Oleh:
Fransisko
2017.C.09a.0841
PNEUMOTORAK
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah
: Hubungan Keluarga
2. Status Mental
Tingkat kesadaran sopor,ekspresi wajah pasien tampak datar,bentuk
badan sedang,cara berbaring/bergerak terbatas,berbicara dengan suara
tidak jelas,suasana hati pasien tidak diketahui,penampilan kurang
rapi.pasien tidak mengetahui sekarang sore,Tn.s tidak mengenali perawat
dan keluarganya,pasien tidak sadar sedang berada dirumah sakit.insight
tidak baik,mekanisme pertahanan diri maladaptif.
3. Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda – tanda vital,tekanan darah 120/80
mmHg,Nadi 100 x/menit,pernafasan 30 x/menit dan suhu 38 0C
4. Pernapasan(Breathing)
Bentuk dada simetris,ada kebiasaan merokok,ada sianosis,tidak ada nyeri
dada,sesak nafas saat inspirasi,tipe pernafasan dada dan perut,irama
pernafasan tidak teratur,suara nafas Bronchial,suara nafas tambahan
Ronkhi basah.
Masalah Keperawatan : Gangguan pertukaran gas
5. Cardiovasculer(Bleeding)
Pasien tidak diketahui mengalami nyeri dada atau tidak, capillary refill ¿
2 detik. Ictus cordis terlihat, suara jantung normal S1 dan S2 lub dup.
Masalah keperawatan :
6.Persyarafan(Brain)
Nilai GCS E : 2 (tidak dapat membuka mata spontan), V : 2 (Tidak ada
suara tanpa rangsangan apapun), M : 2 (timbul ektensi bila dirangsang)
Total Nilai GCS : tidak normal (4), kesadaran: Sopor, Pupil:isokor tidak
ada kelainan, reflex cahaya kanan dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius) tidak di
kaji. Saraf kranial II (Optikus):tidak di kaji. Saraf kranial III
(Okulomotor): pasientidak dapat mengangkat kelopak matanya dengan
baik. Saraf kranial IV (Troklearis): pasientidak dapat menggerakkan bola
matanya (pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V (Trigeminalis):
pasien tidak mampu makan. Saraf kranial VI (Abdusen): pasientidak
mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan kekanan. Saraf kranial
VII (Fasialis): pasien tidak dapat membedakan rasa manis dan asin.Saraf
kranial VIII (Auditorius): pasientidak dapat menjawab dengan benar.
Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien tidakdapat merasakan rasa
asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan pasien tidakdapat
mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien
tidakdapat menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus):
pasien tidakmampu mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan
positif; pasien tiddakdapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan
trisep kanan dan kiri postif dengan skala 2, refleks brakioradialis kanan
dan kiri positif dengan skala 2, refleks patela kanan dan kiri positif
dengan skala 2, refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 2,
refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 2. Uji sensasi pasien
di sentuhtidak bisamerespon.
Masalah Keperawatan : Penurunan kapasitas Adaptif Intrakranial
7. Eliminasi Ui(Bladder)
Produksi urine pada tanggal 5 Oktober 2020 yaitu 900 ml/ jam, dengan
warna kuning pekat, bau khas amoniak, terpasang kateter,Kelembaban
membrane mukosa pasien tampak kering ,Turgor kulit kurang,Diet
cair,warna kulit pada tubuh pasien tampak berwarna kecoklatan, Asupan
cairan intake ouput cairan pasien 450 cc
8. Eliminasi Alvi(Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Ada yang
tanggal di atas sebelah kanan, tidak ada carries, gusi terlihat tidak ada
peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada
peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan
pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan.
Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada
abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari warna
kuning dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
1. Tulang-Otot-Integumen(Bone)
Kemampuan pergerakan sendi tidak bebas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot ekstrimitas atas 2/2 ekstrimitas bawah 2/2, tulang belakang
normal.
Masalah keperawatan :
10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi
makanan. Suhu kulit Tn.S hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit kurang, tidak ada peradangan, jaringan parut tidak
ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut merata,rambut tampak
berminyak dan kusam, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak
ada masalah keperawatan.
11. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata
kanan dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening.
Pasien tidak memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.
Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak
ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
12. Leher Dan KelenjarLimfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak
terbatas.
13 Sistem Reproduksi
Tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-gatal, tidak ada keluhan lainnya.
Tidak ada masalah keperawatan.
2.1.5 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Keluarga pasien mengatakan sakit yang diderita pasien bisa
sembuhasalkan mendengar apa yang dikatakan dokter dan teratur
minum obat.
2. Nutrisi danMetabolisme
Tinggi badan 168 cm, berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan saat
sakit 45 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam,mualmuntah,
kesukaran menelan.
BB 45 45
= = =16,7
TB(m) ² (1,6)² 1,6
Fransis
ANALISIS DATA
1. Ku sopor
2. Terpasang skemik, infark jaringan
monitor,terpasang kateter serebral
dan terpasang ventilator.
3. Orientasi waktu pasien
tidak dapat membedakan
antara pagi, siang, Bradikardia
malam, orientasi orang
pasien tidak dapat
mengenali keluarga
maupun petugas
kesehatan, orientasi Penurunan Kapasitas
tempat pasien tidak adaptif intracranial
mengetahui bahwa
sedang berada di rumah
sakit
4. GCS : E : 2, V 2: , M :2
5. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 100x / menit
S :38 0C
RR : 30 x/menit
DS : Status kesehatan menurun Defisit Perawatan
diri
Keluarga pasien mengatakan
bahwa belum pernah di seka Kelemahan
selama di rawat di ruang icu
DO : Menghambat kemampuan
individu melakukan
1. Keadaan umum sopor perawatan diri
2. Pasien tampak lemah
3. Pasien tampak kurang
rapi
4. Skala aktivitas pasien 4 Tubuh atau kulit menjadi
ketergantungan kotor
5. Pasien terrpasang kateter
6. pasien di bantu oleh
perawat dan keluarga
7. tampak terpasang
ventilator
PRIORITAS MASALAH
2. Penurunan Kapasitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Untuk mengetahui keadaan
keperawatan 1x7 jam TIK (mis. Lesi, gangguan umum
adaptif intracranial
Penurunan kapasitas metabolisme, edema serebral) pasien sebagai standar dalam
berhubungan dengan Adaptif Intrakranial bisa 2. Monitor tanda/gejala peningkatan menentukan intervensi yang
teratasi dengan kriteria hasil : TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tepat
penurunan kerja
1. Fungsi kognitif Meningkat tekanan nadi melebar, bradikardia, 2. Untuk mengetahui tingkat
ventrikel kiri pasien (5) pola napas ireguler, kesadaran kesadaran dan potensial
2. Tekanan Darah menurun) peningkatan tekanan
tidak sadarkan diri
meningkat (5) 3. Minimalkan stimulus dengan intracranial
3. Respon Pupil menyediakan lingkungan yang 3. Untuk mengetahui
meningkat (5) tenang gelombang TIK menunjukan
4. Tekanan Intrakranial 4. Berikan posisi semi amplitude yang tinggi
meningkat (5) fowlerPertahankan suhu tubuh 4. Untuk mengetahu pelebaran
5. Reflek Neourologis normal tekanan darah pasien
meningkat (5) 5. Berkolaborasi dalam pemberian 5. Menjelaskan tindakan yang
terapi di lakukan
3.Defisit petawaran diri Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor kebersihan tubuh klien 1. Mengetahui keadaa kebersihan
keperawatan selama 1x 7 jam 2. Monitor integritas kulit pasien tubuh klien
berhubungan dengan
maka perawatan diri pasien 3. Fasilitas kebutuhan makan dan minu 2. Untuk mengetahui apakah ada
penurunan status meningkat , dengan kriteria pasien tanda dan gejala decubitus
hasil : 4. Fasilitas pemenuhan BAAK pasien, akibat tirah baring yang lama
kesehatn
1. Mempertahakan kebersihan 5. Edukasi keluarga cara memandikan 3. Mememenuhi kebutuhan
diri cukup meningkat skor pasien nutrisi dan cairan klien
5 4. Untuk memenuhi kebutuhan
2. kemampuan mengenakan BAAk pasien
pakaian meningat skor 5 5. Keluarga dapat mengeahui
3. mempertahankan perawatan bagaimana cara memnadikan
diri skor 5 pasien, dan memenuhi
4. minat melakukan kebutuhan ADL pasien
perawatan diri skor 5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan
nama perawat
Senin/ 05-10- Diagnosa 1 S: Keluarga pasien mengatakan pasien masih
2020 Pukul 12.30 1. Memonitor status respirasi dan oksigenasi sesak
WIB (mis. frekuensi dan kedalaman napas, O :
penggunaan otot bantu napas, bunyi napas 1. Pasien tampak sakit berat fransisko
tambahan, saturasi oksigen) 2. Ku Sopor
2. Memonitor AGD 3. terpasang ventilator
3. Menberikan oksigan Simple mask 7 LPM 4. O2 simple mask belum terpasang
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas 5. Frekuensi pernapasan tidak terarur
5. Memerikan posisi semi Fowler atau 6. RR : 30x/menit
Fowler 7. Jalan nafas tidak ada sumbatan
6. Berkolaborasi pemberian obat 8. Posisi klien semi fowler
A : Masalah belum tertasi
P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3
Selasa 06 Diagnosa 2 S:
Oktober 2020 1. Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, - Keluarga klien masih mengatakan “klien tidak
sadarkan diri
10.00 WIB gangguan metabolisme, edema serebral)
O:
2. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
- Penyebab peningkatan TIK adanya edema
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
serebal
napas ireguler, kesadaran menurun)
- Penurunan kesadaran GCS 6 E2 V2 M2,
3. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan
kesadaran masih sopor.
lingkungan yang tenang
- Posisi klien semi fowler
4. Memberikan posisi semi fowler
5. Mencegah terjadinya kejang - Memberikan lingkungan yang tenang dan
6. Mempertahankan suhu tubuh normal membatasi pengujung untuk menjeguk pasien
TTV :
TD : 120 / 80 mmHg
N : 100 x/menit
S : 36.8 0C
RR : 38 x/menit Fransisko
ABSTRACT
Background: Tension pneumothorax is an emergency with high mortality rate that
can be handled with simple action. Besides due to many thoracic trauma, tension
pneumothorax is rarely caused by infectious diseases such as pulmonary
tuberculosis. During this time, the treatment is with needle thoracocentesis in the
second intercostal space in mid-clavicle line and installation of chest tube-WSD in
the fifth intercostal space. Objective: To discuss emergency treatment with limited
facilities and resources in tension pneumothorax patients using needle
thoracocentesis in the fifth intercostal space in mid-clavicle line and mini-WSD
installation. Methods: Case report, case choosed from a rare case that emergency
which patient treated and can survive until discharge from hospital with limited
facilities and resources. Results: A 38-year-old man was admitted to a hospital
ward with shortness of breath that was getting heavier the last week, coughing up
sparse phlegm, and a fever. Physical examination: composmentis, normal blood
pressure, HR 132x/min, RR 34 x/min, temperature 37,5oC, SpO2 80%. There is
an increase in JVP, asymmetric chest (left higher than right), right chest motion
left behind, no chest pain, hypersonor right chest, right chest auscultation sounds
like air passing through water pipe, left chest sounded roughly crackles. Support:
leukocytosis, HIV positive on VCT, chest X-ray showing severe right
pneumothorax and left pulmonary tuberculosis. Patient was diagnosed with
tension pneumothorax secondary to pulmonary tuberculosis, other than AIDS.
Emergency needle thoracocentesis is performed in the right fifth intercostal space,
mid-axilla line just above the 6th rib, and connected with mini-WSD. The result is
clinical improvement. Patient was survive until definitive action and further
treatment can be taken by the experts. Conclusion: The needle thoracocentesis of
the fifth intercostal space in mid-axilla line and mini-WSD is easier to perform
and improve the clinical state of tension pneumothorax patient.
Keywords: thoracocentesis; decompression; intercostal space; mini-water sealed
drainage; secondarytensionpneumothorax
ABSTRAK
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN
TENTANG PERAWATAN PASIEN PNEUMOTHORAX
Kelompok 1 :
Nama : Fransisko
Nim : 2017.C.09a.0841
Tingkat : IV A
BAB 1
METODE DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
2.1 Metode
2.1.1 Penyampaian materi dengan ceramah
2.2 Media
2.2.1 Menggunakan Leaflet
2.3 Satuan Acara Penyuluhan
2.3.1 Topik
Tentang penyakit peneumothorax
2.3.2 Sasaran
Keluarga pasien
2.3.3 Tujuan :
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah kegiatan penyuluhan diberikan selama ± 15 menit
pasien di ICU dan keluarganya dapat memahami tentang Penyakit
Peneumothorax
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan diberikan selama ± 20 menit diharapkan
pasien dan keluarganya dapat:
a. Mengetahui dan memahami tentang pengertian penyakit
pneumothorax
b. Mengetahui dan memahami tentang cara mencegah penyakit
pneumothorax.
2.3.4 Waktu :
Hari/Tanggal : Senin, 05 Oktober 2020
Pukul : 11.30 WIB – selesai
Alokasi Waktu : ± 20menit
Lokasi : Ruang Intensif Care Unit (ICU
5.Kegiatan Penyuluhan
4. 5 Menit Penutup :
11.59-13.60 1. Menyimpulkan materi 1. Memperhatikan
WIB 2. Mengakhiri kegiatan 2. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam
2.3.5 Kepanitiaan
Perceptor Akademik : Nia Pristina S.Kep., Ns
Ketua Pelaksana : Fransisko
Sekertaris : Fransisko
Bendahara : Fransisko
Seksi Acara : Fransisko
Seksi Dokumentasi : Fransisko
BAB 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.1 Pengertian
Pneumothorax adalah istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga
pleura, yaitu rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru
dan dinding dada. Udara yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat
adanya celah yang terbentuk akibat cedera pada dinding dada atau robekan pada
jaringan paru-paru. Akibatnya, udara tersebut dapat menekan paru-paru dan
membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps).
1.2 Penyebab
Selain itu, orang-orang dengan kondisi berikut ini memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami pneumothorax:
Merokok.
Berjenis kelamin pria.
Berusia 20 hingga 40 tahun.
Pernah mengalami pneumothorax sebelumn
Sesak napas.
Nyeri dada.
Keringat dingin.
Kulit menjadi biru atau sianosis.
Jantung berdebar.
Batuk.
Lemas.
1.4 Penatalaksanaan
T a ta la k s a n a
“ B e r h e n tila h M E R O K O K s e b e lu m Oleh
paru-paru anda Kolaps”
Fransisko
S e m o g a B e rm a n fa a t Nim:2017.C.09a.0841
P E M E R IK S A A N
F A K T O R R E S IK O
- Trauma dada
- Dada Tertusuk
- Kecelakaan
F o to R o n g e n p n e u m o to ra k s
(PA), bagian yang
A p a s ih Penyakit Paru : d itu n ju k k a n d e n g a n a n a k
- E m fis e m a p a n a h m e r u p a k a n b a g ia n
P n e u m o th o r a x itu ? ? - TBC paru yang kolaps
P n e u m o t h o r a x a ta u k o la p s p a r u - - Kanker paru
p a r u a d a la h p e n y a k it d e n g a n - Asma, dll.
a d a n y a u d a r a a ta u g a s d a la m
r o n g g a p le u r a /r o n g g a p a r u -p a r u . TA N D A dan G E JA LA
p n e u m o to r a k s le b ih s e r in g
terjadi pada penderita • S esak
dewasa dan berumur • Nyeri dada
sekitar 40 tahun • Batuk-batuk
L a k i- la k i : w a n ita ,
p e r b a n d in g a n 4 :1
P a d a p r ia r e s ik o
p n e u m o to ra k s
s p o n ta n
(20-40tahun).