Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


(TUHAN YANG MAHA ESA)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pembimbing :
Dra.NURMAYANI.M.Ag

Disusun oleh : Kelompok II

NAMA : EFTINA REZKI HASIBUAN (2171151005)


FAUZA AZZAHRAH (2171151006)
ILHAM SURYADITIA (2171151007)
SEPTIANA SAFIRA (2172151004)

KELAS :B

JURUSAN SENI RUPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
EXCECUTIVE SUMMARY

Agama merupakan sarana yang menjamin kelapangan dada dalam individu


dan menumbuhkan ketnangan hati prmrluknya. Agama akan memelihara manusia dari
segala bentuk perilaku menyimpang dan menjauhkan dari tingkah laku yang negatif.
Bahkan agama akan membuat hati manusia menjadi lebih jernih, halus, dan suci. Di
samping itu, agama merupakan benteng pertahanan bagi generasi muda dalam
mengahadapi berbagai macam perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat.
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammad saw, diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di
dalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-
luasnya.
Islam merupakan agama yang membawa kedamaian, rasa persaudaraan, cinta
kasih dan tolong menolong. Agama yang telah diridhai oleh Allah swt kepada
hambanya dalam Al-qur’an, semua nabi memilh islam sebagai agama mereka untuk
mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka, yaitu kehidupan akhirat.
Sebagai umat islam kita tentunya harus memahami makna agama yang kita
anut. Karena dengan mengerti makna dan maksud dari ajaran islam, maka diharpkan
kita akan senantiasa melaksanakan kewajiban kita sebagi umat islam dengan penuh
keikhlasan dan kekhusyukan.
Konsep tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut pemikiran manusia,
berbeda dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa menurut ajaran Islam.Konsep
Ketuhanan menurut pemikiran manusia baik deisme, panteisme, maupun eklektisme,
tidak memberikan tempat bagi ajaran Allah dalam kehidupan, dalam arti ajaran Allah
tidak fungsional.Paham panteisme meyakini Tuhan berperan, namun yang berperan
adalah Zat-Nya, bukan ajaran-Nya.Sedangkan konsep ketuhanan dalam Islam justru
intinya adalah konsep ketuhanan secara fungsional.Maksudnya, fokus dari konsep
ketuhanan dalam Islam adalah bagaimana memerankan ajaran Allah dalam
memanfaatkan ciptaan-Nya. Segala yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh
Yang Maha Pencipta (Khalik).

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang saya sampaikan kehadiran Allah SWT yang maha pemurah dan
berkat kemurahan-Nya Critical Book Report (CBR) ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam CBR ini kami membandingkan beberapa buku, serta kelebihan dan
kekurangan dari buku tersebut.
CBR ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang membandingkan
suatu buku serta kelebihan dan kekurangan dari buku tersebut. Untuk itu rasa terima kasih
yang sedalam-dalam nya saya sampaikan kepada Ibu Dosen Pengampu yang membimbing
dan memberi pengajaran seputar dalam pemahaman dalam membuat Critical Book Report
mengenai pembahsan tentang Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

EXCECUTIVE SUMMARY.........................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR ..............................................................................................1
C. Manfaat CBR .............................................................................................................1
D. Identitas Buku Yang DiReview .............................................................................1-2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU...........................................................................3-23
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku..........................................................................................24-27
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................................................27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................28
B. Rekomendasi ...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan kita pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya kekurangan
dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang desaian komunikasi visual.
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca untuk memilih buku referensi, terkhusus pada pokok pembahasan tentang Tuhan Yang
Maha Esa serta yang berkaitan dengan materi tersebut.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Mengkritisi/membandingkansatu topik materi Tuhan Yang Maha Esa dalam dua buku
yang berbeda.
2. Mengulas isi buku.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
4. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari buku.
4.   Membedakan keunggulan dan kelemahan isi dari buku tersebut.

C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang ilmu agama yang lebih mendalam lagi dan
khususnya pada materi yang terkait.
2. Untuk memenuhi tugas critical book report mata kuliah pendidikan agama islam.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang ilmu ketahuidtan seseorang.

D. Identitas Buku Yang Direview


a. Judul : Islam Kaffah
b. Edisi : Keempat
c. Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED
d. Penerbit : Perdana Publishing

1
e. Kota Terbit : Medan
f. ISBN : 978-602-6462-34-3

 Identitas Buku Pembanding I


a. Judul : Ilmu Penddidikan Islam
b. Pengarang : Prof.Dr.Syafaruddin.M.Pd
c. Penerbit : Hijri Pustaka Utama
d. Kota Terbit : Jakarta
e. Tahun Terbit : 2017
f. ISBN : 979-25-9553-8

 Identitas Buku Pembanding II


a. Judul : Islam Agama Kemanusian
b. Pengarang : Prof.Dr.Nurcholis Madjid
c. Penerbit : PT Dian Rakyat
d. Kota Terbit : Jakarta
e. Tahun Terbit : 2010

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

I. RINGKASAN BUKU UTAMA

A. MENGAPA HARUS MEMPERCAYAI KEBERADAAN PENCIPTAAN


SEMESTA
Di dalam islam, kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami sebagai
fitrah manusia. Sejak masa azali, Allah telah mempertanyakan kepada ruh
manusia,”apakah aku ini tuhan kamu?”Ruh-ruh itu menjawab,”benar, kami bersaksi
Engkau lah Tuhan kami.Karena itu pada dasarnya, manusia diciptakan sebagai orang
yang bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah.Namun ketika manusia dilahirkan ke
dunia dan ruh bersatu dengan jasad, maka kesadaraan ilahiyah itu hanya bersifat
potensial (fitrah). Potensi fitrah itu tumbuh bersama dengan potensi dan pengaruh
lainnya,terutama pengaruh lingkungan. Dalam kaitan ini Nabi saw. Bersabda, “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (islam), tetapi kedua orang tua nya lah yang
membentuknya (merubahnya) menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Masalah keyakinan adalah masalah yang penting didalam kehidupan, karena itu
lah kecerdasan akal akan mendorong manusia untuk memikirkannya. Diantara pertanyaan
akal yang mendasar adalah, “Benarkah alam semesta ini diciptakan”, atau “Apakah alam
semesta ini ada penciptanya, dan mengapa alam ini diciptakan?”. Di dalam literatur
islam, pertanyaan seperti ini dibicarakan dalam kajian Usuluddin. Usuluddin adalah
kajian tentang asas-asas agama, yaitu tentang ketuhanan.Pertanyaan ranah dalam
usuluddin itu disebut dengan nazar (renungan dan analisis).
Nazar adalah upaya seseorang untuk merenung, berfikir, dan menganalisis tentang
hakikat kehidupan, pencipta, tujuan-tjuan penciptaan, dan hal-hal lain. Nazhar tersebut
akan mengantarkannya kepada pengetahuan dan eksistensi Pencipta yang Maha
sempurna pada satu sisi kenisbian alam semesta pada sisi yang lain. Kenisbian dirinya itu
akan mengukuhnya untuk memahami bawah Pencipta adalah zat yang mutlak yang
mengusai, mengatur, dan menciptakan segala sesuatu yang nisbi tersebut. Kesadaran –

3
kesadaran seperti ini mengantarkan manusia untuk mengimani adanya Tuhan yang
mengusai untuk mengimanai adanya Tuhan yang mengusai dan mencipta alam semesta
ini.
Perasaan-perasaan didalam jiwa manusia memotivasinya untuk melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan. Ini adalah sesuatu yang ajaib. Apa sebenarnya rasa itu
dan mengapa ia ada dan mau merespon sesuatu. Semua ini tidak dapat dikatakan sebagai
sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau eksis secara kebetulan tanpa ada yang
mengatur dan menciptakan rangkaian dan sistem itu berjalan dengan baik dan
berkesinambungan. Dari upaya merenungi dan mempelajari hal-hal semacam ini pada
sunnatullah maka ia akan menyadari bahwa pencipta alam semesta ini memang ada.
Sebenarnya, bagi masyarakat modern mereka lebih mudah mengakui adanya
Tuhan ketimbang masyarakat primitif. Kedatangan para Rasul selalu membawa kabar
tentang keadaan yang gaib, seperti tentang adanya Tuhan, malaikat, hari kiamat, dan
sesuatu yang terjadi tentang masa depan. Disampin itu, masyarakat modern bisa menguji
kebenaran informasi melalui kitab-kitab suci yang dibawa oleh Rasul tersebut.Kebenaran
informasi kitab suci tersebut menunjukkan kebenaran eksistensi nya sebagai wahyu
Allah.
Mungkin, ada sesuatu yang menjadi pertanyaan didalam sejumlah benak
kalangan. Mengapa Tuhan tidak dapat dilihat atau tidak menampakkan diri-Nya kepada
makhluk. Padahal, jika Ttuhan dapat dilihat oleh mata manusia, maka semuanya menjadi
lebih jelas dan tidak mengakibatkan ajang perdebatan makhluk-Nya. Ini adalah
pertanyaan yang klasik, tetapi akan tetap menjadi pertanyaan kedepan oleh sejumlah
orang.
Dalam pada itu, potensi untuk menemukan kebenaran sesuatu, bahkan untuk
menyadari keberadaan Allah, tidak ada bertumpu pada pengelihatan indera. Sebab, Allah
menciptakan manusia dengan beragam potensi.Indera hanya lah salah satu dirinya.
Misalnya, Allah menciptakan akal untuk mengetahui dan berinteraksi dengan hal-hal
yang bersifat rasional, menciptakan jasad untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan hal-
hal yang bersifat material, menciptakan hawa nafsu untuk mendorong manusia
melakukan sesuatu cara dinamis guna memenuhi kebutuhan fisik dan psikisnya,

4
menciptakan ruh untuk mewujudkan gerak ruhaniah dan jasmaniahnya, menciptakan hati,
perasaan, instink, untuk memahami hal-hal yang immateri dan spritual.
Karena itu lah didalam Islam, untuk mengimani Allah, manusia harus
mengaktifkan sesuatu potensi dirinya sesuai dengan kemampuan dan ranah
cakupnnya.Hal ini dapat dipahami berdasarkan dari ayat-ayat Allah yang menyuruh
manusia untuk melihat ciptaan-Nya, dan membuktikan kebenaran wahyu-Nya.
Beriman akan adanya Allah Swt. merupakan saripati ajaran Islam. Keberadaan
Allah Swt. dipandang sebagai sesuatu yang mutlak.Pangkal semua ajaran Islam adalah
bersumber pada keyakinan ini.Maulana Muhammad Ali menyebutkan adanya tiga bukti
berkenaan dengankeberadaan Allah Swt. Pertama, bukti yang diambil dari kejadian alam,
yang dapat disebut pengalaman rendah atau pengalaman jasmani manusia (yakni adanya
hukum evolusi alam). Kedua, bukti tentang kodrat manusia, yang disebut pengalaman
batin manusia (yakni di setiap jiwa manusia terdapat kesadaran adanya Tuhan).Ketiga,
bukti yang didasarkan atas wahyu Allah kepada manusia, yang dapat disebut pengalaman
tertinggi atau pengalaman rohani manusia (Wahyu Ilahi bukan saja membenarkan adanya
Allah melainkan pula menjelaskan sifat sifatnya.Tanpa wahyu Ilahi, adanya Tuhan hanya
sebagai dogma semata-mata).
Bukti pertama yang berkaitan dengan kejadian alam berpusat pada kataRabbun
(Tuhan).Dalam wahyu yang pertama yang disampaikan kepada NabiMuhammad
Saw.beliau disuruh supaya: “membaca nama Rabb, Yangmenciptakan” (QS. al-‘Alaq
(96): 1). Kata rabbun memiliki dua arti, yaitu (1)memelihara, mengasuh atau memberi
makan, dan (2) mengatur, melengkapi, danmenyempurnakan.Menurut Imam al-Raghib
al-Isfahani, arti kata rabbun adalahmemelihara sesuatu sedemikian rupa melalui tingkatan
yang satu ke tingkatan yanglain, sehingga mencapai tujuan yang sempurna. Ayat al-
Quran yang menunjukpengertian demikian adalah: “Muliakanlah namaRabb-mu Yang
Maha Luhur, Yangmenciptakan, kemudian melengkapi, dan Yang membuat (sesuatu)
menurutukuran, kemudian memimpin itu menuju tujuan kesempurnaan” (QS. al-A’la
(87):1-3).
Bukti kedua bertalian dengan jiwa manusia. Di dalam jiwa manusia terdapat
kesadaran akan adanya Allah. Akan tetapi kadang-kadang kesadaran yang demikian ini
dikesampingkan.Sikap demikian inilah yang kemudian menjerumuskan manusia dalam

5
kesesatan. Adanya kesadaran ketuhanan ini sebenarnya telahdiingatkan Allah dalam
firman-Nya:
Artinya: “Dan tatkala Tuhanmu mengeluarkan keturunan para putera Adam,
darisulbii mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(serayaberfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhankami), kami menjadi saksi.” (QS. al-A’raf (7): 172).
Selain dalam jiwa manusia terdapat kesadaran akan adanya Allah; terdapatpula
kesadaran yang lebih tinggi dari itu, yaitu adanya keinginan keras dalam dirimanusia
untuk bertemu dengan Tuhannya. Dalam jiwanya tertanam rasa cintakasih kepada Allah,
yang karena cinta itu manusia sanggup mengorbankan apasaja. Akhirnya jiwa itu akan
mencapai tingkatan yang sempurna dengan caramencintai-Nya (mahabbah billah).
Bukti yang paling terang dan paling meyakinkan tentang adanya Allah adalah
bukti ketiga, yaitu melalui wahyu. Dengan tersingkapnya rahasia sifat-sifat Allah melalui
wahyu, maka keimanan kepada Allah menjadi faktor utama yang akan membimbing
kehidupan manusia. Dengan mencontoh akhlak Allah, manusia akan meningkat ke
puncak keluhuran akhlak yang tinggi.
Allah adalah Dzat yang memelihara dan mengasuh semua ciptaan-Nya; maka dari
itu mengabdi kepada Allah berarti akan bekerja sekuat tenaga guna melayani kepentingan
sesama manusia dan mencintai sesama makhluk. Allah adalah Dzat Yang Maha
Pengasih; dengan demikian, orang yang beriman kepada Allah akan tergerak perasaan
kasih sayangnya terhadap sesama makhluk. Demikian pula Allah adalah Dzat Yang Maha
Pengampun; maka dari itu orang yang mengabdi kepada Allah, pasti tidak menjadi
seorang yang pendendam, melainkan akan menjadi seorang yang pemaaf.
Secara sederhana iman kepada Allah dapat dipahami sebagai suatu keyakinan
dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt. Itu benar-benar ada dan Allah Swt.
Itumemiliki sifat-sifat yang sempurna.Keberadaan Allah Swt. dan kesempurnaan sifat-
sifat-Nya tidak boleh diragukan sedikit pun.Dengan demikian dapat dikatakan, seseorang
yang mengimani Allah harus benar-benar meyakini keberadaan Allah Swt. dengan
berbagai bukti yang memperkuatnya dan sekaligus meyakini kesempurnaan semua sifat
yang dimiliki-Nya.

6
B. KEHARUSAN MEMILIH ISLAM SEBAGAI AGAMA DAN PEDOMAN HIDUP
Berikut ini anda akan menemukan pencarian kebenaran dari sesorng yang semula
ateis dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, namun akhirnya ia mengakui eksistensi
Tuhan. Akan tetapi, ia dihadapkan dengan kebenaran diantara keyakinan dan agama-
agama yanga ada. Berikut kita dapat mengikuti ilustrasinya;
“Seorang ateis pernah meragukan eksistensi keateisannya.Ia berulang kali
menganalisis dalil-dalil materialisme dan positivisme yang diyakininya sebagai
kebenaran. Namun, ia selalu terbentur pada hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh
pendekatan materealisme dan positivisme tersebut. Ia tidak bisa menghindari adanya
campur tangan Tuhan disetiap kesimpulan penelitian dan anlisisnya. Akhirnya, ia
meyakini keberadaan Tuhan dan keharusan hamba-Nya. Namun ia harus memilih diantar
agama-agama tersebut”.
“Pada suatu ketika, ia berjumpa dengan seorang muslim, maka terjadilah dialog
antara mereka. Ia bertanya, “Mengapa anda memilih Islam sebagi keyakinan anda. Apa
yang mendorong anda melakukkannya?” Pertanyaan ini selalu dikemukakannya kepada
setiap pemeluk agama islam yang dijumpainya. Muslim tersebut menjawab.”Aku
memilih islam karena beberapa pertimbangan. Pertama agama ini memiliki kitab suci
AL-qur’an yang diwahyuksn Allah dan telah teruji dalam sejarah tentang
keautentikannya. Al-qur’an telah ditulis sejak masa Rasulullah saw masih hidup, karena
itu tidak ada pemalsuan dan keraguan terhadap orisinalitas ayat-ayatnya dari sang
penerima wahyu.”
“Kedua, sejak diturunkannya era Al-qur’an, Allah telah menentang manusia dan
jin untuk membuat satu surah saja seperti kualitas Al-qur’an dari segala dimensinya,
tetapi hingga saat ini tidak ada yang melakukannya. Ayat-ayat Al-qur’an sebagai sumber
ajaran islam yang teruji kebenaran dan kandungannya. Saat ini, telah dibuktikan
kebenaran itu, baik dari sisi isyarat ilmiah, maupun kenyataan yang ada.
“Ketiga, dilihat dari keterpaduan kandungan ayat-ayat al-qur’an, dan pemenuhan
tehadap kebutuhan hidayah manusia untuk menata duniawi dan ukhrawi. Sehingga tidak
ada ruang dan waktu dalam kehidupan seseorang muslim yang disitu tidak ada ajaran
islam. Karena itu islam tidak mengenal sekularisme.”

7
Ajaran islam membeikan bimbingan terhadap apapun yang dibutuhkan manusia sebagai
hidayah, baik urusan pribadi, keluarga , masyarakat, maupun bernegara. Semua itu
merupakan nikmat Allah untuk kesejahteraan seluruh umat manusia. “Apa yang keempat,
tanya sang ateis.”
Muslim menjawab dengan tenang “Dalam pada itu, islam adalah agama yang
melanjutkan misi tauhid para nabi dan rasul, sejak Nabi Adam as, Idris as, Luth as,
Ibrahim as, dan seterusnya sampai ke nabi Musa as, Isa as, dan ditutup oleh nabi
Muhammad saw. Semua nabi dan rasul itu mengajak kepada tauhid, yaitu mengesakan
Allah.Tidak seorang nabi dan rasul itu yang mnuhankan apapun dan siapapun selain
Allah. Ajaran yang dibawa nabi Muhammad saw sama dengan nabi sebelumnya,
perbedaannya hanya dengan pada kesempurnaan syariatnya. Kesempurnaan ajaran agama
Allah terdahulu ada pada agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw. Dengan
demikian, islam adalah mata rantai dari agama-agama tauhid sebelumnya, islam menjadi
koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan ajaran motoneisme para nabi yang
diselewengkan pengikutnya.”Sang ateis kelihatannya sudah terpuaskan dengan jawaban
ini dan semoga Allah memberi hidayah taufiq.”
Dari diskusi diatas ada empat hal yang mendasar mengapa seseorang harus
memilih islam sebgai keyakinannya. Pertama, berkenaan dengan eksistensi kitab
suci.Kedua, dari sisi ajaran dan kebenaran ilmiah.Ketiga, keterpaduan kandungan dan
pemenuhan atas kebutuhan pedoman hiup manusia dalam segala keadaan dan berlaku
sepanjang zaman.Keempat, dari sisi sejarah keberimanan manusia, yaitu para nabi dan
rasul sebelumnya.
Selain itu dalam buku berjudul “ISLAM IS OUR CHOISE” seorang George
Bernard Shaw meramalkan, bahwa akidah yang dibawa oleh Muhammad akan diterima
baik oleh Eropa di kemudian hari, sebagaimana sekarang sudah mulai. Dalam George
BernardThe Genuine Islam, Singapure, Vol. 1, No. 8. 1936, dimana sedang berlangsung
pameran kebudayaan Islam, dan dibuka oleh Ratu Elisabeth II sendiri, ia mengatakan
bahwa agama Islam itu:
1. Mudah, rasional dan praktis

8
Islam adalah agama yang tidak dicampuri mitologi.Ajaran-ajarannya
mudah dimengerti.Islam bebas dari takhayul dan setiap kepercayaan yang
bertentangan dengan akal yang sehat. Ke-Esaan Tuhan, ke- Rasulan Muhammad
s.a.w. dan konsep kehidupan sesudah mati adalah dasar pokok akidah
Islam.Semua itu beralasan kuat dan logis.Dan seluruh ajaran Islam adalah lanjutan
dari dasar-dasar kepercayaan ini, semuanya mudah difahami dan lurus.Dalam
Islam tidak ada kekuasaan pendeta, tidak ada yang samar-samar dan tidak ada
upacara-upacara atau peribadatan yang sulit.Semua orang dapat membaca
langsung Kitabullah (Al-Qur'an) dan melaksanakannya dalam praktek.Islam
selalu menganjurkan supaya orang berpikir, mempertimbangkan setiap urusan
sebelum dilaksanakan, membahas keadaan yang sebenarnya dan berusaha
mendapatkan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam.
2. Bersatunya benda dan rohani
Islam tidak memberikan garis pemisah antara benda dan rohani.Islam
memandang hidup ini sebagai satu kesatuan yang mencakup kedua-duanya,
sehingga Islam tidak merupakan penghalang antara manusia dan kepentingan
hidupnya, bahkan Islam mengatur seluruh urusan hidup.Islam tidak mengakui
adanya larangan dan tidak menuntut supaya orang menjauhi kehidupan
materi.Bahkan Islam menunjukkan jalan ke arah kesempurnaan rohani bukan
dengan jalan menjauhi kehidupan materi.Bahkan Islam menunjukkan jalan ke
arah kesempurnaan rohani bukan dengan jalan menjauhkan diri dari kehidupan
duniawi, tetapi dengan jalan taqwa kepada Allah dalam seluruh kebutuhan hidup
yang beraneka-ragam.
3. Jalan hidup yang sempurna
Islam bukan satu agama yang hanya mempunyai ruang lingkup kehidupan
pribadi manusia, seperti yang disalah artikan oleh banyak orang.Islam adalah satu
jalan-hidup yang sempurna, meliputi semua lapangan hidup kemanusiaan.Islam
memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun
masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum dan kebudayaan,
nasional dan internasional.AlQur'an memerintahkan supaya manusia memeluk
agama Islam secara keseluruhan, tanpa pilih-pilih, dan mengikuti semua

9
bimbingan Tuhan dalam segala macam lapangan hidup.Kenyataan sekarang
membuktikan bahwa ruang lingkup agama itu dibatasi hanya pada kehidupan
perseorangan, sedangkan peranan sosial dan kebudayaannya ditinggalkan.
Mungkin tidak ada faktor lain lagi yang lebih penting dari itu yang telah
menyebabkan kemerosotan agama di abad modern sekarang ini.
4. Ada keseimbangan antara perorangan dan kemasyarakatan
Ada satu keistimewaan yang bersifat unik bagi Islam, yaitu bahwa agama
ini membina keseimbangan antara kepentingan perorangan dan kepentingan
kemasyarakatan.Islam percaya adanya kepribadian manusia dan menentukan
bahwa setiap orang secara sendiri-sendiri bertanggung jawab terhadap
Tuhan.Islam menjamin hak-hak azasi manusia dan tidak membenarkan siapapun
juga untuk merobekrobek atau menguranginya.Islam juga menjamin
perkembangan yang baik kepribadian manusia, sebagai salah satu tujuan utama
dari kebijaksanaan pendidikannya.Islam tidak setuju dengan pandangan bahwa
manusia harus melenyapkan kepribadiannya, meleburkan diri dalam masyarakat
atau negara.
5. Universal dan kemanusiaan
Menurut ajaran Islam, manusia itu semuanya sama, walaupun berlainan
warna kulit, bahasa, keturunan dan kebangsaannya. Hal itu adalah bimbingan
Allah kepada naluri kemanusiaan, dan Dia tidak mengakui adanya perbedaan
keturunan dan kebangsaan,kedudukan sosial atau kekayaan.Tidak bisa dibantah
bahwa dalam kenyataan, semua perbedaan itu masih ada dalam zaman kita yang
mengaku abad ilmu dan kemajuan ini.Akan tetapi Islam tidak
mengakuinya.Malah Islam menetapkan bahwa semua manusia itu satu keluarga,
Tuhannya ialah Allah SWT.
Jadi, Islam itu berpandangan internasional dan tidak mengakui adanya
garis-garis pemisah dan perbedaan-perbedaan seperti pada zaman jahiliyah. Islam
menginginkan adanya kesatuan seluruh kemanusiaan di bawah satu bendera, dan
dalam dunia yang telah dirusak dengan persaingan-persaingan dan
permusuhanpermusuhan kebangsaan ini Islam merupakan tuntunan hidup dan
harapan kebahagiaan di hari yang akan datang.

10
6. Stabil dan berkembang

Kenyataan membuktikan bahwa memang hidup itu tidak sematamata


stabil dalam arti tidak berkembang, tidak pula berkembang dan berubah secara
keseluruhan. Sebab soal-soal pokok kehidupan itu tetap, akan tetapi cara-cara
penyelesaian dan tehnik penanganannya berbeda-beda, sesuai dengan
perkembangan zaman. Islam menjamin kedua hal itu berjalan secara teratur. Al-
Qur'an dan Sunnah mengandung petunjuk-petunjuk abadi dari Tuhan
Rabul'alamin, Tuhan yang tidak dibatasi oleh zaman dan tempat memberi
petunjukpetunjuk yang bertalian dengan kepentingan perorangan maupun yang
bertalian dengan masyarakat, sesuai sepenuhnya dengan alam yang diciptakan
Allah s.w.t. Dengan demikian maka petunjuk petunjuk itu bersifat azali dan abadi
(kekal). Akan tetapi Tuhan hanya merumuskan dasar-dasar dan pokok-pokoknya,
sedangkan manusia diberi kebebasan untuk melaksanakannya sesuai dengan
perkembangan zaman yang berbeda-beda, jiwa dan kondisinya.Untuk itu manusia
melakukan ijtihad yang dilakukan oleh tokohtokoh ahli setiap zaman, untuk
menerapkan petunjuk-petunjuk Tuhan dalam menghadapi segala bentuk
kehidupan pada zamannya.
Jadi dasar dan pokok ajaran itu tetap tidak berubah, hanya cara-cara
pelaksanaannya mungkin berubah, sesuai dengan kebutuhan hidup pada setiap
zaman. Itulah rahasianya, mengapa Islam itu tetap segar dan modern, sesuai
dengan perkembangan zaman yang mana dan kapanpun.
7. Ajaran – ajaran terpelihara dari perubahan
Dan akhirnya, masih ada satu rahasia penting, ialah bahwa ajaran-ajaran
Islam dalam Al-Qur'an tetap atas dasar dan nash-nya yang semula sebagaimana
yang diturunkan Allah, Tuhan semesta alam.Manusia tetap memperoleh petunjuk-
petunjuk di dalamnya, sebagai yang dikehendaki Allah, tanpa perubahan atau
pergantian sedikitpun.Al-Qur'an tetap sebagaimana yang diturunkan Allah dan
tetap berada di tengah-tengah kita, hampir 14 abad lamanya.Kalimat Allah tetap
kalimat Allah, dalam bentuknya yang semula.Dan keterangan terperinci tentang

11
kehidupan Nabi Islam dan ajaranajarannya telah dikenal berabad-abad dalam
bentuknya yang orisinal.

C. KENISCAYAAN BERIMAN DAN BERTAUHID


Ketika seseorang telah menyakini adanya Pencipta alam semesta, lalu ia
menemukan Islam sebagai agama kebenaran dan mengharuskannya secara objektif harus
ia pilih, maka konsekuwensi dari semua itu adalah seyogiyanya ia mewujudkannya di
dalam keyakinan dan perilakunya. Jika ia tidak bersikap demikian, maka ia telah
mengingkari kebenaran itu sendiri.
Secara etimologi, iman artinya percaya.Oleh karena itu, setiap ajaran Islam yang
berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman.Dengan demikian, iman
mengambil pusat kesadarannya di dalam hati manusia.Para ulama memberikan
terminology iman dengan beragam istilah.Namun demikian, disepakati bahwa keimanan
itu diawali dari pengikraran seseorang terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan
(lidah), membenarkan dengan sepenuh hati tanpa keraguan, dan merealisasikan tuntutan-
tuntutan keimanan itu dengan anggota tubuh.
Konsep yang pokok dalam Islam ialah bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah
yang telah menjadikan, menguasai dan mengawasinya, bahwasanya Dia adalah Maha
Tunggal, tidak ada yang menyertai dalam kesucian-Nya.Dia telah menciptakan manusia
dan menentukan ajalnya, dan bahwasanya Allah s.w.t. telah menyediakan untuk seluruh
alam jalan hidup yang lurus, sekaligus memberikan kebebasan mutlak kepada hamba-
Nya untuk mengikuti atau mengingkarinya.Barang siapa yang mengikuti jalan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang Muslimin dan Mukminin, dan barangsiapa yang
tidak mengikutinya, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir yang mengingkari
kebenaran.
Orang telah memeluk Islam, apabila ia telah menyaksikan dengan sepenuh
keimanan atas ke-Esaan Allah dan bahwa Muhammad s.a.w. adalah Rasulullah. Kedua
kepercayaan ini tersimpul dalam kalimat:

‫ اِالَّ اِلَهَ اَل اَ ْن أَ ْش َه ُد‬،ُ‫اهلل َر ُس ْو ُل حُمَ َّم ًدا اَ َّن َوأَ ْش َه ُد اهلل‬
ِ

12
Artinya: “Saya bersaksi bahwasannya tiada tuhan selain Allah, dan saya juga
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”

Mengikrarkan dengan lisan berarti mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu


bersaksi tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah
hamba dan utusan Allah.Membenarkan dengan hati adalah menyakini sepenuhnya makna
dua kalimat syahadat yang diucapkannya dan segala ajaran-ajaran yang ditimbulkan
syahadat tersebut. Dengan demikian, ketika seseorang mengingkarkan dua kalimat
syahadat tetapi ia tidak menyakini di dalam hatinya hakikat dan ikrarnya tersebut maka ia
tergolong seorang munafik. Orang munafik dalam hal keimanan lebih berbahaya dari orang
kafir.
Syahadat kepada Allah memiliki 7 syarat. Diantaranya adalah :
1. Ilmu (al-‘ilm), yaitu mengetahui dan memahami maksud dari syahadat tersebut,
yaitu apa yang ditiadakan (nafy) dan apa yang ditetapkan (itsbat).
2. Yakin (al-yaqin), meyakini dengan sesungguhnya tanpa sedikitpun keraguan atas
apa yang diikrarkannya.
3. Menerima (al-qabul), menerima kandungan dan konsekuwensi dari syahadat
tersebut, yaitu hanya menyembah Allah semata dan meninggalkan semua ibadah
kepada-Nya.
4. Tunduk dan patuh (al-inqiyad), yaitu tunduk dan patuh terhadap kandungan dan
makna syahadat tauhid tersebut.
5. Jujur (ash-sidq), yaitu mengucapkan syahadat tauhid dengan hati yang tulus dan
membenarkannya.
6. Ikhlas (al-ikhlas), membersikan amal hati, amal lisan, dan perbuatan dari segara
riya dan kesyirikan.
7. Cinta (al-mahabbah), yaitu mencintai kalimat ini beserta segala isi dan
konsekwensinya.

Syarat syahadat kepada Nabi Muhammad saw. memiliki 6 syarat, yaitu :


1. Mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. dan meyakininya di dalam hati
sebagai utusan Allah kepada makhluk-Nya, jin dan manusia.

13
2. Mengucapkannya dengan lisan sebagai suatu bukti pengakuan di dalam hati.
3. Mengakui dan mengamalkan segala Sunnah-sunnahnya sesuai dengan
kedudukannya di dalam hokum taklifi.
4. Membenarkan segala yang diinformasikannya, baik itu gaib maupun yang akan
terjadi pada masa yang telah lalu atau yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cinta kepada diri senidiri, keluarga, harta, dan seluruh
makluk Allah.
6. Mendahulukan sabdanya yang salih dari semua pendapat siapapun dari makhluk
Allah.

Bagian pertama kalimat Syahadat memberikan konsep Tauhid (ke-Esaan Tuhan),


dan bagian kedua adalah kesaksian atas kerasulan Muhammad s.a.w
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah, iklas beribadah
kepada-Nya, menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta meyakini
kesucian-Nya dari kekurangan dan cacat. Mentauhidkan Allah merupakan suatu sikap
objektif dan adil. Sebab, pada hakikinya hanya Allah lah Tuhan dan Dia berhak untuk
mendapatkan pengakuan sebagai Tuhan dan berhak untuk diibadahi setiap makhluk-Nya.
Dengan demikian, kesirikan adalah sikap subjektif yang keliru (jahil) dan kzaliman yang
tiada tara.
Di dalam islam tauhid tersebut dikenal tiga macam tauhid, yaitu tauhid
rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma’wa sifat. Ketiga tauhid ini dirumuskan
berdasarkan tunjukan Alquran dan Sunnah Nabi saw dan ketiga tauhid ini tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lainnya dan memiliki makna yang dipahami secara benar.
1. Tauhid Rububiyyah
Pertama, tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya
dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk.Jenis tauhid ini
diakui hampir semua keyakinan dan agama, kecuali para ateis.Bahkan hati manusia sudah
difitrahkan untuk mengakui keberadaan Penciptaan alam semesta.Allah menciptakan
semua makhluk di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyyah-Nya.Bahkan orang-orang
musyrik Makkah menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyyah.

14
Hal ini diucapkan oleh para rasul karena mengetahui pada hakikinya nurani
mereka menyakini adanya pencipta alam semesta.Orang yang pling dikenal
pengingkarannya kepada Allah pada zaman Nabi Musa adalah Fir’aun.

2. Tauhid Uluhiyyah
Uluhiyyah adalah ibadah.Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam
menyembah-Nya. Dengan kata lain tauhid ini adalah tidak menserikatkan Allah dalam
perbuatan hamba ketikataqarrub (mendekatkan diri) seperti berdoa, nazar, berkurban, dan
lainnya. Tegasnya, tauhid uluhiyyah adalah kepada Allah dengan cara yang disyariatkan-
Nya. Jenis tauhid inilah yang menjadi inti dakwah para rasul di samping dua tauhid
lainnya.
Disebutkan uluhiyyah karena uluhiyyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
nama-Nya, yaitu Allah yang artinya zu al-ulhiyyah (yang memiliki uluhiyyah). Nama lain
dari tauhid uluhiyyah adalah tauhid ibadah atau ‘ubudiyyah. Sebab, ‘ubudiyyah adalah
sifat ‘abd (hamba), yaitu yang wajib menyembah Allah secra ikhlas.Oleh sebab itu, tidak
boleh seoramg hambah melakukan ritual selain kepada Allah dan dengan syariat yang
ditetapkan-Nya. Dengan demikian, segala bentuk ritual yang terkait dari agama dan
kepercayaan selain yang dibawakan oleh Rasulullah saw, maka hal itu bertentangan
dengan tauhid uluhiyyah. Misalnya, ritual yang berhubungan animism, dinamisme,
hinduisme, dan lainnya.

3. Tauhid al-asma’ wa ash-Shifat


Asma’ adalah jamak dari ism yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan
“nama”. Ash-Shifat adalah jamak dari sifah yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah
sifat. Dalam kata lain, asma’ dan shifat yang dimaksud adalah nama-nama dan sifat-sifat
Allah. Tauhid asma’ wa shifat adalah beriman kepada nama-nama Allah yang baik dan
sifat-sifat-Nya yang sempurna sebagaimana di dalam Alquran dan Sunnah. Karena itu,
orang yang bertauhid dalam asma’ wa shifat adalah mereka yang meyakini bahwa yang
memiliki sebaik-baiknya nama adalah Allah dan sesempurna-sempurna sifat adalah
Allah. Karena itu tidak ada yang sama dengan sifat-sifat Allah.

15
Dalam memahami sifat-sifat Allah haruslah meyakininya sesuai dengan petunjuk
kalam Allah swt.dan Sunnah Rasulullah saw. maksudnya, memaknai sifat-sifat-Nya
haruslah sebagaimana diajarkan utusan-Nya kepada para sahabat, lalu hal itu diikuti
generasi salaf, Ahlus Sunnah wa al-Jamaah yang meniliti jejak dan menapaki langkah-
langkah mereka. Memahaminya adalah tanpa ta’wil (berpalingn makna), tanpa tahrif
(penyimpangan makna), tanpa takyif (visualisasi makna), tampa tamsil (penyerupaan
makna), dan tanpa tafwidh (menyerahkan makna sepenuhnya kepada Allah tanpa
mengikuti dan mengakui penjelasan nash dari Allah dan Rasulullah).

II. RINGKASAN BUKU PEMBANDING I

A. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta


Islam sebagai agama yang memiliki ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah
SWT untuk keperluan masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasul. Pada hakikatnya Islam membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai segi
saja, tetapi menganai berbagai segi kehidupan manusia yang ajaran-ajarannya bersumber
dari Al-qur’an dan Hadis (Nasution, 1979:24).

Islam nerupakan agama yang benar dan sempurna di sisi Allah (QS.3:19), karena
itu oaring yang mencari pedoman hidupnya selain agama Islam akan memperoleh
kerugian terutama di akhirat (QS.3:85). Seorang muslim harus mengislamkan
(menyerahkan dirinya) kepada kehendak Allah (wahyu) dengan berbuat baik (ihsan) serta
penuh keihlasan (QS.4:125).

Seorang mukmin haruslah menjadi muslim yang kaffah, dimana seluruh aspek
kehidupannya berada dalam tatanan nilai-nilai Islam, teguh dalam akidah (tauhid) dan
konsisten dalam syariat Islam (nilai-nilai Islam) serta memiliki komitmen dalam
menerapkan akhlak Islam (QS.2:208), menuju terbentuknya umat terbaik yang
mengamalkan amar ma’ruf dan melarang nahi munkar.

Ajaran keesaan Allah atau tauhid menjadi dasar bagi pengetahuan dalam Islam.
Setiap muslim mengawali pengetahuannya dengan manegaskan keesaan Allah SWT.
menurut Al-Faruqi (1996:32), sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan

16
bahwa Allah sebagai kebenaran (Al-Haq) itu ada, dan bahwa Dia itu Esa. Hal ini
mengimplikasikan bahwa semua kebenaran, dan keraguan dapat diajukan kepada-Nya,
bahwa tidak ada pernyataan yang tidak boleh diuji. Demikian pula, tidak ada yang tidak
boleh dinilai secara pasti. Tauhid adalah pengakuan bahwa kebenaran bisa diketahui, dan
bahwa manusia mampu mencapainya. Jadi setiap orang yang meragukan kebenaran
Allah, dan sebagai sumber kebenaran hanya Allah SWT adalah perbuatan syirik. Setiap
perbuatan pengingkaran akan keberana dan keesaan Allah yang menjadi asal pengetahuan
dalam Islam adalah ditolak. Perbuatan, pandangan dan sikap seperti itu dalam Islam
merupakan pengetahuan yang ditolak karena sesat bahkan menyesatkan.

Al-Faruqi (1984:24) berpendapat menjadi seorang muslim berarti bhawa di dalam


kesdaran kita senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim.
Seseorang yang menjadikan Islam Seseorang yang menjadi Islam berarti mengerjakan
segala sesuatu seperti yang dikehendaki-Nya dan demi Dia semata-mata. Segala kebaikan
dan kebahagiaan, seperti halnya segala kehidupan dan energi adalah karunia-karunia-
Nya. Di dalam kehidupan Islam, hal-hal ini diakui dan dipergunakan dengan cara
demikian, sementara di dalam pemikiran Islam Dialah sebab (cause) yang pertama dan
terakhir dari setiap sesuatu. Dengan demikian sifat dan aktivitas-Nya adalah prinsip-
prinsip konstitutif dan regulatif yang pertama dari semua pengetahuan, baik objek
pengetahuan mikrokosmos dari semua atom maupun makrokosmos bintang-bintang,
kedalaman diri sendiri, tingkah laku masyarakat atau perjalanan sejarah. Pengetahuan
Islam memandang objek pengetahuan secara material disebabkan dari ketakberhinggan
sebagai inisiatif Tuhan yang keluar dari perintah-Nya.

Allah adalah Maha Pencipta pengelola pengatur dan pendidik bagi semua
makhluk atau alam semesta. Banyak nilai-nilai qur'ani yang harus digali oleh setiap
muslim tentang bagaimana kehidupan ini sebagai sistem organisme harus dikelola sesuai
dengan kehendak Allah SWT sebagai Maha Pencipta dan maha pengatur terhadap
termasuk didalamnya makhluk manusia yang menciptakan langit dan bumi serta segala
isi yang ada di dalamnya dan dengan kekuasaannya maka Allah SWT mengatur segala
urusannya (QS.10:3).

17
B. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup
Salah satu sumber etika yang fundamental adalah agama Islam, sebagai agama
dari Allah merupakan pedoman hidup yang terdiri dari sistem aqidah syariah dan akhlak
dapat melandasi perilaku setiap manajer yang konsisten dengan Islam sebagai pandangan
dan pedoman hidupnya. Menurut Al faruqi esensi peradaban Islam adalah Islam itu
sendiri dan esensi Islam adalah tauhid atau penyiksaan Tuhan yaitu sesuatu tindakan yang
menegaskan Allah sebagai yang Esa Pencipta yang mutlak dan transenden penguasa
segala yang ada.

Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber sumber kebenaran.


Tuhan adalah pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuan nya objek
pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan hasil karya Tuhan kehendak dan
kuasa-Nya. Tuhan mengetahuinya secara pasti pula karena dia adalah sumbernya dan
pengetahuannya adalah mutlak dan universal dalam kontek ini kesempurnaan agama
Islam dengan landasan tauhid dan ajarannya yang komprehensif harus digali seluruh
nilai-nilai ajarannya tentang alam semesta. Sehingga muncul pengetahuan tentang
pengelolaan hidup individu masyarakat dan organisasi serta kepemimpinan yang
berlangsung di dalamnya nilai-nilai. Islam tentang penciptaannya kehidupan masyarakat
dan perilaku dapat diaplikasikan dalam pengelolaan organisasi baik organisasi
pemerintah bisnis industri politik sosial maupun organisasi pendidikan.

C. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid


Iman merupakan totalitas ajaran yang tak terpisahkan. Barangsiapa yang kufur
kepada salah satu rukun iman sebagaimana diajarkan Alquran dan Sunnah maka amalnya
akan sia-sia. Apabila sampai Syirik terhadap Allah karena itu landasan utama seluruh
tatanan Islam adalah keimanan. Dengan demikian pendidikan Islam berkepentingan
untuk melahirkan manusia muslim yang berpredikat Islam dengan komitmen tinggi
terhadap seluruh aspek ajaran Islam dengan mengamalkan rukun Islam Rukun Iman dan
akhlak Islam atau seluruh syariat Islam. Tujuan Islam adalah terbentuknya kepribadian
muslim seutuhnya.

18
III. RINGKASAN BUKU PEMBANDING II

A. Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Pencipta Alam Semesta


Perhatikanlah alam cakrawala yang ada di atas kita yang di dalamnya terlihat pula
matahari, bulan, bintang dan sebagainya, demikian pula bumi dengan semua isinya baik
berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, adanya hubungan yang
erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan di antara alam-alam yang
beraneka warna serta yang menguatkan keadaan masing-masing. Semuanya merupakan
tanda dan bukti wujudnya Allah swt. Selain menunjukkan adanya Zat Allah SWT juga
membuktikan keesaan dan ke Maha Kuasaan-Nya menciptakannya. Kiranya tidak
tergambar sama sekali dalam akal pikiran siapa pun bahwa benda-benda itu terjadi tanpa
ada yang menciptakan sebagaimana juga halnya tidak mungkin tergambar bahwa sesuatu
ciptaan tidak ada yang membuatnya.

Sebagai seorang muslim tentu kepercayaan kepada Allah adalah iman yang
pertama, tapi sebagai seorang yang selalu menekankan akan logic/ nalar akan segala
sesuatu maka akan memberikan 2 alasan tentang mengapa kita harus percaya akan
keberadaan Tuhan/ Allah sebagai pencipta kita, hal ini juga akan menyinggung tentang
hari akhir/keberadaan surga neraka, keduanya berkaitan karena orang atheis (tidak
percaya akan adanya Allah) juga tidak mempercayai adanya kehidupan setelah mati,
mereka (orang atheis) beranggapan bahwa abis mati ya udah selesai begitu aja.

Apabila tidak ada Allah serta tidak adanya kehidupan setelah kematian maka
betapa malangnya nasib orang2 diatas ,betapa ketidakadilan terlihat disini?

Semetara itu sering kita liat orang yang kaya raya gara2 maen curang dalam
usaha, menipu, korupsi, Kolusi dll, mereka tetap kaya serta meninggal dengan cara yang
baik, diantar ke kuburan oleh ribuan orang, dihormati walopun sudah tidak ada. atau
orang yang mengaku2 pahlawan demi mendapatkan penghargaan padahal sama sekali
tidak pernah berjuang, mati dengan upacara besar2-an serta dimakamkan di taman
Makam Pahlawan, apakah ini adil??? tentu saja tidak, oleh karena itulah kita seharusnya
mempercayai adanya Allah serta kehidupan setelah kematian (surga neraka), karena

19
dengan begitu barulah fair/ adil, karena semua perbuatan kita , baik ato buruk,akan
dibalas oleh Allah di akhirat kelak

Tuhan itu benar2 ada,ia maha menciptakan sesuatu yang ia kehendaki


terbentuknya alam semesta ini adalah bukti adanya tuhan,kita tidak bisa melihat
tuhan,tapi kita bisa merasakanya,dan kita harus mempercayainya bahwasanya tuhan itu
ada. Sama halnya ketika kita menanyakan kepada seseorang,"apakah anda punya
otak?"pasti orang tersebut menjawab"ya saya punya!".dan ketika bertanya kembali
kepada orang tersebut"apakah anda bisa melihat otak anda dengan mata kepala anda
sendiri?"pasti ia menjawab "tidak!"dan kita tanya lagi"apakah anda bisa
merasakanya?"pasti orang tersebut menjawab"ya!" saya percaya adanya tuhan karena
saya ini diberi otak oleh tuhan saya untuk berfikir.dan saya berfikir,siapa yang
menciptakan saya?,siapa yang menciptakan bumi tanpa tiang?,siapa yang menciptakan
bulan dan matahari? dari situlah saya berfikir,pasti ada yang menciptakan ini semua,dan
saya yakin bahwasanya yang menciptakan ini adalah zat yang maha perkasa,yang tidak
tidur,tidak makan dan minum.

B. Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan Pedoman Hidup


Mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan sistem hidup? Inilah pertanyaan
besar saat ini yang perlu kita jawab. Karena banyak usaha yang dilakukan oleh musuh-
musuh Islam untuk tasykik (membuat ragu) kaum Muslimin pada agama mereka. Kita
mendengar dan melihat upaya kaum sekuler yang berpendidikan Barat atau yang
terpengaruh oleh Barat agar Islam itu dipahami dan diyakini hanya dalam masalah
ubudiyah individual dan tidak ada ajarannya yang terkait dengan masyarakat, Negara dan
pemerintahan. Ada lagi yang mencoba untuk menggiring umat Islam untuk takut kepada
Islamnya dengan mengangkat dan mengembangkan agenda terorisme terus menerus
seperti yang dilakukan Amerika dan sekutunya di seluruh dunia Islam. Padahal sampai
saat ini, defenisi teroris yang mereka rumuskan adalah menjurus kepada para aktivis
Islam yang menginginkan Islam tegak di negerinya dan berusaha untuk membebaskan
negeri-negeri Islam dari berbagai pengaruh asing yang bertentangan dengan Islam. Apa
yang dituduhkan terhadap mereka, belum tentu seperti yang mereka lakukan. Karena

20
penanganannya sangat represif dan jauh dari proses yang adil, kendati dalam batas-batas
hukum yang berlaku yang mereka ciptakan sendiri.

Akhirnya, banyak umat Islam menjadi bingung dan ragu terhadap agama mereka
sendiri. Tak jarang pula di antara mereka yang menjadi jauh dari Islam dan dakwah Islam
serta takut pada Islam. Kondisi seperti ini tentunya tidak menguntungkan umat Islam,
melainkan yang diuntungkan adalah umat lain yang benci dan selalu memerangi Islam
dan umatnya.

Sekali lagi, kita harus bertanya kepada diri kita : Mengapa kita memilih Islam
sebagai agama yang kita yakini kebenarannya dan kecanggihannya dalam mengatur
kehidupan kita dan juga umat manusia dalam mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan
di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.

Islam merupakan suatu pegangan dan pedoman hidup, agar supaya segala
perbuatan dan tingkah laku kita bisa di kendalikan tidak semaunya sendiri, melainkan ada
aturan – aturan sehingga hidup jadi lebih terarah dan terkendali. Karena mencakup segala
aspek kehidupan, Islam menjadi satu-satunya agama sekaligus sistem yang layak
dijadikan pedoman hidup. Kelengkapan cakupan aspek kehidupan Islam desebutkan
secara rinci dalam Al Qur’an, yaitu: keyakinan, moral, tingkah laku, perasaan,
pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, dan perundang-undangan.

C. Keniscayaan Beriman dan Bertauhid


Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik pusat
keimanan, karenaitu setiap aktivits seorang muslim senantias dipertautkan secaa vertikal
kepada Allah swt. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi keimanan dan dimulai
dengan niat karena mencari keridhoan allah akan mempunyai nilai ibadah di sisi Allah.

Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih dan murni, menutup
setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik.“Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, yang
Maha Esa.(1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(2) Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,(3) Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.(4)’.” (QS Al-Ikhlas)

21
Sedangkan tauhid itu sendiri adalah mengiktikadkan (meyakini) bahwa Allah itu
Esa (satu) tidak ada sekutu bagi-Nya. Iktikad itu harus dihayati, baik dalam niat, amal,
maupun maksud dan tujuannya.

Tauhid (Arab :‫)توحيد‬, adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan
Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan.
Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa.
Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid
ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah.

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga
oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan
Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan
muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan sejarah kaum
muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu
ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah yang
berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah ke-Maha Esa-an
Allah.

Tauhid di bagi menjadi 3 macam yaitu:

Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah taala di dalam


perbuatan-perbuatan-Nya.

Tauhid Asma dan Sifat

Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah subhanahu wa
ta’ala dalam nama dan sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits dilengkapi
dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-hukumnya.

22
Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-perbuatan


hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti berdoa, bernadzar,
menyembelih kurban, bertawakal, bertaubat, dan lain-lain.

Hakikat Tauhid

Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah


kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada
zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah
yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi
kita kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid
adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut
penjelasannya.

23
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


a. Pembahasan Mengenai Mengapa Harus Mempercayai Keberadaan Penciptaan
Alam Semesta
Pada buku utama mengatakan bahwa mengapa harus mempercayai keberadaan
penciptaan alam semesta yaitu karena didalam Islam itu, untuk mengimani Allah,
manusia harus mengaktifkan sesuatu potensi dirinya sesuai dengan kemampuan dan
ranah cakupnnya.Hal ini dapat dipahami berdasarkan dari ayat-ayat Allah yang menyuruh
manusia untuk melihat ciptaan-Nya, dan membuktikan kebenaran wahyu-Nya, dan secara
sederhana iman kepada Allah dapat dipahami sebagai suatu keyakinan dengan sepenuh
hati bahwa Allah Swt. Itu benar-benar ada dan Allah Swt. Itumemiliki sifat-sifat
yang sempurna.Keberadaan Allah Swt. dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya tidak boleh
diragukan sedikit pun.Dengan demikian dapat dikatakan, seseorang yang mengimani
Allah harus benar-benar meyakini keberadaan Allah Swt. dengan berbagai bukti yang
memperkuatnya dan sekaligus meyakini kesempurnaan semua sifat yang dimiliki-Nya.
Sedangkan pada buku pembanding I memberikan penjelasan bahwa mengapa
harus mempercayai keberadaan penciptaan alam semesta yaitu menurut Al-Faruqi
(1984:24) berpendapat menjadi seorang muslim berarti bhawa di dalam kesdaran kita
senantiasa mengingat Allah. Karena Dia adalah Pencipta dan Hakim. Dan Allah adalah
Maha Pencipta pengelola pengatur dan pendidik bagi semua makhluk atau alam semesta.
Banyak nilai-nilai qur'ani yang harus digali oleh setiap muslim tentang bagaimana
kehidupan ini sebagai sistem organisme harus dikelola sesuai dengan kehendak Allah
SWT sebagai Maha Pencipta dan maha pengatur terhadap termasuk didalamnya makhluk
manusia yang menciptakan langit dan bumi serta segala isi yang ada di dalamnya dan
dengan kekuasaannya maka Allah SWT mengatur segala urusannya.
Bebrbeda dengan buku utama dan buku pembanding I, dimana buku pembanding
II menjelaskan bahwa alam cakrawala yang ada di atas kita yang di dalamnya terlihat
pula matahari, bulan, bintang dan sebagainya, demikian pula bumi dengan semua isinya

24
baik berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, adanya hubungan
yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan di antara alam-alam
yang beraneka warna serta yang menguatkan keadaan masing-masing. Semuanya
merupakan tanda dan bukti wujudnya Allah swt. Selain menunjukkan adanya Zat Allah
SWT juga membuktikan keesaan dan ke Maha Kuasaan-Nya menciptakannya.

b. Pembahasan Mengenai Keharusan Memilih Islam Sebagai Agama dan


Pedoman Hidup
Pembahasan mengenai keharusan memilih islam sebagai agama dan pedoman
hidup di buku utama menjelaskan bahwa ada empat hal yang mendasar mengapa
seseorang harus memilih islam sebgai keyakinannya. Pertama, berkenaan dengan
eksistensi kitab suci.Kedua, dari sisi ajaran dan kebenaran ilmiah.Ketiga, keterpaduan
kandungan dan pemenuhan atas kebutuhan pedoman hiup manusia dalam segala keadaan
dan berlaku sepanjang zaman.Keempat, dari sisi sejarah keberimanan manusia, yaitu para
nabi dan rasul sebelumnya.

Berbeda dengan buku utama, penjelasan mengenai keharusan memilih islam


sebagai agama dan pedoman hidup di buku pembanding I yaitu bahwa salah satu sumber
etika yang fundamental adalah agama Islam, sebagai agama dari Allah merupakan
pedoman hidup yang terdiri dari sistem aqidah syariah dan akhlak dapat melandasi
perilaku setiap manajer yang konsisten dengan Islam sebagai pandangan dan pedoman
hidupnya. Menurut Al faruqi esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri dan esensi
Islam adalah tauhid atau penyiksaan Tuhan yaitu sesuatu tindakan yang menegaskan
Allah sebagai yang Esa Pencipta yang mutlak dan transenden penguasa segala yang ada.

Sedangkan pada buku pembanding II menjelaskan bahwa mengenai keharusan


memilih islam sebagai agama dan pedoman hidup yaitu Islam merupakan suatu pegangan
dan pedoman hidup, agar supaya segala perbuatan dan tingkah laku kita bisa di
kendalikan tidak semaunya sendiri, melainkan ada aturan – aturan sehingga hidup jadi
lebih terarah dan terkendali. Karena mencakup segala aspek kehidupan, Islam menjadi
satu-satunya agama sekaligus sistem yang layak dijadikan pedoman hidup. Kelengkapan
cakupan aspek kehidupan Islam desebutkan secara rinci dalam Al Qur’an, yaitu:

25
keyakinan, moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer,
dan perundang-undangan.

c. Pembahasan Mengenai Keniscayaan Beriman dan Bertauhid

Pada buku utama menjelaskan bahwa keniscayaan beriman dan bertauhid itu
adalah pertama pengertian secara etimologi, iman artinya percaya. Oleh karena itu, setiap
ajaran Islam yang berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman. Para ulama
memberikan terminology iman dengan beragam istilah. Namun demikian, disepakati
bahwa keimanan itu diawali dari pengikraran seseorang terhadap asas keimanan tersebut
dengan lisan (lidah), membenarkan dengan sepenuh hati tanpa keraguan, dan
merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan anggota tubuh. Konsep yang
pokok dalam Islam ialah bahwasanya seluruh alam ini, Tuhanlah yang telah menjadikan,
menguasai dan mengawasinya, bahwasanya Dia adalah Maha Tunggal, tidak ada yang
menyertai dalam kesucian-Nya.Dia telah menciptakan manusia dan menentukan ajalnya,
dan bahwasanya Allah s.w.t. telah menyediakan untuk seluruh alam jalan hidup yang
lurus, sekaligus memberikan kebebasan mutlak kepada hamba-Nya untuk mengikuti atau
mengingkarinya. Sedangkan pada tauhid itu sendiri adalah Tauhid adalah meyakini
keesaan Allah dalam rububiyyah, iklas beribadah kepada-Nya, menetapkan bagi-Nya
nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta meyakini kesucian-Nya dari kekurangan dan cacat.
Mentauhidkan Allah merupakan suatu sikap objektif dan adil. Sebab, pada hakikinya
hanya Allah lah Tuhan dan Dia berhak untuk mendapatkan pengakuan sebagai Tuhan dan
berhak untuk diibadahi setiap makhluk-Nya. Dengan demikian, kesirikan adalah sikap
subjektif yang keliru (jahil) dan kzaliman yang tiada tara.
Sedangkan pada buku pembanding I menjelaskan bahwa Iman merupakan
totalitas ajaran yang tak terpisahkan. Barangsiapa yang kufur kepada salah satu rukun
iman sebagaimana diajarkan Alquran dan Sunnah maka amalnya akan sia-sia. Apabila
sampai Syirik terhadap Allah karena itu landasan utama seluruh tatanan Islam adalah
keimanan. Dengan demikian pendidikan Islam berkepentingan untuk melahirkan manusia
muslim yang berpredikat Islam dengan komitmen tinggi terhadap seluruh aspek ajaran
Islam dengan mengamalkan rukun Islam Rukun Iman dan akhlak Islam atau seluruh
syariat Islam. Tujuan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim seutuhnya.

26
Dan pada buku pembanding II menjelaskan keniscayaan beriman dan bertauhid
bahwa islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah harus bersih dan murni, menutup
setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik.“Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, yang
Maha Esa.(1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.(2) Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,(3) Dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.(4)’.” (QS Al-Ikhlas). Sedangkan tauhid itu sendiri adalah mengiktikadkan
(meyakini) bahwa Allah itu Esa (satu) tidak ada sekutu bagi-Nya. Iktikad itu harus
dihayati, baik dalam niat, amal, maupun maksud dan tujuannya. Tauhid (Arab :‫)توحيد‬,
adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata :
Wahhada Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata
wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu
berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah
yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. Tauhid merupakan inti dan dasar dari
seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama
tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku


a. Dilihat dari aspek tampilan buku, buku yang diriview cover nya sesuai gambaran atau
ilustrasi yang mencerminkan isi dari buku tersebut.
b. Dilihat dari layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font dari buku
tersebut layout dan tata letak nya terlihat rapi serta tata tulisnya juga rapi, penulisan
judulnya sudah memadai karena ukuran tulisan yang besar cocok untuk judul, penggunaan
fontnya terlihat bagus dan jelas.
c. Dari aspek isi buku tersebut sangat lengkap penjelasannya dan editor juga membuat
kepenulisan yang penting dalam bentuk cetak miring sehingga pembaca lebih mudah
mengetahui kata-kata yang penting dari buku tersebut. Dan buku mudah dipahami dengan
penjelasan yang sistematis.
d. Dari aspek tata bahasa buku tersebut baik dan juga kata-katanya baku sehingga mudah
dipahami.
e. Pada buku pembanding I penulisannya kurang rapi sehingga sehingga tidak membuat mata
nyaman membacanya.

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam merupakan agama yang membawa kedamaian, rasa persaudaraan, cinta
kasih dan tolong menolong. Agama yang telah diridhai oleh Allah swt kepada hambanya
dalam Al-qur’an, semua nabi memilh islam sebagai agama mereka untuk mencapai
tujuan akhir dari kehidupan mereka, yaitu kehidupan akhirat.
Sebagai umat islam kita tentunya harus memahami makna agama yang kita anut.
Karena dengan mengerti makna dan maksud dari ajaran islam, maka diharpkan kita akan
senantiasa melaksanakan kewajiban kita sebagi umat islam dengan penuh keikhlasan dan
kekhusyukan.

B. Rekomendasi
Menurut saya buku tersebut dapat dijadikan ilmu, dari kita menbandingkan
beberapa buku, sehingga adanya penambahan ilmu pengetahuan yang luas bagi kita. Dan
editor harus lebih teliti lagi dalam mengedit buku tersebut agar tidak terdapat kesalahan
dalm pencetakannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Husnel Anwar Matondang. 2018. Islam Kaffah. Medan . Perdana Publishing

Syafarudiin. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Hijri Pustaka Utama

Nurcholis Madjid. 2010. Islam Agama Kemanusiaan. Jakarta. PT Dian Rakyat

https://ketikqwerty.wordpress.com/2011/10/16/alam-semesta-bukti-adanya-allah-swt/amp/

http://daffosaero.blogspot.com/2012/08/alasan-mengapa-kita-harus-percaya.html?m=1

http://um110.ilearning.me/tag/islam-sebagai-pedoman-hidup/

https://www.google.co.id/amp/s/blogmateri.wordpress.com/2015/02/12/makalah-aqidah-tauhid-
iman-hakikat-dan-kedudukannya/amp/

29

Anda mungkin juga menyukai