Penyusun:
21710195
Pembimbing:
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan
rahmatnya lah penulis dapat menyelesaikan tugas referat “Kelainan Pada Lutut”
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian di bidang SMF Bedah dalam
Kusuma Surabaya. Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada
dr. R. Muhammad David Jayanegara, Sp.OT (K) selaku pembimbing dibagian SMF
Bedah RS Ibnu Sina Gresik dan rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam
kekurangan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun,
guna perbaikan dalam pembuatan referat selanjutnya. Semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk kita semua, khususnya bagi para pembaca dan rekan-rekan sejawat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Anatomi Patella....................................................................... 2
Biomekanik Patella…………………………………………….. 3
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Patella atau rotula adalah tulang pipih dan segitiga yang terletak di
bagian depan lutut. Patella berfungsi sebagai penyambung antara tendon
kuadrisep dengan tulang kering dan membantu melindungi lutut dari cedera
serta memperkuat gerakan kaki. Namun, patella juga rentan terkena
berbagai kelainan dan kondisi medis yang dapat menyebabkan nyeri dan
gangguan fungsi pada lutut.
Beberapa kelainan patella yang umum terjadi antara lain bursitis pada
patella, kondromalasia patella, tendinitis patella, dan osteochondritis
dissecans. Setiap kelainan patella memiliki penyebab, gejala, dan
penanganan yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya kelainan patella meliputi cedera pada lutut, olahraga
berlebihan atau gerakan berulang pada lutut, postur tubuh yang buruk, dan
faktor genetik.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Patella
2
Gambar 2. Anatomi Patella
3
2.2 Kelainan pada Patella
2.2.1 Fraktur pada Patella
Fraktur pada patella adalah kerusakan atau patahnya tulang patella atau
rótula yang disebabkan oleh trauma atau tekanan pada lutut. Fraktur patella
dapat terjadi pada satu sisi atau pada kedua sisi tulang patella dan dapat
diklasifikasikan berdasarkan lokasi, jenis, dan tingkat keparahan. Tanda dan
gejala fraktur patella meliputi nyeri, pembengkakan, dan kesulitan untuk
membungkuk atau meregangkan lutut.9
Fraktur pada patella, atau tulang rótula, dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Trauma fisik yang signifikan pada lutut merupakan penyebab utama
dari fraktur patella, termasuk jatuh dari ketinggian, kecelakaan mobil, atau
cedera olahraga. Selain itu, beberapa kondisi medis, seperti osteoporosis dan
kelebihan berat badan, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya fraktur pada
patella.9 Fraktur patella biasanya terjadi pada pasien yang lebih tua dengan
osteoporosis atau pada pasien yang mengalami trauma langsung pada lutut.
Di sisi lain, Fracture and Dislocation Classification Compendium (2018)
menyatakan bahwa fraktur patella sering terjadi pada orang yang aktif secara
fisik, termasuk atlet dan prajurit militer. Faktor risiko lain yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur pada patella antara lain jenis
kelamin perempuan, asupan vitamin D yang kurang, dan kekurangan estrogen
pada wanita pasca-menopause. Selain itu, gangguan neuromuskular, seperti
kelumpuhan otot kuadriseps, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
fraktur pada patella. Dalam kesimpulannya, fraktur pada patella dapat
disebabkan oleh trauma fisik yang signifikan pada lutut, osteoporosis,
kelebihan berat badan, atau gangguan neuromuskular. Faktor risiko yang
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fraktur pada patella termasuk
jenis kelamin perempuan, kekurangan vitamin D, dan kekurangan estrogen
pada wanita pasca-menopause. Penanganan yang tepat dan cepat sangat
penting dalam mengurangi risiko komplikasi dan memulihkan fungsi lutut
pada pasien dengan fraktur patella.10
4
2.2.1.3 Klasifikasi Fraktur pada Patella
Klasifikasi fraktur pada patella juga dapat dilakukan dengan berbagai sistem,
termasuk Sistem Klasifikasi Fraktur Patella AO dan Sistem Klasifikasi Fraktur
Patella Insall-Salvati. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua sistem
klasifikasi tersebut beserta sumber jurnal internasional yang terkait:
A. Sistem Klasifikasi Fraktur Patella AO :
Sistem ini dibuat oleh Asosiasi Osteosintesis (AO) dan terdiri dari tiga
jenis fraktur pada patella, yaitu A, B, dan C. Fraktur tipe A adalah fraktur
vertikal sederhana, tipe B adalah fraktur dengan beberapa fragmen, dan
tipe C adalah fraktur dengan komplikasi, seperti pergeseran atau kerusakan
sendi. Penjelasan lebih lanjut tentang sistem klasifikasi ini dapat
ditemukan dalam jurnal "Patella fractures: current concepts" oleh Stevens
et al. yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of
Orthopaedic Surgeons pada tahun 2019.
5
Sistem ini dibuat oleh Dr. John Insall dan Dr. Alfred Salvati pada tahun
1971 dan terdiri dari enam jenis fraktur pada patella, yaitu tipe I hingga
tipe VI. Fraktur tipe I adalah fraktur yang melibatkan tepi atas patella, tipe
II adalah fraktur pada bagian tengah patella, tipe III adalah fraktur pada
tepi bawah patella, tipe IV adalah fraktur pada bagian luar patella, tipe V
adalah fraktur pada bagian dalam patella, dan tipe VI adalah fraktur
komunuted atau terfragmentasi. Penjelasan lebih lanjut tentang sistem
klasifikasi ini dapat ditemukan dalam jurnal "Patellar fractures in adults"
oleh van der Bracht et al. yang diterbitkan dalam EFORT Open Reviews
pada tahun 2019.
6
2.2.1.5 Penegakan Diagnosa Fraktur pada Patella
Fraktur pada patella atau tulang lutut merupakan kondisi yang sering
terjadi pada orang dewasa, terutama pada mereka yang berusia di atas 50
tahun dan pada atlet atau olahragawan. Fraktur patella dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien karena dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan,
kesulitan dalam bergerak, dan bahkan kecacatan permanen. Penatalaksanaan
fraktur pada patella sangat penting untuk mengurangi komplikasi dan
mempercepat pemulihan pasien.
7
Penatalaksanaan fraktur pada patella tergantung pada jenis dan beratnya
fraktur serta kondisi kesehatan pasien. Pada kasus fraktur patella yang tidak
terlalu parah, perawatan non-bedah mungkin cukup efektif. Namun, pada
kasus fraktur yang lebih serius, intervensi bedah dapat diperlukan untuk
memperbaiki fraktur dan mengembalikan fungsi lutut.
Perawatan non-bedah dapat mencakup pemberian obat pereda nyeri dan
antiinflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan pada daerah
patella. Pasien juga dapat diberi penyangga lutut atau brace untuk membantu
menjaga posisi patella yang stabil dan mengurangi tekanan pada daerah yang
terluka. Terapi fisik juga dapat membantu memperkuat otot-otot di sekitar
lutut dan meningkatkan fleksibilitas.
Pada kasus fraktur patella yang lebih parah, intervensi bedah mungkin
diperlukan untuk memperbaiki fraktur dan mengembalikan fungsi lutut. Salah
satu prosedur bedah yang dapat dilakukan adalah osteosintesis atau
pemasangan plat dan sekrup untuk mempertahankan posisi patella yang
benar. Pada kasus fraktur yang sangat parah, arthroplasty atau penggantian
patella dengan implan buatan mungkin diperlukan.
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk membandingkan hasil dari
perawatan bedah dan non-bedah pada fraktur patella. Salah satu studi yang
dilakukan oleh Zhang et al. dan diterbitkan dalam Journal of Orthopaedic
Surgery and Research pada tahun 2017 menemukan bahwa perawatan bedah
memberikan hasil yang lebih baik dalam hal waktu pemulihan, pemulihan
fungsi lutut, dan kepuasan pasien dibandingkan dengan perawatan non-bedah.
Sementara itu, studi lain yang dilakukan oleh Chevallier et al. dan diterbitkan
dalam Orthopaedics and Traumatology: Surgery and Research pada tahun
2019 menyimpulkan bahwa osteosintesis dengan pemasangan plat dan sekrup
dapat memberikan hasil yang baik pada fraktur patella yang stabil dan tidak
terlalu parah. Namun, pada fraktur yang lebih parah dan tidak stabil,
penggantian patella dengan implan buatan mungkin diperlukan.12
8
2.2.1.7 Proses Penyembuhan Fraktur pada Patella
Stadium penyembuhan fraktur pada patella dapat dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap inflamasi, tahap reparasi, dan tahap remodeling. Setiap tahap
memiliki karakteristik masing-masing dan memerlukan perawatan yang
berbeda. Hal ini dikarenakan pada setiap tahap, terdapat proses biologis yang
berbeda dalam penyembuhan fraktur pada patella.
Tahap inflamasi adalah tahap pertama dalam proses penyembuhan fraktur
pada patella. Pada tahap ini, terjadi peradangan di sekitar daerah fraktur.
Peradangan ini menyebabkan munculnya nyeri dan pembengkakan pada area
patella. Pada tahap ini, tubuh memperbaiki kerusakan jaringan, memperbaiki
aliran darah ke daerah yang rusak, dan membawa sel darah putih untuk
memperbaiki jaringan yang rusak. Tahap ini berlangsung selama 2-3 minggu
setelah terjadinya fraktur.
Tahap reparasi adalah tahap kedua dalam proses penyembuhan fraktur
pada patella. Pada tahap ini, terjadi pembentukan jaringan baru yang disebut
kalus pada area fraktur. Kalus ini terdiri dari fibrin, sel-sel fibroblast, dan
matriks ekstraseluler. Selama tahap ini, kalus mengalami pemadatan dan
memperkuat daerah yang rusak. Tahap ini berlangsung selama 3-4 minggu
setelah terjadinya fraktur.
Tahap remodeling adalah tahap terakhir dalam proses penyembuhan
fraktur pada patella. Pada tahap ini, kalus mengalami remodelasi untuk
membentuk tulang yang kuat dan sehat. Tulang baru ini diperkuat dengan
osteoblas dan osteoklas. Selama tahap ini, tulang baru akan mengalami
perubahan bentuk dan struktur hingga menjadi lebih mirip dengan tulang asli.
Tahap ini dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun
setelah terjadinya fraktur.12
9
Gambar 3. Penyembuhan Fraktur
10
patella. Studi ini menemukan bahwa faktor risiko untuk terjadinya kelainan
penyembuhan fraktur antara lain usia yang lebih tua, merokok, obesitas, dan
diabetes. Penanganan kelainan penyembuhan fraktur dapat bervariasi
tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Pada kasus pseudarthrosis,
tindakan operasi biasanya diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Berbagai
teknik operasi dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi yang
memungkinkan tulang menyembuh dengan baik. Pada kasus delayed union,
pemberian stimulasi elektrik atau terapi ultrasonik dapat membantu
meningkatkan kecepatan penyembuhan.
Sementara pada kasus malunion, operasi dapat dilakukan untuk
memperbaiki posisi fragmen tulang dan memastikan agar tulang menyembuh
dengan benar. Selain tindakan medis, langkah pencegahan juga dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko kelainan penyembuhan fraktur. Pasien
dapat dianjurkan untuk menjaga asupan nutrisi yang seimbang dan
melakukan olahraga ringan untuk membantu memperkuat tulang. Pasien juga
harus menghindari perilaku yang dapat mengganggu proses penyembuhan,
seperti merokok atau mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan.
Dalam kasus kelainan penyembuhan fraktur, penting untuk segera
berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi untuk mendapatkan
penanganan yang tepat dan menghindari komplikasi yang lebih serius.
Melalui penanganan yang tepat, sebagian besar kasus kelainan penyembuhan
fraktur dapat diatasi dengan baik.12
11
patella yang terbuka atau tertutup. Terdapat faktor-faktor risiko yang dapat
mempengaruhi terjadinya non-union pada fraktur patella. Faktor-faktor
tersebut antara lain kelebihan berat badan, jenis fraktur patella, dan metode
operasi yang digunakan. Selain itu, metode operasi yang digunakan juga
berpengaruh terhadap terjadinya non-union. Metode operasi open reduction
internal fixation (ORIF) memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami non-
union dibandingkan dengan metode operasi lainnya.
Selain non-union, malunion atau penyembuhan tulang yang tidak sesuai
dengan posisi awal juga dapat terjadi pada fraktur patella. Malunion dapat
terjadi akibat kegagalan dalam penatalaksanaan fraktur patella atau karena
cedera tambahan pada saat penyembuhan fraktur. Penanganan yang tidak
tepat seperti keterlambatan dalam pemasangan stabilisasi atau
ketidaksesuaian posisi tulang dapat menyebabkan terjadinya malunion.
Perdarahan dan hematoma juga dapat terjadi pada fraktur patella.
Hematoma dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada area sekitar fraktur
dan menyebabkan nyeri serta pembengkakan. Pada kasus yang parah,
hematoma dapat menyebabkan penurunan aliran darah dan kematian jaringan.
Infeksi juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur patella,
meskipun jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi akibat terkontaminasinya luka
operasi atau cedera terbuka pada fraktur patella. Penggunaan antibiotik
profilaksis pada saat operasi dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi pada
pasien dengan fraktur patella.12
12
dapat mencakup pengobatan konservatif seperti terapi fisik dan obat pereda
nyeri, serta intervensi bedah pada kasus yang lebih parah..13
Selain itu, cedera pada patella atau tulang paha juga dapat
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan. Peningkatan usia dan obesitas juga
merupakan faktor risiko untuk osteoarthritis patellofemoral, karena usia dan
kelebihan berat badan dapat mempercepat proses degeneratif pada tulang
rawan.
13
1. Nyeri lutut Nyeri pada lutut adalah gejala klinis yang paling umum
terjadi pada osteoarthritis patellofemoral. Nyeri ini terutama terjadi
saat melakukan aktivitas yang membutuhkan gerakan lutut, seperti
berjalan, berlari, atau menaiki tangga. Nyeri lutut pada osteoarthritis
patellofemoral umumnya terlokalisasi pada bagian depan lutut dan
dapat terasa semakin parah saat lutut ditekuk.
1. Pengobatan non-farmakologi
14
• Terapi fisik: Latihan fisik dan terapi fisik dapat membantu
mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot-otot sekitar lutut.
2. Pengobatan farmakologi
3. Tindakan bedah
15
2.3 Dislokasi Akut Patella
2.3.1 Definisi Dislokasi Akut Patella
Dislokasi akut patella adalah kondisi di mana patella atau tulang
lutut bergeser keluar dari posisi normalnya di dalam goa patella atau celah
di antara dua kondilus pada tulang paha. Kondisi ini dapat terjadi akibat
trauma langsung pada lutut atau melalui gerakan berulang yang terlalu keras
dan berlebihan pada lutut. Dislokasi akut patella dapat terjadi pada segala
usia, tetapi paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda yang
aktif secara fisik.
Gejala utama dislokasi akut patella adalah rasa sakit yang tiba-tiba
dan parah pada lutut, terutama saat melakukan gerakan seperti membungkuk
atau merentangkan kaki. Pasien juga dapat mengalami pembengkakan pada
lutut dan kesulitan untuk menekuk atau merentangkan kaki. Beberapa
pasien juga melaporkan bahwa mereka mendengar suara klik atau pop saat
terjadi dislokasi. Jika tidak diobati, dislokasi akut patella dapat
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan dan ligamen serta peningkatan
risiko terjadinya dislokasi pada masa depan.15
16
seperti bursa atau tendon. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit
dan pembengkakan pada lutut.
2. Kekuatan otot paha yang lemah: Kekuatan otot paha yang tidak
seimbang atau lemah dapat mengurangi stabilitas lutut dan
meningkatkan risiko dislokasi patella.
17
7. Usia: Dislokasi akut patella lebih umum terjadi pada remaja dan
dewasa muda karena pertumbuhan tulang belum selesai dan
kekuatan otot belum sepenuhnya terbentuk.16
5. Kesulitan berjalan: Karena lutut terasa sakit dan kaku, maka dapat
menyebabkan kesulitan dalam berjalan dan bergerak.
18
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan jika ada keraguan diagnosis
atau jika pasien mengalami komplikasi setelah terjadi dislokasi
patella.
19
mungkin terjadi akibat dislokasi patella. Pembedahan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode arthroscopy atau metode
terbuka.
20
memperbaiki tulang rawan, dan terjadi deformasi tulang rawan pada
permukaan artikulasi. Hal ini menghasilkan peningkatan stres pada tulang
dan rawan, yang dapat mempercepat kerusakan pada sendi dan
memperburuk gejala osteoarthritis. Proses ini memicu respon inflamasi,
yang dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan pada sendi lutut.
Pada kasus dislokasi habitualis patella, patella dapat bergeser keluar dari
posisinya secara spontan atau setelah trauma minimal, seperti berjalan atau
naik tangga. Patella juga dapat bergeser keluar dari posisi normalnya ketika
lutut ditekuk secara tiba-tiba atau saat melakukan gerakan olahraga yang
melibatkan beban pada sendi lutut. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit,
pembengkakan, dan ketidakstabilan pada sendi lutut.
3. Kelainan pada otot dan jaringan lunak di sekitar lutut: Otot dan
jaringan lunak yang melemah atau tidak seimbang dapat
menyebabkan patella tidak berada pada posisi yang benar dan
rentan terhadap dislokasi.
4. Riwayat cedera pada lutut: Cedera pada lutut seperti patah tulang
atau cedera ligamen dapat meningkatkan risiko dislokasi habitualis
patella.
21
Faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada terjadinya dislokasi habitualis
patella dan mempengaruhi pengobatan dan pencegahannya.17
Pada kasus yang lebih parah, patella dapat keluar dari posisinya dan tidak
bisa kembali ke posisi semula tanpa bantuan medis.
22
kelebihan berat badan, mengenakan pelindung lutut saat
berolahraga, dan menjaga fleksibilitas dan kekuatan otot di sekitar
lutut.
Jika kondisi ini dibiarkan tanpa pengobatan, pecahnya tulang rawan dan
tulang di bawahnya dapat semakin parah, dan bagian yang pecah dapat
terlepas dari sendi dan bergerak bebas dalam ruang sendi. Kondisi ini
disebut sebagai osteochondritis dissecans yang terpisah (discrete), di mana
fragmen tulang yang terpisah dapat masuk ke dalam sendi dan
menyebabkan gejala lebih parah seperti kaku dan terkunci pada sendi.
23
Perbaikan tulang rawan sendi yang rusak pada OCD dapat terjadi secara
alami melalui proses penyembuhan tubuh, atau membutuhkan intervensi
medis seperti pengurangan beban pada sendi, fisioterapi, atau pembedahan.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi rasa sakit dan memperbaiki
fungsi sendi.21
1. Cedera atau trauma pada sendi: Cedera atau trauma pada sendi
dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan dan tulang yang
berada di bawahnya, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
OCD.
4. Usia: OCD lebih umum terjadi pada remaja dan dewasa muda,
karena pada usia ini tulang dan tulang rawan masih sedang
berkembang dan tumbuh.
24
2.5.1.4 Gejala Klinis Osteochondritis Dissecans
Gejala klinis osteochondritis dissecans (OCD) bervariasi tergantung pada
tingkat keparahan kondisi tersebut. Beberapa gejala yang umum terjadi pada
OCD meliputi:
1. Rasa sakit: Rasa sakit pada sendi yang terkena OCD dapat timbul
saat bergerak atau saat beristirahat, tergantung pada tingkat
keparahan kondisi tersebut.
6. Terkunci pada sendi: Pada kasus yang lebih parah, fragmen tulang
yang terpisah dapat masuk ke dalam sendi dan menyebabkan sendi
terkunci atau sulit untuk digerakkan.22
25
3. Tes darah: Tes darah dapat membantu dokter mengeliminasi
kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala yang dialami pasien,
seperti infeksi atau kelainan imun.
26
2.6 Bursitis Pada Patella
2.6.1 Definisi
Bursitis pada patella, atau yang juga dikenal dengan istilah "housemaid's
knee" atau "preacher's knee", adalah kondisi yang terjadi ketika bursa
prepatellar, yang berada di antara kulit dan patella (tulang lutut), menjadi
meradang dan bengkak. Bursa adalah kantong kecil berisi cairan yang
berfungsi untuk melindungi dan melumasi sendi.
27
Mengenali faktor risiko dan gejala awal bursitis patella dapat membantu
untuk mencegah kondisi ini dan mengobatinya sejak dini. Jika Anda
mengalami gejala bursitis patella, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat.24
2. Cedera pada Lutut: Cedera pada lutut, seperti memar, patah tulang,
atau robekan ligamen, dapat meningkatkan risiko terjadinya
bursitis pada patella.
1. Nyeri: Nyeri pada daerah lutut, terutama pada bagian depan lutut
atau di atas patella.
28
2. Kemerahan dan Bengkak: Bengkak dan kemerahan pada daerah
prepatellar, yaitu daerah di atas patella.
Pada beberapa kasus, bursitis pada patella dapat bercampur dengan kondisi
medis lainnya yang memiliki gejala serupa, seperti radang sendi, tendonitis,
atau cedera ligamen. 24
29
2.6.1.5 Penatalaksanaan Bursitis Pada Patella
Penatalaksanaan bursitis pada patella tergantung pada tingkat keparahan
kondisi tersebut dan penyebab yang mendasarinya. Beberapa cara untuk
mengatasi bursitis pada patella antara lain:
30
BAB III
KESIMPULAN
Kelainan pada patella atau tulang lutut merupakan suatu masalah yang
sering terjadi pada sistem muskuloskeletal manusia. Patella adalah tulang
kecil yang terletak di depan sendi lutut dan berfungsi melindungi sendi serta
membantu penggerakan lutut. Beberapa kelainan yang dapat terjadi pada
patella antara lain dislokasi patella, kondromalasia patella, dan sindrom
patellofemoral. Perawatan untuk kelainan pada patella tergantung pada jenis
dan tingkat keparahan kelainan. Terapi fisik dan latihan penguatan otot sering
direkomendasikan untuk meningkatkan stabilitas lutut dan mencegah
kekambuhan. Penggunaan perban dan penyangga juga dapat membantu
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan dukungan pada lutut. Dalam kasus
yang lebih parah, operasi mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakan
atau keausan pada tulang rawan atau untuk mengembalikan patella ke
tempatnya jika terjadi dislokasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
systematic review and meta-analysis. Sports Med Open. 2020;6(1):1-14.
doi: 10.1186/s40798-020-00274-x.
16 Hinman RS, Bardin L, Simic M, et al. OARSI recommendations for the
management of hip and knee osteoarthritis: part 1: critical appraisal of
existing treatment guidelines and systematic review of current research
evidence. Osteoarthr Cartil. 2019;27(1):1-17. doi:
10.1016/j.joca.2018.06.006
17 isnes, H., Hoksrud, A., Cook, J., & Bahr, R. (2013). No effect of eccentric
training on jumper’s knee in volleyball players during the competitive
season: a randomized clinical trial. Clinical Journal of Sport Medicine,
23(2), 130-137.
18 Wintzell G, Hagströmer M. The impact of patellar dislocation on quality of
life: a systematic review. Knee Surg Sports Traumatol Arthrosc.
2019;27(2):339-349. doi: 10.1007/s00167-018-5253-3.
19 Kang HJ, Cao JH, Kim JH, Choi SH, Kim KI. Anatomic medial
patellofemoral ligament reconstruction for recurrent patellar dislocation: a
systematic review and meta-analysis. Arthroscopy. 2019;35(7):2185-2197.
doi: 10.1016/j.arthro.2019.01.031
20 Deie M, Ochi M, Adachi N, et al. Medial patellofemoral ligament
reconstruction fixed with a cylindrical bone plug and a grafted
semitendinosus tendon at the original femoral site for recurrent patellar
dislocation: minimum 3-year follow-up. Am J Sports Med.
2018;46(8):1800-1808. doi: 10.1177/0363546518773073
21 Lippacher S, Dejour D, Elsharkawi M, et al. Observer agreement on the
Dejour trochlear dysplasia classification: a comparison of true lateral
radiographs and axial magnetic resonance images. Am J Sports Med.
2012;40(4):837-843. doi: 10.1177/0363546511435620
22 Bittersohl B, Hosalkar HS, Hughes O, et al. Response to conservative
management in patients with juvenile osteochondritis dissecans. J Pediatr
Orthop. 2019;39(4):199-203. doi: 10.1097/BPO.0000000000000918
23 Fabricant PD, Ladenhauf HN, Salvatore JE, Green DW. Medial
patellofemoral ligament (MPFL) reconstruction for patients with
33
patellofemoral instability: a systematic review and meta-analysis. Knee
Surg Sports Traumatol Arthrosc. 2018;26(11):3199-3210. doi:
10.1007/s00167-017-4735-6
24 Ebert JR, Smith A, Edwards PK, et al. Factors predicting outcome after
surgery for patellar tendinopathy: a systematic review. Br J Sports Med.
2018;52(9):605-614. doi: 10.1136/bjsports-2017-098921
25 Lee YS, Jeong HJ, Lee YS, et al. Risk factors for recurrent prepatellar and
olecranon bursitis: a retrospective case-control study. PLoS One.
2020;15(1):e0227911. doi: 10.1371/journal.pone.0227911
34