Dosen Pengampu:
No Nama NIM
1 Windy Putri Maslita Sitanggang 4183311010
2 Putri Zamsari 4183311006
3 Chintya Rachmawati Putri Sarmi 4183111107
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dah rahmat-Nya
serta yang telah memberikan kita kesehatan sehingga penulis dapat membuat makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Kontemporer, yang sudah memberikan bimbingannya untuk menyelesaikan tugas
ini.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan
dan menjelaskan mengenai Konsep 4C Dalam Pembelajaran Abad 21. Dalam makalah ini
mahasiswa diharapkan mampu berfikir kreatif,inovasi dan kritis serta menerapkan konsep 4C
dalam sistem perkuliahan maupun untuk keperluan kedepannya sebagai seorang guru. Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan mencapai
standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu dengan adanya makalah ini mahasiswa
mempu membudayakan membaca.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena penulis meminta maaf jika
ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kelompok III
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 3
2.1 Communication (Komunikasi) ......................................................... 3
2.2 Collaborative (Kolaborasi) ............................................................... 10
2.3 Critical Thinking And Problem Solving (Berpikir Kritis Dan Pemecahan
Masalah) ........................................................................................... 11
2.4 Creativity And Innovation (Kreatif Dan Inovasi) ............................ 14
BAB III. PENUTUP .......................................................................................
3.1 Kesimpulan .......................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru yang
mempunyai karakter. Bangsa yang masyarakatnya tidak siap hampir bisa dipastikan akan
jatuh oleh dahsyatnya perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai ciri khas globalisasi itu sendiri. Maka dari itu kualitas pendidikan harus ditingkatakan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem
solving), berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa
disebut dengan 4C.
Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan keterampilan baik hard skill
maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di sekolah agar dapat terjun ke
dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru menyiapkan segala
perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan model atau metode yang
diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan keterampilan abad
ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki keterampilan untuk hidup di
abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di hadapi di era kemajuan
teknologi dan informasi. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan berbagai
keterampilan abad ke-21 sebagai sarana kesuksesan di abad dimana dunia berkembang
dengan cepat dan dinamis.
iii
memperluas kekuatan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru. Ketidakmampuan
anak dalam mengungkapkan keinginan, perasaan serta mengaktualisasikan apa yang ada
dalam diri mereka menjadikan masalah yang dihadapi oleh anak-anak semakin besar.
Sehingga anak-anak memerlukan sebuah kemampuan dan keterampilan untuk
mengungkapkan masalah yang mereka hadapi kepada orang lain.
Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu
mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong
peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana
pembelajaran yang dibuatnya.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Communication (Komunikasi)
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa.
Karena pada masa ini sering disebut masa emas dimana anak sangat peka mendapatkan
rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik motorik, intelektual, sosial,
emosi maupun bahasa. Untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu memperoleh
pengalaman belajar yang dirancang melalui kegiatan mengobservasi dan mendengarkan
secara tepat. Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif tentunya
kita tak kalah saing dengan negara lain.
v
1. Defenisi
Muhtadi, 2012 :
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung dalam
dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik dalam konteks
intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa
diakui sebagai media paling efektif dalam melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar
individu seperti halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar,
pertemuan tempat kerja dan lainlain.
Van, 2011 :
Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa yang mempunyai muatan emosi dan
sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat berlangsung secara timbal balik.
Wilson, 2009 :
Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat sering dilakukan oleh setiap orang dalam
lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun. Karena komunikasi sangatlah penting bagi
kehidupan kita. Semua orang membutuhkan komunikasi karena adanya komunikasi
semuanya menjadi lebih mengerti. Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan
komunikator. Komunikan yang menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan
pesan. Berinteraksi dengan cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi
juga bisa menggunakan gerak mimik tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata,
melambaikan tangan, juga bisa menggunakan persaan yang ada dalam hati seseorang. Tetapi
pesan komunikasi akan bisa diterima oleh komunikan apabila komunikan mengerti apa yang
komunikator sampaikan.
vi
hormat dan saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan
orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas
kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim. Salah satu prinsip
paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Penghargaan terhadap
individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia
yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan
kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu
penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong
orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus
kepada para murid maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses
pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.
Emphaty
Empati adalah kemampuan manusia untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah
kemampuan manusia mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu,
manusia dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang diperlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memaksimalkan
dalam menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling
memahami dan mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari peserta didik. Rasa empati
akan menimbulakan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan
yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses
pembelajaran. Jadi sebelum manusia membangun komunikasi atau mengirimkan pesan,
manusia perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga
nantinya pesan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari
penerima.
Audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda
dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu
vii
ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa
pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka
mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel)
sehingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan
guru dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual
yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para
peserta didik.
Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai macam penafsiran. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.
Dalam berkomunikasi manusia perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan
menurunkan semangat dan antusiasme peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan cara
seperti ini peserta didik tidak akan menganggap lagi proses pembelajaran sebagai formalitas
tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.
viii
berpikir siswa, proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara
guru dan siswa.
• Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah Komunikasi ini tidak hanya
melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi
dinamis antara siswa dengan siswa lainya. Proses belajar mengajar dengan pola
komunikasi ini mengarahkan kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan
siswa yang optimal, sehingga siswa belajar aktif, diskusi, simulasi merupakan strategi
yang dapat mengembangkan komunikasi ini
ix
terjadinya proses belajar seluruh siswa. 14 5) Guru Sebagai Sumber Belajar Peran
sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber
belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran.
• Guru Sebagai Pembimbing
Guru sebagai pembimbing agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya
sebagai bekal mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan
tugas–tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh
dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan
masyarakat.
• Guru Sebagai Evaluator
Guru sebagai evaluator berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
B. Collaborative (Kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih baik
jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu kelompokkelompok
kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih
banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar
tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk dalam ceramah, tanpa memandang
bahan ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-67). Suatu pembelajaran termasuk
pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih
dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang.
Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat
terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar
siswa yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif
dapat bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak
perlu terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51). Berdasarkan pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai
tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di
dalam maupun di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa
akan saling menghargai kontribusi semua anggota kelompok. Siswa harus dibelajarkan untuk
x
bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam
latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka.
C. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir menjadi kodrat alamiah
yang setiap saat dilakukan dalam seluruh aktivitas kehidupan. Berpikir sendiri terbagi
menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang hanya membutuhkan
ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan perenungan.
xi
Dari pernyataan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa critical thinking
adalah suatu kemampuan/keterampilan untuk menganalisis, mengevaluasi dan
mengambil keputusan atau membuat kesimpulan dari suatu informasi yang diterima
berdasarkan fakta atau bukti yang didapat.
b. Tujuan
Elaine B. Johnson (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk
mencapai pemahaman yang mendalam.
Fahruddin Faiz, (2012: 2) mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu
untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar. Dengan
kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik.
Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di
pendidikan tinggi.
xii
Majid (2007)
Problem solving merupakan suatu cara untuk memberikan pengertian dengan
menstimulus mahasiswa untuk memperhatikan, menelaah, dan berpikir tentang suatu
masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk
memecahkan masalah.
xiii
D. Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi)
Definisi
Lawrence dalam Suratno, 2005: 24
Kreativitas merupakan ide atau pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan
dapat dimengerti.
(Suratno, 2005:24)
Kreativitas adalah suatu ativitas yang imajinatif yang memanifestasikan (perwujudan)
kecerdikan dari pikiran yang berdaya guna menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan
suatu persoalan dengan cara tersendiri.
xiv
serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan kebebasan
anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas. Inovasi (innovation)
ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention
maupun diskoveri.
Sa’ud (2008: 3)
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
xv
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam proses belajar mengajar guru harus melakukan komunikasi dengan baik
terhadap siswa secara terus menerus dalam berbagai keadaan. Dalam proses pembelajaran
guru harus membiasakan siswanya untuk saling berkomunikasi baik tentang pelajaran
maupun hal lain, baik dengan guru maupun dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa
dalam berkomunikasi akan memberikan dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata
yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak negatif. Dalam menggali informasi
dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman
di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana
menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka. Seseorang tidak dapat belajar dengan baik
tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga
untuk kesuksesan di pendidikan tinggi. kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila
didukung oleh beberapa faktor seperti berikut: memberikan rangsangan mental yang baik,
menciptakan lingkungan kondusif , peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas,
peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan
kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.
2. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis merekomendasikan kepada para pembaca agar mampu
menerapkan konsep 4C dalam pembelajaran abad 21 saat ini.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
As’ari, A. R. 2014. Perspektif Global Tentang Kurikulum 2013 Secara Umum, dan
Johnson, Elaine B., 2009. Contextual Teaching And Learning. (Edisi Terjemahan Ibnu
Roberts, Timothy S. 2004. Collaborative Learning: Theory and Practice. London: Idea
Group Inc.
Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: Remadja
Rosdakarya.
xvii
xviii