Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

D DENGAN
DIAGNOSA MEDIS IHD DI INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RSUD dr.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA RSUD

Oleh :

Nama : Yevin Adytia Pratama


NIM : 2017.C.09a.0869

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Aritmia


1.1.1 Definisi
Ischaemiic He Heart Disease (IHD) yaitu penyakit jantung iskemik,
keadaan  berkuranya pasokan darah pada pada otot jantung yang yang
menyebabkan di bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan
dapat menjalar ke lengan serta rahang.
Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit karena plak
ateromatosa.. Jika pengobatan dengan obat-obatan vasodilator tidak berhasil,
operasi bypass perlu dipertimbangkan.
Penyakit jantung iskemik adalah keadaan berbagai etiologi, yang semua
mempunyai kesamaan ketidak seimbangan suplai dan tuntunan oksigen
(Andrew Selwyn, 2015).

1.1.2 Etiologi

Penyebab terbanyak iskamik jantung adalah berkurangnya pemasukan


darah pada otot jantung yang disebabkan karena penyumbatan oleh thrombus
pada arteria koronaria yang berpenyakit didaerah dekat plak aterosklerotik.
Untuk contoh faktor resiko major IHD adalah: peningkatan serum cholesterol
dan hipertensi.

1. Faktor-faktor yang tak dapat dimodifikasi


a. Umur paling banyak terjadi pada usia 65 tahun ke atas
b. Jenis kelamin wanita lebih berpotensi karena dipandang dari factor Stres
peningkatan TD dan penggunaan obat KB.
c. Herediter
d. Ras

2. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi


a. Peningkatan serum lemak
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Obesitas
e. Peningkatan serum kolesterol
f. Stress dalam kehidupan sehari-hari
g. Kurang olah raga
h. diabetes mellitus

1.1.3 Patofisiologi

Iskemik jantung terjadi karena permintaan oksigen jantung melebihi


kemampuan arteri koronaria karena atherosclerosis. Meskipun muskulus
skeletal hanya menyaring 20% dari oksigen yang tersedia dan
mempertahankan cadangan, myocardium saat istirahat dapat menyaring 60%
sampai 85% dari oksigen yang tersedia. Jika kebutuhan oksigen jantung tidak
terpenuhi dari penyaringan maksimum, aliran darah coronaria akan
meningkat melalui vasodilatasi dan peningkatan aliran rata-rata.

Pada seseorang dengan penyakit arteri coronaria (CAD) arteri


koronarianya tidak mampu untuk berdilatasi untuk meningkatkan kebutuhan
metabolismenya karena sudah terjadi dilatasi kronis yang melewati area yang
mengalami obstruksi. Pada iskhemik atherosclerosis dapat terjadi, arteri
biasanya 75% mengalami stenosis. Ditambah juga, penyakit jantung dapat
menambah kesulitan aliran darah rata-rata. Ini menimbulkan kekurangan
oksigen. Disamping stenosis atheroclerosis, kekurangan oksigen disebabkan
karena spasme artery coronaria dan trombosis coronaria. Pada spasme artery
coronaria sesak nafas dapat terjadi karena penyempitan dari arteri coronaria.
Durasi dari spasme dibedakan menjadi, apakahmicardium.
Faktor lain yang bertanggung jawab untuk menggambarkan kebutuhan
oksigen miokardial dan rendahnya pemasukan suplay oksigen, rendahnya
volume darah adalah: obat-obat yang menyebabkan vasokontriksi dan aorta
stenosis. Stimulasi catecholamine yang berlebihan, anemia, oxygen-
hemoglobin yang tidak teratur, dan penyakit paru kronis dapat juga
menyebabkan iskemik pada jantung.
Kelainan otot Aterosklorosis Peradangan/Miokardian Kelainan
jantung Koroner Hipertensi degeneratif kongental

Iscemic heart diased


(IHD)

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Blader B5 Bowel B6 Bone

Pembesaran Obstruksi Iskemik Iskemik jaringan Gagal jantung Suplai darah ke


Vertikel kiri arteri kiri berlangsung isfa miokard arteri coroner
berkurang
Peningkatan vena
Peningkatan Suplai darah ke Infak miokard Disfungsi system cepa Inferior
kerja jantung arteri coroner kerja jantung Penurunan
berkurang perfusi jaringan
Suplai 02 Congesti visera
Menurunnya kejaringan Infak miokard dan jaringan Tirah baring
kontraksi Iskemik jaringan miokard perifer lama
jantung miokard berkurang
Deskompensasi
Penurunan O2 kordis Congesti vena Intoleransi
Perubahan Gangguan
perifer abdomen Aktivitas
metabolisme Perfusi
aneaerob Jaringan Penumpukan cairan
Gangguan pada ekstremitas Anoreksia,
Pertukaran Gas Pola Napas mual, muntah
Tidakefektif Kelebihan
Volume Cairan
1.1.4 Tanda dan Gejala

1. Tanda-tanda gangguan hemodinamik dan bendungan paru

2. Syok kardiogenik ditandai:


a. Hipotensi
b. Akral dingin
c. Bingung
d. Meningkatnya tekanan vena jugularis
e. Terdengar S3 / S4
f. Bising jantung sistolik adanya regurgitasi mitral atau defek septum
ventrikel.

3. Nyeri mirip pada angina tetapi lebih lama tidak berkurang dengan istirahat

ataupun dengan obat.

4. Banyak keringat dingin


5. Berdebar-debar
6. Sesak nafas
7. Mual dan muntah

1.1.5 Komplikasi

1. Aritmia sering timbul 24 jam pertama


2. Hipertensi
3. Gangguan hemodinamik : gagal jantung kiri
4. Komplikasi mekanik

a. Perluasan iskemik

b. Regurgitasi mitral

c. Ruptur septum inter ventrikuler


5. Iskemia berulang dan infark berulang
6. Komplikasi pericardial

a. Perikarditis akut

b. Oresster syndrome

1.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah

a. Leukosit: meningkat (12.000 – 15.000 m3) merupakan reaksi non spesifik

tehadap injury miokard. Tingginya leukosit sering diasosiasikan dengan


luasnya infark.

b. Laju endap darah (LED) meningkat minggu pertama sesudah infark


2. Scanning dengan radiosotop dengan technetium 99 mm pyrophospate
(biasanya berkumpul di daerah sel-sel iskemik yang melapisi nekrosis)
3. ventrikulografi: untuk melihat gangguan kontraksi miokard
4. Ekokardiografi dilakukan untuk memastikan dimensi ruang jantung
pergerakan septum/dinding, dan konfigurasi/fungsi katus jantung.
5. EKG-dibuat secara seri atau perhari selama di iccu.

1.1.8 Penatalaksanaan Medis

Pada prinsipnya iskemik diakibatkan karena Lumen pembuluh darah


jantung biasanya menyempit karena plak ateromatosa.

1. Tujuan pengelolaan segera adalah mengurangi nyeri akibat iskemik,


memberikan tambahan O2 dan mengenali serta mengobati komplikasi yang
mengancam jiwa seperti hipotens edema paru, dan aritmia ventrikel.
a. Analgesia : kontrol adekuat dan nyeri akan mengurangi konsumsi oksigen
dan katekolamin. Analgesia tersebut antara lain:
- Nitrogiliserin
- Morfin sulfat
- meperidin
b. Oksigen O2 nasal 2-4 liter/m, bila ada gangguan pernafasan bisa dengan
masker dan konsentrasi 60-100%.

2. Reperfusi
a. Terapi trombolisa, dapat melarutkan thrombus pada 60-90% pasien
sehingga aliran darah koroner pulih. Tetapi ini optimal 4-6 jam setelah
keluhan muncul. Obat yang tersedia adalah streptokinase.
b. PTCA (Percontaneous transluminal coronary angioplasky) melebarkan
arteri dengan cara memasukkan balon kecil dan meniupnya.
c. Bedah pintas coroner

3. Cara lain mengurangi luasnya infark.

4. Pengobatan dengan antikoagulan dan anti platelet


- Heparin IV atau SC (12.000 IV/12 jam)
- Aspirin diberikan pada waktu rumah sakit dalam jangka panjang

5. Diet dan bowel care


- Diet lunak 12.300 – 18.000 kalori, rendah garam, rendah kolesterol
- Menghindari minuman terlalu dingin dan terlalu panas.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
i. Airway
Hasil pemeriksaan ditemukan ada sumbatan jalan napas, ada lendir/dahak
pada jalan nafas, lidah tidak menutupi jalan nafas.
a. Breathing
Pasien tidak sesak napas, RR = 30 x/menit, napas dalam, irama napas
teratur, tidak ada suara napas tambahan, tidak terdapat penggunaan otot
bantu napas, tipe pernapasan dada dan perut.
b. Circulation
Frekuensi Nadi: 90 x/menit, TD: 130/90 mmHg, denyut nadi teraba kuat dan
teratur, akral teraba hangat, CRT ≥2 detik, warna kulit tidak pucat,Suhu:
37oC, RR: 30 x/menit, SpO2: 98%.
c. Disability
Penilaian GCS pasien untuk E: 4 (spontan membuka mata), V: 5
(berorientasi baik), M: 6 (mengikuti perintah), tingkat kesadaran pasien
compos mentis dengan jumlah GCS = 15, pupil isokor, refleks cahaya
positif (+/+), tidak ada kejang.
d. Exposure
Tidak terdapat luka, tidak ada edema.

2. Pengkajian Sekunder
1. Kepala
Tidak ditemukan adanya hematoma pada kepala, bentuk simetris, pupil
miosis, konjungtiva normal (tidak pucat) berwarna merah muda, refleks
cahaya positif.
1. Thorak/Jantung
Bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, saat di
auskultasi suara jantung S1 S2 lup dup.
2. Punggung
Tulang belakang tampak normal, tidak ada benjolan, ada perlukaan.
3. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada asites maupun nyeri tekan pada
abdomen.
4. Genitourinary Klien BAB 1x sehari,
5. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendiri tidak terbatas, tidak ada paralise, tidak ada
krepitasi, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak, kekukan otot (-), tidak ada
flasiditas, tidak ada spastisitas. Uji kekuatan otot ekstremitas atas 5|5,
ekstremitas bawah 5|5, tidak ada deformitas tulang, tidak ada peradangan,
tidak ada perlukaan, dan tidak ada patah tulang dan Tulang belakang normal
dan terpasang infus Nacl 20 tpm ditangan sebelah kanan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b/d dengan penurunan eksponasi paru.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik 1. Membuka jalan nafas
chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Memperlancar jalan
2. Posisikan pasien untuk nafas
memaksimalkan ventilasi 3. Memberikan oksigen
3. Identifikasi pasien perlunya untuk otak yang adekuat
pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Mengetahui adanya
4. Pasang mayo bila perlu kelainan bunyi nafas
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 5. Mempertahankan jalan
6. Keluarkan sekret dengan batuk nafas yang adekuat
atau suction 6. Memperlebar jalan nafas
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen

a. Bersihkan mulut, hidung dan secret


trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
d. Monitor aliran oksigen
e. Pertahankan posisi pasien
f. Onservasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
g. Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi.

2. Nyeri akut b/d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan


syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi)
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, 1. Memberikan informasi yang
durasi, dan intensitas diperlukan untuk merencakan asuhan
2. Evaluasi terapi: pembedahan, 2. Untuk mengetahui terapi yan
radiasi, kemoterapi, bioterapi, dilakukan sesuai atau tidak, atau
ajarkan klien dan keluarga tentang malah menyebabkan komplikasi
cara menghadapinya. 3. Untuk meningkatkan kenyamanan
3. Berikan pengalihan seperti dengan mengalihkan perhatian klien
reposisi, aktivitas menyenangkan dari rasa nyeri
seperti mendengarkan music atau 4. Meningkatkan kontrol diri atas efek
menonton TV samping dengan menurunkan stress
4. Menganjurkan teknik penanganan dan ansietas
stress (teknik relaksasi, visualisasi, 5. Untuk mengetahui efektifitas
bimbingan), berikan sentuhan penanganan nyeri
terapeutik. 6. Agar terapi yang diberika tepat
5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan sasaran
bila perlu. 7. Untuk mengatasi nyeri
6. Diskusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan klien.
7. Berikan analgetik sesuai dengan
indikasi seperti morfin, methadone,
narkotik, dll

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b/d


kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Beri informasi yang akurat dan 1. Menghindari adanya duplikasi dan
factual pengulangan terhadap pengerahuan
2. Baerikan bimbingan kepada klien klien
dan keluarga sebelum mengikuti 2. Memungkinkan dilakukan
prosedur pengobatan, terapi yang pembenaran terhadap kesalahan
lama, dan komplikasi persepsi dan kesalahan pengertian
3. Anjurkan pada klien untuk 3. Membantu klien dalam memahami
memberikan umpan balik. proses penyakit
4. Review klien/keluarga tentang 4. Membantu klien dan keluarga
status nutrisi yang optimal dalam membuat keputusan
5. Anjurkan klien untuk mengkaji pengobatan
membrane mukosa mulutnya 5. Mengetahui sampai sejauh mana
secara rutin, perhatikan adanya pemahaman klien dan keluarga
eritema, ulcerasi. menganal penyakit klien
6. Anjurkan klien memelihara 6. Meningkatkan pengetahuan klien
kebersihan kulit dan rambut. dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat
7. Mengkaji perkembangan proses-
proses penyembuhan dan tanda-
tanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
8. Meningkatkan integritas kulit.

2.2.3 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan,
selama fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses
keperawatan. Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh
perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara
didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat harus
menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya.

2.2.4 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus
berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau
kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap
keadaan masalah yang ada.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Tn. D berusia 48 tahun, masuk IGD RS . Doris Sylvanus Palangka Raya


pada tanggal 28 September 2020, pukul 09.00 WIB dengan keluhan sesak nafas
dan juga merasakan nyeri pada dada, Tn. D datang bersama keluarga, saat
pemeriksaan TTV didapatkan hasil, TD = 130/90 mmHg, N = 90 x/menit, S =
37C0 RR = 30 x/menit. Tingkat kesadaran Tn. D Compos Mentis. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 28 September pukul 09.00 WIB

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal pengkajian/jam : 28 September /15.30 WIB
No. MR :
B. Prioritas Kasus
Prioritas Triase : Prioritas II (Kuning)
Keluhan Utama : Pasien Mengatakan Sesak Nafas
Diagnosa Medis : IHD

C. Data Primer
1. Airway
Hasil pemeriksaan ditemukan tidak ada sumbatan jalan napas,tidak ada
lendir/dahak pada jalan nafas, lidah tidak menutupi jalan nafas.
a. Breathing
Pasien terlihat sesak napas, RR = 30 x/menit, napas dalam, irama napas
tidak teratur, pola nafas abnormal (hiperventilasi), terdapat penggunaan otot
bantu napas, tipe pernapasan dada dan perut.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Circulation
Frekuensi Nadi: 90 x/menit, TD: 130/90 mmHg, denyut nadi teraba kuat dan
teratur, akral teraba hangat, CRT ≥2 detik, warna kulit tidak pucat,Suhu:
37oC, RR: 30 x/menit, SpO2: 98%.
c. Disability
Penilaian GCS pasien untuk E: 4 (spontan membuka mata), V: 5
(berorientasi baik), M: 6 (mengikuti perintah), tingkat kesadaran pasien
compos mentis dengan jumlah GCS = 15, pupil isokor, refleks cahaya
positif (+/+), tidak ada kejang.
d. Exposure
Tidak terdapat luka, tidak ada edema.

4. Pengkajian Nyeri
Klien mengatakan pada dadanya nyeri sepeerti ditusuk-tusuk, nyeri dengan
skala 5, nyeri dirasakan terlebih saat klien bergerak, nyeri dirasakan hilang
timbul dengan durasi yang tidak menentu.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

5. Data Sekunder (Head to Toe)


1. Kepala
Tidak ditemukan adanya hematoma pada kepala, bentuk simetris, pupil
miosis, konjungtiva normal (tidak pucat) berwarna merah muda, refleks
cahaya positif.
2. Thorak/Jantung
Bentuk dada simetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, saat di
auskultasi suara jantung S1 S2 lup dup.
3. Punggung
Tulang belakang tampak normal, tidak ada benjolan, ada perlukaan.
4. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada asites maupun nyeri tekan pada
abdomen.
5. Genitourinary
Klien BAB 1x sehari, warna kecoklatan.
6. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendiri tidak terbatas, tidak ada paralise,tidak ada
krepitasi, tidak ada nyeri, tidak ada bengkak, kekukan otot (-), tidak ada
flasiditas, tidak ada spastisitas. Uji kekuatan otot ekstremitas atas 5|5,
ekstremitas bawah 5|5, tidak ada deformitas tulang, tidak ada peradangan,
tidak ada perlukaan, dan tidak ada patah tulang dan Tulang belakang normal
dan terpasang infus Nacl 20 tpm ditangan sebelah kanan.

7. Riwayat Penyakit
i. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 28 September 2020 pukul 09.00 klien mengatakan sesak nafas
dan juga merasakan nyeri pada dadanya. Karena klien sesak nafas dan
merasakan nyeri akhirnya keluarga membawa klien ke IGD Rumah Sakit dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya. Klien masuk IGD, dari hasil pemeriksaan
TTV yaitu TD: 130/90 mmHg, S: 37 0C, N: 90 x/mnt, R: 30 x/mnt. Klien
juga mengatakan nyeri seperti dtusuk-tusuk, nyeri disekitar dada, nyeri
dengan skala 5, nyeri dirasakan terlebih saat klien bergerak, nyeri dirasakan
hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu. Di IGD klien mendapatkan
penatalaksanaan awal pemasangan oksigen nasal kanul 4 L, terapi Inf. NaCl
20 tpm, Inj. Ketorolac 1x30 mg, dan akhirnya klien di bawa ke Ruang A
untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

ii. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan ada riwayat penyakit jantung.

iii. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien mengatakan bahwa ada riwayat penyakit turunan seperti
Jantung, Hipertensi, Asma.
IV Riwayat AMPLE
A :Klien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan.
M : Obat yang diminum klien bila ada masalah kesehatan biasanya berasal
Dari dokter setempat atau puskesmas
P : Klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya
L : Sebelum kejadian dan masuk rumah sakit pasien tidak mengomsumsi
obat-obatan
E : Tidak terdapat cidera pada Tn. D

8. Data Penunjang
1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 28 September 2020
No Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
.
1. Hemoglobin 14,5 g% 11,5-16,0
2. Leukosit 8.0 /mm3 4,5-11,0
3. Laju Endap Darah 15 Mm <15
4. Basofil 0 /mm3 0-100
5. Eosinofil 25 /mm3 20-500
6. Neutrofil 3.790 /mm3 5.000-7.000
7. Limfosit 2.500 /mm3 800-4.000
8. Monosit 500 /mm3 120-1.200
9. Trombosit 295.000 /mm3 150.000-400.000
10. Eritrosit 4,5 Juta/mm3 4-6 juta/mm3
11. Hematokrit 37 % 37-48
00
12. Clotting Time (CT) 5 Menit 4-10
13. Bleeding Time (BT) 230 Menit 1-3
14. Glukosa Sewaktu 105 mg/dL <200
15. Ureum 21 mg/dL 21-53
16. Kreatinin 0,73 mg/dL 0,17-1,5
17. SGOT 19 u/l <31
18. SGPT 11 u/l <32
9. Terapi Medis
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
.
1. NaCl 0,9% 20tpm IV Digunakan untuk pengganti cairan
tubuh dan digunakan untuk
pengobatan dehidrasi isotonik
ekstraseluler
2. Inj. Ketorolac 1x30 IV Digunakan untuk mengatasi nyeri
mg sedang hingga nyeri berat untuk
sementara
3. Digoxin 0,25 Oral Digunakan untuk mengobati penyakit
mg jantung
4. Inj. Fargosin 1x20 IV Digunakan untuk mengobati gagal
mg jantung
5. Terapi O2 4 lpm Nasal Memenuhi kebutuhan terapi O2 klien
Canul
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Data Subjektif : Penurunan eksporasi paru Pola Napas Tidak
- Pasien mengatakan Efektif
sesak nafas
02 dijantung tidak adekuat
Data Objektif :
- Penggunaan otot Pola napas tidak efektif
bantu pernafasan
- Fase ekspirasi Gangguan pola nafas
terlihat memanjang
- Pasien tampak
terpasang O2 Nasal
canul 5 lpm
- TTV :
TD = 130/ 90 mmHg
N = 90 x/menit
S = 37 ˚C
RR = 30 x/menit
SPO2 = 98%
Nyeri Akut
Infak miokard

Data Subjektif : Suplai 02 kejaringan


miokard berkurang
P : disebabkan oleh
jantung klien
penekanan di jantung
Q : nyeri seperti dtusuk-
tusuk
merangsang reseptor nyeri
R : nyeri disekitar dada.
ke hipotalamus
S : nyeri dengan skala 5
T: nyeri dirasakan nyeri di persepsikan
hilang timbul dengan
Nyeri akut
durasi yang tidak
menentu

Data Objektif :
- Klien tampak
gelisah
- Klien terlihat
meringis
- Skala nyeri 5
TTV :
TD = 110/ 70 mmHg
N = 81x/menit
S = 36,3˚C
RR = 34x/menit
PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan dengan penurunan


eksporasi paru dan kelelahan ditandai dengan klien mengatakan
mengalami sesak dan nafas terasa pendek, nafas cuping hidung , fase
ekspirasi lama, terpasang O2, penggunaan otot bantu nafas.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses penyakit IHD yang di tandai
dengan nyeri dada, skala nyeri 5, klien tampak meringis.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D


Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Pola Nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV klien 1. Mengetahui dan
keperawatan selama 1×7 Jam 2. Posisikan klien semi fowler memastikan kepayahan
diharapkan klien dapat pola untuk memaksimalkan jalan nafas
nafas klien tidak sesak lagi ventilasi 2. Mengetahui nilai normal
dengan baik dengan hasil 3.Berikan O2 nasal kanul sesuai suhu Nadi Dan TD untuk
kriteria kebutuhan mencegah komplikasi
1. Dapat berpatisipasi 4. Informasikan pada klien dan 3. kebutuhan O2 dan terpenuhi
dalam aktivitas fisik keluarga tentang teknik 4. Menghindar kelelahan
2. Dapat melakukan relaksi untuk memperbaiki 5. Menghindari penekanan
aktivitas sehari-hari pola nafas pada jalan nafas untuk
3. TTV dalam batas normal 5. Kolaborasi pemberian obat meningkatkan penyempitan
sesak dengan dokter. jalan Nafas
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D


Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji durasi, frekuensi, dan 1. Mengetahui tindakan
dengan proses penyakit (IHD) keperawatan selama 1 x 7 jam factor nyeri selanjutnya
diharapkan nyeri pasien 2. Ajarkan teknik relaksasi dan 2. Mengurangi dan megontrol
berkurang dengan kriteria hasil: relaksasi nyeri
1. Klien mampu mengontrol 3. Anjurkan klien banyak 3. Meminimalisir nyeri yang
nyeri istirahat akan timbul
2. Klien mengatakan nyerinya 4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Membantu mempercepat
berkurang. analgetik kesembuhan klien
3. Klien tampak nyaman
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D
Ruang Rawat : IGD
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Dx 1 1. Mengobservasi TTV klien S: pasien mengatakan sesak
Senin,28/09/2020 2. Mengposisikan klien semi berkurang
Pukul 09.00 WIB fowler O : - pasien masih tampak
untuk memaksimalkan lemas
ventilasi - Posisi semi fowler (Yevin Adytia Pratama)
3.Memberikan O2 nasal kanul TTV
sesuai kebutuhan TD : 120/80 mmHg
4. Menginformasikan pada klien N : 85 x/menit
dan keluarga tentang teknik R : 23 x/menit
relaksi untuk memperbaiki S : 36,5˚
pola nafas A : Masalah belum teratasi
5. Kolaborasi pemberian nebu P : Lanjutkan Intervensi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. D
Ruang Rawat : IGD
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
1. Mengkaji durasi, S : Pasien mengatakan masih
Dx 2
frekuensi, danfaktornyeri merasa nyeri sedikit pada
Senin,28/09/2020
2. Mengajarkan teknik dadanya.
Pukul 09.30 WIB
relaksasi dan relaksasi O : - Tampak pasien
3. Menganjurkan klien memegang dada. (Yevin Adytia Pratama)
banyak istirahat 1. Klien tampak mulai
4. Berkolaborasi dalam tenang
pemberian analgetik 2. Skala nyeri
berkurang 0-2
A : Masalah nyeri pada Tn. D
teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
BAB 3
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Ischaemiic He Heart Disease (IHD) yaitu penyakit jantung iskemik,
keadaan  berkuranya pasokan darah pada pada otot jantung yang yang
menyebabkan di bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan
dapat menjalar ke lengan serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung
biasany sanya menyempit karena plak ateromatosa.. Jika pengobatan dengan
obat-obatan vasodilator tidak berhasil, operasi bypass perlu
dipertimbangkan.

2.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan
baik terhadap penderita IHD. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama
mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. 2016. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan,buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta:
EGC.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing diagnoses: definitions
and classification 2017. Philadelphia: The association.
Potter & Perry. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai