LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Bendungan adalah suatu bangunan air yang dilengkapi dengan tampungan yang bisa
dimanfaatkan baik itu bersifat multi purpose maupun single purpose.Multi purpose
bahwa bendungan tersebut dimanfaatkan untuk berbagi macam kegunaan seperti irigasi,
PLTA, penggelontaran sedimen, pariwisata dan sebagainya.Sedangkan single purpose
hanya untuk satu kegunaan saja.
Bendungan utamanya dibagi menjadi dua tipe yaitu :
1. Bendungan urugan
2. Bendungan beton
3
Dengan mengetahui potensi alam yang ada, maka bendungan kombinasi dapat
dibuat dengan maksud memperbesar kemampuan daya tampung
4
A. Pengumpulan data-data
Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Peta-peta topografi
Peta-peta geologi
Foto udara
Data klimatologi
Data hidrologi
Data jaringan irigasi (pengairan)
Lain-lain (Land use, kehutanan, perkebunan, data tenaga listrik, bangunan-
bangunan lama).
B. Pengujian
Pengujian yang dimaksudkan adalah melakukan kalibrasi data-data yang
sudah terkumpul.Pada hakekatnya data-data yang terkumpul tidaklah semuanya
dapat dipercaya dan langsung digunakan, sehingga perlu dilakukan pengujian
tingkat keandalannya.Pengujian dilakukan dengan membandingkan,
pemeriksaaan dan mencari kesamaan dari data-data yang terkumpul dengan
kondisi yang sebenarnya, sehingga pada tahap ini perlu dilakukan peninjauan ke
beberapa lokasi di lapangan.
2. Studi Kelayakan
Di dalam tahap studi kelayakan ini diteliti kembali semua perhitungan dan
desain yang telah dibuat terdahulu.Lalu melakukan pemetaan topografi dengan skala
yang lebih kecil, memasang alat-alat pengukur parameter hidrologi dan klimatologi,
serta penyelidikan geologi.Dari data yang diperoleh dapat dibuat perhitungan teknis
beberapa bangunan terutama yang diperlukan dan dalam perhitungan ekonomis
proyek.Pada tahap ini sudah dapat ditentukan lokasi proyeknya, hanya saja untuk tipe
dan letak as bendungan masih terdapat beberapa alternatif.
A. Penelitian Topografi
5
Pemasangan Bench Mark (BM) baru
Pengukuran poligon dan waterpass pada areal rencana waduk dan daerah
genangannya
Pengukuran situasi detail areal rencana waduk dan daerah genangannya.
Pengukuran profil memanjang dan melintang sungai di sekitar axis Dam
hingga batas daerah genangan
Pengolahan dan analisa data hasil pengukuran di lapangan
Penggambaran hasil pengukuran situasi detail, dalam daerah genangan,
yang disajikan dalam bentuk peta situasi bendungan dan daerah genangan
dengan beda kontur 1 m.
C. Penelitian hidrologi
D. Penelitian Geoteknik
6
E. Penelitian Sosial Ekonomi
3. Perencanaan Teknis
A. Analisis Hidrologi
7
B. Analisis Hidroulik
C. Perhitungan Stabilitas
D. Bangunan pelengkap
8
dapat berfungsi dengan baik. Adapaun bangunan pelengkap yang diperlukan
adalah :
a) Bangunan pelimpah
b) Bangunan penyadapan
Pondasi
Pondasi sebagai penahan gaya berat dari tubuh bendungan dan gaya-
gaya hidrostatik harus emenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah
mempunyai daya dukung, penghambat aliran filtrasi dan tahan terhadap
terjadinya sufosi (piping).
c) Perhitungan Stabilitas
9
biasanya dilakukan terhadap lereng bendungan (tipe urugan) dan akibat
filtrasi.
d) Bangunan pelengkap
e) Penggambaran
f) Analisa Ekonomi
10
Hasil perhitungan anggaran biaya dari informasi gambar bestek
didapatkan besaran tertentu.Hitungan ini juga dapat dijadikan informasi
pembuatan jadwal kerja (time schedule), kebutuhan bahan dan material
(material schedule) dan kebutuhan tenaga kerja (man power
schedule).Analisa ekonomi ini bertujuan untuk memperoleh perbandingan
antara investasi dan keuntungan setelah pembangunan bendungan selesai dan
dioperasikan.Nilai investasi merupakan harga fisik dari bendungan dan biaya
operasional untuk tiap tahunnya.Sedangkan keuntungan didapatkan dari
perkiraan nilai jual air yang digunakan baik untuk PLTA, irigasi, kebutuhan
domestik maupun penggunaan lainnya.
4. Pelaksanaan Pembangunan
11
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan pembentuk tubuh bendungan digolongkan
dalam 3 (tiga) tipe utama, yaitu :
a. Bendungan homogen
Bahan yang membentuk tubuh bendungan terdiri atas tanah yang sejenis, dan
gradasinya seragam. Fungsinya sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai
penahan rembesan air.
b. Bendungan zonal
Timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi
yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini masih
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
Bendungan tirai (front core fill type dam) ialah bendungan zonal dengan zone
kedap air yang membentuk lereng usik bendungan tersebut.
Bendungan inti miring (inclined core fill type dam) ialah bendungan zonal yang
zone kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring
kearah hilir.
12
Zone kedap air
Zone lolos air
Zone transisi
Gambar 2.4 Bendungan inti miring (inclined core fill type dam)
Bendungan inti tegak (central core fill type dam) ialah bendungan zonal yang zone
kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal.
Gambar 2.5 Bendungan inti tegak (central core fill type dam)
c. Bendungan sekat
Pada lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan
kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal, lembaran beton
bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok dan lain – lain.
Zone sekat
Zone lolos air
13
Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat disekitar calon
bendungan.
14
Kemantapan perencanaan teknis suatu bendungan ditentukan oleh ketelitian
pelaksanaan survey dan investigasi, sehingga mendapatkan data-data yang akurat dan
analisa yang jitu.
Dari analisa-analisa teknis tersebut, maka akan dapat ditentukan dengan mantap hal-hal
sebagai berikut :
- Kedudukan bendungan yang paling baik
- Tipe bendungan yang paling cocok
- Metode pelaksanaan bendungan yang paling efektif.
Aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan pembangunan
suatu bendungan.
- Topografi
Faktor yang perlu diperhitungkan antara lain kondisi geologi di daerah calon
bendungan, tersedianya bahan dengan kualitas yang memenuhi syarat untuk tubuh
bendungan dan kemampuan teknologi pelaksanaan pembangunannya.
- Geologi teknik
Tujuan penelitian geologi teknik yaitu untuk mengidentifisir adanya celah-celah
yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya daerah-daerah yang
mudah longsor.
- Pondasi
Pada dasarnya bendungan urugan dapat dibangun diatas hampir semua keadaan
topografi dan geologi yang dijumpai, sedangkan bendungan beton diatas pondasi
yang kokoh. Bendungan urugan akan lebih aman jika diatas batuan yang lemah
(batuan sedimen, seperti : batuan Lumpur, tufaan, batuan metamorf dan batuan
lepas).
- Bahan bangunan
Yang perlu diperhatikan adalah :
Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat disekitar tempat kedudukan
calon bendungan.
Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian ke tempat penimbunan calon
tubuh bendungan.
15
- Bangunan pelimpah
Terjadi dua alternatif pilihan yang mungkin dilaksanakan yaitu penggunaan
bendungan urugan dan bendungan beton jika terjadi kapasitas besar dari volume
waduk, disini bendungan urugan memiliki kekurangan menonjol karena lemahnya
daya tahan bendungan terhadap limpasan namun pada bendungan beton selain
mampu menahan limpasan juga dapat berfungsi sebagai bangunan pelimpah.
- Bangunan penyadap
Faktor yang diperhatikan yakni pemilihan tipe bangunan penyadap yaitu disesuaikan
dengan topografi yang ada serta tujuan dari pembuatan waduk yang bersangkutan,
namun ekonomis serta efektif dan efisien pemakaiannya.
16
Pengumpulan data-data dasar, meliputi :
- Peta-peta topografi
- Peta-peta geologi
- Foto udara
- Lain-lain
bangunan pengambilan
tubuh bendungan
bangunan pelimpah
konstruksi drainase
17
2.6 Perencanaan Teknis
Dalam perencanaan teknis bendungan meliputi beberapa hal, yaitu :
A. Perencanaan Teknis Pondasi
Syarat terpenting perencanaan pondasi bendungan yaitu :
1) Mempunyai daya dukung yang mampu menahan beban dari tubuh bendungan
dari berbagai kondisi.
2) Mempunyai kemampuan penghambat aliran filtrasi yang memadai sesuai dengan
fungsinya penahan air.
3) Mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala piping dan boiling yang
disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui berbagai lapisan pondasi tersebut.
Jenis pondasi bendungan, yaitu:
1. Pondasi batuan (rock foundation)
2. Pondasi kerikil atau pasir
3. Pondasi tanah (soil foundation)
18
- Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan pondasi calon
bendungan.
2. Bendungan zonal
19
Apabila selain bahan-bahan yang kedap air disekitar tempat kedudukan calon
bendungan diketemukan juga bahan lain-lain yang semi kedap air, lulus air atau
bahan-bahan campuran, maka bendungan zonal merupakan alternatif yang
ekonomis.
Ada tiga tipe bendungan zona, yaitu :
a. Bendungan tirai
Bendungan tirai (front core fill type dam) ialah bendungan zonal dengan zone
kedap air yang membentuk lereng usik bendungan tersebut.
- Penimbunan zone kedap air dapat dilaksanakan dalam waktu yang berbeda
dengan zone-zone lainnya.
- Semakin sedikit jumlah zone-zone pada tubuh bendungan akan lebih baik,
karena pelaksanaan penimbunannya akan lebih mudah dan sederhana.
- Tempat kedudukan calon bendungan memerlukan alas kedap air diatas
permukaan pada dasr atau tebing-tebing waduk, maka kontak antara alas
kedap air dengan tirai kedap air dapat dihubungkan dengan mudah.
- Berhubung garis depresi terletak dibelakang tirai biasanya sangat rendah,
sehingga daerah yang sangat jenuh air menjadi sangat kecil, maka lereng
hilir dapat dibuat lebih curam, tanpa kekhawatiran akan timbulnya
longsoran-longsoran seperti pada bendungan homogen.
- Berhubung inti tegak kedap air berposisi vertikal, maka perpotongan garis
lingkaran suatu bidang luncur dengan inti tersebut akan lebih kecil dan inti
kedap air merupakan zone yang terlemah maka kondisi tersebut akan
menguntungkan stabilitas tubuh bendungan.
- Dapat menyeasuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran
sehingga dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh
bendungan.
20
- Kebutuhan bahan inti air relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan bahan yang sama pada bendungan tirai, disamping itu
peanggalian pada tempat kedudukan inti akan berkurang sehingga volume
pekerjaan sementasi akan berkurang.
- Gradien hidrolis garis depresi relatif rendah sehingga aman terhadap gejala
sufosi, dengan demikian ketebalan inti kedap air dapat dipertipis.
3. Bendungan sekat
Pada lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air
(dengan kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal,
lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain.
Apabila disekitar tempat kedudukan bendungan terdapat bahan-bahan lulus air
yang banyak tapi langka terhadap bahan yang kedap air maka bendungan sekat
merupakan alternatif.
21
- Diperlukan peralatan khusus seperti mesin-mesin pengaduk dan mesin-mesin
pengeras aspal.
- Sekat aspal merupakan konstruksi yang relatif tidak tahan lama dibandingkan
dengan umur bendungannya, sehingga diperlukan pemeliharaan yang seksama.
- Penggunaan sekat aspal terbatas hanya untuk bendungan-bendungan yang
rendah (80-100m).
- Proses konsolidasi pada tubuh bendungan, getaran-getaran yang ditimbulkan
oleh aliran-aliran air melalui terowongan-terowongan atau bangunan pelimpah
dan ketiadaan sifat adhesi yang sempurna antara sekat tersebut dengan
timbunan tubuh bendungan, maka terjadinya pada sekat sangatlah sukar untuk
dihindari dan biasanya mengakibatkan kebocoran yang cukup fatal.
22
- Berat tubuh bendungan itu sendiri yang terdiri dari beberapa lapisan penyusun
termasuk pondasinya.
- Tekanan hidrostatis yang akan membebani tubuh dan pondasi bendungan, baik air
yang terdapat didalam waduk maupun dari dalam sungai dihilirnya.
- Tekanan air pori yang terkandung di butiran dari zone-zone tubuh bendungan.
D. Tubuh Bendungan
Beberapa istilah penting pada tubuh bendung antara lain yaitu :
1) Tinggi bendungan.
Adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu
bendungan.
2) Tinggi jagaan.
Adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam
waduk dan elevasi mercu bendungan.
3) Panjang bendungan.
Adalah seluruh panjang bendungan yang bersangkutan, termasuk bagian yang
digali pada tebing-tebing sungai dikedua ujung mercu tersebut.
4) Volume bendungan.
Adalah seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat untuk pembangunan
tubuh bendungan termasuk kelengkapannya.
5) Kemiringan lereng
23
Adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui puncak dan
panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut.
6) Penimbunan ekstra
Adalah penimbunan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya gejala
konsolidasi pada tubuh bendungan.
B
Lebar minimum mercu bendungan
3
B=3,6 √ HD − 3
HD
HD = Tinggi bendungan (m)
B = Lebar bendungan (m)
Kemiringan lereng/talud
1
up stream= x 100 %
0.05 . HD + 1.5
1
down stream= x 100 %
0.05 . HD + 1.0
24
Tinggi bendungan
Tinggi bendungan = (elevasi muka air maksimal – elevasi dasar sungai) + tinggi
jagaan + tinggi air diatas mercu spillway
he
(
Hf ≥Δh + hw atau
2 )
+ ha + ht
he
Hf ≥hw + + ha + ht
2
2 α . Qo h
Δh= .
3 Q A.h
1+
Q .T
Keterangan :
h = tinggi kemungkinan kenaikan m. a. waduk karena banjir abnormal (m)
Qo = debit banjir rencana (m³/dt)
Q = kapasitas rencana pelimpah u/ banjir abnormal (m³/dt)
α = 0.2-pelimpah terbuka
α = 0.1-pelimpah tertutup
h = kedalaman pelimpah rencana (m)
A = luas permukaan air waduk pada elevasi banjir rencana (m²)
T = durasi banjir abnormal (1-3 jam)
hw= tinggi ombak akibat tiupan angin (m)
he = tinggi ombak akibat gempa (m)
ha = tinggi kemungkinan naiknya m. a. waduk karena macetnya pelimpah (m)
E. Bangunan Pelimpah
Apabila debit banjir suatu bendungan diperkirakan akan berkapasitas besar
dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya
25
penempatan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif
bendungan urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan
dan bendungan beton mungkin akan lebih memadai dan penelitian-penelitian serta
analisa-analisa selanjutnya akan lebih mendalam terhadap kemungkinan
pembangunan bendungan beton perlu dilaksanakan.
Keterangan yang paling menonjol pada bendungan urugan adalah lemahnya daya
tahan bendungan terahadap limpasan dan dalam kondisi hidrologi seperti tersebut
diatas, maka bendungan urugan merupakan alternatif yang tidak meyakinkan.
Pelimpah spillway digambarkan sebagai berikut :
26
c. Tipe bak pusaran
Pelimpah memiliki fungsi yaitu mengalirkan air dari daerah genangan ke sungai/ke
kolam olak sedangkan manfaat pelimpah yaitu melimpahkan air yang berlebihan
agar pada saat terjadi banjir besar tidak terjadi overtopping yang melebihi tinggi
main dam (tubuh bendungan).
Macam-macam jenispelimpah :
1. Pelimpah bebas
2. Pelimpah peluncur
3. Pelimpah samping
4. Pelimpah terowongan
5. Pelimpah menara
6. Pelimpah siphon
7. Ogee
Keterangan :
B = lebar sungai (m)
n = jumlah pilar (Jika dibutuhkan)
Kp = koefisien kontraksi pilar (0.01)
Ka = koefisien kontraksi pada dinding samping (0.1)
H = tinggi air diatas spillway (m)
Pada saat terjadinya pelimpahan air melintasi mercu suatu bendung terjadi
kontraksi aliran baik pada kedua dinding samping bendung maupun disekitar
pilar-pilar yang dibangun diatas mercu bendung tersebut, sehingga secara hidrolis
lebar efektif suatu bendung akan lebih kecil dari seluruh panjang bendung yang
sebenarnya dan debit air yang melintasi mercu bendung yang bersangkutan selalu
didasarkan pada lebar efektifnya.
27
Dimensi saluran pengatur tipe bendungan pelimpah dapat diperoleh dengan
rumus-rumus hidrolika sebagai berikut :
3
2
Q=C . Be . H
Keterangan :
Q = debit air (debit banjir rencana) (m³/dt)
C = koefisien limpasan (1,8 – 2,2)
Be = lebar efektif spillway (m)
H = total tinggi air diatas mercu bending (m)
1 1
V < 4 m/dtk
P≥1/5H
Potongan 1-1
28
c) Saluran pengatur aliran
Adalah saluran yang berfungsi untuk mengatur kapasitas aliran yang melalui
bangunan pelimpah.
Bentuk-bentuk saluran pengatur aliran :
1. Tipe ambang bebas
H H
b b
Penampang Trapesium Penampang Segiempat
Gambar 2.10 Tipe ambang bebas
2. Tipe bendungan pelimpah
Bendung pelimpah (over flow weir) sebagai salah satu komponen dari saluran
pengatur aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta
memperbesar debit air yang akan melintasi bangunan pelimpah.
He
d) Saluran peluncur
Adalah saluran untuk meluncurkan air dengan kecepatan tinggi (aliran superkritis
1< Fr < 9).
Hal-hal yang harus diperhatikan :
29
- Bentuknya luas
- Penampang melintang berbentuk segiempat
- Kemiringan saluran pada bagian hulu landai dan semakin kehilir semakin
curam
e) Saluran transisi
Adalah saluran yang menghubungkan pelimpah dengan saluran peluncur, agar
debit banjir yang dialirkan tidak menimbulkan terjadinya air terhenti (back water)
di bagian hilir saluran.
f) Peredam energi
Pada saat banjir akan terjadi limpasan dengan kecepatan tinggi, hal ini akan
menimbulkan penggerusan pada bagian hilir/belakang pelimpah sehingga
menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas lereng.
Untuk itu diperlukan peredam energi untuk mengubah aliran dari superkritis
menjadi subkritis salah satu peredam energi adalah kolam olak.
g) Persamaan energi
30
2
v1
P + He=d 1 +
2g
Keterangan :
P = tinggi mercu (m)
H = tinggi air diatas mercu (m)
d1 = tinggi air pada saat kecepatan di v1 (m)
v1 = kecepatan aliran (m/dt)
31
Hf = Beda tinggi persamaan energi tampang I dan tampang II (m)
P = Tinggi Mercu (m)
He = Tinggi Air Kritis (m)
d2 = Tinggi Loncat Air (m)
g = Gravitasi (9,81m/dt²)
F. Bangunan Penyadap/Pengambilan
Bangunan penyadap/pengambilan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
32
1. Bangunan penyadap tipe sandar
2. Bangunan penyadap menara
Fasilitas pelengkap pada bangunan penyadap antara lain :
a. Terowongan penyalur
b. Pipa penyalur
c. Pintu-pintu air dan katup pada bangunan penyadap
d. Ventilasi
e. Ruang operasi
f. Penggelontoran Lumpur
G. Bangunan pengelak
Bangunan pengelak dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Saluran pengelak
Metode-metode pemindahan aliran sungai
a. Pembuatan saluran pengelak
b. Penutupan sebagian alur sungai
c. Pembuatan terowongan pengelak
2. Bendungan pengelak
Bahwa bendungan pengelak dan saluran pengelak merupakan komponen pada
sistem pengelak banjir yang erat hubungannya.Adapun bendungan pengelak
samping yang berfungsi untuk mencegah genangan-genangan air pada pondasi
dan bagian bawah bendungan yang sedang dikerjakan dan menurunkan garis
depresi aliran air filtrasi pada lapisan pondasi tersebut.
33
a. Tekanan statis
1
Pw= γ w . H 2
2
1
Y= H
3
Keterangan :
Pw = tekanan air statis (kg/m)
w = berat volume air(kg/m3)
H = kedalaman air (m)
Y = jarak tekanan yang bekerja (m)
b. Tekanan dinamis
7
Pd= γ . H 2 . KH
12 w
2
Y= H
5
Keterangan :
Pd = Tekanan air dinamis (kg/m)
KH = Koefisien gempa
w = Berat volume air (kg/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan yang bekerja (m)
c. Tekanan sedimen
1
Ps= ( γ s − γ w ) Cs . H 2
2
Keterangan :
Ps = Tekanan sedimen (kg/m)
s = Berat volume sedimen (kg/m3)
Cs = Koefisien tekanan tanah
w = Berat volume air (kg/m3)
H = Kedalaman air (m)
d. Berat air
Ww=V . γ w
Keterangan :
34
Ww = Berat air (kg)
V = Volume air (m³)
w = Berat volume air (kg/m3)
e. Berat bangunan
Wt=Wt 1 + Wt 2 + . . . + Wt n
W=V . γ p
Keterangan :
Wt = Berat bangunan total (kg)
Wt1, Wt2,…,Wtn = Berat bagian-bagian bangunan (kg)
V = Volume bangunan (m³)
p = Berat volume bangunan (kg/m³)
f. Tekanan tanah aktif
1
Pa= H . γ t . Ce
2
1 − sin φ
Ce=
1 + sin φ
Keterangan :
Pa = Tekanan tanah (kg/m²)
t = Berat volume tanah (kg/m³)
Ce = Koefisien tekanan tanah aktif
= Sudut geser dalam(o)
H = Kedalaman air (m)
g. Gaya gempa akibat berat sendiri
kw=kh . W
Keterangan :
kw = Gaya gempa (kg, ton)
kh = Koefisien gempa
W = Berat bangunan (kg, ton)
h. Tekanan tanah akibat gempa
1
Pa'= H . γt . Ce '
2
35
cos (θ + θo ) cos ( θ + θo ) − V cos 2 ( θ + θo )− cos 2
(
Ce '= 3
cos θ
x
)
cos ( θ + θo ) + √ cos2 (θ + θo ) − cos 2 θ
Keterangan :
Ce’ = Koefisien tekanan tanah pada keadaan gempa
= tan-1 K(o)
K = Kh / Kv
Kh = Koefisien gempa arah horizontal
Kv = Koefisien gempa arah vertikal
o = Sudut iklinasi material(o)
Stabilitas terhadap geser dan guling
Stabilitas terhadap geser
( f . Σv ) + ( c . A )
SF=
ΣH
Keterangan :
SF = Faktor keamanan (Safety factor)
SF > 1.5, untuk keadaan normal
SF > 1.1, untuk keadaan gempa
V = Jumlah gaya-gaya vertical (kg, ton)
H = Jumlah gaya-gaya horizontal (kg, ton)
c = Kohesi (kg/cm²)
A = Luas bidang dasar pondasi (m²)
36
Perhitungan stabilitas terhadap piping dapat dilakukan dengan pendekatan metode
panjang rayapan berdasarkan :
a. Teori Bligh
L≥C . H
Keterangan :
L = Panjang rayapan (m)
H = Beda tinggi muka air dihulu dan hilir (m)
C = Koefisien Bligh
b. Teori Lane
Merupakan pengembangan dari teori Bligh
1
L=Σ LV + Σ LH ≥ C . H
3
Keterangan :
LV = Panjang rayapan vertikal (m)
LH = Panjang rayapan horizontal (m)
C = Koefisien Lane
H = Beda tinggi muka air di hulu dan hilir (m)
Stabilitas terhadap rembesan (Filtrasi)
Untuk mengetahui kemampuan daya tahan tubuh bendungan dan pondasinya
terhadap gaya-gaya yang ditimbulkan oleh aliran filtrasi, maka perlu diperhatikan
bahwa :
1. Formasi garis depresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dengan
elevasi tertentu permukaan air dalam waduk yang direncanakan.
2. Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi dari bendungan.
3. Kemungkinan terjadinya gejala sufosi (piping) yang disebabkan oleh gaya
horizontal/hidrodinamis dalam aliran filtrasi.
37
0,3L1
(B2-C0-A0) – garis depresi
B2 B
B1
y0
h
y
C0 1 cos
E Y0
x A
d A0
L1 L2 y0
2
Gambar 2.12 Garis depresi pada bendungan homogen (sesuai dengan garis parabola)
Formasi garis depresi pada zone kedap air suatu bendungan dapat diperoleh dengan
metode Casagrande. Apabila angka permeabilitas vertikalnya (kv) berbeda dengan
angka permeabilitas horizontalnya (kh), maka akan terjadi deformasi garis depresi
atau
y=√ 2y 0 x + y 20
dan
y 0 =√ h2 +d 2−d
Keterangan :
h = Jarak vertikal antara titik-titik A dan B (m)
d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A (m)
L1 = Jarak horizontal antara titik-titik B dan E (m)
38
L2 = Jarak horizontal antara titik-titik B dan A (m)
A = Ujung tumit hilir bendungan
B = Titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng udik bendungan
A1 = Titik perpotongan antara parabola bentuk besar garis depresi dengan garis
vertikal melalui titik B
B2 =Titik yang terletak sejauh 0,3L1, horizontal ke arah udik dari titik B.
Akan tetapi garis parabola bentuk besar (B2 – C0 – A0) diperoleh dari persamaan
tersebut bukanlah garis depresi yang sesungguhnya, masih diperlukan penyesuaian-
penyesuaian menjadi garis B – C – A yang merupakan bentuk garis depresi yang
sesungguhnya seperti yang tertera pada Gambar 2.13 sebagai berikut :
Garis depresi
(B-C-A)
B2 B
B1 y0
C0 1 cos
C
e
E
A0
A
Gambar 2.13 Garis depresi pada bendungan homogen
(sesuai dengan garis parabola yang mengalami modifikasi)
Pada titik permulaan, garis depresi berpotongan tegak lurus dengan lereng udik
bendungan, dengan demikian titik C0 dipindahkan ke titik C sepanjang a.
Panjang garis a tergantung dari kemiringan lereng hilir bendungan, dimana air
filtrasi tersembul keluar yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
y0
a+Δa =
1−cosα
keterangan :
a = Jarak AC (periksa gambar) (m)
a = Jarak C0 C (m)
= Sudut kemiringan lereng hilir bendungan (o)
39
Menentukan nilai a :
Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan lebih kecil dari 30 0 (α < 300) :
d d 2 h 2
a=
cos α
−
√(
cos α
− ) ( )
sin α
Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan sama dengan 900 (α = 900) :
3 3
a= y 0 = ( √ h2 + d 2 −d )
4 4
Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan sama dengan 1800 (α = 1800) :
1
a=a0 = ( √ h2 +d 2 −d )
2
Keterangan :
a = Jarak AC (periksa gambar) (m)
h = Jarak vertikal antara titik-titik A dan B (m)
d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A (m)
Δa
Tabel 2.1 Hubungan antara sudut bidang singgung (α) dan a+ Δa
α 300 600 90 120 150 180
Δa
0,36 0,32 0,26 0,18 0,10 0
a+ Δa
40
Nf
Qf = K ×H ×L
Np
Keterangan :
Qf = Kapasitas aliran filtrasi (kapasitas rembesan) (m³/hari)
Nf = Angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi
Np = Angka pembagi dari garis equi-potensial
K = Koefisien filtrasi
H = Tinggi tekanan air total (m)
L = Panjang profil melintang tubuh bendungan (m)
Stabilitas terhadap kelongsoran
Analisa stabilitas lereng bendungan dapat dilakukan dengan beberapa parameter,
antara lain :
a. Metode irisan bidang luncur (surface slice method)
b. Metode Culman
c. Metode Bishop
d. Dengan menggunakan program komputer, antara lain :
Finite element (elemen hingga)
Stable
41