Anda di halaman 1dari 9

FORM PENGAJUAN JUDUL

PROPOSAL SKRIPSI

JURUSAN TADRIS KIMIA 2020/2021

1. Nama Mahasiswa : KHAIRUN ANNISA

2. NIM : 1730110016

3. Judul Proposal Skripsi : Pengembangan Modul Elektronik (E-Modul)


Kimia Berbasis Guided Discovery Learning pada Materi Larutan
Penyangga Kelas XI IPA SMA N 1 Kecamatan Pangkalan Koto Baru

a. Latar Belakang :

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang


sangat pesat seiring tuntutan berbagai kebutuhan manusia. Kehidupan
manuisa yang sarat dengan kebutuhan informasi menimbulkan
ketergantungan pada bidang TIK dalam memenuhinya. Hadirnya TIK
mampu mempermudah berbagai aktivitas manusia terutama pada bidang
pendidikan (Arifin, 2008). Pada pendidikan TIK mempengaruhi penggunaan
alat bantu mengajar, metode serta strategi pengajaran yang dilaksanakan di
sekolah (Jazuli, et al. 2017). Dewasa ini pembelajaran di sekolah mulai
disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, dan komuniaksi
sehingga terjadi perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan yang
mengindikasi bahwa penggunaan TIK dalam proses pembelajaran di kelas
sudah menjadi pelaksanaan pada kurikulum 2013. Pelaksnaan kurikulum
2013 telah menuju pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
dalam proses pembelajaran (Darmawan, 2014:61).

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP). Dimana kurikulum 2013 memanfaatkan
kemajuan TIK dalam proses pembelajaran, sehingga kurikulum 2013 dengan
kemajuan teknologi menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran atau
student center dalam proses pembelajaran. Kelebihan dari kurikulum 2013
menekankan kepada peserta didik untuk lebih kreatif dan inovatif,
pendidikan budi pekerti serta karakter peserta didik diintegrasikan dalam
mata pelajaran (Albantani, 2015). Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik memiliki kemampuan dalam pembelajaran
sehingga mampu mengembangkan kemampuan tersebut dalam pusat
pembelajaran (Albantani, 2015). Untuk dapat meningkatkan kemampuan
siswa sebagai pusat dalam pembelajaran maka diperlukannya
pengembangan-pengembangan disegala aspek dalam pembelajaran seperti
media pembelajaran, strategi atau model pembelajaran, dan semua yang
behubungan yang mana mendukung proses pembelajaran.

Apabila dilihat dari segi media pembelajaran, media pembelajaran


merupakan wahana penyalur pesan dan informasi belajar (Susilana, Si et al.
2008). Bila dilihat secara teori jenis-jenis media pembelajaran dapat menjadi
hal terpenting penentuan keberhasilan proses pembelajaran. Media
pembelajaran ada beberapa jenis yaitu, (1) jenis media visual, media visual
merupakan alat peraga yang menggunakan panca indra mata, beberapa
contohnya grafik, diagram, poster, komik; (2) jenis media audio, media audio
merupakan alat peraga yang menggunakan pendengaran, beberapa contohnya
radio, tape recorder; (3) jenis media audio visual, media audio visual
merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar, beberapa
contohnya seperti film yang mempunyai rangkaian suara (Nurseto, 2011:19).
Semua jenis media pembelajaran tersebut mempunyai kelebihan masing-
masing, kelebihan media visual yaitu, dapat dibaca berkali-kali dengan
menyimpannya. Kelebihan media audio yaitu dapat merangsang partisipasi
aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti
menulis, menggambar. Kelebihan media audio visual yaitu dapat
menggambarkan teori sain dan animasi yang menjadi hal-hal baru dalam
proses pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa saat proses
pembelajaran (Umayah, Haryani et al. 2013). Maka setiap media tersebut
memiliki keuntungan tersendiri terhadap setiap materi pembelajaran, dimana
tujuannya adalah agar siswa dapat memahami materi pembelajaran.

Bila dilihat jenis-jenis media pembelajaran tidak semua media dapat


menstimulasi siswa untuk mengkreatifkan diri dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan strategi pembelajaran kurikulum 2013 yaitu student center,
maka guru wajib mengembangkan media pembelajaran yang bisa
menstimulasi siswa untuk dapat aktif selama proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya media pembelajaran yang dikembangkan


oleh guru saat ini, tidak semua guru dapat menggunakan ataupun
mengembangkannya. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan hasil observasi
yang peneliti lakukan di SMA N 1 Kecamatan Pangakalan Koto Baru. Bila
dilihat dalam RPP yang dibuat pendidik, peneliti melihat banyak media yang
digunakan seperti, worksheet, papan tulis, power point. Namun pada saat
wawancara guru itu menyatakan bahwa selama proses pembelajaran guru
hanya menggunakan media papan tulis dan buku. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan guru dalam membuat media pembelajaran, karena padatnya
jadwal mengajar guru. Namun sebenarnya keberadaan media harus wajib
diadakan karena ini dituntut dalam pengadaan RPP, namun kenyataannya
tidak ada. Seperti yang kita ketahui dengan menggunakan media papan tulis,
hal ini lebih menekankan guru lebih aktif dalam proses pembelajaran bukan
siswa yang lebih aktif. Tentunya kondisi ini sangat bertentangan dengan
kurikulum 2013.

Bila saat peneliti melihat terjun langsung kelokal melihat proses


pembelajaran saat guru mengajar pada materi Larutan Penyangga, guru
hanya memperhatikan perkembangan kognitif dan afektif tanpa
memperhatikan pengembangan psikomotor peserta didik, karena guru hanya
menggunakan media papan tulis dan buku dengan metode discovery learning
sehingga siswa tidak semuanya dapat aktif dalam proses pembelajaran. Hal
ini dapat mengakibatkan kurangnya perkembangan psikomotor peserta didik.
Sehingga pada saat dilakukan tes ulangan materi Larutan Penyangga
didapatkan hasil ulangan siswa hanya sebagian siswa yang tuntas dan
selebihnya dibawah KKM.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa didapatkan


bahwa pada materi Larutan Penyangga media yang digunakan kurang
menarik, siswa ingin ada perubahan dalam pembelajaran, karena gurunya
hanya menggunakan papan tulis dan buku dalam penyampaian materi, maka
didapatkan siswa tidak suka dengan media pembelajaran yang seperti itu
saja, yaitu hanya dengan papan tulis. Siswa tersebut ingin ada perubahan
dalam proses belajarnya sehingga perubahan tersebut dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah tersebut, maka


diperlukanlah pengembangan suatu media yang sesuai serta metode
pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik. Dilihat dari jenis media yang dapat membantu proses
pembelajaran, salah satu media yang cocok untuk materi tersebut jenis media
audio visual yaitu modul elektronik kimia. Modul elektronik adalah
perangkat pembelajaran sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami
sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri, yang mana modul dalam
bentuk teks buku dengan kombinasi gambar, vidio, maupun suara dan
digunakan melalui perangkat elektronik (Mulyar, Litia et al. 2018).

Dalam pelaksanaannya, agar siswa tidak merasa bosan maka proses


pembelajaran dengan menggunakan modul elekronik dapat dilaksanakan
dengan cara menggunakan leptop yang dapat ditayangkan melalui infokus,
atau dengan menggunakan smartphone peserta didik. Penggunaan
multimedia dalam modul elektronik kimia dapat memfasilitasi proses
pembelajaran yang lebih mudah dipahami, efektif, dan menyenangkan karena
multimedia pendukung tersebut dapat menyajikan visualilasi yang lebih jelas
dari materi pembelajaran untuk membantu pemahaman peserta didik (Nadia
& Muktiningsih, 2019). Selain itu, modul elektronik ini ada petunjuk-
petunjuk dalam penggunaannya sehingga dalam pelaksanaannya menjadi
terkontrol. Dengan memanfaatkan media modul elektronik yang berisi
konsep-konsep materi, adanya gambar-gambar yang interaktif, vidio,
feedback serta adanya contoh dan soal latihan yang dapat menguji
pemahaman peserta didik. Sehingga membuat siswa berfikir kreatif, dan
dapat menganalisis soal-soal pada modul. Dengan pembelajaran seperti ini
akan mengubah kebiasaan belajar dari teacher centered menjadi student
centered sesuai dengan kurikulum 2013 (Nadia & Muktiningsih, 2019).
Adapun keunggulan dari modul elektronik kimia diantaranya yaitu: (1)
dapat mengubah kebiasaan belajar dari teacher centered menjadi student
activity; (2) mengefektifkan proses pembelajaran; (3) dapat menggabungkan
teks dengan vidio, animasi, audio, atau simulasi yang dapat mendukung
peserta didik dalam belajar, serta meningkatkan motivasi dalam belajar; (4)
pada modul elektronik adanya evaluasi yang memberikan feedback langsung
kepada peserta didik (Anori, Soraya et al. 2013).

Agar penerapan modul elektronik kimia ini lebih efektif dan dapat
memberikan hasil yang maksimal maka dapat menggunakan bantuan model
pembelajaran. Dalam hal ini jenis model digunakan pada modul elektronik
tersebut agar dapat membuat peserta didik aktive selama proses pembelajaran
menggunakan modul elektronik yaitu model guided discovery learning.
Guided discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan menekankan pada pemahaman diri yang dicapai
melalui penyelidikan aktif. Model guided discovery learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Mengaplikasikan model guided discovery learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, guru membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan (Nina, Baskoro et al. 2018).

Model Guided discovery learning ini guru menganjurkan siswa membuat


dugaan, intuisi, dan mencoba-coba. Melalui dugaan, dan mencoba-coba ini
diharapkan siswa tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip,
ataupun prosedur yang telah jadi dalam kegiatan belajar-mengajar, akan
tetapi siswa lebih ditekankan pada aspek mencari dan menemukan konsep,
prinsip, ataupun prosedur yang telah jadi tersebut. Untuk menghasilkan suatu
penemuan, siswa harus dapat menghubungkan ide-ide yang mereka miliki,
yaitu mereka dapat merepresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik,
simbol, ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah
dipahami (Rosida, Fadiawati et al. 2017). Adapun kelebihan model guided
discovery learning yaitu dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan dan proses kognitif, pengetahuan yang dipeloreh
melalui model ini sangat pribadi dan menguatkan pengertian siswa serta
dapat menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil menemukan konsep (Alfieri, Brook et al 2011).

Berdasarkan hal ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “Pengembangan Modul Elektronik Kimia Berbasis Guided
Discovery Learning pada Materi Larutan Penyangga Kelas XI IPA SMA N
1 Kecamatan Pangkalan Koto Baru”

b. Identifikasi Masalah :

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi


masalah sebagai berikut :

1. Terbatasnya media pembelajaran yang digunakan di SMAN 1 Kecamatan


Pangkalan Koto Baru.
2. Kurang aktifnya siswa pada materi-materi yang mengajak siswa untuk
mengembangkan kemampuan psikomotor.
3. Pengembangan modul elektronik kimia berbasis guided discovery
learning dalam pembelajaran kimia pada materi Larutan Penyangga.

c. Rumusan Masalah :

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dari


penelitian ini adalah:

1. Bagaimana validitas dari media modul elektronik kimia berbasis guided


discovery learning dalam pembelajaran kimia pada materi Larutan
Penyangga?
2. Bagaimana praktikalitas dari media modul elektronik kimia berbasis
guided discovery learning dalam pembelajaran kimia pada materi Larutan
Penyangga?

d. Tujuan Penelitian :

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian


pengembagan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui validitas media berupa modul elektronik kimia
berbasis guided discovery learning dalam pembelajaran kimia pada
materi Larutan Penyangga yang valid
2. Untuk mengetahui praktikalitas media berupa modul elektronik kimia
berbasis guided discovery learning dalam pembelajaran kimia pada
materi Larutan Penyangga yang praktis.

e. Metodologi Penelitian :

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (development


reaserch). Produk yang dikembangkan adalah Modul Elektronik Kimia pada
materi larutan penyangga yang valid dan praktis.

f. Referensi : (Minimal 5 judul dari jurnal terakreditasi


Scopus/S1/S2)

Alfiery, L, Brook, P.J and Aldrich, N.J. 2011. Does Discovery-Based


Instructional Enhance Learning. Journal Of Education Psychology,
103(1), 1-18

Albantani, A. M. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran


Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Arabiyat: Jurnal Pendidikan
Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2(2), 178-191.

Anori, S., et al. (2013). Pengaruh Penggunaan Buku Ajar Elektronik Dalam
Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMAN 1 Lubuk Alung. Pillar Of Physics Education, 1(1), 104-111.

Arifin, A. Z. (2008). Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Teknologi


Informasi dan Komunikasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. ISSN:
1907-011X, 6-10.

Darmawan, Deni. 2014. Pengembangan E-learning Teori dan Desain.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jazuli, M., et al. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Berbasis


Android Sebagai Media Interaktif. Jurnal Pendidikan IPA, 7(2).
Mulyar, L., et al. (2018). Pengembangan Modul Elektronik Model Discovery
Learning Materi Hukum Newton Tentang Gerak dengan Video Stop
Motion. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(2).

Nadia, S., & Muktiningsih, N. (2019). Pengembangan Modul Elektronik (e-


Module) Kimia Berbasis Konstektual Sebagai Media Pengayaan Pada
Materi Kimia Unsur. Jurnal Pendidikan Kimia, 9(2)

Nina, T., et al. (2018). Pengembangan Modul Berbasis Guided Discovery


Pada Materi Sistem Pernapasan Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berfikir Kritis Siswa Kelas XI SMAN 5 Surakarta. Jurnal Inkuiri, 7(1),
101-110

Nurseto, Tejo. (2011). Membuat Media Pembelajaran yang Baik. Jurnal


Ekonomi dan Pendidikan, 8(1), 19-35.

Rosida, R., et al. (2017). Efektivitas Penggunaan Bahan Ajar e-Book


Interaktif dalam Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(1).

Susilana, R., et al. (2008). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,


Pemanfaatan, dan Penilaian, CV. Wacana Prima.

Umayah, S., et al. (2013). Pengembangan Kartu Bergambar Tiga Dimensi


sebagai Media Diskusi Kelompok Pada Pembelajaran IPA Terpadu
Tema Kehidupan. Unnes Science Education Journal, 2(2)

Batusangkar, 1 Juni 2019

Maya Sari, M.SI

NIP. 198510092011012018

Anda mungkin juga menyukai