Anda di halaman 1dari 55

1 ASUHAN KEPERAWAYAN PADA Tn.

K DENGAN DIAGNOSA MEDIS


2 FRAKTUR FEMUR DEXTRA KASUS PREOPERATIF
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24 Disusun Oleh:
25 Kris Kelana
26 2017.C.09a.0849
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
43 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
44 PRODI SARJANA KEPERAWATAN
45 TAHUN AJARAN 2020/2021
46
47
48

i
1 KATA PENGANTAR
2 Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
3telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
4Asuhan Keperawatan di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
5ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
6 Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
7Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
8Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
9pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
10materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
11 Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
12Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
13secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
14mengucapkan terima kasih kepada:
151. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
16 Palangka Raya.
172. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
18 STIKes Eka Harap Palangka Raya.
193. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah
20 banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
21 Asuhan Keperawatan ini.
224. Pasien dan keluarga, serta semua pihak yang turut ambil bagian dalam
23 membantu penulis menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang
24 tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
25 Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
26ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
27penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
28penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
29dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
30kasih.
31
32
33 Palangka Raya, September 2020
34
35
36
37 Penulis
38
39
40
41

ii
1 DAFTAR ISI
2
3LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
4KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
5DAFTAR ISI................................................................................................... iii
6
7BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 1
91.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................... 1
101.1.1 Definisi.................................................................................................. 1
111.1.2 Anatomi Fisiologi................................................................................. 1
121.1.3 Etiologi.................................................................................................. 3
131.1.4 Faktor Prediposisi................................................................................. 4
141.1.5 Klasifikasi............................................................................................. 4
151.1.6 Patofisiologi.......................................................................................... 5
161.1.7 Manifestasi............................................................................................ 7
171.1.8 Komplikasi............................................................................................ 7
181.1.9 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 8
191.1.10 Penatalaksanaan.................................................................................... 10
251.2 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................ 12
271.2.1 Pengkajian............................................................................................. 12
281.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 14
291.2.3 Intervensi............................................................................................... 15
30
31BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 29
32
33BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 51
352.1 Kesimpulan................................................................................................. 51
362.2 Saran..................................................................................................... 51
37
38DAFTAR PUSTAKA
39LAMPIRAN
40

iii
1 BAB 1
2 TINJAUAN PUSTAKA
3
41.1 Konsep Dasar Penyakit
51.1.1 Definisi
6 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
7sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2015). Fraktur
8merupakan salah satu gangguan atau masalah yang terjadi pada sistem
9muskuloskeletal yang menyebabkan perubahan bentuk dari tulang
10maupun otot yang melekat pada tulang. Fraktur dapat terjadi di
11berbagai tempat dimana terdapat persambungan tulang maupun tulang
12itu sendiri. Salah satu contoh dari fraktur adalah yang terjadi pada
13tulang femur.
14 Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
15kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
16langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
17tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2016).
18 Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
19bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
20ketinggian). Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan
21cukup banyak serta mengakibatkan penderita mengalami syok
22(Sjamsuhidajat, 2017).
231.1.2 Anatomi Fisiologi
24 Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar
25didalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan
26dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
27femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat laju
28yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian ujung
29membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut
30kondilus lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat
31letaknya tulang tempurung lutut (patella)yang disebut fosa kondilus.
32
33
34

1ii
2

1
2
3
4 Gambar 1. Anatomi tulang femur

2
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 Gambar 2. Anatomi otot femur
13
14 Sistem muskular pada tulang femur, yaitu otot anterior, otot
15medial, dan otot posterior, diantaranya :
161. Otot anterior femur
17 1) Quardriceps femoris
18 2) Rektus femoris
19 3) Vastus lateralis
20 4) Vastus medialis
21 5) Vastus intermedius
22 6) Pectineus
23 7) Sartorius
24 8) Iliopsoas
252. Otot medial femur
26 1) Adduktor longus
27 2) Adduktor brevis
28 3) Adduktor magnus
29 4) Gracilis
30 5) Osturator eksternus
313. Otot posterior femur
32 1) Semimembranousus
33 2) Semitendinosus
34 3) Bisep femoris

2
3

1 Sistem persyarafan yang berada pada tulang femur (Moffat &


2Faiz, 2017), antara lain:
31. Syaraf anterior femur, yaitu nervus femoralis adalah saraf yang
4 mensuplai otot fleksor paha dan kulit pada paha anterior, regia
5 panggul, dan tungkai bawah atau nervus yang menginnervasi
6 muskulus anterior.
72. Syaraf medial femur, yaitu nervus obturatorius adalah saraf
8 perifer utama dari ekstremitas bawah yang berfungsi
9 menginnervasi muskulus adduktor
103. Syaraf posterior femur, yaitu nervus iskiadikus adalah saraf yang
11 terbesar dalam tubuh manusia yang mempersarafi regio cruralis
12 dan pedis serta otot-otot bagian di bagian dorsal regio femoris,
13 seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian pada
14 ekstremitas inferior.
15 Sistem perdarahan pada tulang femur, antara lain:
161. Arteri digluteal dan posterior daerah paha
17 1) Arteri glutealis
18 2) Arteri glutealis inferior
19 3) Arteri pudenda interna
202. Arteri anterior dan medial paha
21 1) Arteri femoralis
22 2) Arteri profunda femoris
23 3) Arteri femoralis sirkumfleksa lateral
24 4) Arteri femoralis medial sirkumfleksa
25 5) Arteri obturtor
263. Vena pada tulag femur
27 1) Vena saphena besar
28 2) Vena femoralis
291.1.3 Etiologi
30 Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup
31mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan.
32Penyebab fraktur batang femur antara lain (Muttaqin, 2016):
331. Fraktur femur terbuka

3
4

1 Fraktur femur terbuka disebabkan oleh trauma langsung pada


2 paha.
3
42. Fraktur femur tertutup
5 Fraktur femur tertutup disebabkan oleh trauma langsung atau
6 kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan
7 tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
8 patologis.
91.1.4 Klasifikasi
10 Fraktur femur terbagi menjadi :
111. Fraktur batang femur
12 Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi, diantara
13 jenis-jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada
14 batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada
15 laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan
16 sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan.
172. Fraktur kolum femur
18 Fraktur kolum femur dapat terjadi langsung ketika pasien terjatuh
19 dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur
20 pada benda keras seperti jalan. Pada trauma tidak langsung,
21 fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang
22 mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi
23 pada wanita tua yang tulangnya sudah mengalami osteoporosis
24 (Mansjoer, 2015).
253. Fraktur leher femur
26 Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering
27 ditemukan pada orang tua terutama wanita usia 60 tahun ke atas
28 disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak
29 anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada anak
30 laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2.
31 Insiden tersering pada usia 11-12 tahun.
324. Fraktur subtrokanter

4
5

1 Fraktur subtrokanter dapat terjadi pada semua usia, biasanya


2 disebabkan trauma yang hebat. Pemeriksaan dapat menunjukkan
3 fraktur yang terjadi dibawah trokanter minor.
45. Fraktur intertrokanter femur
5 Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang
6 femur. Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi
7 antara trokanter mayor dan minor. Frkatur ini bersifat
8 ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang jatuh dan
9 mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang
10 terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen
11 proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
12 kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
136. Fraktur diafisis femur
14 Fraktur diafisis femur dapat terjadi pada daerah femur pada setiap
15 usia dan biasanya karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu
16 lintas atau jatuh dari ketinggian.
177. Fraktur suprakondilar femur
18 Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal
19 kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma
20 yang mengenai femur terjadi karena adanya tekanan varus dan
21 vagus yang disertai kekatan aksial dan putaran sehingga dapat
22 menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran terjadi karena
23 tarikan otot.
24 Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut:
251. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi,
26 panggul, dan melalui kepala femur (fraktur kapital).
272. Fraktur ekstrakapsular
28 1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang
29 lebih besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
30 2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih
31 dari 2 inci di bawah trokanter minor.
321.1.5 Patofisiologi
33 Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma,
34tergantung dimana fraktur tersebut mengalami trauma, begitu juga

5
6

1dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab fraktur femur, faktor-
2faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu
3kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga
4fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan
5tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
6dapat mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007).
7 Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
8gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
9gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot mendukung
10tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
11darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun.
12COP atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi
13jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
14menjadi edema lokal maka terjadi penumpukan didalam tubuh.
15Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
16kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar
17dan kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan kerusakan
18integritas kulit.
19 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
20gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.
21Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
22dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
23mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang
24akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
25Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
26dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
27fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
28sembuh.
29
30
31
32
33
34

6
7

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

7
7

1 WOC
ETIOLOGI:
Trauma langsung atau tidak langsung pada tulang paha

FRAKTUR FEMUR

Tindakan Operatif

Pre operasi Intra operasi Post operasi

B3 B6 B6 Psikologis B4 B3 B6 B6

Kerusakan Fraktur terbuka Kerusakan pada jaringan Kurang Proses Luka insisi Luka insisi Luka insisi
sekunder pada sekitar dan pembuluh pengetahuan pembedahan
fraktur darah tentang Terputusnya
Terputusnya kontinuitas/ kerusakan Terputusnya
luka pengobatan dan
Hematoma pada daerah Perdarahan kontinuitas kontinuitas
tindakan jaringan saraf dan
Ketidakstabilan fraktur jaringan jaringan
pembedahan pembuluh darah
posisi fraktur Port de
RISIKO SYOK trauma jaringan post Pajanan lingkungan, trauma jaringan post
entry kuman Aliran darah ke daerah HIPOVOLEMIK pembedahan alat, tehnik aseptik pembedahan
Fragmen tulang distal berkurang ANSIETAS
yang patah yang tidak tepat
RISIKO
menusuk organ NYERI AKUT KERUSAKAN
INFEKSI Gangguan fungsi
sekitar Peningkatan pajanan INTEGRITAS
organ distal
mikroorganisme KULIT
Spasme otot
GANGGUAN
RISIKO INFEKSI
MOBILITAS FISIK
NYERI AKUT

7
8

11.1.6 Manifestasi
2 Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2016)
3terdiri atas:
41. Nyeri
5 Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai
6 fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
7 merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
8 meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
92. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
10 cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen
11 pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
12 ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
13 ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan
14 baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
15 tempat melekatnya otot..
163. Pemendekan tulang
17 Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat
18 di atas dan dibawah tempat fraktur.
194. Leg length discrepancy (LLD) atau perbedaan panjang tungkai
20 bawah adalah masalah ortopedi yang biasanya muncul di masa
21 kecil, di mana dua kaki seseorang memiliki panjang yang tidak
22 sama. Penyebab dari masalah Leg length discrepancy (LLD),
23 yaitu osteomielitis, tumor, fraktur, hemihipertrofi, di mana satu
24 atau lebih malformasi vaskular atau tumor (seperti hemangioma)
25 yang menyebabkan aliran darah di satu sisi melebihi yang lain.
26 Pengukuran Leg length discrepancy (LLD) terbagi menjadi, yaitu
27 true leg length discrepancy dan apparent leg length
28 discrepancy.True leg length discrepancy adalah cara megukur
29 perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur dari spina
30 iliaka anterior superior ke maleolus medial dan apparent leg
31 length discrepancy adalah cara megukur perbedaan panjang
32 tungkai bawah dengan mengukur dari xiphisternum atau
33 umbilikus ke maleolus medial.
34

8
9

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Gambar 3. Cara mengukur Leg length discrepancy (LLD)
125. Krepitus tulang (derik tulang)
13 Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang
14 lainnya.
156. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
16 Pembengkakan dan perubahan warna tulang terjadi akibat trauma
17 dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah
18 beberapa jam atau hari.
191.1.7 Komplikasi
20 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami
21fraktur femur (Muttaqin, 2017), antara lain:
221. Fraktur leher femur
23 Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli
24 paru, pneumonia, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada
25 30% klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur
26 tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal,
27 kemungkinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
282. Fraktur diafisis femur
29 Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur
30 adalah sebagai berikut:
31 1) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur
32 bersifat tertutup.
33 2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan
34 fraktur femur.

9
10

1 3) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang


2 menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis
3 sehingga menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong
4 sama sekali.
5 4) Trauma saraf pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
6 dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari
7 neuropraksia sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat
8 terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu
9 nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
10 5) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama,
11 misalnya distraksi di tempat tidur dapat mengalami
12 komplikasi trombo-emboli.
13 6) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
14 terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan
15 operasi.
16 Komplikasi lanjut pada fraktur diafisis femur yang sering terjadi
17pada klien dengan fraktur diafisis femur adalah sebagai berikut:
181. Delayed Union, yaitu fraktur femur pada orang dewasa
19 mengalami union dalam empat bulan.
202. Non union apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik.
213. Mal union apabila terjadi pergeseran kembali kedua ujung
22 fragmen. Mal union juga menyebabkan pemendekan tungkai
23 sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
244. Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
25 pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
26 fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
275. Refraktur terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
28 solid.
291.1.8 Pemeriksaan Penunjang
301. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma,
31 dan jenis fraktur.
322. Scan tulang, temogram, CT scan/MRI : memperlihatkan tingkat
33 keparahan fraktur, juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan
34 linak.

10
11

13. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.


24. Hitung darah lengkap :Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)
3 atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
4 jauh pada multipel trauma) peningkatan jumlah SDP adalah
5 proses stres normal setelah trauma.
65. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban tratinin untuk klien
7 ginjal.
86. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilingan darah,
9 tranfusi mulpel atau cedera hati (Lukman & Ningsih, 2016).
101.1.9 Penatalaksanaan Medis
111.1.9.1 Fraktur femur terbuka
12 Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk
13mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia
14otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut
15meliputi:
161. Profilaksis antibiotik
172. Debridemen
18 Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit
19 mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati
20 dieksisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka
21 yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi.
223. Stabilisasi dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
231.1.9.2 Fraktur femur tertutup
24 Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran
25kolaboratif dalam melakukan asuhan keperawatan.
261. Fraktur diafisis femur, meliputi:
27 1) Terapi konservatif
28 - Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum
29 dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
30 - Traksi tulang berimbang denmgan bagian pearson pada
31 sendi lutut. Indikasi traksi utama adalah faraktur yang
32 bersifat kominutif dan segmental.
33 - Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union
34 fraktur secara klinis.

11
12

1 2) Terapi Operasi
2 - Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal
3 diafisis atau distal femur
4 - Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik
5 dengan operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail,
6 AO nail terutama adalah farktur diafisis.
7 - Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
8 kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka
9 dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
102. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
11 1) Traksi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan
12 penahan lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
13 2) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat
14 direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan
15 mempergunakan nail-phorc dare screw dengan berbagai tipe
16 yang tersedia (Muttaqin, 2016).
171.1.9.3 Terapi Medis
181. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone.
192. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut.
203. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot.
214. Bedrest, Fisioterapi. (Ramadhan: 2017)
22
231.2 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
241.2.1 Pengkajian
25 Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara
26terhadap pasien dengan fraktur femur yaitu :
271.2.1.1 Identitas pasien
28 Meliputi nama pasien, usia (usia lebih dari 60 tahun dimana
29tulang sudah mengalami osteoporotik, penderita muda ditemukan
30riwayat mengalami osteoporotik, penderita muda ditemukan
31riwayat mengalami kecelakaan, fraktur batang femur pada anak
32terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah), pekerjaan
33dan alamat pasien.
341.2.1.2 Pengkajian Primer

12
13

1 Pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan


2mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,
3Disability Limitation, Exposure).

41. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai


5 adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya
6 obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di
7 bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
8 memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat
9 digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang
10 dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
112. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya
12 kita harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik
13 meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan
14 diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur
15 ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow
16 oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask dengan reservoir
17 bag11.
183. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus
19 diperhatikan di sini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac
20 output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada
21 kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang
22 femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit
23 darah dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan
24 yang terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan
25 meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan
26 di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat
27 menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan
28 dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada
29 patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya
30 dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif
31 merupakan hal penting disamping usaha menghentikan
32 pendarahan.

13
14

14. D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan


2 evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini
3 adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda
4 lateralisasi dan tingkat cedera spinal.
55. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya,
6 seiring dengan cara menggunting, guna memeriksa dan evaluasi
7 pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti
8 agar pasien tidak hipotermia.
91.2.1.3 Pengkajian Sekunder
10 Bagian dari pengkajian sekunder pada pasien cedera
11muskuloskeletal adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tujuan dari
12pengkajian sekunder adalah mencari cedera-cedera lain yang mungkin
13terjadi pada pasien sehingga tidak satupun terlewatkan dan tidak
14terobati. Apabila pasien sadar dan dapat berbicara maka kita harus
15mengambil riwayat AMPLE dari pasien, yaitu Allergies, Medication,
16Past Medical History, Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme
17kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan untuk
18mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang dimiliki oleh pasien,
19terutama jika kita masih curiga ada cedera yang belum diketahui saat
20primary survey, Selain riwayat AMPLE, penting juga untuk mencari
21informasi mengenai penanganan sebelum pasien sampai di rumah
22sakit.
23 Pada pemeriksaan fisik pasien, beberapa hal yang penting
24untuk dievaluasi adalah:
251. Kulit yang melindungi pasien dari kehilangan cairan dan infeksi,
262. Fungsi neuromuskular
273. Status sirkulasi,
284. Integritas ligamentum dan tulang.
29 Cara pemeriksaannya dapat dilakukan dengan Look, Feel,
30Move.
311. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi, luka, deformitas,
32 pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh perlu
33 dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu

14
15

1 pula dengan bagian punggung. Bagian distal tubuh yang pucat


2 dan tanpa pulsasi menandakan adanya gangguan vaskularisasi.
3 Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan
4 adanya crush injury dengan ancaman sindroma kompartemen.
52. Pada pemerikasaan Feel, kita menggunakan palpasi untuk
6 memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi.
73. Pada periksaan Move kita memeriksa Range of Motion dan
8 gerakan abnormal. Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara
9 meraba pulsasi bagian distal dari fraktur dan juga memeriksa
10 capillary refill pada ujung jari kemudian membandingkan sisi
11 yang sakit dengan sisi yang sehat. Jika hipotensi mempersulit
12 pemeriksaan pulsasi, dapat digunakan alat Doppler yang dapat
13 mendeteksi aliran darah di ekstremitas.
14 Pada pasien dengan hemodinamik yang normal, perbedaan
15besarnya denyut nadi, dingin, pucat, parestesi dan adanya gangguan
16motorik menunjukkan trauma arteri. Selain itu hematoma yang
17membesar atau pendarahan yang memancar dari luka terbuka
18menunjukkan adanya trauma arterial.
19 Pemeriksaan neurologi juga penting untuk dilakukan
20mengingat cedera muskuloskeletal juga dapat menyebabkan cedera
21serabut syaraf dan iskemia sel syaraf. Pemeriksaan fungsi syaraf
22memerlukan kerja sama pasien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi
23motoris dan sensorisnya perlu diperiksa secara sistematik.
241.2.1.4 Riwayat keperawatan
251. Riwayat perjalanan penyakit
26 1) Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan
27 kesehatan : nyeri pada paha
28 2) Apa penyebabnya, waktu : kecelakaan atau trauma, berapa
29 jam/menit yang lalu
30 3) Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
31 4) Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
32 5) Kehilangan fungsi
33 6) Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
342. Riwayat pengobatan sebelumnya

15
16

1 1) Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis


2 kortikosteroid dalam jangka waktu lama
3 2) Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal,
4 terutama pada wanita
5 3) Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
6 4) Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
73. Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tipe fraktur
8 1) Inspeksi daerah mana yang terkena
9 - Deformitas yang nampak jelas
10 - Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
11 - Laserasi
12 - Perubahan warna kulit
13 - Kehilangan fungsi daerah yang cidera
14 2) Palpasi
15 - Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
16 - Krepitasi
17 - Nadi, dingin
18 - Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur
19
20
214. Pemeriksaan Penunjang
22 1) Foto Rontgen
23 - Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
24 langsung
25 - Mengetahui tempat dan tipe fraktur
26 - Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
27 dan selama proses penyembuhan secara periodik
28 - Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
29 - Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat
30 (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna
31 pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
321.2.2 Diagnosa Keperawatan
331. Pre operasi

16
17

1 1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan


2 sekunder pada fraktur
3 2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera
4 jaringan sekitar/fraktur
5 3) Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan
6 kerusakan jaringan lunak
7 4) Ansietas berhubungan dengan prosedur pengobatan atau
8 pembedahan
92. Intra operasi
10 1) Resiko syok hipovolomik berhubungan dengan perdarahan
11 akibat pembedahan
123. Post operasi
13 1) Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan
14 2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
15 jaringan post pembedahan
16 3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
17
18
19
20
21

17
18

1.2.3 Intervensi
Pre operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (L. 08066, hal 145) Manajemen Nyeri (I.08238 hal: 201)
dengan spasme otot dan Setelah diberikan askep selama Observasi:
kerusakan sekunder 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
pada fraktur (D. 0077, menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
hal 172) Kriteria hasil : intensitas nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat (skor 5) - Identifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun (skor 5) verbal
- Meringis menurun (skor 5) - Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif menurun (skor 5) memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun (skor 5) nyeri
- Kesulitan tidur menurun (skor 5) - Identifikasi pengetahuan dan
- Menarik diri menurun (skor 5) keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi pengaruh budaya
menurun (skor 5) terhadaprespon nyeri
- Diaforesis menurun (skor 5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perasaan depresi (tertekan) kualitas hidup
menurun (skor 5) - Monitor keberhasilan terapi
- Perasaan takut mengalami cidera komplementer yang sudah
tulang menurun (skor 5) diberikan - Monitor efek
- Anoreksia menurun (skor 5) samping penggunaan analgetik
- Perineum terasa tertekan Terapeutik:
menurun (skor 5) - Berikan teknik nonfarmakologis
- Uterus teraba membulat untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (skor 5) (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
- Ketegangan otot menurun (skor terapi musik, biofeedback, terapi
5) pijat, aromaterapi, teknik
- Pupil dilatasi menurun (skor 5) imajinasi terbimbing, kompres
- Muntah menurun (skor 5) hangat/dingin, terapi bermain)
- Mual menurun (skor 5) - Kontrol lingkungan yang
- Frekuensi nadi membaik (skor 5) memperberat rasa nyeri (mis.
- Pola napas membaik (skor 5) suhu ruangan, pencahayaan,
- Tekanan darah membaik (skor 5) kebisingan)
- Proses berpikir membaik (skor 5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Fokus membaik (skor 5) - Pertimbangkan jenis dan sumber
- Fungsi berkemih membaik (skor nyeri dalam pemilihan strategi
5) meredakan nyeri
- Perilaku membaik (skor 5) Edukasi:
- Nafsu makan membaik (skor 5) - Jelaskan penyebab, periode, dan
- Pola tidur membaik (skor 5) pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

18
19

- Ajarkan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik (L. 05042, hal 65) Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik berhubungan Setelah diberikan askep selama Observasi:
dengan kerusakan 3x24 jam diharapkan kemampuan - Identifikasi adanya nyeri atau
integritas struktur tulang dalam gerak fisik dari satu atau keluhan fisik lainnya
(D. 0054, hal 124) lebih ekstremitassecara mendiri - Identifikasi toleransi fisik
meningkat. melakukan ambulasi
Kriteria hasil : - Monitor frekuensi jantung dan
- Pergerakan ekstremitas tekanan darah sebelum memulai
meningkat (skor 5) ambulasi
- Kekuatan otot meningkat (skor - Monitor kondisi umum selama
5) melakukan ambulasi
- Rentang gerak (ROM) Terapeutik
meningkat (skor 5) - Fasilitasi aktivitas ambulasi
- Nyeri menurun (skor 5) dengan alat bantu (mis. tongkat,
- Kecemasan menurun (skor 5) kruk)
- Kaku sendi menurun (skor 5) - Fasilitasi melakukan mobilisasi
- Gerakan tidak terkoordinasi fisik, jika perlu
menurun (skor 5) - Libatkan keluarga untuk
- Gerakan terbatas menurun (skor membantu pasien dalam
5) meningkatkan ambulasi
- Kelemahan fisik menurun (skor
5) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
dini
- Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

3. Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137, hal 139) Pencegahan Infeksi (I.14539, hal:
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama 278)
fraktur terbuka dan 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
kerusakan jaringan menurun. - Monitor tanda dan gejala infeksi
lunak (D 0142, hal: 304) Kriteria hasil : local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Teraupetik:
(skor 5) - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan meningkat - Berikan perawatan kulit pada
(skor 5) area edema
- Nafsu makan meningkat (skor 5) - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun (skor 5) sesudah kontak dengan pasien

19
20

- Kemerahan menurun (skor 5) dan lingkungan pasien


- Nyeri menurun (skor 5) - Pertahankan teknik aseptic pada
- Bengkak menurun (skor 5) pasien beresiko tinggi
- Vesikel menurun (skor 5) Edukasi:
- Cairan berau busuk menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(skor 5) - Ajarkan cara mencuci tangan
- Drainase purulent menurun (skor dengan benar
5) - Ajarkan etika batuk
- Piuna menurun (skor 5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi
- Periode malaise menurun (skor luka atau luka operasi
5) - Anjurkan meningkatkan asupan
- Periode menggigil menurun nutrisi
(skor 5) - Anjurkan meningkatkan asupan
- Lalergi menurun (skor 5) cairan
- Gangguan kognitif menurun
(skor 5) Kolaborasi:
- Kadar sel darah putik membaik - Kolaborasi pemberian imunisasi,
(skor 5) jika perlu
- Kultur darah membaik (skor 5)
- Kultur urine membaik (skor 5)
- Kultur sputum membaik (skor 5)
- Kultur area luka membaik (skor
5)
- Kultur feses membaik (skor 5)
4. Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas (L. 09093, hal Reduksi Ansietas (I.09314 hal: 387)
dengan prosedur 132) Observasi:
pengobatan atau Setelah diberikan askep selama - Identifikasi saat tingkat ansietas
pembedahan 3x24 jam diharapkan tingkat berubah (mis. Kondisi, waktu,
ansietas menurun. stressor)
Kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan
- Verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
menurun (skor 5) - Monitor tanda-tanda ansietas
- Verbalisasi khawatir akibat (verbal, non verbal)
kondisi yang dihadapi menurun Terapeutik:
(skor 5) - Ciptakan suasana terapeutik
- Perilaku gelisah menurun (skor untuk menumbuhkan
5) kepercayaan
- Perilaku tegang menurun (skor - Temani pasien untuk mengurangi
5) kecemasan, jika memungkinkan
- Keluhan pusing menurun (skor - Pahami siatuasi yang membuat
5) ansietas
- Anoreksia menurun (skor 5) - Dengarkan dengan penuh
- Palpitasi menurun (skor 5) perhatian
- Frekuensi pernapasan menurun - Gunakan pendekatan yang
(skor 5) tenang dan meyakinkan
- Tekanan darah menurun (skor 5) - Tempatkan barang pribadi yang
- Diaphoresis menurun (skor 5) memberikan kenyamanan
- Tremor menurun (skor 5) - Motivasi mengidentifikasi situasi
- Pucat menurun (skor 5) yang memicu kecemasan
- Konsentrasi membaik (skor 5) - Diskusikan perencanaan realistis

20
21

- Pola tidur membaik (skor 5) tentang peristiwa yang akan


- Perasaan keberdayaan membaik datang
(skor 5) Edukasi:
- Kontak mata membaik (skor 5) - Jelaskan prosedur, termasuk
- Pola berkemih membaik (skor 5) sensasi yang mungkin dialami
- Orientasi membaik (skor 5) - Informasikan secara factual
mengenasi diagnosis, pengobatan
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengirangi ketegangan
- Letih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko syok Tingkat Perdarahan (L. 02017, hal Manajemen Perdarahan (I. 02040,
hipovolomik 147) hal 206)
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama Observasi :
perdarahan akibat 3x24 jam diharapkan Kehilangan - Identifikasi penyebab
pembedahan (D. 0039, darah baik internal (terjadi di dalam perdarahan
hal 92) tubuh) maupun eksternal (terjadi - Periksa adanya darah pada
hingga keluar tubuh) menurun. muntah, sputum, feses, urine,
Kriteria hasil : pengeluaran NGT, dan drainase
- Kelembapan membrane mukosa luka, jika perlu
meningkat (skor 5) - Periksa ukuran dan karakteristik
- Kelembapan kulit meningkat hematoma, jika ada
(skor 5) - Monitor terjadinya perdarahan
- Hemoptisi menurun (skor 5) (sifat dan jumlah)
- Hematemesis menurun (skor 5) - Monitor nilai hempoglobin dan
- Hematuria menurun (skor 5) hematocrit sebelum dan setelah
- Perdarahan pasca operasi kehilangan darah
menurun (skor 5) - Monitor tekanan darah dan
- Hemoglobin membaik (skor 5) parameter hemodinamika
- Hematokrit membaik (skor 5) (tekanan vena dan tekanan baji
- Tekanan darah membaik (skor 5) kapiler atau arteri pulmonal),
- Denyut nadi apikal membaik jika ada
(skor 5) - Monitor intake dan output cairan
- Suhu tubuh membaik (skor 5) - Mpnitor koagulasi darah,
(prothrombin time, partial

21
22

thromboplastin time, fibrinogen


degradasi fibrin dan jumlah
trombosit) jika ada
- Monitor deliveri oksigen
jaringan (mis. PaO2, SaO2,
hemoglobin dan curah jantung)
- Monitor tanda dan gejala
perdarahan masif
Teraupetik:
- Istirahatkan area yang
mengalami perdarahan
- Berikan kompres dingin, jika
perlu
- Lakukan penekanan atau balut
tekan, jika perlu
- Tinggikan ektremitas yang
mengalami perdarahan
- Pertahankan akses IV
Edukasi:
- Jelaskan tanda-tanda perdarahan
- Anjurkan melapor jika
menemukan tanda-tanda
perdarahan
- Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberikan cairan,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian tranfusi
darah, jika perlu

Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri berhubungan Tingkat Nyeri (L. 08066, hal 145) Manajemen Nyeri (I.08238 hal: 201)
dengan proses Setelah diberikan askep selama Observasi:
pembedahan (D. 0077, 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
hal 172) menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat (skor 5) - Identifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun (skor 5) verbal
- Meringis menurun (skor 5) - Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif menurun (skor 5) memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun (skor 5) nyeri
- Kesulitan tidur menurun (skor 5) - Identifikasi pengetahuan dan
- Menarik diri menurun (skor 5) keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi pengaruh budaya
menurun (skor 5) terhadaprespon nyeri
- Diaforesis menurun (skor 5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perasaan depresi (tertekan) kualitas hidup
menurun (skor 5) - Monitor keberhasilan terapi

22
23

- Perasaan takut mengalami cidera komplementer yang sudah


tulang menurun (skor 5) diberikan - Monitor efek
- Anoreksia menurun (skor 5) samping penggunaan analgetik
- Perineum terasa tertekan Terapeutik:
menurun (skor 5) - Berikan teknik nonfarmakologis
- Uterus teraba membulat untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (skor 5) (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
- Ketegangan otot menurun (skor terapi musik, biofeedback, terapi
5) pijat, aromaterapi, teknik
- Pupil dilatasi menurun (skor 5) imajinasi terbimbing, kompres
- Muntah menurun (skor 5) hangat/dingin, terapi bermain)
- Mual menurun (skor 5) - Kontrol lingkungan yang
- Frekuensi nadi membaik (skor 5) memperberat rasa nyeri (mis.
- Pola napas membaik (skor 5) suhu ruangan, pencahayaan,
- Tekanan darah membaik (skor 5) kebisingan)
- Proses berpikir membaik (skor 5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Fokus membaik (skor 5) - Pertimbangkan jenis dan sumber
- Fungsi berkemih membaik (skor nyeri dalam pemilihan strategi
5) meredakan nyeri
- Perilaku membaik (skor 5) Edukasi:
- Nafsu makan membaik (skor 5) - Jelaskan penyebab, periode, dan
- Pola tidur membaik (skor 5) pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Gangguan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Luka (I.4564, hal 328)
kulit berhubungan (L.14125, hal 33) Observasi:
dengan trauma jaringan Setelah diberikan askep selama - Monitor karakteristik luka (mis.
post pembedahan (D. 3x24 jam diharapkan keutuhan kulit drainase, warna, ukuran, bau)
0129, hal 282) dan jaringan meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil: Terapeutik:
- Elastisitas meningkat (skor 5) - Lepaskan balutan dan plester
- Hidrasi meningkat (skor 5) secara perlakah
- Perfusi jaringan meningkat (skor - Cukur rambut di sekitar daerah
5) luka, jika perlu
- Kerusakan jaringan menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl
(skor 5) atau embersih nontoksik, sesuai
- Kerusakan lapisan kulit menurun kebutuhan
(skor 5) - Bersihkan jaringan nekrotik
- Nyeri menurun (skor 5) - Berikan salep yang sesuai
- Perdarahan menurun (skor 5) kulit/lesi, jika perlu

23
24

- Kemerahan menurun (skor 5) - Pasang balutan sesuai jenis luka


- Hematoma menurun (skor 5) - Pertahankan teknik steril saat
- Pigmentasi abnormal menurun melakukan perawatan luka
(skor 5) - Ganti balutan sesuai jumlah
- Jaringan parut menurun (skor 5) eksudat dan drainase
- Nekrosis menurun (skor 5) - Jadwalkan perubahan posisi
- Abrasi kornea menurun (skor 5) setiap 2 jam atau sesuai kondisi
- Suhu kulit membaik (skor 5) pasien
- Sensasi membaik (skor 5) - Berikan diet dengan kalori 30-35
- Tekstur membaik (skor 5) kkal/kgBB/hari dan protein
- Pertumbuhan rambut membaik 1,251,5g/kgBB/hari
(skor 5) - Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis. vitamin A, vitami
C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi
- Berikan terapi TENS (stimulasi
sarap transkutaneus), jika perlu
Edukasi:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedur debridement
(mis. enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu

3. Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137, hal 139) Pencegahan Infeksi (I.14539, hal:
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama 278)
luka operasi (D 0142, 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
hal: 304) menurun. - Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria hasil : local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Teraupetik:
(skor 5) - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan meningkat - Berikan perawatan kulit pada
(skor 5) area edema
- Nafsu makan meningkat (skor 5) - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun (skor 5) sesudah kontak dengan pasien
- Kemerahan menurun (skor 5) dan lingkungan pasien
- Nyeri menurun (skor 5) - Pertahankan teknik aseptic pada
- Bengkak menurun (skor 5) pasien beresiko tinggi
- Vesikel menurun (skor 5) Edukasi:
- Cairan berau busuk menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(skor 5) - Ajarkan cara mencuci tangan
- Drainase purulent menurun (skor dengan benar
5) - Ajarkan etika batuk
- Piuna menurun (skor 5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi

24
25

- Periode malaise menurun (skor luka atau luka operasi


5) - Anjurkan meningkatkan asupan
- Periode menggigil menurun nutrisi
(skor 5) - Anjurkan meningkatkan asupan
- Lalergi menurun (skor 5) cairan
- Gangguan kognitif menurun Kolaborasi:
(skor 5) - Kolaborasi pemberian imunisasi,
- Kadar sel darah putik membaik jika perlu
(skor 5)
- Kultur darah membaik (skor 5)
- Kultur urine membaik (skor 5)
- Kultur sputum membaik (skor 5)
- Kultur area luka membaik (skor
5)
- Kultur feses membaik (skor 5)
1

25
26

11.2.3 Discharge Planning


21. Persiapan Perawatan Rumah
3 Klien membutuhkan orang terdekat klien yang akan membantu
4 perawatan atau proses penyembuhan di rumah. Hal – hal yang
5 perlu diperhatikan, yaitu mencegah kemungkinan jatuh harus
6 dihilangkan, ruangan harus bebas atau minimal perabot untuk
7 memudahkan pergerakan klien dengan menggunakan kruk atau
8 alat bantu lain.
92. Edukasi Klien dan Keluarga
10 Klien dengan fraktur biasanya dipulangkan kerumah dalam
11 keadaan memakai pembalut / bandage, splint, gips atau fiksasi
12 eksternal. Perawat harus menyiapkan instruksi verbal / tertulis
13 untuk klien dan keluarga tentang mengkaji dan merawaqt luka
14 untuk meningkatkan penyembuhan dan pencegahan infeksi.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

26
1 BAB 2
2 ASUHAN KEPERAWATAN
3
4I. PENGKAJIAN
5 Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 pukul
6 10.00 WIB. Berdasarkan pengkajian diperoleh data sebagai berikut:
7A. PRE OPERASI/PRE MEDIKASI
81. Serah terima pasien
9 Tn. K berumur 25 tahun datang ke RS pada tanggal 10 November 2020 pukul
10 10.00 WIB dengan keluhan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
11 Pasien mengatakan jatuh dari olahraga (volley). Dalam pemeriksaaan ada
12 tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pasien terdiagnosa
13 fraktur femur tertutup dextra. Saat pengkajian diperoleh TTV: RR: 22 x/mnt ,
14 TD: 130/90 mmHg, S: 37o C ,N: 102 x/mnt, SPO2 96%. Pasien direncanakan
15 dioperasi pada tanggal Selasa 10 November 2020 pukul 10.00 WIB.
162. Identitas Pasien
17 Nama : Tn. K
18 Umur : 25 tahun
19 Alamat : Jl. Tingang, Palangkaraya
20 Diagnosa Medik : 39.28.xx
21 Tindakan Op. : ORIF
223. Pemeriksaan Fisik/Psikologi
23 TTV : S: 37o C, N : 102 x/mnt, RR : 22x/mt, TD : 130/90 mmHg
24 Reaksi Fisik : Gelisah, Meringis menahan nyeri
25 Reaksi Psikologi : Ansietas
26 Persiapan Operasi : Menenangkan pasien dan menyiapkan pasien untuk tindakan
27
28 Informed Concent/Ijin : Anestesi Puasa Cukur
29 Pemeriksaan Penunjang: Lab Radiologi EKG
28

1 Pre medikasi:
2 Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, gelisah namun tetap kooperatif,
3 TTV: S: 37o C, N : 102 x/mnt, RR : 22x/mt, TD : 120/90 mmHg. Pasien
4 tampak meringis menahan nyeri.
5 Kriteria Nyeri: P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang
6 saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, R: area femur, S: 8 , T: Saat
7 digerakan sampai selesai diimobilisasi.

9B. INTRA OPERASI

101. Kelengkapan Tim Operasi

11 Bedah : ORIF

12 Anestesi : General anestesi

13 Jenis Anestesi : Spinal anastesi


142. Tanda daerah operasi: Lokasi : Regio femur dextra
153. Kelengkapan Anestesi: IV Line: RL 20tpm
16 Obat-obatan: Inj novelmicyn 2gr
174. Riwayat asma/alergi: Tidak ada
185. Posisi operasi: Supinasi
196. Rencana dilakukan tindakan: Berikan anestesi pada pasien

207. Observasi tindakan operasi

21 Pasien dilakukan pembedahan regio femur dextra dengan metode ORIF


22 untuk pemasangan TD: 120/90, N : 78 x/mnt, RR: 18x/mnt, SPO2 : 96%,
23 Anamnesa: pasien tampak lemas, A: tidak ada sumbatan jalan nafas, B:
24 suara nafas vesikuler 20x/menit, C: tidak ada sianosis,CRT 3 detik

258. Observasi tindakan anestesi


26 Pasien dilakukan general anastesi pukul 10.15 WIB

279. Pemeriksaan kelengkapan

28 Kasa: Ada jarum: Ada Instrumen: Ada

2910. Pemeriksaan cairan/jaringan tubuh: ada tidak ada

28
29

4C. POST OPERASI/PASCA ANESTESI

51. Air way : RR 20 x/menit, SpO2 100 %

62. Breathing : Tipe pernafasan dada dan perut, bunyi nafas vesikuler,
7 tidak ada suara tambahan

83. Sirkulasi : TD : 120/90 mmHg, N : 96x/m, akral hangat


9

104. Observasi RR
11 Steward Scor Aldrete Scor Bromage Scor

125. Serah terima pasien


13 Operasi selesai dalam waktu 45 menit. Setelah semua keadaan dalam batas
14 normal bedside monitor dilepas kemudian pasien siap dipindahkan dari meja
15 operasi kebrangkar lalu kemudian di bawa ke ruang recovery.
16 Bromage Score ≤2, pasien boleh dipindahkan. Di Ruang Recovery (RR)
17 pasien tampak lemah dan merasa kesakitan di area bekas operasi.
18

19Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)


20A. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
NO Parameter Hasil Normal

1 WBC 10.05x 103/uL 4.00 - 10.00


2 RBC 3.89 x 106/uL 3.50 - 5.00
3 HGB 12 .1g/dL 11.0 - 15.0
4 
PLT 213 x 10 3/uL 150 – 400

5 Ureum 49 mg/dl 21 – 53

6 Creatinin 1.3 mg/dl 0,7 – 1,5


Natrium 137 mmol/l (N: 135-145)
Kalium 3,8 mmol/l (N: 3,5-5,5)

29
30

7 Calsium 2,9 mmol/l (N: 2,0-2,9)

8 Gula Darah sewaktu 116 mg/dL (N: 75-115)


9 SGOT 21 U/L L : <37
P : < 31
10 SGPT 14 U/L L : <42
P : < 32

11 Kolesterol LDL 110 mg/dl <180mg/dl

12 Kolesterol HDL 65 mg/dl >40mg/dl

13 Trigliserida 140mg/dl <165mg/dl

30
31

1 ANALISA DATA
2
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
Pre Operatif : Kerusakan sekunder pada Nyeri akut
DS : fraktur
1. Pasien mengatakan kaki
kanannya sakit sekali Ketidakstabilan posisi fraktur

DO: Fragmen tulang yang patah


2. Pasien tampak meringis menusuk organ sekitas
dan merintih menahan
Nyeri akut
nyeri
3. Tampak bengkak bagian
paha kanan
4. P: Nyeri bertambah
ketika kaki digerakan,
nyeri berkurang saat
diimobilisasi,
5. Q: Nyeri seperti diiris,
6. R: area femur
7. S: 8
8. T: Saat digerakan sampai
selesai diimobilisasi.
DS : Fraktur femur Ansietas
- Pasien mengatakan sedikit
takut untuk menjalani Tindakan pembedahan
operasi
Kurang Pengetahuan
DO:
Ansietas
- Pasien tampak gelisah
- TTV:
S: 37o C
N : 102 x/mnt
RR : 22x/mt
TD : 130/90 mmHg

Intra Operatif : Fraktur femur Risiko Syok


Ds: - hipovolemik
DO: Proses pembedahan
1. Terpasang infus RL20
Perdarahan
tpm di tangan sebelah

31
32

kanan Risiko Syok hipovolemik


2. Insisi ± 20 cm
3. Perdarahan ± 750 cc
4. TD    : 128/90 mmHg
5. Nadi : 78x/menit
6. RR   : 18x/menit

DS : - Tindakan invasif (operasi) Risiko Infeksi


DO : ↓
1. Tampak luka post op di kaki Kerusakan integritas kulit
sebelah kiri akibat pembedahan
2. Tampak luka tertutup ↓
dengan balutan kasa Resiko Infeksi
3. Panjang luka 9 cm
4. TTV : TD: 120/90 mmHg, N:
97 x / mnt, RR: 24 x / mnt,
Suhu: 36,3 °C, SPO2:96%

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 PRIORITAS MASALAH

32
33

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan P:


Pasien mengatakan nyeri Pingang bagian kiri , Q: nyeri yang dirasakan pasien
nyut-nyutan, R: lokasi nyeri dirasakan di abdomen kanan , S: skala nyeri 4, T:
nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu.
Keadaan umum gelisah dan tampak meringis namun nyeri nonkolik. Palpasi
abdomen: nyeri tekan kuadaran kiri atas
2. Ansietas berhubungan dengan penyebab kekhawatiran mengalami kegagalan
operasi, kurang terpapar informasi terkait rencana operasi ditandai dengan
klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi,
klien tampak tegang, klien tampak gelisah.
3. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan Klien dalam keadaan tidak
sadar karena pengaruh anastesi, Terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm di tangan
sebelah kanan, Klien berbaring dengan posisi pronasi, Klien mengalami
pembedahan di kaki bagian kiri, TTV : TD: 120/90 mmhg, N: 96 x/mnt, RR:20
x/mnt, suhu: 36,2 °C, SPO2: 98%.
4. Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer akibat kerusakan integritas kulit ditandai dengan, Tampak luka post
op di kaki sebelah kiri, Tampak luka tertutup dengan balutan kasa , Panjang
luka 9 cm.

33
34

1 RENCANA KEPERAWATAN
2
3 Nama Pasien : Tn. K
4 Ruang Rawat : Pre Operiatif
DiagnosaKeperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Pre Operatif : Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Membantu evaluasi tempat
1. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1 x 30 menit karakteristik, durasi, obstruksi dan kemajuan
dengan tindakan operasi yang diharapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, gerakan batu.
akan dilakukan dengan KH: intensitas nyeri 2. Melaporkan nyeri secara dini
1. Melaporkan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri memberikan kesempatan
atau hilang (skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri pemberian analgesi pada
berkurang 4-3 ) non verbal waktu yang tepat dan
2. Lamanya nyeri berlangsung 4. Identifikasi faktor yang membantu meningkatkan
(rentang waktu dalam 2-3 memperberat dan kemampuan koping klien
menit) memperingan nyeri dalam menurunkan ansietas.
3. Ekspresi wajah klien tenang 5. Pertimbangkan jenis dan 3. Meningkatkan relaksasi dan
dan tidak meringis sumber nyeri dalam menurunkan ketegangan otot.
4. TTV dalam batas normal pemilihan strategi 4. Mengalihkan perhatian dan
TD: S=100-140 mmHg meredakan nyeri membantu relaksasi otot.
D=60- 90 mmHg 6. Anjurkan memonitor nyeri 5. Obstruksi lengkap ureter
N: 60-100 x/m secara mandiri dapat menyebabkan perforasi
S: 36,5- 37,5 ‘C 7. Kolaborasi pemberian dan ekstravasasiurine ke
R: 12-20 x/m analgetik, jika perlu dalam area perrenal, hal ini
merupakan kedaruratan bedah
akut.
6. Analgetik (gol. narkotik)
biasanya diberikan selama
episode akut untuk
menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi
otot/mental.
7. Menurunkan refleks spasme,
34
35

dapat menurunkan kolik dan


nyeri

2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Mungkin digunakan untuk
dengan tindakan operasi yang keperawatan selama 1 x 15 menit (verbal, non verbal) menurunkan edema jaringan
akan dilakukan diharapkan pasien tidak merasa 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk membantu gerakan
cemas lagi dengan Kriteria Hasi;: batu.
untuk menumbuhkan
1. Melanjutkan aktivitas yang 2. Mencegah stasis/retensi
dibutuhkan meskipun kepercayaan urine, menurunkan risiko
mengalami kecemasan 3. Pahami siatuasi yang peningkatan tekanan ginjal
2. Menunjukkan kemampuan untuk membuat ansietas dan infeksi
berfokus pada pengetahuan dan 4. Gunakan pendekatan yang 3. Untuk mengetahui
keterampilan baru tenang dan meyakinkan Kecemasan klien baik verbal
3. Mengkomunikasikan 5. Jelaskan prosedur, termasuk maupun non verbal
kebutuhan dan perasaan negatif 4. Agar pasien tidak takut dan
sensasi yang mungkin dialami
secara tepat cemas
5. Menjelaskan prosedur dapat
membantu pasien agar tahu
tindakan yang akan dilakukan
nanti sehingga mengurangi
kecemasannya
6. Untuk mengurangi
kecemasan klien
7. Untuk menenangkan pasien,
jika diperlukan
Intra Operatif : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk memonitor kondisi
Resiko syock hipovolomik keperawatan selama 1 x 30 menit gejala perdarahan pasien selama perawatan
behubungan dengan Perdarahan diharapkan pasien tidak merasa 2. Monitor nilai terutama saat terdi
akibat pembedahan cemas lagi dengan KH: hematokrit/homoglobin perdarahan.
1. Trombosit meningkat dalam sebelum dan setelah 2. Penurunan jumlah trombosit
rentang normal (150-440 kehilangan darah merupakan tanda adanya
3
10^ /Ul) 3. Pertahankan bed kebocoran pembuluh darah
35
36

2. Tidak terjadi injury atau rest selama perdarahan yang pada tahap tertentu
penyebab perdarahan 4. Jelaskan tanda dapat menimbulkan
3. Perdarahan pasca operasi dan gejala perdarahan perdarahan.
menurun 5. Anjurkan segera 3. Aktivitas klien yang tidak
4. Tekanan darah membaik (TD: melapor jika terjadi terkontrol dapat menyebabkan
S=100-130mmHg, D=60- 90 perdarahan terjadinya perdarahan.
mmHg) 6. Kolaborasi 4. Keterlibatan keluarga akan
pemberian obat dan sangat membantu klien
mengontrol perdarhan, jika mendapatkan penanganan
perlu sedini mungkin.
5. Agar klien/keluarga segera
memberi tahu perawat atau
petugas untuk dapat
membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan.
6. Kolaborasi dalam pemberian
obat untuk menangani
pendarahan
Post Operatif : Setelah dilakukan intervensi, maka 1. Observasi respon nyeri non 1. Perilaku non verbal
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri klien Menurun verbal menunjukan
dengan penyebab agen selama 30 menit dengan 2. Identifikasi lokasi, ketidaknyamanan klien
pencedera fisik (prosedur Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, terhadap nyeri pilihan
operasi) 1. Melaporkan nyeri berkurang atau kualitas, intensitas nyeri. intervensi
hilang (skala nyeri berkurang 4-3 3. Gunakan strategi komunikasi 2. Membantu menentukan
) terapeutik memberikan dasar untuk
2. Lamanya nyeri berlangsung 4. Ciptakan suasana lingkungan perbandingan dan evaluasi
(rentang waktu dalam 2-3 menit) yang tenang terhadap terapi
3. Ekspresi wajah klien tenang dan 5. Kolaborasi dengan dokter 3. Komunikasi terapeutik dapat
tidak meringis untuk pemberian analgetik menenangkan klien
4. TTV dalam batas normal 4. Lingkungan yang tenang
TD: S=100-140 mmHg dapat mengurangi faktor
D=60- 90 mmHg stress selama nyeri
36
37

N: 60-100 x/m 5. Analgetik dapat mengurangi


S: 36,5- 37,5 ‘C rasa nyeri yang dirasakan
R: 12-20 x/m klien

4. Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda –tanda infeksi 1. Untuk mengetahui tanda-
dengan efek prosedur invasif selama 30 menit, maka Tingkat 2. Pertahankan lingkungan tanda infeksi
(operasi) dan kerusakan Infeksi klien Menurun dengan aseptik selama operasi 2. Agar tidak terkontaminasi
integritas kulit akibat kriteria hasil: 3. Gunakan alat steril untuk 3. Mengindari luka dari infeksi
pembedahan. 1. Klien bebas dari tanda dan gejala tindakan operasi dan 4. mengobati infeksi, jika terjadi
infeksi. (Tidak ada rubor,color, perawatan luka infeksi
dolor, tumor) 4. kolaborasi pemberian
2. Menunjukan kemampuan untuk antibiotik, jika diperlukan
mencegah timbulnya infeksi.
3. Jumlah leukosit dalam batas
normal (4.0-10.0 10^3/Ul)
4. Menunjukan perilaku hidup sehat.
5. Personal hygiene pasien
terpenuhi baik sacara mandiri
maupun dibantu keluarga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
37
38

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
12 Nama Pasien : Tn. K
13 Ruang Rawat : Pre Operiatif
Tanda tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 1 (Pre Operatif) S:
10.00 Wib 1. Mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan akkinya masih
karakteristik, durasi, frekuensi, terasa sakit
kualitas, intensitas nyeri O:
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien tampak meringis dan merintih
3. Mengidentifikasi respons nyeri
menahan nyeri
non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang - Tampak bengkak bagian paha kanan Kris Kelana
memperberat dan memperingan - P: Nyeri bertambah ketika kaki
nyeri digerakan, nyeri berkurang saat
5. Mempertimbangkan jenis dan diimobilisasi,
sumber nyeri dalam pemilihan - Q: Nyeri seperti diiris,
strategi meredakan nyeri - R: area femur
6. Menganjurkan memonitor nyeri
- S: 8
38
39

secara mandiri - T: Saat digerakan


7. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 2 (Pre Operatif) S : Klien mengatakan sudah tidak khawatir
10.15 Wib 1. Memonitor tanda-tanda ansietas dan tidak takut akan dilakukan operasi
(verbal, non verbal) O:
2. Menciptakan suasana terapeutik 1. Tampak tegang
untuk menumbuhkan kepercayaan 2. Kegelisahan pada klien berkurang
3. Memahami siatuasi yang membuat 3. Klien tahu cara prosedur operasi
ansietas 4. Klien melakukan Teknik relaksasi Kris Kelana
4. Menggunakan pendekatan yang nafas dalam
tenang dan meyakinkan TTV:
5. Menjelaskan prosedur, termasuk S: 37o C
sensasi yang mungkin dialami N : 102 x/mnt
RR : 22x/mt
TD : 125/90 mmHg
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan pada prosedur
tindakan operatif
Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 3 (Intra Operatif) S:-
10.30 Wib 1. Memonitor tanda dan gejala O:
perdarahan 1. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm
2. Memonitor nilai 2. Proses pembedahan dilakukan
hematokrit/homoglobin sebelum dan 3. Awasi jika terjadi perdarahan
setelah kehilangan darah 4. TTV: TD: 120/90 mmhg, N: 96 x/mnt, Kris Kelana
3. Mempertahankan bed rest selama RR:20 x/mnt, suhu: 36,2 °C, SPO2:
perdarahan 98%.
4. Menjelaskan tanda dan gejala A: masalah teratasi Sebagian
perdarahan P : Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan segera melapor jika
39
40

terjadi perdarahan
6. Berkolaborasi pemberian obat dan
mengontrol perdarahan, jika perlu

Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 5 (Post Operatif) S:-


11.10 Wib 1. Mengobservasi tanda –tanda infeksi O:
2. Mempertahankan lingkungan aseptik 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi
selama operasi 2. Luka ditutup dengan kassa steril
3. Menggunakan alat steril untuk 3. kerusakan integritas kulit tidak terlalu
tindakan operasi dan perawatan luka parah
4. Berkolaborasi pemberian antibiotik, A: Intervensi tercapai sebagian Kris Kelana
jika diperlukan P : Lanjutkan intervensi 1-4

40
1 DAFTAR PUSTAKA
2
3
4Brunner & Suddarth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
5 Jakarta: EGC.
6
7Lukman, N & Ningsih, N. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien
8 Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
9 Salemba Medika.
10
11Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
12 Medica Aesculpalus.
13
14Moffat, D & Faiz, O. 2012. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: PT.
15 Glora Aksara Pratama.
16
17Muttaqin, A. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
18 Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC.
19
20Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi
21 pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.
22
23Rasjad, C. 2017. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif
24 Watampone.
25
26Siddiqui, Z. 2015. Rehabilitations Following Intramedullary Nailing
27 Of Femoral Shaft Fracture: A Case Report. International
28 Journal of Physical Therapy & Rehabilitation Science. Vol 1
29 (1): 30-35.
30
31Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
32 Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI.
33
34Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan
35 Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta :
36 PPNI.
37
38Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan
39 Indonesia. Defisini dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
42

1
2
3
4
5
6

7
8
LAMPIRAN
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

42
43

1
2
3 SATUAN ACARA PENYULUHAN
4 “MANAJEMEN NYERI”
5
6
7
8
9

11
12
13
14
15 Disusun Oleh :

16 Kris Kelana
17 2017.C.09a.0849
18
19
20
21
22
23
24 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
25 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
26 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
27 2020
28
29
30
31
32
33
34 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
35
36Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri

43
44

1Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan Pengunjung


2Hari/Tanggal : Selasa, 10 November 2020
3Tempat :
4Waktu : 15 Menit
5Penyuluh : Kris kelana
6
7A. Tujuan
8  Tujuan Umum
9 Setelah mengikuti penyuluhan tentang manajemen nyeri diharap
10 pasien dan keluarga dapat lebih mengerti dan memahami cara
11 memajemen nyeri.
12  Tujuan Khusus
13 1. Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 60 menit
14 peserta diharapkan dapat :
15 a. Menjelaskan pengertian nyeri
16 b. Menjelaskan penyebab nyeri
17 c. Menjelaskan macam-macam nyeri
18 d. Menjelaskan tanda dan gejala nyeri
19 e. Menjelaskan cara mengatasi nyeri
20 2. Setelah diberikan penyuluhan tentang manajemen nyeri
21 diharapkan pasien dan keluarga dapat mempraktikkan cara
22 mengatasi nyeri saat pasien sudah pulang ke rumah
23
24 B. Metode
25 1. Ceramah
26 2. Tanya jawab
27 3. Diskusi
28
29 C. Media
30 1. Leaflet
31
32 D. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan dan Metode Media
Kegiatan Pendidikan Kegiatan Peserta
Waktu

44
45

Pembukaan 1. Membuka dengan 1. Menjawab salam Cerama -


(2 MENIT) salam 2. Mendengarkan h
2. Memperkenalkan 3. Memperhatikan
diri. 4. Menjawab
3. Menjelaskan pertanyaan
maksud dan tujuan
penyuluhan
4. Melakukan kontrak
waktu.
5. Menanyakan
kepada peserta
tentang materi yang
akan disampaikan
Penyajian 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan Ceramah Leaflet
(10 MENIT) pengertian nyeri memberikan , Tanya
2. Menjelaskan tanggapan dan Jawab
penyebab nyeri pertanyaan
3. Menjelaskan mengenai hal yang
macam-macam kurang di
nyeri mengerti.
4. Menjelaskan 2. Memberikan
tanda dan gejala pemaparan dan
nyeri penjelasan dengan
5. Menjelaskan cara baik.
mengatasi nyeri
6. Memberikan
kesempatan
bertanya
7. Menjawab
pertanyaan
Penutup 1. Menanyakan 1. Menjawab Ceramah Leaflet
(3 MENIT) pengetahuan pada pertanyaan , Tanya
peserta setelah 2. Memberikan Jawab
dilakukan tanggapan baik
penyuluhan
2. Menyimpulkan hasil
kegiatan
penyuluhan
3. Menutup dengan
salam
1
2
3
4
5

45
46

1
2 E. Evaluasi
3 1. Proses
4 - Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
5 - Media yang digunakan adalah leaflet
6 - Waktu penyuluhan adalah 15 menit
7 - Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum
8 kegiatan penyuluhan
9 - Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
10 - Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat
11 kegiatan penyuluhan berlangsung
12 - Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan
13 penyuluhan
14
15 2. Hasil
16 - Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta
17 diharapkan mengerti dan memahami tentang
18 menjelaskan manajemen nyeri
19 - Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada
20 perubahan perilaku kesehatan
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

46
47

47
48

MANAJEMEN Apa itu Nyeri? Penyebab Nyeri..


48
49 NYERI
50 1. Cidera, luka pembedahan
51
52 2. Panas (terbakar)
53
54
55 3. Proses penyakit, misalnya
56
57 kanker
58
59
60
61 Macam- macam Nyeri
62 Nyeri dapat dibagi
63 menjadi 2 jenis yaitu :
64 1. Nyeri akut (nyeri<
65
66 6 bulan)
67 2. Nyeri kronis
68
(nyeri> 6 bulan)
69
Nyeri merupakan sensasi yang menganggu
70 kenyamanan dan tidak menyenangkan yang
71 OLEH : bersifat individual serta antara orang yang
72 satudengan yang lainnya berbeda. Nyeri
Kris Kelana
73 biasanya berhubungan dengan adanya suatu
74
2017.C.09a.0849 kerusakan jaringan sehingga individu akan
merasa kesakitan dan halter sebut dapat
menggangu aktivitas sehari –harinya.

48
49

3. Tingkah laku berhati – hati.


4. Perubahan dalam nafsu makan.
1. Tingkah laku ekspresif, misalnya
gelisah, merintih, menangis, nafas
Tanda & gejala
panjang, dan mengeluh.
nyeri

1
Bag
2
aimana cara mengatasi nyeri ??
2. Teknik Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan
3 1. Teknik Relaksasi nyeri dengan cara mengalihkan
2. Posisi
4 untuk mengurangi nyeri, gerakan  Mengatur posisi yang nyaman perhatian padahal - hal lain sehingga
melindungi
5 nyeri.  Lingkungan yang tenang akan lupa terhadap nyeri yang
 Nafas dalam dirasakan. Misalnya :
6
Caranya : Tarik nafas dalam melalui
7 hidung, jaga mulut tetap tertutup.
8 Hitung sampai 3 selama inspirasi.
9 Hembuskan udara lewat mulut
seperti meniup secara perlahan-
10
lahan.
11
12
13
14

49
1

Anda mungkin juga menyukai