i
1 KATA PENGANTAR
2 Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
3telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
4Asuhan Keperawatan di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
5ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
6 Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
7Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
8Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
9pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
10materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
11 Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
12Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
13secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
14mengucapkan terima kasih kepada:
151. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
16 Palangka Raya.
172. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
18 STIKes Eka Harap Palangka Raya.
193. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah
20 banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian
21 Asuhan Keperawatan ini.
224. Pasien dan keluarga, serta semua pihak yang turut ambil bagian dalam
23 membantu penulis menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang
24 tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
25 Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
26ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
27penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
28penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
29dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
30kasih.
31
32
33 Palangka Raya, September 2020
34
35
36
37 Penulis
38
39
40
41
ii
1 DAFTAR ISI
2
3LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
4KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
5DAFTAR ISI................................................................................................... iii
6
7BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 1
91.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................... 1
101.1.1 Definisi.................................................................................................. 1
111.1.2 Anatomi Fisiologi................................................................................. 1
121.1.3 Etiologi.................................................................................................. 3
131.1.4 Faktor Prediposisi................................................................................. 4
141.1.5 Klasifikasi............................................................................................. 4
151.1.6 Patofisiologi.......................................................................................... 5
161.1.7 Manifestasi............................................................................................ 7
171.1.8 Komplikasi............................................................................................ 7
181.1.9 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 8
191.1.10 Penatalaksanaan.................................................................................... 10
251.2 Manajemen Asuhan Keperawatan........................................................ 12
271.2.1 Pengkajian............................................................................................. 12
281.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 14
291.2.3 Intervensi............................................................................................... 15
30
31BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 29
32
33BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 51
352.1 Kesimpulan................................................................................................. 51
362.2 Saran..................................................................................................... 51
37
38DAFTAR PUSTAKA
39LAMPIRAN
40
iii
1 BAB 1
2 TINJAUAN PUSTAKA
3
41.1 Konsep Dasar Penyakit
51.1.1 Definisi
6 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
7sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2015). Fraktur
8merupakan salah satu gangguan atau masalah yang terjadi pada sistem
9muskuloskeletal yang menyebabkan perubahan bentuk dari tulang
10maupun otot yang melekat pada tulang. Fraktur dapat terjadi di
11berbagai tempat dimana terdapat persambungan tulang maupun tulang
12itu sendiri. Salah satu contoh dari fraktur adalah yang terjadi pada
13tulang femur.
14 Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya
15kontinuitas tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma
16langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
17tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2016).
18 Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang
19bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
20ketinggian). Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan
21cukup banyak serta mengakibatkan penderita mengalami syok
22(Sjamsuhidajat, 2017).
231.1.2 Anatomi Fisiologi
24 Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar
25didalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan
26dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
27femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat laju
28yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian ujung
29membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut
30kondilus lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat
31letaknya tulang tempurung lutut (patella)yang disebut fosa kondilus.
32
33
34
1ii
2
1
2
3
4 Gambar 1. Anatomi tulang femur
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12 Gambar 2. Anatomi otot femur
13
14 Sistem muskular pada tulang femur, yaitu otot anterior, otot
15medial, dan otot posterior, diantaranya :
161. Otot anterior femur
17 1) Quardriceps femoris
18 2) Rektus femoris
19 3) Vastus lateralis
20 4) Vastus medialis
21 5) Vastus intermedius
22 6) Pectineus
23 7) Sartorius
24 8) Iliopsoas
252. Otot medial femur
26 1) Adduktor longus
27 2) Adduktor brevis
28 3) Adduktor magnus
29 4) Gracilis
30 5) Osturator eksternus
313. Otot posterior femur
32 1) Semimembranousus
33 2) Semitendinosus
34 3) Bisep femoris
2
3
3
4
4
5
5
6
1dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab fraktur femur, faktor-
2faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu
3kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga
4fisik, olahraga, dan trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan
5tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
6dapat mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007).
7 Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
8gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
9gangguan metabolik dan patologik. Kemampuan otot mendukung
10tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh
11darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun.
12COP atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi
13jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi
14menjadi edema lokal maka terjadi penumpukan didalam tubuh.
15Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
16kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar
17dan kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan kerusakan
18integritas kulit.
19 Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
20gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.
21Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang
22dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
23mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang
24akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.
25Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
26dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan
27fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
28sembuh.
29
30
31
32
33
34
6
7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7
7
1 WOC
ETIOLOGI:
Trauma langsung atau tidak langsung pada tulang paha
FRAKTUR FEMUR
Tindakan Operatif
B3 B6 B6 Psikologis B4 B3 B6 B6
Kerusakan Fraktur terbuka Kerusakan pada jaringan Kurang Proses Luka insisi Luka insisi Luka insisi
sekunder pada sekitar dan pembuluh pengetahuan pembedahan
fraktur darah tentang Terputusnya
Terputusnya kontinuitas/ kerusakan Terputusnya
luka pengobatan dan
Hematoma pada daerah Perdarahan kontinuitas kontinuitas
tindakan jaringan saraf dan
Ketidakstabilan fraktur jaringan jaringan
pembedahan pembuluh darah
posisi fraktur Port de
RISIKO SYOK trauma jaringan post Pajanan lingkungan, trauma jaringan post
entry kuman Aliran darah ke daerah HIPOVOLEMIK pembedahan alat, tehnik aseptik pembedahan
Fragmen tulang distal berkurang ANSIETAS
yang patah yang tidak tepat
RISIKO
menusuk organ NYERI AKUT KERUSAKAN
INFEKSI Gangguan fungsi
sekitar Peningkatan pajanan INTEGRITAS
organ distal
mikroorganisme KULIT
Spasme otot
GANGGUAN
RISIKO INFEKSI
MOBILITAS FISIK
NYERI AKUT
7
8
11.1.6 Manifestasi
2 Tanda dan gejala fraktur femur (Brunner & Suddarth, 2016)
3terdiri atas:
41. Nyeri
5 Nyeri yang terjadi terus menerus dan bertambah beratnya sampai
6 fragmen tulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
7 merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
8 meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
92. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
10 cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen
11 pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas
12 ekstremitas, yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
13 ekstremitas yang normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan
14 baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
15 tempat melekatnya otot..
163. Pemendekan tulang
17 Terjadi pada fraktur panjang karena kontraksi otot yang melekat
18 di atas dan dibawah tempat fraktur.
194. Leg length discrepancy (LLD) atau perbedaan panjang tungkai
20 bawah adalah masalah ortopedi yang biasanya muncul di masa
21 kecil, di mana dua kaki seseorang memiliki panjang yang tidak
22 sama. Penyebab dari masalah Leg length discrepancy (LLD),
23 yaitu osteomielitis, tumor, fraktur, hemihipertrofi, di mana satu
24 atau lebih malformasi vaskular atau tumor (seperti hemangioma)
25 yang menyebabkan aliran darah di satu sisi melebihi yang lain.
26 Pengukuran Leg length discrepancy (LLD) terbagi menjadi, yaitu
27 true leg length discrepancy dan apparent leg length
28 discrepancy.True leg length discrepancy adalah cara megukur
29 perbedaan panjang tungkai bawah dengan mengukur dari spina
30 iliaka anterior superior ke maleolus medial dan apparent leg
31 length discrepancy adalah cara megukur perbedaan panjang
32 tungkai bawah dengan mengukur dari xiphisternum atau
33 umbilikus ke maleolus medial.
34
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 Gambar 3. Cara mengukur Leg length discrepancy (LLD)
125. Krepitus tulang (derik tulang)
13 Krepitasi tulang terjadi akibat gerakan fragmen satu dengan yang
14 lainnya.
156. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
16 Pembengkakan dan perubahan warna tulang terjadi akibat trauma
17 dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah
18 beberapa jam atau hari.
191.1.7 Komplikasi
20 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami
21fraktur femur (Muttaqin, 2017), antara lain:
221. Fraktur leher femur
23 Komplikasi yang bersifat umum adalah trombosis vena, emboli
24 paru, pneumonia, dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada
25 30% klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur
26 tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal,
27 kemungkinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
282. Fraktur diafisis femur
29 Komplikasi dini yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur
30 adalah sebagai berikut:
31 1) Syok terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur
32 bersifat tertutup.
33 2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan
34 fraktur femur.
9
10
10
11
11
12
1 2) Terapi Operasi
2 - Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal
3 diafisis atau distal femur
4 - Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik
5 dengan operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail,
6 AO nail terutama adalah farktur diafisis.
7 - Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
8 kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka
9 dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
102. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
11 1) Traksi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan
12 penahan lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
13 2) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat
14 direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan
15 mempergunakan nail-phorc dare screw dengan berbagai tipe
16 yang tersedia (Muttaqin, 2016).
171.1.9.3 Terapi Medis
181. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone.
192. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut.
203. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot.
214. Bedrest, Fisioterapi. (Ramadhan: 2017)
22
231.2 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
241.2.1 Pengkajian
25 Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara
26terhadap pasien dengan fraktur femur yaitu :
271.2.1.1 Identitas pasien
28 Meliputi nama pasien, usia (usia lebih dari 60 tahun dimana
29tulang sudah mengalami osteoporotik, penderita muda ditemukan
30riwayat mengalami osteoporotik, penderita muda ditemukan
31riwayat mengalami kecelakaan, fraktur batang femur pada anak
32terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah), pekerjaan
33dan alamat pasien.
341.2.1.2 Pengkajian Primer
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
1.2.3 Intervensi
Pre operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (L. 08066, hal 145) Manajemen Nyeri (I.08238 hal: 201)
dengan spasme otot dan Setelah diberikan askep selama Observasi:
kerusakan sekunder 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
pada fraktur (D. 0077, menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
hal 172) Kriteria hasil : intensitas nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat (skor 5) - Identifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun (skor 5) verbal
- Meringis menurun (skor 5) - Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif menurun (skor 5) memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun (skor 5) nyeri
- Kesulitan tidur menurun (skor 5) - Identifikasi pengetahuan dan
- Menarik diri menurun (skor 5) keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi pengaruh budaya
menurun (skor 5) terhadaprespon nyeri
- Diaforesis menurun (skor 5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perasaan depresi (tertekan) kualitas hidup
menurun (skor 5) - Monitor keberhasilan terapi
- Perasaan takut mengalami cidera komplementer yang sudah
tulang menurun (skor 5) diberikan - Monitor efek
- Anoreksia menurun (skor 5) samping penggunaan analgetik
- Perineum terasa tertekan Terapeutik:
menurun (skor 5) - Berikan teknik nonfarmakologis
- Uterus teraba membulat untuk mengurangi rasa nyeri
menurun (skor 5) (mis. TENS, hipnosis, akupresur,
- Ketegangan otot menurun (skor terapi musik, biofeedback, terapi
5) pijat, aromaterapi, teknik
- Pupil dilatasi menurun (skor 5) imajinasi terbimbing, kompres
- Muntah menurun (skor 5) hangat/dingin, terapi bermain)
- Mual menurun (skor 5) - Kontrol lingkungan yang
- Frekuensi nadi membaik (skor 5) memperberat rasa nyeri (mis.
- Pola napas membaik (skor 5) suhu ruangan, pencahayaan,
- Tekanan darah membaik (skor 5) kebisingan)
- Proses berpikir membaik (skor 5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Fokus membaik (skor 5) - Pertimbangkan jenis dan sumber
- Fungsi berkemih membaik (skor nyeri dalam pemilihan strategi
5) meredakan nyeri
- Perilaku membaik (skor 5) Edukasi:
- Nafsu makan membaik (skor 5) - Jelaskan penyebab, periode, dan
- Pola tidur membaik (skor 5) pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18
19
2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik (L. 05042, hal 65) Dukungan Ambulasi (I.06171)
fisik berhubungan Setelah diberikan askep selama Observasi:
dengan kerusakan 3x24 jam diharapkan kemampuan - Identifikasi adanya nyeri atau
integritas struktur tulang dalam gerak fisik dari satu atau keluhan fisik lainnya
(D. 0054, hal 124) lebih ekstremitassecara mendiri - Identifikasi toleransi fisik
meningkat. melakukan ambulasi
Kriteria hasil : - Monitor frekuensi jantung dan
- Pergerakan ekstremitas tekanan darah sebelum memulai
meningkat (skor 5) ambulasi
- Kekuatan otot meningkat (skor - Monitor kondisi umum selama
5) melakukan ambulasi
- Rentang gerak (ROM) Terapeutik
meningkat (skor 5) - Fasilitasi aktivitas ambulasi
- Nyeri menurun (skor 5) dengan alat bantu (mis. tongkat,
- Kecemasan menurun (skor 5) kruk)
- Kaku sendi menurun (skor 5) - Fasilitasi melakukan mobilisasi
- Gerakan tidak terkoordinasi fisik, jika perlu
menurun (skor 5) - Libatkan keluarga untuk
- Gerakan terbatas menurun (skor membantu pasien dalam
5) meningkatkan ambulasi
- Kelemahan fisik menurun (skor
5) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi
dini
- Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)
3. Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137, hal 139) Pencegahan Infeksi (I.14539, hal:
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama 278)
fraktur terbuka dan 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
kerusakan jaringan menurun. - Monitor tanda dan gejala infeksi
lunak (D 0142, hal: 304) Kriteria hasil : local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Teraupetik:
(skor 5) - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan meningkat - Berikan perawatan kulit pada
(skor 5) area edema
- Nafsu makan meningkat (skor 5) - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun (skor 5) sesudah kontak dengan pasien
19
20
20
21
Intra Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Resiko syok Tingkat Perdarahan (L. 02017, hal Manajemen Perdarahan (I. 02040,
hipovolomik 147) hal 206)
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama Observasi :
perdarahan akibat 3x24 jam diharapkan Kehilangan - Identifikasi penyebab
pembedahan (D. 0039, darah baik internal (terjadi di dalam perdarahan
hal 92) tubuh) maupun eksternal (terjadi - Periksa adanya darah pada
hingga keluar tubuh) menurun. muntah, sputum, feses, urine,
Kriteria hasil : pengeluaran NGT, dan drainase
- Kelembapan membrane mukosa luka, jika perlu
meningkat (skor 5) - Periksa ukuran dan karakteristik
- Kelembapan kulit meningkat hematoma, jika ada
(skor 5) - Monitor terjadinya perdarahan
- Hemoptisi menurun (skor 5) (sifat dan jumlah)
- Hematemesis menurun (skor 5) - Monitor nilai hempoglobin dan
- Hematuria menurun (skor 5) hematocrit sebelum dan setelah
- Perdarahan pasca operasi kehilangan darah
menurun (skor 5) - Monitor tekanan darah dan
- Hemoglobin membaik (skor 5) parameter hemodinamika
- Hematokrit membaik (skor 5) (tekanan vena dan tekanan baji
- Tekanan darah membaik (skor 5) kapiler atau arteri pulmonal),
- Denyut nadi apikal membaik jika ada
(skor 5) - Monitor intake dan output cairan
- Suhu tubuh membaik (skor 5) - Mpnitor koagulasi darah,
(prothrombin time, partial
21
22
Post Operasi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri berhubungan Tingkat Nyeri (L. 08066, hal 145) Manajemen Nyeri (I.08238 hal: 201)
dengan proses Setelah diberikan askep selama Observasi:
pembedahan (D. 0077, 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
hal 172) menurun. durasi, frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil : intensitas nyeri
- Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktifitas meningkat (skor 5) - Identifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun (skor 5) verbal
- Meringis menurun (skor 5) - Identifikasi faktor yang
- Sikap protektif menurun (skor 5) memperberat dan memperingan
- Gelisah menurun (skor 5) nyeri
- Kesulitan tidur menurun (skor 5) - Identifikasi pengetahuan dan
- Menarik diri menurun (skor 5) keyakinan tentang nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Identifikasi pengaruh budaya
menurun (skor 5) terhadaprespon nyeri
- Diaforesis menurun (skor 5) - Identifikasi pengaruh nyeri pada
- Perasaan depresi (tertekan) kualitas hidup
menurun (skor 5) - Monitor keberhasilan terapi
22
23
2. Gangguan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Luka (I.4564, hal 328)
kulit berhubungan (L.14125, hal 33) Observasi:
dengan trauma jaringan Setelah diberikan askep selama - Monitor karakteristik luka (mis.
post pembedahan (D. 3x24 jam diharapkan keutuhan kulit drainase, warna, ukuran, bau)
0129, hal 282) dan jaringan meningkat - Monitor tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil: Terapeutik:
- Elastisitas meningkat (skor 5) - Lepaskan balutan dan plester
- Hidrasi meningkat (skor 5) secara perlakah
- Perfusi jaringan meningkat (skor - Cukur rambut di sekitar daerah
5) luka, jika perlu
- Kerusakan jaringan menurun - Bersihkan dengan cairan NaCl
(skor 5) atau embersih nontoksik, sesuai
- Kerusakan lapisan kulit menurun kebutuhan
(skor 5) - Bersihkan jaringan nekrotik
- Nyeri menurun (skor 5) - Berikan salep yang sesuai
- Perdarahan menurun (skor 5) kulit/lesi, jika perlu
23
24
3. Resiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137, hal 139) Pencegahan Infeksi (I.14539, hal:
berhubungan dengan Setelah diberikan askep selama 278)
luka operasi (D 0142, 3x24 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
hal: 304) menurun. - Monitor tanda dan gejala infeksi
Kriteria hasil : local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Teraupetik:
(skor 5) - Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan meningkat - Berikan perawatan kulit pada
(skor 5) area edema
- Nafsu makan meningkat (skor 5) - Cuci tangan sebelum dan
- Demam menurun (skor 5) sesudah kontak dengan pasien
- Kemerahan menurun (skor 5) dan lingkungan pasien
- Nyeri menurun (skor 5) - Pertahankan teknik aseptic pada
- Bengkak menurun (skor 5) pasien beresiko tinggi
- Vesikel menurun (skor 5) Edukasi:
- Cairan berau busuk menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(skor 5) - Ajarkan cara mencuci tangan
- Drainase purulent menurun (skor dengan benar
5) - Ajarkan etika batuk
- Piuna menurun (skor 5) - Ajarkan cara memeriksa kondisi
24
25
25
26
26
1 BAB 2
2 ASUHAN KEPERAWATAN
3
4I. PENGKAJIAN
5 Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 10 November 2020 pukul
6 10.00 WIB. Berdasarkan pengkajian diperoleh data sebagai berikut:
7A. PRE OPERASI/PRE MEDIKASI
81. Serah terima pasien
9 Tn. K berumur 25 tahun datang ke RS pada tanggal 10 November 2020 pukul
10 10.00 WIB dengan keluhan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
11 Pasien mengatakan jatuh dari olahraga (volley). Dalam pemeriksaaan ada
12 tanda fungsiolesa, deformasi, bengkak dan terbalut spalk. Pasien terdiagnosa
13 fraktur femur tertutup dextra. Saat pengkajian diperoleh TTV: RR: 22 x/mnt ,
14 TD: 130/90 mmHg, S: 37o C ,N: 102 x/mnt, SPO2 96%. Pasien direncanakan
15 dioperasi pada tanggal Selasa 10 November 2020 pukul 10.00 WIB.
162. Identitas Pasien
17 Nama : Tn. K
18 Umur : 25 tahun
19 Alamat : Jl. Tingang, Palangkaraya
20 Diagnosa Medik : 39.28.xx
21 Tindakan Op. : ORIF
223. Pemeriksaan Fisik/Psikologi
23 TTV : S: 37o C, N : 102 x/mnt, RR : 22x/mt, TD : 130/90 mmHg
24 Reaksi Fisik : Gelisah, Meringis menahan nyeri
25 Reaksi Psikologi : Ansietas
26 Persiapan Operasi : Menenangkan pasien dan menyiapkan pasien untuk tindakan
27
28 Informed Concent/Ijin : Anestesi Puasa Cukur
29 Pemeriksaan Penunjang: Lab Radiologi EKG
28
1 Pre medikasi:
2 Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, gelisah namun tetap kooperatif,
3 TTV: S: 37o C, N : 102 x/mnt, RR : 22x/mt, TD : 120/90 mmHg. Pasien
4 tampak meringis menahan nyeri.
5 Kriteria Nyeri: P: Nyeri bertambah ketika kaki digerakan ,nyeri berkurang
6 saat diimobilisasi, Q: Nyeri seperti diiris, R: area femur, S: 8 , T: Saat
7 digerakan sampai selesai diimobilisasi.
11 Bedah : ORIF
28
29
62. Breathing : Tipe pernafasan dada dan perut, bunyi nafas vesikuler,
7 tidak ada suara tambahan
104. Observasi RR
11 Steward Scor Aldrete Scor Bromage Scor
5 Ureum 49 mg/dl 21 – 53
29
30
30
31
1 ANALISA DATA
2
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
Pre Operatif : Kerusakan sekunder pada Nyeri akut
DS : fraktur
1. Pasien mengatakan kaki
kanannya sakit sekali Ketidakstabilan posisi fraktur
31
32
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 PRIORITAS MASALAH
32
33
33
34
1 RENCANA KEPERAWATAN
2
3 Nama Pasien : Tn. K
4 Ruang Rawat : Pre Operiatif
DiagnosaKeperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Pre Operatif : Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Membantu evaluasi tempat
1. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1 x 30 menit karakteristik, durasi, obstruksi dan kemajuan
dengan tindakan operasi yang diharapkan tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, gerakan batu.
akan dilakukan dengan KH: intensitas nyeri 2. Melaporkan nyeri secara dini
1. Melaporkan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri memberikan kesempatan
atau hilang (skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri pemberian analgesi pada
berkurang 4-3 ) non verbal waktu yang tepat dan
2. Lamanya nyeri berlangsung 4. Identifikasi faktor yang membantu meningkatkan
(rentang waktu dalam 2-3 memperberat dan kemampuan koping klien
menit) memperingan nyeri dalam menurunkan ansietas.
3. Ekspresi wajah klien tenang 5. Pertimbangkan jenis dan 3. Meningkatkan relaksasi dan
dan tidak meringis sumber nyeri dalam menurunkan ketegangan otot.
4. TTV dalam batas normal pemilihan strategi 4. Mengalihkan perhatian dan
TD: S=100-140 mmHg meredakan nyeri membantu relaksasi otot.
D=60- 90 mmHg 6. Anjurkan memonitor nyeri 5. Obstruksi lengkap ureter
N: 60-100 x/m secara mandiri dapat menyebabkan perforasi
S: 36,5- 37,5 ‘C 7. Kolaborasi pemberian dan ekstravasasiurine ke
R: 12-20 x/m analgetik, jika perlu dalam area perrenal, hal ini
merupakan kedaruratan bedah
akut.
6. Analgetik (gol. narkotik)
biasanya diberikan selama
episode akut untuk
menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi
otot/mental.
7. Menurunkan refleks spasme,
34
35
2. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas 1. Mungkin digunakan untuk
dengan tindakan operasi yang keperawatan selama 1 x 15 menit (verbal, non verbal) menurunkan edema jaringan
akan dilakukan diharapkan pasien tidak merasa 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk membantu gerakan
cemas lagi dengan Kriteria Hasi;: batu.
untuk menumbuhkan
1. Melanjutkan aktivitas yang 2. Mencegah stasis/retensi
dibutuhkan meskipun kepercayaan urine, menurunkan risiko
mengalami kecemasan 3. Pahami siatuasi yang peningkatan tekanan ginjal
2. Menunjukkan kemampuan untuk membuat ansietas dan infeksi
berfokus pada pengetahuan dan 4. Gunakan pendekatan yang 3. Untuk mengetahui
keterampilan baru tenang dan meyakinkan Kecemasan klien baik verbal
3. Mengkomunikasikan 5. Jelaskan prosedur, termasuk maupun non verbal
kebutuhan dan perasaan negatif 4. Agar pasien tidak takut dan
sensasi yang mungkin dialami
secara tepat cemas
5. Menjelaskan prosedur dapat
membantu pasien agar tahu
tindakan yang akan dilakukan
nanti sehingga mengurangi
kecemasannya
6. Untuk mengurangi
kecemasan klien
7. Untuk menenangkan pasien,
jika diperlukan
Intra Operatif : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan 1. Untuk memonitor kondisi
Resiko syock hipovolomik keperawatan selama 1 x 30 menit gejala perdarahan pasien selama perawatan
behubungan dengan Perdarahan diharapkan pasien tidak merasa 2. Monitor nilai terutama saat terdi
akibat pembedahan cemas lagi dengan KH: hematokrit/homoglobin perdarahan.
1. Trombosit meningkat dalam sebelum dan setelah 2. Penurunan jumlah trombosit
rentang normal (150-440 kehilangan darah merupakan tanda adanya
3
10^ /Ul) 3. Pertahankan bed kebocoran pembuluh darah
35
36
2. Tidak terjadi injury atau rest selama perdarahan yang pada tahap tertentu
penyebab perdarahan 4. Jelaskan tanda dapat menimbulkan
3. Perdarahan pasca operasi dan gejala perdarahan perdarahan.
menurun 5. Anjurkan segera 3. Aktivitas klien yang tidak
4. Tekanan darah membaik (TD: melapor jika terjadi terkontrol dapat menyebabkan
S=100-130mmHg, D=60- 90 perdarahan terjadinya perdarahan.
mmHg) 6. Kolaborasi 4. Keterlibatan keluarga akan
pemberian obat dan sangat membantu klien
mengontrol perdarhan, jika mendapatkan penanganan
perlu sedini mungkin.
5. Agar klien/keluarga segera
memberi tahu perawat atau
petugas untuk dapat
membantu mengantisipasi
terjadinya perdarahan.
6. Kolaborasi dalam pemberian
obat untuk menangani
pendarahan
Post Operatif : Setelah dilakukan intervensi, maka 1. Observasi respon nyeri non 1. Perilaku non verbal
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri klien Menurun verbal menunjukan
dengan penyebab agen selama 30 menit dengan 2. Identifikasi lokasi, ketidaknyamanan klien
pencedera fisik (prosedur Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, terhadap nyeri pilihan
operasi) 1. Melaporkan nyeri berkurang atau kualitas, intensitas nyeri. intervensi
hilang (skala nyeri berkurang 4-3 3. Gunakan strategi komunikasi 2. Membantu menentukan
) terapeutik memberikan dasar untuk
2. Lamanya nyeri berlangsung 4. Ciptakan suasana lingkungan perbandingan dan evaluasi
(rentang waktu dalam 2-3 menit) yang tenang terhadap terapi
3. Ekspresi wajah klien tenang dan 5. Kolaborasi dengan dokter 3. Komunikasi terapeutik dapat
tidak meringis untuk pemberian analgetik menenangkan klien
4. TTV dalam batas normal 4. Lingkungan yang tenang
TD: S=100-140 mmHg dapat mengurangi faktor
D=60- 90 mmHg stress selama nyeri
36
37
4. Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda –tanda infeksi 1. Untuk mengetahui tanda-
dengan efek prosedur invasif selama 30 menit, maka Tingkat 2. Pertahankan lingkungan tanda infeksi
(operasi) dan kerusakan Infeksi klien Menurun dengan aseptik selama operasi 2. Agar tidak terkontaminasi
integritas kulit akibat kriteria hasil: 3. Gunakan alat steril untuk 3. Mengindari luka dari infeksi
pembedahan. 1. Klien bebas dari tanda dan gejala tindakan operasi dan 4. mengobati infeksi, jika terjadi
infeksi. (Tidak ada rubor,color, perawatan luka infeksi
dolor, tumor) 4. kolaborasi pemberian
2. Menunjukan kemampuan untuk antibiotik, jika diperlukan
mencegah timbulnya infeksi.
3. Jumlah leukosit dalam batas
normal (4.0-10.0 10^3/Ul)
4. Menunjukan perilaku hidup sehat.
5. Personal hygiene pasien
terpenuhi baik sacara mandiri
maupun dibantu keluarga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
37
38
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
12 Nama Pasien : Tn. K
13 Ruang Rawat : Pre Operiatif
Tanda tangan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 1 (Pre Operatif) S:
10.00 Wib 1. Mengidentifikasi lokasi, - Pasien mengatakan akkinya masih
karakteristik, durasi, frekuensi, terasa sakit
kualitas, intensitas nyeri O:
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Pasien tampak meringis dan merintih
3. Mengidentifikasi respons nyeri
menahan nyeri
non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang - Tampak bengkak bagian paha kanan Kris Kelana
memperberat dan memperingan - P: Nyeri bertambah ketika kaki
nyeri digerakan, nyeri berkurang saat
5. Mempertimbangkan jenis dan diimobilisasi,
sumber nyeri dalam pemilihan - Q: Nyeri seperti diiris,
strategi meredakan nyeri - R: area femur
6. Menganjurkan memonitor nyeri
- S: 8
38
39
Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 2 (Pre Operatif) S : Klien mengatakan sudah tidak khawatir
10.15 Wib 1. Memonitor tanda-tanda ansietas dan tidak takut akan dilakukan operasi
(verbal, non verbal) O:
2. Menciptakan suasana terapeutik 1. Tampak tegang
untuk menumbuhkan kepercayaan 2. Kegelisahan pada klien berkurang
3. Memahami siatuasi yang membuat 3. Klien tahu cara prosedur operasi
ansietas 4. Klien melakukan Teknik relaksasi Kris Kelana
4. Menggunakan pendekatan yang nafas dalam
tenang dan meyakinkan TTV:
5. Menjelaskan prosedur, termasuk S: 37o C
sensasi yang mungkin dialami N : 102 x/mnt
RR : 22x/mt
TD : 125/90 mmHg
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan pada prosedur
tindakan operatif
Selasa, 10 November 2020 Diagnosa 3 (Intra Operatif) S:-
10.30 Wib 1. Memonitor tanda dan gejala O:
perdarahan 1. Terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm
2. Memonitor nilai 2. Proses pembedahan dilakukan
hematokrit/homoglobin sebelum dan 3. Awasi jika terjadi perdarahan
setelah kehilangan darah 4. TTV: TD: 120/90 mmhg, N: 96 x/mnt, Kris Kelana
3. Mempertahankan bed rest selama RR:20 x/mnt, suhu: 36,2 °C, SPO2:
perdarahan 98%.
4. Menjelaskan tanda dan gejala A: masalah teratasi Sebagian
perdarahan P : Lanjutkan intervensi
5. Menganjurkan segera melapor jika
39
40
terjadi perdarahan
6. Berkolaborasi pemberian obat dan
mengontrol perdarahan, jika perlu
40
1 DAFTAR PUSTAKA
2
3
4Brunner & Suddarth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
5 Jakarta: EGC.
6
7Lukman, N & Ningsih, N. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien
8 Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
9 Salemba Medika.
10
11Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
12 Medica Aesculpalus.
13
14Moffat, D & Faiz, O. 2012. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: PT.
15 Glora Aksara Pratama.
16
17Muttaqin, A. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
18 Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC.
19
20Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi
21 pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.
22
23Rasjad, C. 2017. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif
24 Watampone.
25
26Siddiqui, Z. 2015. Rehabilitations Following Intramedullary Nailing
27 Of Femoral Shaft Fracture: A Case Report. International
28 Journal of Physical Therapy & Rehabilitation Science. Vol 1
29 (1): 30-35.
30
31Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
32 Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI.
33
34Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan
35 Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta :
36 PPNI.
37
38Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan
39 Indonesia. Defisini dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
42
1
2
3
4
5
6
7
8
LAMPIRAN
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
42
43
1
2
3 SATUAN ACARA PENYULUHAN
4 “MANAJEMEN NYERI”
5
6
7
8
9
11
12
13
14
15 Disusun Oleh :
16 Kris Kelana
17 2017.C.09a.0849
18
19
20
21
22
23
24 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
25 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
26 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
27 2020
28
29
30
31
32
33
34 SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
35
36Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri
43
44
44
45
45
46
1
2 E. Evaluasi
3 1. Proses
4 - Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
5 - Media yang digunakan adalah leaflet
6 - Waktu penyuluhan adalah 15 menit
7 - Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum
8 kegiatan penyuluhan
9 - Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
10 - Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat
11 kegiatan penyuluhan berlangsung
12 - Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan
13 penyuluhan
14
15 2. Hasil
16 - Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta
17 diharapkan mengerti dan memahami tentang
18 menjelaskan manajemen nyeri
19 - Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada
20 perubahan perilaku kesehatan
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
46
47
47
48
48
49
1
Bag
2
aimana cara mengatasi nyeri ??
2. Teknik Distraksi
Suatu metode untuk menghilangkan
3 1. Teknik Relaksasi nyeri dengan cara mengalihkan
2. Posisi
4 untuk mengurangi nyeri, gerakan Mengatur posisi yang nyaman perhatian padahal - hal lain sehingga
melindungi
5 nyeri. Lingkungan yang tenang akan lupa terhadap nyeri yang
Nafas dalam dirasakan. Misalnya :
6
Caranya : Tarik nafas dalam melalui
7 hidung, jaga mulut tetap tertutup.
8 Hitung sampai 3 selama inspirasi.
9 Hembuskan udara lewat mulut
seperti meniup secara perlahan-
10
lahan.
11
12
13
14
49
1