Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pembelajaran Kontemporer

KONSEP 4C DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21

Dosen Pengampu:

Dr. Izwita Dewi, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok III

No Nama NIM
1 Windy Putri Maslita Sitanggang 4183311010
2 Putri Zamsari 4183311006
3 Chintya Rachmawati Putri Sarmi 4183111107

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dah rahmat-Nya
serta yang telah memberikan kita kesehatan sehingga penulis dapat membuat makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Kontemporer, yang sudah memberikan bimbingannya untuk menyelesaikan tugas
ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan
dan menjelaskan mengenai Konsep 4C Dalam Pembelajaran Abad 21. Dalam makalah ini
mahasiswa diharapkan mampu berfikir kreatif,inovasi dan kritis serta menerapkan konsep 4C
dalam sistem perkuliahan maupun untuk keperluan kedepannya sebagai seorang guru. Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan mencapai
standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu dengan adanya makalah ini mahasiswa
mempu membudayakan membaca.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena penulis meminta maaf jika
ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 29 September 2021

Kelompok III

i
DAFTAR
ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Communication (Komunikasi) ......................................................... 3
2.2 Collaborative (Kolaborasi) ............................................................... 10
2.3 Critical Thinking And Problem Solving (Berpikir Kritis Dan Pemecahan
Masalah) ........................................................................................... 11
2.4 Creativity And Innovation (Kreatif Dan Inovasi) ............................ 14
BAB III. PENUTUP .......................................................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru yang
mempunyai karakter. Bangsa yang masyarakatnya tidak siap hampir bisa dipastikan akan
jatuh oleh dahsyatnya perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai ciri khas globalisasi itu sendiri. Maka dari itu kualitas pendidikan harus ditingkatakan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem
solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa
disebut dengan 4C.

Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan terutama pada permendikbud nomor 20


tahun 2016. Perubahan tersebut adalah tentang keterampilan yang sangat diperlukan oleh
anak-anak bangsa. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pihak
sekolah dalam menyiapkan anak-anak bangsa agar memiliki sejumlah keterampilan yang
diperlukan dalam kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era
globalisasi di abad ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan
yang dapat menjawab tuntutan perkembangan zaman.

Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan keterampilan baik hard skill
maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah agar dapat terjun ke
dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru menyiapkan segala
perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan model atau metode yang
diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad
ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk hidup di
abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era kemajuan
teknologi dan informasi. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan berbagai
keterampilan abad ke-21 sebagai sarana kesuksesan di abad dimana dunia berkembang
dengan cepat dan dinamis.

Indikator keberhasilan lebih didasarkan pada kemampuan untuk berkomunikasi,


berbagi, dan menggunakan informasi untuk memecahkan masalah yang kompleks, dapat
beradaptasi dan berinovasi dalam menanggapi tuntutan baru dan mengubah keadaan, dan

iii
memperluas kekuatan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru. Ketidakmampuan
anak dalam mengungkapkan keinginan, perasaan serta mengaktualisasikan apa yang ada
dalam diri mereka menjadikan masalah yang dihadapi oleh anak-anak semakin besar.
Sehingga anak-anak memerlukan sebuah kemampuan dan keterampilan untuk
mengungkapkan masalah yang mereka hadapi kepada orang lain.

Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu
mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong
peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana
pembelajaran yang dibuatnya.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Communication (Komunikasi)
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat peka mendapatkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial,
emosi maupun bahasa. Untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu memperoleh
pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan
secara tepat. Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif tentunya
kita tak kalah saing dengan negara lain.

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap


(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari
komunikasi yang efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan
yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang
digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi
Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang
sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan
bahasa nonverbal secara baik.

Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling


berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan
siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada
siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak
negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima oleh penerima pesan. Hal ini
akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan pesan yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi. Selain itu, membiarkan siswa menggunakan
kata-kata kasar dalam berkomunikasi dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak.
Penggunaan kata yang baik dalam berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak.
Anak akan merasakan kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga
kepercayaan diri anak akan meningkat.

v
1. Defenisi
Muhtadi, 2012 :
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung dalam
dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik dalam konteks
intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa
diakui sebagai media paling efektif dalam melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar
individu seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar,
pertemuan tempat kerja dan lainlain.

Van, 2011 :
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai muatan emosi dan
sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung secara timbal balik.

Wilson, 2009 :
Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat sering dilakukan oleh setiap orang dalam
lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun. Karena komunikasi sangatlah penting bagi
kehidupan kita. Semua orang membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi
semuanya menjadi lebih mengerti. Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan
komunikator. Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan
pesan. Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi
juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata,
melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang ada dalam hati seseorang. Tetapi
pesan komunikasi akan bisa diterima oleh komunikan apabila komunikan mengerti apa yang
komunikator sampaikan.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi adalah kemampuan penyampaian


informasi maupun opini dalam pembelajaran, tidak hanya penyampaian materi pelajaran,
tetapi juga pengarahan serta memberikan motivasi yang dilakukan guru kepada siswa
( komunikan ) sehingga terjadi komunikasi feed-back ( efektif ) atau timbal balik.

2. Prinsip Kemampuan Komunikasi Dalam Pembelajaran


Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat
memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap peserta didik yang dihadapinya. Rasa

vi
hormat dan saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan
orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas
kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim. Salah satu prinsip
paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap
individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia
yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan
kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong
orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus
kepada para murid maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses
pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.

Emphaty
Empati adalah kemampuan manusia untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan manusia mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu,
manusia dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memaksimalkan
dalam menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling
memahami dan mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari peserta didik. Rasa empati
akan menimbulakan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses
pembelajaran. Jadi sebelum manusia membangun komunikasi atau mengirimkan pesan,
manusia perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga
nantinya pesan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari
penerima.

Audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda
dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu

vii
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka
mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel)
sehingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan
guru dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual
yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
peserta didik.

Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.
Dalam berkomunikasi manusia perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan cara
seperti ini peserta didik tidak akan menganggap lagi proses pembelajaran sebagai formalitas
tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.

3. Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran


• Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima
aksi. Guru aktif, siswa pasif. Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan
pelajaran. Pada model ini guru kelebihannya guru lebih menguasai bahan pelajaran dan
melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan maksimal, sementara kelemahannya siswa
tidak mendapatkan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhannya baik dari segi
pengembangan bakat dan minatnya, dan proses pembelajaran semuanya diatur dan
ditentukan oleh guru.
• Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini antara guru dan siswa memiliki peranan yang sama yakni pemberi
aksi dengan arti kata kata keduanya dapat saling memberi dan menerima aksi.
Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif
sama. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk menjawab apa yang
dibutuhkan siswa. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

viii
berpikir siswa, proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa.
• Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah Komunikasi ini tidak hanya
melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi
dinamis antara siswa dengan siswa lainya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi ini mengarahkan kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan
siswa yang optimal, sehingga siswa belajar aktif, diskusi, simulasi merupakan strategi
yang dapat mengembangkan komunikasi ini

4. Bentuk – Bentuk Komunikasi Yang disampaikan Oleh Guru


• Guru Sebagai Motivator
Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif.
Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajarsehingga ia
tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
• Guru Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu juga guru dituntut agar memiliki
kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting,
kemampuan komunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
• Guru Sebagai Demonstator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk menunjukkan kepada siswa segala
sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami pesan yang
disampaikan. Ada 2 konteks guru sebagai demonstator, pertama guru harus menunjukkan
sikap – sikap terpuji, kedua guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar
setiap materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa.
• Guru Sebagai Pengelola
Guru Sebagai pengelola pembelajaran (Learning Manajer), berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk

ix
terjadinya proses belajar seluruh siswa. 14 5) Guru Sebagai Sumber Belajar Peran
sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber
belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.
• Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya
sebagai bekal mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan
tugas–tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh
dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat.
• Guru Sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Collaborative (Kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih baik
jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompokkelompok
kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih
banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar
tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk dalam ceramah, tanpa memandang
bahan ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67). Suatu pembelajaran termasuk
pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih
dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang.
Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat
terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar
siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif
dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak
perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51). Berdasarkan pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai
tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di
dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa
akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok. Siswa harus dibelajarkan untuk

x
bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam
latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka.

C. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat alamiah
yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir sendiri terbagi
menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang hanya membutuhkan
ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan perenungan.

1. Critical Thinking (Berpikir Kritis)


a. Definisi
Elaine B. Johnson, (2009: 182)
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain.

John Dewey dalam Alec Fisher, (2009: 2)


Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang memikirkan
berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan
informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang
lain.

Triling dan Fadel (2008)


Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis, menafsirkan,
mengevaluasi, merangkum, dan mensintesis semua informasi kemudian menerapkan
hasilnya untuk menyelesaikan masalah.

xi
Dari pernyataan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa critical thinking
adalah suatu kemampuan/keterampilan untuk menganalisis, mengevaluasi dan
mengambil keputusan atau membuat kesimpulan dari suatu informasi yang diterima
berdasarkan fakta atau bukti yang didapat.

b. Tujuan
Elaine B. Johnson (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk
mencapai pemahaman yang mendalam.
Fahruddin Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu
untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar. Dengan
kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik.
Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di
pendidikan tinggi.

c. Indikator Critical Thinking


1) Menguraikan informasi yang diterima.
2) Merumuskan atau mengenali masalah.
3) Menganalisis data.
4) Membuat dugaan penyelesaian.
5) Menemukan cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
6) Membuat kesimpulan.

2. Problem Solving (Pemecahan Masalah)


a. Definsi
Murray, Olivier, dan Human (1998)
Problem solving merupakan salah satu dasar teoretis dari berbagai strategi
pembelajaran yang menjadikan masalah (problem) sebagai isu utamanya. Pembelajaran
akan muncul ketika siswa dihadapkan dengan masalah yang tidak ada metode rutin
untuk menyelesaikannya. Masalah yang diberikan harus diberikan pertama kali
sebelum diajari metode solusinya. Dosen hanya berperan sebagai fasilitator dan
mendorong mahasiswanya untuk membandingkan berbagai solusi untuk setiap satu
masalah.

xii
Majid (2007)
Problem solving merupakan suatu cara untuk memberikan pengertian dengan
menstimulus mahasiswa untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu
masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk
memecahkan masalah.

Berdasarkan pernyataan ahli diatas, problem solving adalah langkah untuk


menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk
mendapatkan kesimpulan dari penyelesaian tersebut.

b. Prosedur Problem Solving


1) Menyajikan permasalahan
2) Mengidentifikasi permasalahan
3) Mencari alternatif penyelesaian masalah
4) Menilai setiap alternatif penyelesaian masalah
5) Menarik kesimpulan

3. Critical Thinking and Problem Solving


Critical thinking dan problem solving memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut
The National Councul for Ecellence in Critical Thinking (dalam Bialik dan Fadel, 2015: 7)
mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses dari aktivitas dan kemampuan
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh
sebagai panduan untuk mengambil kesimpulan. Menurut Anderson, Newell dan Simon
dalam Kurfiss (1980: 28) bahwa sebagai bagian dari critical thinking, problem solving
membangun dan memperbaiki masalah dengan menganalisis, mengidentifikasi,
mengumpulkan hipotesis, dan menguji hipotesis sampai mendapatkan hasil.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa, critical thinking and
problem solving memiliki keterkaitan satu sama lain. Sebab dalam menyelesaikan suatu
masalah mahasiswa perlu berpikir kritis. Saat mahasiswa telah berpikir kritis artinya
mahasiswa sudah dapat menyelesaikan suatu masalah. Sehingga indikator critical thinking
and problem solving adalah menguraikan informasi yang diterima, merumuskan atau
mengenali masalah, menganalisis data, membuat dugaan penyelesaian, menemukan cara
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan membuat kesimpulan.

xiii
D. Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi)
Definisi
Lawrence dalam Suratno, 2005: 24
Kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan
dapat dimengerti.

Chaplin dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 16)


Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam bidang seni atau dalam
persenian, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.

(Suratno, 2005:24)
Kreativitas adalah suatu ativitas yang imajinatif yang memanifestasikan (perwujudan)
kecerdikan dari pikiran yang berdaya guna menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan
suatu persoalan dengan cara tersendiri.

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17)


Proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima
macam perilaku kreatif sebagai berikut: 1) Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan
mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah. 2) Flexibility
(keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan
suatu masalah di luar kategori yang biasa. 3) Originality (keaslian), yaitu kemapuan
memberikan respon yang unik atau luar biasa. 4) Elaboration (keterperincian), yaitu
kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi
kenyataan. 5) Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31)


Kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti
berikut: 1) Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan pada aspek
kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak 2) Menciptakan lingkungan
kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar memudahkan anak untuk mengakses
apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan
kreativitasnya. 3) Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan
memberikan stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif. 4) Peran

xiv
serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan kebebasan
anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas. Inovasi (innovation)
ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention
maupun diskoveri.

Sa’ud (2008: 3)
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Creativity and Innovation


Kreativitas adalah mengembengkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan
baru kepada orang lain serta bersikap terbuka dan responsif terhadap pendapat baru dan
berbeda. Kreativitas yang dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru sering disebut
sebagai inovasi. Indikator berfikir kreatif dan inovasi adalah sebagai berikut (1) mampu
menggunakan berbagai cara untuk menghasilkan ide (2) membuat ide – ide baru (3)
mengelaborasi, memperbaiki, menganalisa, dan mengevaluasi ide – ide orisinil untuk
meningkatkan dan memaksimalkan usaha kreatif.

xv
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam proses belajar mengajar guru harus melakukan komunikasi dengan baik
terhadap siswa secara terus menerus dalam berbagai keadaan. Dalam proses pembelajaran
guru harus membiasakan siswanya untuk saling berkomunikasi baik tentang pelajaran
maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa
dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata
yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak negatif. Dalam menggali informasi
dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman
di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Seseorang tidak dapat belajar dengan baik
tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga
untuk kesuksesan di pendidikan tinggi. kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila
didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: memberikan rangsangan mental yang baik,
menciptakan lingkungan kondusif , peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas,
peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan
kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis merekomendasikan kepada para pembaca agar mampu
menerapkan konsep 4C dalam pembelajaran abad 21 saat ini.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

As’ari, A. R. 2014. Perspektif Global Tentang Kurikulum 2013 Secara Umum, dan

Pembelajaran Matematika Secara Khusus. Ponorogo : U M Ponorogo

Johnson, Elaine B., 2009. Contextual Teaching And Learning. (Edisi Terjemahan Ibnu

Setiawan). Bandung: MLC.

Roberts, Timothy S. 2004. Collaborative Learning: Theory and Practice. London: Idea

Group Inc.

Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Remadja

Rosdakarya.

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai