
3. Salep mata Kloramfenikol untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis
eksternal yang disebabkan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. ( 2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9. Yogyakarta:
Gajah Mada University- Press, Halaman 32 – 80.
LAMPIRAN
Uji pH
Unknown di 14.15
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
‹
›
Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Mengenai Saya
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit,
selaput lendir, dan mata. Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata dimana
pembuatan salep mata ini harus diberikan perhatian khusus. Sediaan obat mata
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan,beberapa diantaranya memerlukan perhatian
khusus seperti salep mata (FI IV,1995).
Sediaan salep mata dibuat dari bahan yang sudah disterilkan yang memenuhi uji
sterilitas dan dengan pembuatan aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau
campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan dan memusnahkan
mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu
penggunaan kecuali dinyatakan lain yaitu formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik (FI IV, 1995).
Bahan obat yang ditambahkan kedalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk.
Salep mata harus bebas dari partikel kasar. Dasar atau basis salep yang dipilih tidak
boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap
mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi
penyimpanan yang tepat. Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap. Bahan
dasar seperti ini memungkin disperse obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh
menyebabkan iritasi pada mata. Penggunaan salep mata, khususnya yang digunakan
pada mata yang luka, harus steril (Lachman, 1994).
Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan
cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan
pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas.
Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan dengan radiasi sinar γ.
(Remingthon pharmauceutical hal.1585).
b. Paraben
Dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air
yang ekuivalen.
Onset dan waktu puncak absorbsi lebih lama.
Waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi.
2. Kerugian penggunaan salep mata : (Remington, 1965)
Dapat mengganggu penglihatan dan menjadi kabur, kecuali pemakaian pada saat
tidur.
Formulasi dari sediaan salep mata terdiri dari zat aktif dan dasar salep atau basis
salep. Salep mata harus steril berisi zat antimicrobial, preservative, antioksidan, dan
stabilitator.
Batasan ukuran partikel yaitu setiap 10 μg zat aktif tidak boleh mengandung atau
mempunyai partikel >90 nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel >50 nm, dan tidak
boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).
1.Zat aktif
Basis salep mata yang paling umum digunakan yaitu vaselin. Beberapa bahan dasar
salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan
dasar larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan disperse obat larut air
yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi mata.
Parrafin liquidum ad 10
Adepslanae ad 10
Vaselinflava ad 80
Menurut Farmakope Indonesia, basis salep mata terdiri dari :
Pembuatan salep mata, zat aktif ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril
termikronisasi pada dasar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptic dalam
tube steril.
Bahan obat disterilkan dengan cara yang cocok. Bila bahan tertentu yang digunakan
dalam formula tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan
yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptic.
Tube disterilkan dalam autoklaf pada suhu antara 1150 dan 1160 selama tidak kurang
dari 30 menit.
Zat aktif ditambahkan pada basis salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
Strelitas memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
Penyimpanan dalam tube, ditempat sejuk.
D. PERSYARATAN
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang benar-benar
aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan
dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk
mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika
wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah
klorbutanol, paraben atau merkuriorganic
Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata,membiarkan difusi obat melalui
pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu
tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting,tidak layak membuat sediaan larutan
mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan
kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata
saat kornea digosok. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan
ketidaknyamanan pada pasien.
Salep mata harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan
penutupan, harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama.
Adapun karakteristik dari sediaan salep mata meliputi:
1.Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara
normal diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih
dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan
dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk
larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah
memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing.
Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah
filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya
untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril
dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawapartikel dalam larutan
selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi.
2. Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat,
pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutan
dan tipe pengemasan.
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8.
Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam
beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang
dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun.
3. Pendapar dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan
air mata yaitu 7,4. dan prakteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam
optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya
dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil
pada pH asam.
4. Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan
berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnitude sifat
koligatif larutan adalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang
diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 %
NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk
dipertimbangkan.
5. Viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu kontak dalam
mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range signifikan meningkatkan
lama kontak dalam mata.
6. Bahan Tambahan
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan
nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi
rendah khususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan.
Surfaktan jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan
E. EVALUASI
1.Uji Kebocoran
Cara:
Ambil tube salep mata, bersihkan permukaan luar tiap tube dengan kertas penyerap.
Letakkan tube di atas loyang posisi horizontal.
Masukkan ke dalam oven diamkan selama 1 jam, suhu 60° ± 3°.
Tidak boleh terjadi kebocoran (kertas penyerap harus tetap kering).
Hasil pengujian: kertas penyerap menjadi berminyak disebabkan isi salep yang keluar
melalui bagian lipatan tabung. Dan ini diabaikan. Tube tidak bocor.
2. Uji Homogenitas
Salep dioleskan pada salah satu objek glass, kemudian dihimpit dengan objek glass
yang satunya sampai salep tersebar pada objek glass, harus menunjukkan
susunan yang homogen.
Hasil pengujian: salep homogen.
3. Uji pH
Tujuan : untuk mengetahui pH pada salep mata sesuai apa tidak agar tidak terjadi
iritasi
Prosedur
Prosedur
Prosedur
Diletakkan sediaan salap mata pada 2 kaca objek yang telah ditentukan
Ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit
Dipasang alat test beban, diberikan beban 80 gram dan kemudian dicatat waktu
pelepasan dari gelas objek.
6. Uji Viskositas
adalah alat yang digunakan sebagai tempat inokulasi pada pengujian mikrobiologi.
Prinsipnya adalah blower meniupkan udara steril secara kontinyu melalui ruang
inokulasi sehingga ruangan terbebas dari debu dan spora-spora yang mungkin jatuh ke
media. Udara seteril didapat dengan mengalirkan udara dari luar melalui filter yang
sangat halus yang dinamakan HEPA(Hight Efficiency Particulate Air Filter).
Apa perbedaan dengan tetes mata ? dan apa keunggulan nya dibandingkan tetes mata?
Karna salep mata kekentalan nya tinggi membuat waktu kontak yang lebih lama dan
biovailabilitas obat lebih besar sehingga onset dan waktu puncak absorbs yang lebih
lama dibandingkan tetes mata.
Boleh tergantung kebutuhan pasien, tetapi diberi jarak setidak nya 5-10 menit,
gunakan tetes mata terlebih dahulu dibandingkan salep mata agar tetesan masuk
kedalam mata. Dan memberikan hasil yang maksimal.
Kenapa basis nya memakai paraffin liq, adeps lanae, dan vaselin album ?
Menggunakan basis salep hidrokarbon diantara nya vaselin album dan paraffin liq
Advertisements
Bagikan ini:
Related
Sediaan Salep Mata
13 December 2018
In "Tak Berkategori"
Obat Tetes Mata
13 December 2018
In "Teknologi Sediaan Steril"
Makalah Sediaan Steril Tetes Mata
12 December 2018
In "Tak Berkategori"
Categories: Teknologi Sediaan Steril
Tags: #istn_steril_K
Leave a Comment
TUGAS TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID (METODE EVALUASI SEDIAAN
SUSPENSI STABILITAS FISIK) KELOMPOK 8
Back to top
Advertisements
demi masa
demi masa... ku hanya seorang lelaki yang berusaha berdiri melawan dunia... demi
masa.... ku hanya seorang lelaki pemdamba cinta pemegang hasrat... demi masa... ku
hanya seorang lelaki tak bersua, tak bercakap... demi masa...ku hanya seorang lelaki...
Senin, 26 Maret 2012
formula salep mata
Formula Asli
R/ Salep mata Kloramfenikol
Rancangan Formula
Tiap 3,5 g salep mata mengandung :
Kloramfenikol 1%
Klorobutanol 0,5%
α-tokoferol 0,05%
Basis ad 100%
Parafin cair 10%
Lanolin anhidrat 10%
Vaselin kuning 80%
Master Formula
Nama Produk : Kloram EyeSalep
JumlahProduk : 1 tube @ 3,5 gram
TglProduksi : 17 September 2007
Tglkadaluarsa : 17 September 2009
No. Reg : DKL 0601010131 A1
No. Batch : G 06001
PT. DUAFarma
Kloram Eye®Salep Dibuatoleh : Disetujuioleh :
Klp II Eva S.Si
No KodeBahan Namabahan Fungsibahan Perdosis Perbatch
1 KLF-01 Kloramfenikol Zataktif 1% 1%
2 KLB-02 Klorobutanol Pengawet 0,5% 0,5%
3 ATK-03 α-tokoferol Antioksidan 0,05% 0,05%
4 PFC-04 Parafincair Basis 10% 10%
5 LNH-05 Lanolin anhidrat Basis 10% 10%
6 VSK-06 Vaselinkuning Basis 80% 80%
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik spektrum luas yang aktif terhadap hampir
semua kuman gram positif dan sejumlah kuman negatif. Juga terhadap spirokhaeta,
Clamydia trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadap kebanyakan suku
Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter (OOP V : 32).
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang
dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan peptide pada proses sintesis protein kuman
Alasan Penambahan Bahan
II.3.1 Kloramfenikol
a) Alasan dibuat salep
• Scoville’s : 354
Banyak antibiotik menjadi lebih buruk dalam keadaan berair khususnya tanpa
pendapar yang mengandung garam dari penisilin, tertrasiklin, klortetrasiklin,
oksitetrasiklin, kloramfenikol, basitrasin. Ketika suatu antibiotik tidak stabil dalam
air, baik untuk dibuat salep dengan menggunakan basis anhidrat.
• RPS18th : 1585
Kloramfenikol ditujukan untuk penggunaan blepharitis yaitu radang pada kelopak
mata, jadi harus dibuat sediaan salep karena berkerja pada kelopak mata, kelenjar
sebaseus, konjungtiva, kornea dan iris.
• RPS18th : 1215
Kelarutan kloramfenikol 1 g dalam 400 ml air, mudah larut dalam alkohol, sukar larut
dalam air sehingga dibuat dalam bentuk salep bukan tetes mata.
• RPS 18th : 1585
Salep memberi keuntungan dengan waktu kontak lama.
• RPS 18th : 1585
Salepmemberibioavailabilitas total obat yang lebihbesardibandingtetesmata.
b) Indikasi
• OOP V : 32
Antibiotik spektrum luas aktif terhadap hampir semua kuman gram positif dan
sejumlah kuman negatif. Juga terhadap spirokhaeta, Clamydia trachomatis dan
Mycoplasma. Tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan
Enterobacter.
• RPS18th : 1215
Kloramfenikol mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas. Obat ini efektif
untuk penyakit rickettsial tergolong epidemik, demam, tifus Scrub, Rocky Mountain,
penyakit virus dan banyak bakteri termasuk yang disebabkan oleh A. aerogenes,
E.coli, K. pneumoniae, H. pertussis, S. thyposa, Brucella, V. cholerae, Staphilococci,
Streptococci, Corynebacteria, Myoplasmas, Actinomycetes dan T. pallidum. Karena
reaksi toksisitas yang serius, penggunaan sistemik dari obat inin seharusnya dibatasi
hanya untuk infeksi yang serius yang tidak dapat diobati dengan obat-obat lain. Obat
ini dipilih untuk demam tifoid.
Digunakan secara topikal untuk infeksi konjungtival superfisial dan blepharitis yang
disebabkan E. coli, H. influenzae, Moraxella laconata, Staph. aureus dan S.
hemolyticus.
Konjungtivitas adalah radang kongjungtivayang disebabkan oleh bakteri, mudah
menular. Disebabkan oleh disebabkan Stafilokok, Steroptokok, Corynebacterium
diptheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria gonorrhae, dan Haemophilus
influenzae.
c) MekanismeKerja
• FT IV : 657
Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang
dihambat ialah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk
membentuk ikatan peptide pada proses sintesis protein kuman.
• AMA DRUGS : 1529
Aksi kloramfenikol dapat menghambat sintesis protein bakteri. Antibiotik ini
mengikat subunit 50S dari ribosom 70S bakteri dan mencegah pengikatan asam amino
dengan hasil akhir dari aminoacyl tRNA pada posis reseptor. Lalu substrat asam
amino tidak dapatberinteraksi dengan enzim peptidil transferase dan pembentukan
ikatan peptide tidak dapat terjadi.
d) Efek samping
• OOP V : 83
Efek samping umum berupa antara lain gangguan lambung dan usus, neuropati optis
dan perifer, radang lidah dan mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi
sumsum tulang yang tampak dalam dua bentuk anemia yaitu sebagai penghambatan
pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit dan granulosit) dan anemia aplastik.
• MD 32th : 182
Reaksi hipersensitivitas seperti rashes, demam dan angiodema dapat terjadi khususnya
setelah penggunaan topical, anafilaksis dapat terjadi tetapi jarang. Kelainan seperti
reaksi Herxeimer juga dapat terjadi.
e) Kontraindikasi
• FT : 658
Kloramfenikol dikontaindikasikan dengan neonatus, pasien dengan gangguan hati dan
pasien yang hipersensitif terhadapnya.
• MD 32th : 182
Kloramfenikol dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitif atau
reaksi toksik dari obat. Seharusnya tidak pernah diberikan secara sistemik, untuk
infeksi minor atau profilaksis.
f) Interaksi
• RPS 18th : 185
Adanyalaporanbahwakloramfenikoldapatmenghambatmetabolismedaritolbutamid,
klorpropamid, phenitoindanobatlainnya.Sangat penting untuk mengurangi dosis dari
bahan tersebut selama periode terapi dari kloramfenikol.
• AMA DRUG : 1532
Kloramfenikoldapatmemperpanjangwaktuparuhdanmeningkatnyakonsentrasi serum
darifenitoin, tolbutamid, klorpramid, dikumarol,
danobatlainnyadenganmenghambatmetabolismeolehenzimmikrosomalhati.
g) Kestabilan
MD32th : 182
Kloramfenikol dilaporkan stabil dalam larutan berair. Meskipun stabilitas dapat
dicapai dengan penambahan sulfur, dilaporkan kehilangan 50% larutan berair tanpa
buffer pada penyimpanan 290 hari suhu 20-22oC, dimana untuk larutan pH 7,4 yang
dibuffer borax hanya 14%. Kehilangan kloramfenikol (dengan hidrolisis) meningkat
dengan pemanasan; sekitar 4 % hilang dari larutan berair pada pemanasan 100oC
selama 30 menit dan 10% pada suhu 115oC selama 30 menit. Stabilitas dari
kloramfenikol dalam basis salep telah diperiksa, ditemukan lebih stabil dalam basis
emulsi minyak dalam air daripada emulsi air dalam minyak dan lebih stabil dalam
basis yang mengandung lemak domba daipada cetil alkohol. Larutan berair harus
terlindung dari cahay karena dapat terjadi dekomposisi fotokimia, dengan
penguningan larutan dan peningkatan pH asam. Stabilitas maksimum pada pH 6.
h) Dosis
• RPS18th : 1216 1 %
• AMA DRUGS : 1025 1 %
• Presc : 144 1 %
• FT : 597 1 %
• ANSEL : 564 1 %
• OOP V : 82 0,25 - 1 %
i) Aturan pakai
• RPS18th : 1216
Sebagai salep mata 1% tiap 2-3 jam pada tiga hari pertama dan tiap 3-4 jam pada hari
berikutnya.
• OOP V : 82
Berhubungperkiraanadanyakaitanantaraterjadinyafotodegradasidarizatinidanmyclodep
resipadapasien yang peka,
makahendaknyahanyadigunakanpadakonjungtivitasbakterialselamamaksimal 2
minggu, 1 ddmalamhari.
Alasanpenggunaanklorobutanol
• Scoville’s : 237
Klorobutanoldalamkonsentrasi 0,5 % merupakansalahsatupengawet yang
memuaskanuntuklarutanmatatetapiperlupembatasandalampenggunaannya :
1. Diadideaktifasidalam alkali danlalutidakdapatdigunakandenganbanyaklarutan
buffer alkali yang biasadigunakan.
2. Diadideaktifasidenganautoklaving. Meskipunpada pH2,6-4, kurangdari 3,5%
deaktifasiterjadiketikalarutantanpa buffer dipanaskanpadasuhu 121oC selama 10
menit.
3. Klorobutanoltidaktercampurkandenganperaknitrat, Na-Sulfadiazin, dan Na-
Sulfatiazol.
Keuntungandariklorobutanol :
1. Penghambat yang baikuntukorganisme gram positifdan gram negative
termasukP.aeruginosasebaikbeberapajamur.
2. Mempunyai range yang luasdalamkebercampuran
3. Merupakan larutan asam yang stabil dengan pembatasan yang telah disebutkan
sebelumnya.
4. Sedikitatautidakmengiritasi
5. Tidakmengiritasiketikadimaukkankedalam anterior mata.
• Exp : 126
Klorobutanol digunakan dalam bentuk sediaan optalmik atau parenteral sebagai
pengawet antimikroba pada konsentrasi 0,5%. Umumnya digunakan sebagai bahan
antibakteri untuk sediaan optalmik yang dimaksud untuk pengobatan mata.
a) Inkomp
Exp : 127
Klorobutanolinkompdengan vial plastik, sumbatkaret, bentonit, magenesiumtrisilikat,
polietilendanpolihidroksietilmetakrinat, CMC danpolisorbat 80
mengurangiaktivitasantimikrobamelaluiabsorpsiataupembentukankompleks.
b) Konsentrasi
• Exp : 73 0,5 %
• DOM : 896 0,5 %
Scoville’s : 237 0,5 %
Mekanisme α-tokoferol sebagai antioksidan yaitu mekanisme keempat.
a) Alasan digunakan α-tokoferol
• Scoville’s : 341
Campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon semisoliddiperoleh dari petrolatum
distabilkan dengan penambahan dL-α-tokoferol.
II.4UraianBahan
1. Kloramfenikol (FI III : 143-144, RPS 18th : 1216)
NamaResmi : Chloramphenicolum
Sinnonim :
: Kloramfenikol
RM / BM C11H12Cl2N2O5 / 323,13
RumusBangun :
Pemerian : Tidak berbau atau sedikit berbau, tidak berasa atau sedikit berasa cairan,
seperti minyak, kuning jernih
Kelarutan : Praktis tiak larut dalam air, larut dlam etanol (95%) P, dan dapat
bercampur dengan eter P, dan dengan aseton P, dengan ,minyak nabati, dengan
kloroform P
Penyimpanan : Harus disimpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara pada
temperatur yang sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagaiantioksidan
Kestabilan : Teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfer dan cepat oleh garam ferri
dan perak.
Incomp : Dengan peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga dan perak.
Tokoferoldapatdiabsorbsiplastik.
Kesetaraan : 1 mg α-tokoferol = 1,49 UI
Konsentrasi : 0,001 – 0,05 %, 0,001 – 0,1 %
Sterilisasi : Distrerilisasi dengan oven pada suhu 150oC selama 1 jam.