Anda di halaman 1dari 39

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum
Bendungan adalah suatu bangunan air yang dilengkapi dengan tampungan yang bisa
dimanfaatkan baik itu bersifat multi purpose maupun single purpose.Multi purpose
bahwa bendungan tersebut dimanfaatkan untuk berbagi macam kegunaan seperti irigasi,
PLTA, penggelontaran sedimen, pariwisata dan sebagainya.Sedangkan single purpose
hanya untuk satu kegunaan saja.
Bendungan utamanya dibagi menjadi dua tipe yaitu :
1. Bendungan urugan
2. Bendungan beton

Sedangkan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu ;


1. Bendungan yang dapat meloloskan air
Fungsi untuk menahan material dan air boleh lolos contoh bangunan ini adalah
“Sabo dam” sebagai pengambilan hasil-hasil letusan gunung berapi bangunan
dengan konstruksi beton bertulang.

2. Bendungan yang tidak dapat meloloskan air


Fungi bendungan ini adalah untuk menahan air dalam jumlah besar, tipe bangunan
ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a) Alami
Bendungan alami ini berupa aliran yang dibuat oleh alam tanpa dengan ada
peran serta dari manusia dalam membuat tampunganya, tetapi dalam hal
penempatan air yang telah ada tersebut manusia mengguanakan kemampuanya
untuk mengolah potensi yang ada.
b) Buatan
Bendungan ini dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu.Dalam hal ini
sepenuhnya kemampuan manusia digunakan untuk membentuk
tampungan/waduk.
c) Bendungan kombinasi buatan dan alami

3
Dengan mengetahui potensi alam yang ada, maka bendungan kombinasi dapat
dibuat dengan maksud memperbesar kemampuan daya tampung

Ditinjau dari kedap airnya, dapat dibedakan menjadi dua macam :


1. Bendungan kedap air
Pada bangunan urugan kedap air ditentukan oleh bahan inti.

Gambar 2.1 Bendungan kedap air

2. Bendungan tidak kedap air


Bendungan tidak kedap air merupakan bendungan beton.

2.2 PERENCANAAN BENDUNGAN


Tahapan dalam perencanaan yaitu :
1.Studi kelayakan pendahuluan (Pre Feasibility Study)
2.Studi kelayakan (Feasibility Study)
3.Perencanaan teknis (Detailed Design)
4.Pelaksanaan pembangunan (Contruction)

1. Studi Kelayakan Pendahuluan

Pencarian informasi data perencanaan diperlukan kegiatan penyelidikan pada


data-data yang akan dijadikan bahan analisis selanjutnya. Pada dasarnya kegiatan studi
kelayakan pendahuluan terdiri dari : pengumpulan data, dan pengujian data yang
sudah terkumpul, selanjutnya diadakan perencanaan pemetaan topografi yang lebih
lengkap dan penelitian geologi di beberapa tempat. Kemudian diadakan perhitungan-
perhitungan teknis dan ekonomis yang masih bersifat sederhana, penentuan lokasi
proyek dan desain yang sederhana pula.

4
A. Pengumpulan data-data
Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut :
 Peta-peta topografi
 Peta-peta geologi
 Foto udara
 Data klimatologi
 Data hidrologi
 Data jaringan irigasi (pengairan)
 Lain-lain (Land use, kehutanan, perkebunan, data tenaga listrik, bangunan-
bangunan lama).
B. Pengujian
Pengujian yang dimaksudkan adalah melakukan kalibrasi data-data yang
sudah terkumpul.Pada hakekatnya data-data yang terkumpul tidaklah semuanya
dapat dipercaya dan langsung digunakan, sehingga perlu dilakukan pengujian
tingkat keandalannya.Pengujian dilakukan dengan membandingkan,
pemeriksaaan dan mencari kesamaan dari data-data yang terkumpul dengan
kondisi yang sebenarnya, sehingga pada tahap ini perlu dilakukan peninjauan ke
beberapa lokasi di lapangan.

2. Studi Kelayakan

Di dalam tahap studi kelayakan ini diteliti kembali semua perhitungan dan
desain yang telah dibuat terdahulu.Lalu melakukan pemetaan topografi dengan skala
yang lebih kecil, memasang alat-alat pengukur parameter hidrologi dan klimatologi,
serta penyelidikan geologi.Dari data yang diperoleh dapat dibuat perhitungan teknis
beberapa bangunan terutama yang diperlukan dan dalam perhitungan ekonomis
proyek.Pada tahap ini sudah dapat ditentukan lokasi proyeknya, hanya saja untuk tipe
dan letak as bendungan masih terdapat beberapa alternatif.
A. Penelitian Topografi

Kegiatanpenelitian topografi dilaksanakan dalam areal rencana genangan


waduk, axis bendungan, tanggul dan lokasi fasilitas bangunan serta rencana
saluran pensuplai air ke areal daerah irigasi.Lingkup kegiatan penelitian topografi
akan dilakukan meliputi :

5
 Pemasangan Bench Mark (BM) baru
 Pengukuran poligon dan waterpass pada areal rencana waduk dan daerah
genangannya
 Pengukuran situasi detail areal rencana waduk dan daerah genangannya.
 Pengukuran profil memanjang dan melintang sungai di sekitar axis Dam
hingga batas daerah genangan
 Pengolahan dan analisa data hasil pengukuran di lapangan
 Penggambaran hasil pengukuran situasi detail, dalam daerah genangan,
yang disajikan dalam bentuk peta situasi bendungan dan daerah genangan
dengan beda kontur 1 m.

B. Penelitian meteorologi dan klimatologi

Data yang diperoleh adalah temperatur, kelembaban, curah hujan, angin,


tekanan udara, radiasi matahari dan penguapan di suatu daerah selama periode
tertentu.

C. Penelitian hidrologi

Tujuan penelitian adalah untuk mencari parameter hidrologi yaitu besaran


hujan dan debit air sebagai data masukan dalam perhitungan saluran pengelak,
bendungan utama, bangunan pelimpah, sedimentasi dan volume waduk.

D. Penelitian Geoteknik

Penelitian Geoteknik dan Mekanika Tanah adalah untuk meneliti,


mempelajari,menyelidiki keseimbangan dan perubahan dari tanah, jenis dan sifat
tanah, pelapukan, zone gempa baik di lapangan maupun di laboratorium. Data-
data yang didapat dari hasil penelitian geoteknik dan mekanika tanah tersebut
akan dapat menentukan axis bendungan, tipe dan bahan bendungan serta
parameter-parameter lain yang akan digunakan dalam perhitungan pondasi dan
stabiltas.

6
E. Penelitian Sosial Ekonomi

Kegiatan penelitian sosial ekonomi meliputi pengumpulan data sekunder


sosial ekonomi, untuk memberi gambaran kondisi yang ada dalam wilayah
studi.Pengumpulan data dilakukan dengan pola pendekatan langsung pada instansi
yang terkait sesuai kebutuhan data yang diperlukan. Sehingga akan didapatkan
data pada kondisi sebelum adanya pembangunan, sebagai bahan pengembangan
pada saat pelaksanaan dan pasca proyek.

3. Perencanaan Teknis
A. Analisis Hidrologi

Perencanaan bangunan-bangunan air sama halnya dengan bendungan, hasil


analisis hidrologi merupakan informasi yang sangat penting untuk pekerjaan
perhitungan pendimensian dan karakteristik bangunannya. Tanpa diketahui secara
jelas sifat dan besaran hidrologinya, maka tidak akan dapat menentukan sifat dan
besaran hidrauliknya.
Perancangan hidraulik bangunan diperlukan patokan rancangan yang benar,
sehingga akan mendapatkanbangunan yang berfungsi secara optimal baik secara
struktural maupun fungsionalnya. Patokan rancangan didapatkan setelah
dilakukan pemahaman konsep-konsep dasar hidrologi dan menganalisisnya
dengan pemahaman kondisi lapangan atau daerah lokasi rencana proyek.
Analisis hidrologi yang dihasilkan dan sebagai informasi (data) perencanaan
hidraulik dari bangunan yang akan dibuat adalah :
 Evapotranspirasi
 Infiltrasi
 Curah hujan
 Ketersediaan air
 Kebutuhan air
 Debit banjir
 Patokan rancangan
 Volume genangan
 Sedimentasi

7
B. Analisis Hidroulik

Analisis disini dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mendapatkan dimensi


bangunan secara hidrolis dengan mendapatkan parameter-parameter bangunan
baik ukuran maupun parameter hidraulik lainnya. Adapun bangunan-bangunan
yang perlu direncanakan dalam rangka perencanaan bendungan yaitu :
 Saluran pengelak
 Cofferdam
 Mein Bandungan
 Dimensi
Dimensi bendungan merupakan ukuran ketinggian, lebar mercu, panjang,
kemiringan bagian hulu dan hilir, tinggi jagaan, volume, dari bendungan
serta parameter-parameter hidroulis lainnya.
 Pondasi
Pondasi sebagai penahan gaya berat dari tubuh bendungan dan gaya-gaya
hidrostatik harus memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah
mempunyai daya dukung, penghambat aliran filtrasi dan tahan terhadap
terjadinya sufosi (piping).

C. Perhitungan Stabilitas

Untuk mendapatkan tingkat stabilitas dari bendungan perlu dilakukan


analisis gaya-gaya yang akan bekerja pada bendungan. Gaya-gaya yang bekerja
pada bendungan adalah akibat berat sendiri tubuh bendungan, beban hidrostatis,
tekanan air pori, dan beban seismis. Analisis stabilitas bendungan biasanya
dilakukan terhadap lereng bendungan (tipe urugan) dan akibat filtrasi.

D. Bangunan pelengkap

Operasional bendungan perlu ditunjang oleh bangunan pelengkap agar


fungsi dari bendungan dapat dicapai dengan baik. Tanpa adanya bangunan
pelengkap memungkinkan akan membahayakan konstruksi atau bendungan tidak

8
dapat berfungsi dengan baik. Adapaun bangunan pelengkap yang diperlukan
adalah :
a) Bangunan pelimpah

Tujuannya adalah untuk mengalirkan air banjir agar tidak


membahayakan keamanan bendungan. Dimensi dari bangunan pelimpah
perlu diperhitungkan secara matang sehingga diharapkan dapat
mengantisipasi debit banjir yang besar. Jenis dan model bangunan pelimpah
biasanya disesuaikan dengan kondisi geologi dan tipe bandungan.

b) Bangunan penyadapan

Tujuan bangunan penyadapan adalah untuk mengeluarkan air dari


bendungan dan memasukkannya ke dalam saluran dan mengatur debit airnya
agar dapat dipakai untuk memenuhi salah satu atau lebih keperluan yang
direncanakan
 Dimensi

Dimensi bendungan merupakan ukuran ketinggian, lebar mercu,


panjang,kemiringan bagian hulu dan hilir, tinggi jagaan, volume, dari
bendungan serta parameter-parameter hidroulis lainnya.

 Pondasi

Pondasi sebagai penahan gaya berat dari tubuh bendungan dan gaya-
gaya hidrostatik harus emenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah
mempunyai daya dukung, penghambat aliran filtrasi dan tahan terhadap
terjadinya sufosi (piping).

c) Perhitungan Stabilitas

Untuk mendapatkan tingkat stabilitas dari bendungan perlu dilakukan


analisis gaya-gaya yang akan bekerja pada bendungan. Gaya-gaya yang
bekerja pada bendungan adalah akibat berat sendiri tubuh bendungan, beban
hidrostatis, tekanan air pori, dan beban seismis. Analisis stabilitas bendungan

9
biasanya dilakukan terhadap lereng bendungan (tipe urugan) dan akibat
filtrasi.
d) Bangunan pelengkap

Operasional bendungan perlu ditunjang oleh bangunan pelengkap agar


fungsi dari bendungan dapat dicapai dengan baik. Tanpa adanya bangunan
pelengkap memungkinkan akan membahayakan konstruksi atau bendungan
tidak dapat berfungsi dengan baik. Adapaun bangunan pelengkap yang
diperlukan adalah :
 Bangunan pelimpah
Tujuannya adalah untuk mengalirkan air banjir agar tidak membahayakan
keamanan bendungan.imensi dari bangunan pelimpah perlu
diperhitungkan secara matang sehingga diharapkan dapat mengantisipasi
debit banjir yang besar. Jenis dan model bangunan pelimpah biasanya
disesuaikan dengan kondisi geologi dan tipe bandungan.
 Bangunan penyadapan
Tujuan bangunan penyadapan adalah untuk mengeluarkan air dari
bendungan dan memasukkannya ke dalam saluran dan mengatur debit
airnya agar dapat dipakai untuk memenuhi salah satu atau lebih keperluan
yang direncanakan (Soedibyo, 1993). Pendimensian bangunan penyadapan
didasarkan pada kebutuhan air yang direncanakan.

e) Penggambaran

Hasil perhitungan dari perencanaan bendungan di atas ditranformasikan


kedalam bentuk gambar dengan skala tertentu.Penggambaran dilakukan mulai
dari topografi genangan, lokasi, denah, potongan memanjang dan melintang
bendungan, dan detail-detail. Hasil penggambaran tersebut merupakan
informasi mengenai jenis bangunan, ukuran dan bahan yang akan digunakan
pada pembangunannya. Sehingga akan dijadikan dasar untuk perhitungan
anggaran biaya dan bestek dalam pelaksanaan proyek.

f) Analisa Ekonomi

10
Hasil perhitungan anggaran biaya dari informasi gambar bestek
didapatkan besaran tertentu.Hitungan ini juga dapat dijadikan informasi
pembuatan jadwal kerja (time schedule), kebutuhan bahan dan material
(material schedule) dan kebutuhan tenaga kerja (man power
schedule).Analisa ekonomi ini bertujuan untuk memperoleh perbandingan
antara investasi dan keuntungan setelah pembangunan bendungan selesai dan
dioperasikan.Nilai investasi merupakan harga fisik dari bendungan dan biaya
operasional untuk tiap tahunnya.Sedangkan keuntungan didapatkan dari
perkiraan nilai jual air yang digunakan baik untuk PLTA, irigasi, kebutuhan
domestik maupun penggunaan lainnya.

4. Pelaksanaan Pembangunan

Rencana pelaksanaan konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga urutan-urutan


pelaksanaannya yang efektif dan efisien dan tidak tumpang tindih.Jadwal kerja yang
telah dibuat dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Walaupun demikian kondisi alam terkadang akan merubah jadwal dan sistem kerja.
Sehingga diperlukan pengawasan dan tata kerja yang disiplin. Secara umum urutan
pekerjaan dilakukan mulai dari pembuatan jalan akses (acces road), pembuatan base
camp dan mobilisasi, pembuatan saluran pengelak, pembuatan cofferdam, penggalian
pondasi, penimbunan, penutupan alur sungai dan penutupan saluran pengelak. Urutan
pekerjaan tersebut berbeda untuk setiap tipe bendungan.Program dan skedul
pelaksanaan serta jenis dan kapasitas pekerjaan supaya disusun secara teliti yang
didasarkan pada karakteristik masing-masing pekerjaan dari setiap komponen
bendungan. Juga perlu dipertimbangan terhadap kondisi medan pelaksanaannya.

2.3 Bendungan Urugan.


Pengertian bendungan tipe urugan atau “Bendungan Urugan” adalah Suatu
bendungan yang dibangun dengan cara menimbun bahan-bahan seperti batu, kerakal,
kerikil, pasir dan tanah pada komposisi tertentu dengan fungsi sebagai pengempang atau
pengangkat permukaan air yang terdapat didalam waduk di udiknya.
Tipe bendungan berdasarkan pada ukuran butiran dari bahan yang digunakanyaitu :
a. Bendungan urugan batu (rock fill dam) atau “bendungan batu”.
b. Bendungan urugan tanah (earth fill dam) atau “bendungan tanah”.

11
Ditinjau dari penempatan serta susunan bahan pembentuk tubuh bendungan digolongkan
dalam 3 (tiga) tipe utama, yaitu :
a. Bendungan homogen
Bahan yang membentuk tubuh bendungan terdiri atas tanah yang sejenis, dan
gradasinya seragam. Fungsinya sebagai bangunan penyangga dan sekaligus sebagai
penahan rembesan air.

Zone lolos air


Zone kedap air
Drainase

Gambar 2.2 Bendungan homogen

b. Bendungan zonal
Timbunan yang membentuk tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi
yang berbeda-beda dalam urutan-urutan pelapisan tertentu.
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zone kedap airnya, maka tipe ini masih
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
 Bendungan tirai (front core fill type dam) ialah bendungan zonal dengan zone
kedap air yang membentuk lereng usik bendungan tersebut.

Zone kedap air


Zone lolos air

Gambar 2.3 Bendungan tirai (front core fill type dam)

 Bendungan inti miring (inclined core fill type dam) ialah bendungan zonal yang
zone kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dan berkedudukan miring
kearah hilir.

12
Zone kedap air
Zone lolos air
Zone transisi

Gambar 2.4 Bendungan inti miring (inclined core fill type dam)

 Bendungan inti tegak (central core fill type dam) ialah bendungan zonal yang zone
kedap airnya terletak di dalam tubuh bendungan dengan kedudukan vertikal.

Zone kedap air


Zone lolos air
Zone transisi

Gambar 2.5 Bendungan inti tegak (central core fill type dam)

c. Bendungan sekat
Pada lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air (dengan
kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal, lembaran beton
bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok dan lain – lain.

Zone sekat
Zone lolos air

Gambar 2.6 Bendungan sekat

Keistimewaan-keistimewaan bendungan urugan antara lain :


 Pembangunannya dapat dilaksanakan pada hampir semua kondisi geologi dan
geografi yang sama.

13
 Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat disekitar calon
bendungan.

Karakteristik bendungan utama antara lain :


 Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang didukung oleh
pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang didukung
oleh pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hidrostatis dari air
dalam waduk.
 Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang
terdapat disekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton,
yang memerlukan bahan-bahan fabrikat sepeti semen dalam jumlah besar dengan
harga yang tinggi dan didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan
dalam hal ini menunjukan tendensi yang positif.
 Dalam pembangunannya, bendungan urugan dapat dilaksanakan secara mekanis
dengan intensitas yang tinggi dan karena banyaknya tipe-tipe peralatan yang sudah
diprodusir, maka dapat dipilihkan peralatan yang paling cocoksesuai dengan sifat-
sifat bahan yang akan digunakan serta kondisi lapangan pelaksanaannya.
 Akan tetapi karena tubuh bendunga terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu
yang berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut :
- Longsoran yang terjadi baik pada lereng udikmaupun lereng hilir tubuh
bendungan.
- Terjadinya sufosi (piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam aliran filtrasi yang
terjadi didalam tubuh bendungan.
- Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan karena
konstruksi tersebut tak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh
bendungan tersebut.
- Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh
iklim.

2.4 Perancangan untuk Bendungan Urugan

14
Kemantapan perencanaan teknis suatu bendungan ditentukan oleh ketelitian
pelaksanaan survey dan investigasi, sehingga mendapatkan data-data yang akurat dan
analisa yang jitu.
Dari analisa-analisa teknis tersebut, maka akan dapat ditentukan dengan mantap hal-hal
sebagai berikut :
- Kedudukan bendungan yang paling baik
- Tipe bendungan yang paling cocok
- Metode pelaksanaan bendungan yang paling efektif.

Aspek terpenting yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan pembangunan
suatu bendungan.
- Topografi
Faktor yang perlu diperhitungkan antara lain kondisi geologi di daerah calon
bendungan, tersedianya bahan dengan kualitas yang memenuhi syarat untuk tubuh
bendungan dan kemampuan teknologi pelaksanaan pembangunannya.
- Geologi teknik
Tujuan penelitian geologi teknik yaitu untuk mengidentifisir adanya celah-celah
yang mengakibatkan kebocoran ataupun kemungkinan adanya daerah-daerah yang
mudah longsor.

- Pondasi
Pada dasarnya bendungan urugan dapat dibangun diatas hampir semua keadaan
topografi dan geologi yang dijumpai, sedangkan bendungan beton diatas pondasi
yang kokoh. Bendungan urugan akan lebih aman jika diatas batuan yang lemah
(batuan sedimen, seperti : batuan Lumpur, tufaan, batuan metamorf dan batuan
lepas).

- Bahan bangunan
Yang perlu diperhatikan adalah :
 Kualitas dan kuantitas bahan yang mungkin terdapat disekitar tempat kedudukan
calon bendungan.
 Jarak pengangkutannya dari daerah penggalian ke tempat penimbunan calon
tubuh bendungan.

15
- Bangunan pelimpah
Terjadi dua alternatif pilihan yang mungkin dilaksanakan yaitu penggunaan
bendungan urugan dan bendungan beton jika terjadi kapasitas besar dari volume
waduk, disini bendungan urugan memiliki kekurangan menonjol karena lemahnya
daya tahan bendungan terhadap limpasan namun pada bendungan beton selain
mampu menahan limpasan juga dapat berfungsi sebagai bangunan pelimpah.

- Bangunan penyadap
Faktor yang diperhatikan yakni pemilihan tipe bangunan penyadap yaitu disesuaikan
dengan topografi yang ada serta tujuan dari pembuatan waduk yang bersangkutan,
namun ekonomis serta efektif dan efisien pemakaiannya.

2.5 Survey dan Investigasi Pendahuluan


Sebelum kegiatan survey dimulai, terlebih dahulu perlu diketahui aspek-aspek
terpenting yang mendorong timbulnya gagasan pembangunan bendungan antara lain
adalah:
 Pentingnya existensi bendungan tersebut ditinjau dari segi-segi ekonomis maupun
sosial.
 Tujuan-tujuan pokok dari pembangunan dari bendungan
 Fungsi pokok yang dibebankan pada calon bendungan
 Perkiraan kemampuan teknis dari calon bendungan
Kegiatan-kegiatan selanjutnya jika latar belakang pembangunan waduk tersebut diketahui
:
 Pengumpulan data-data yang sudah tersedia yang ada hubunganya dengan
pembangunan bendungan tersebut.
 Pengumpulan informasi dan keterangan baik tertulis maupun lisan disekitar daerah
calon bendungan, serta daerah dimana pengaruh existensi bendungan diperkirakan
akan terasa.

Pada dasarnya kegiatan survey dan investigasi pendahuluan terdiri dari :

16
 Pengumpulan data-data dasar, meliputi :
- Peta-peta topografi
- Peta-peta geologi
- Foto udara
- Lain-lain

 Pengujian data-data terkumpul, meliputi :


- Memperbandingkan data-data sejenis yang telah diperoleh dan mengusahakan
agar dipilih data-data yang paling logis.
- Mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan setempat terhadap kebenaran-kebenaran
data tersebut.
- Memperbandingkan dan mencari persamaan yang logis antara dua jenis data
yang berbeda, misalnya dengan membandingkan data-data topografi dengan
data-data geologi, data-data meteorology dengan data-data hidrologi dan lain-
lainnya.

bangunan pengambilan

tubuh bendungan

bangunan pelimpah

konstruksi drainase

Gambar 2.7Layout Bendungan Urugan

17
2.6 Perencanaan Teknis
Dalam perencanaan teknis bendungan meliputi beberapa hal, yaitu :
A. Perencanaan Teknis Pondasi
Syarat terpenting perencanaan pondasi bendungan yaitu :
1) Mempunyai daya dukung yang mampu menahan beban dari tubuh bendungan
dari berbagai kondisi.
2) Mempunyai kemampuan penghambat aliran filtrasi yang memadai sesuai dengan
fungsinya penahan air.
3) Mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala piping dan boiling yang
disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui berbagai lapisan pondasi tersebut.
Jenis pondasi bendungan, yaitu:
1. Pondasi batuan (rock foundation)
2. Pondasi kerikil atau pasir
3. Pondasi tanah (soil foundation)

Penggunaan pondasi yang kurang menguntungkan kadang dipergunakan perkuatan


dengan cara sementasi (grouting) dalam jumlah yang besar. Sehubungan dengan
problema-problema tersebut dalam mempersiapkan pelaksanaan sementasi perlu
memerhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Investigasi dan analisa geologi maupun mekanika tanah pada pondasi agar
dilaksanakan secara memadai.
- Pelaksanaan sementasi supaya diawasi oleh ahli-ahli yang sudah berpengalaman.
- Pemilihan metode pelaksanaan sementasi yang paling sesuai untuk kondisi
pondasi tersebut.

Tujuan utama perbaikan pondasi dengan metode sementasi adalah :


- Mengurangi intensitas aliran filtrasi dari waduk, yang mengalir keluar melalui
rekahan-rekahan yang terdapat pada pondasi bendungan.
- Mengurangi gaya keatas pada dasar calon bendungan yang disebabkan oleh
tekanan air tanah yang terdapat dalam lapisan pondasi.

18
- Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan pondasi calon
bendungan.

Tipe sementasi ada 2 (dua), yaitu :


1) Sementasi tirai merupakan sementasi yang lapisan pondasi terbentuk semacam
tirai kedap air untuk mengurangi debit filtrasi melalui pondasi bendungan
dengan cara memaksa aliran filtrasi mengalir melalui ujung bawah tirai tersebut.
2) Sementasi konsolidasi merupakan sementasi yang sangat dangkal namun rata
diatas permukaan pondasi yang tujuannya adalah memperkuat lapisan teratas
dari pondasi serta menutup dan merekatkan kembali rekahan-rekahan yang
banyak sekali terdapat pada lapisan teratas batuan yang mana lapisan tersebut
pasif kembali.

B. Perencanaan Teknis Bendungan


Pemilihan type bendungan
Ada 3 (tiga) tipe bendungan urugan, yaitu :
1. Bendungan homogen
Apabila didaerah sekitar tempat kedudukan suatu calon bendungan terdapat
hanya bahan-bahan yang kedap air atau bahan lempungan sedang jumlah kerikil
dan pasir tidak memadai maka alternatif yang memungkinkan adalah bendungan
homogen. Walau bentuknya sederhana namun rentan sekali stabilitas
bendungannya hal tersebut disebabkan karena seluruh tubuh bendungan yang
terletak dibawah garis depresi senantiasi dalam kondisi jenuh, sehingga daya
dukung dan kekuatan geser dan sudut luncur alamiahnya menurun pada tingkat
yang paling rendah, untuk mengatasinya maka dibuat sistem drainase di bagian
hilir tubuh bendungan guna menurunkan garis depresinya.
Macam-macam sistem drainase pada bendungan homogen, yaitu :
a. Konstruksi drainase pada tumit bendungan.
b. Konstruksi drainase diatas permukaan pondasi
c. Konstruksi drainase vertikal dalam tubuh bendungan

2. Bendungan zonal

19
Apabila selain bahan-bahan yang kedap air disekitar tempat kedudukan calon
bendungan diketemukan juga bahan lain-lain yang semi kedap air, lulus air atau
bahan-bahan campuran, maka bendungan zonal merupakan alternatif yang
ekonomis.
Ada tiga tipe bendungan zona, yaitu :
a. Bendungan tirai
Bendungan tirai (front core fill type dam) ialah bendungan zonal dengan zone
kedap air yang membentuk lereng usik bendungan tersebut.

- Penimbunan zone kedap air dapat dilaksanakan dalam waktu yang berbeda
dengan zone-zone lainnya.
- Semakin sedikit jumlah zone-zone pada tubuh bendungan akan lebih baik,
karena pelaksanaan penimbunannya akan lebih mudah dan sederhana.
- Tempat kedudukan calon bendungan memerlukan alas kedap air diatas
permukaan pada dasr atau tebing-tebing waduk, maka kontak antara alas
kedap air dengan tirai kedap air dapat dihubungkan dengan mudah.
- Berhubung garis depresi terletak dibelakang tirai biasanya sangat rendah,
sehingga daerah yang sangat jenuh air menjadi sangat kecil, maka lereng
hilir dapat dibuat lebih curam, tanpa kekhawatiran akan timbulnya
longsoran-longsoran seperti pada bendungan homogen.

b. Bendungan inti tegak


Bendungan inti tegak (central core fill type dam) ialah bendungan zonal yang
zone kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dengan kedudukan
vertikal.

- Berhubung inti tegak kedap air berposisi vertikal, maka perpotongan garis
lingkaran suatu bidang luncur dengan inti tersebut akan lebih kecil dan inti
kedap air merupakan zone yang terlemah maka kondisi tersebut akan
menguntungkan stabilitas tubuh bendungan.
- Dapat menyeasuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran
sehingga dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh
bendungan.

20
- Kebutuhan bahan inti air relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
kebutuhan bahan yang sama pada bendungan tirai, disamping itu
peanggalian pada tempat kedudukan inti akan berkurang sehingga volume
pekerjaan sementasi akan berkurang.
- Gradien hidrolis garis depresi relatif rendah sehingga aman terhadap gejala
sufosi, dengan demikian ketebalan inti kedap air dapat dipertipis.

c. Bendungan inti miring


Bendungan inti miring (inclined core fill type dam) ialah bendungan zonal
yang zone kedap airnya terletak didalam tubuh bendungan dan berkedudukan
miring kearah hilir.

3. Bendungan sekat
Pada lereng udik tubuh bendungan dilapisi dengan sekat tidak lulus air
(dengan kekedapan yang tinggi) seperti lembaran baja tanah karat, beton aspal,
lembaran beton bertulang, hamparan plastik, susunan beton blok, dan lain-lain.
Apabila disekitar tempat kedudukan bendungan terdapat bahan-bahan lulus air
yang banyak tapi langka terhadap bahan yang kedap air maka bendungan sekat
merupakan alternatif.

Kelebihan bendungan sekat, yaitu :


- Karena sangat tipisnya lapisan sekat, sehingga hampir tidak memberikan
beban-beban tambahan sehingga tubuh bendungan sekat aspal ini dapat
dibangun lebih ramping dengan volume yang lebih diperkecil.
- Berhubung sebagian besar tubuh bendungan terdiri dari bahan-bahan batu,
kerikil atau pasir maka penimbunannya dapat dilakukan sepanjang tahun tak
tergantung musim, sehingga periode pembangunannya dapat dipersingkat.
- Sekat aspal biasanya merupakan konstruksi yang tidak kekar, sehingga mudah
mengikuti bentuk permukaan lereng udik timbunannya dan karenanya sekat
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan gejala konsolidasi yang tidak
merata ditubuh bendungan.

Kelemahan bendungan sekatadalah :

21
- Diperlukan peralatan khusus seperti mesin-mesin pengaduk dan mesin-mesin
pengeras aspal.
- Sekat aspal merupakan konstruksi yang relatif tidak tahan lama dibandingkan
dengan umur bendungannya, sehingga diperlukan pemeliharaan yang seksama.
- Penggunaan sekat aspal terbatas hanya untuk bendungan-bendungan yang
rendah (80-100m).
- Proses konsolidasi pada tubuh bendungan, getaran-getaran yang ditimbulkan
oleh aliran-aliran air melalui terowongan-terowongan atau bangunan pelimpah
dan ketiadaan sifat adhesi yang sempurna antara sekat tersebut dengan
timbunan tubuh bendungan, maka terjadinya pada sekat sangatlah sukar untuk
dihindari dan biasanya mengakibatkan kebocoran yang cukup fatal.

Faktor-faktor untuk menentukan tempat kedudukan bendung, yaitu :


a. Kualitas serta kuantitas dari bahan-bahan tubuh bendungan yang terdapat
didaerah sekitar tempat kedudukan calon bendungan.
b. Kondisi penggarapan/pengerjaan bahan tersebut (penggalian, pengolahan,
pengangkutan, penimbunan, dll.)
c. Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon bendungan.
d. Kondisi alur sungai serta lereng kedua tebingnya dan hubungannya dengan
calon bendungan beserta semua bangunan-bangunan pelengkapnya.

C. Analisa dan Perhitungan


Analisa dan perhitungan untuk stabilitas tubuh bendungan urugan, terdiri dari
3 (tiga) kegiatan utama, yaitu :
- Mengadakan analisa dan inventarisasi terhadap gaya-gaya yang akan bekerja pada
tubuh bendungan.
- Mengadakan analisa-analisa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas lereng-
lereng calon tubuh bendungan.
- Mengadakan analisa-analisa dan perhitungan-perhitungan pada stabilitas calon
tubuh bendungan terhadap gaya-gaya yang timbul oleh adanya aliran filtrasi
didalam tubuh bendungan tersebut.

Gaya-gaya atau beban-beban yang bekerja pada bendungan urugan :

22
- Berat tubuh bendungan itu sendiri yang terdiri dari beberapa lapisan penyusun
termasuk pondasinya.
- Tekanan hidrostatis yang akan membebani tubuh dan pondasi bendungan, baik air
yang terdapat didalam waduk maupun dari dalam sungai dihilirnya.
- Tekanan air pori yang terkandung di butiran dari zone-zone tubuh bendungan.

Beberapa kondisi yang dianggap tidak menguntungkan pada sebuah bendungan


urugan :
- Waduk dalam keadaan penuh dan aliran air filtrasi dalam tubuh bendung bersifat
laminer.
- Dalam tubuh bendungan terdapat tekanan pori yang timbul sesudah bendungan
selesai dibangun.
- Waduk terisi setengah dan aliran filtrasi dalam tubuh bendung bersifat laminar.
- Dalam keadaan air waduk berfluktuasi dengan intensitas yang besar, tetapi dengan
periode yang pendek.
- Pada waduk yang relatif kecil biasanya terjadi kenaikan permukaan air waduk
melebihi permukaan elevasi semula.

D. Tubuh Bendungan
Beberapa istilah penting pada tubuh bendung antara lain yaitu :
1) Tinggi bendungan.
Adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan elevasi mercu
bendungan.
2) Tinggi jagaan.
Adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam
waduk dan elevasi mercu bendungan.
3) Panjang bendungan.
Adalah seluruh panjang bendungan yang bersangkutan, termasuk bagian yang
digali pada tebing-tebing sungai dikedua ujung mercu tersebut.
4) Volume bendungan.
Adalah seluruh jumlah volume konstruksi yang dibuat untuk pembangunan
tubuh bendungan termasuk kelengkapannya.
5) Kemiringan lereng

23
Adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui puncak dan
panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut.

6) Penimbunan ekstra
Adalah penimbunan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya gejala
konsolidasi pada tubuh bendungan.

Perencanaan Tubuh Bendungan

B
 Lebar minimum mercu bendungan
3
B=3,6 √ HD − 3
HD
HD = Tinggi bendungan (m)
B = Lebar bendungan (m)

 Kemiringan lereng/talud
1
up stream= x 100 %
0.05 . HD + 1.5
1
down stream= x 100 %
0.05 . HD + 1.0

 Angka Keamanan (SF)


m − Ce . γ '
SF up stream= tan φ
1 + Ce . m . γ '
n − Ce
SF down stream=
1 + Ce . n
Keterangan :
SF = Faktor keamanan (safety factor)
m,n = kemiringan lereng
 = sudut geser(o)
Ce = koefisien gempa
’ = berat jenis tanah (kg/cm³)

24
 Tinggi bendungan
Tinggi bendungan = (elevasi muka air maksimal – elevasi dasar sungai) + tinggi
jagaan + tinggi air diatas mercu spillway

Standar angka untuk tinggi jagaan bendungan urugan :


- Bendungan < 50 m : Hf ≥ 2 m
- Bendungan 50 – 100 m : Hf ≥ 3m
- Bendungan > 100 m : Hf≥ 3.5 m

he
(
Hf ≥Δh + hw atau
2 )
+ ha + ht

he
Hf ≥hw + + ha + ht
2
2 α . Qo h
Δh= .
3 Q A.h
1+
Q .T
Keterangan :
h = tinggi kemungkinan kenaikan m. a. waduk karena banjir abnormal (m)
Qo = debit banjir rencana (m³/dt)
Q = kapasitas rencana pelimpah u/ banjir abnormal (m³/dt)
α = 0.2-pelimpah terbuka
α = 0.1-pelimpah tertutup
h = kedalaman pelimpah rencana (m)
A = luas permukaan air waduk pada elevasi banjir rencana (m²)
T = durasi banjir abnormal (1-3 jam)
hw= tinggi ombak akibat tiupan angin (m)
he = tinggi ombak akibat gempa (m)
ha = tinggi kemungkinan naiknya m. a. waduk karena macetnya pelimpah (m)

E. Bangunan Pelimpah
Apabila debit banjir suatu bendungan diperkirakan akan berkapasitas besar
dibandingkan dengan volume waduk dan jika ditinjau dari kondisi topografinya

25
penempatan suatu bangunan pelimpah akan mengalami kesukaran, maka alternatif
bendungan urugan mungkin secara teknis akan sukar untuk dipertanggungjawabkan
dan bendungan beton mungkin akan lebih memadai dan penelitian-penelitian serta
analisa-analisa selanjutnya akan lebih mendalam terhadap kemungkinan
pembangunan bendungan beton perlu dilaksanakan.
Keterangan yang paling menonjol pada bendungan urugan adalah lemahnya daya
tahan bendungan terahadap limpasan dan dalam kondisi hidrologi seperti tersebut
diatas, maka bendungan urugan merupakan alternatif yang tidak meyakinkan.
Pelimpah spillway digambarkan sebagai berikut :

Sal.pengarah Spillway Peredam


Sal.peluncur enegi
Sal.pengatur
Arah aliran

Gambar 2.8 Sketsa pelimpah(spillway) dan bangunan pelengkapnya

Bagian-bagian dari pelimpah (spillway),yaitu :


1. Saluran pengarah aliran.
Fungsinya adalah sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran tersebut
senantiasa dalam kondisi hidrolik yang baik.
2. Saluran pengatur aliran.
Fungsinya adalah sebagai pengatur debit air yang melintasi bangunan pelimpah.
3. Saluran peluncur.
Fungsinya adalah untuk meluncurkan air dengan kecepatan tinggi (aliran
superkritis 1 < Fr < 9).
4. Peredam energi.
Fungsinya adalah mereduksi energi yang terdapat dalam aliran sehingga tidak
terjadi gerusan pada bagian hilir saluran peluncur.

Ada tiga macam peredam energi, yaitu :


a. Tipe loncatan
b. Tipe kolam olakan

26
c. Tipe bak pusaran

Pelimpah memiliki fungsi yaitu mengalirkan air dari daerah genangan ke sungai/ke
kolam olak sedangkan manfaat pelimpah yaitu melimpahkan air yang berlebihan
agar pada saat terjadi banjir besar tidak terjadi overtopping yang melebihi tinggi
main dam (tubuh bendungan).

Macam-macam jenispelimpah :
1. Pelimpah bebas
2. Pelimpah peluncur
3. Pelimpah samping
4. Pelimpah terowongan
5. Pelimpah menara
6. Pelimpah siphon
7. Ogee

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pelimpah :


a) Lebar efektif spillway
Be=B − 2 ( n Kp + Ka ) H

Keterangan :
B = lebar sungai (m)
n = jumlah pilar (Jika dibutuhkan)
Kp = koefisien kontraksi pilar (0.01)
Ka = koefisien kontraksi pada dinding samping (0.1)
H = tinggi air diatas spillway (m)

Pada saat terjadinya pelimpahan air melintasi mercu suatu bendung terjadi
kontraksi aliran baik pada kedua dinding samping bendung maupun disekitar
pilar-pilar yang dibangun diatas mercu bendung tersebut, sehingga secara hidrolis
lebar efektif suatu bendung akan lebih kecil dari seluruh panjang bendung yang
sebenarnya dan debit air yang melintasi mercu bendung yang bersangkutan selalu
didasarkan pada lebar efektifnya.

27
Dimensi saluran pengatur tipe bendungan pelimpah dapat diperoleh dengan
rumus-rumus hidrolika sebagai berikut :
3
2
Q=C . Be . H

Keterangan :
Q = debit air (debit banjir rencana) (m³/dt)
C = koefisien limpasan (1,8 – 2,2)
Be = lebar efektif spillway (m)
H = total tinggi air diatas mercu bending (m)

b) Saluran pengarah aliran


Bagian ini berfungsi sebagai penuntun aliran agar senantiasa dalam kondisi
hidrolik yang baik, kecepatan aliran pada saluran pengarah aliran sebaiknya < 4
m/dt, agar tidak terjadi goresan dan lebar saluran semakin mengecil ke arah
hilir.Saluran pengarah aliran adalah saluran yang mengarahkan aliran menuju
pelimpah (spillway) dan berbentuk lengkung atau mengikuti gerakan air agar tidak
mudah terjadi kerusakan.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari 1/5 x
tinggi rencana limpasan diatas mercu spillway.

1 1

V < 4 m/dtk

P≥1/5H

Potongan 1-1

Gambar 2.9 Sketsasaluran pengarah aliran

28
c) Saluran pengatur aliran
Adalah saluran yang berfungsi untuk mengatur kapasitas aliran yang melalui
bangunan pelimpah.
Bentuk-bentuk saluran pengatur aliran :
1. Tipe ambang bebas

H H

b b
Penampang Trapesium Penampang Segiempat
Gambar 2.10 Tipe ambang bebas
2. Tipe bendungan pelimpah
Bendung pelimpah (over flow weir) sebagai salah satu komponen dari saluran
pengatur aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta
memperbesar debit air yang akan melintasi bangunan pelimpah.

He

Gambar 2.11Tipe bendungan pelimpah

d) Saluran peluncur
Adalah saluran untuk meluncurkan air dengan kecepatan tinggi (aliran superkritis
1< Fr < 9).
Hal-hal yang harus diperhatikan :

29
- Bentuknya luas
- Penampang melintang berbentuk segiempat
- Kemiringan saluran pada bagian hulu landai dan semakin kehilir semakin
curam

e) Saluran transisi
Adalah saluran yang menghubungkan pelimpah dengan saluran peluncur, agar
debit banjir yang dialirkan tidak menimbulkan terjadinya air terhenti (back water)
di bagian hilir saluran.

f) Peredam energi
Pada saat banjir akan terjadi limpasan dengan kecepatan tinggi, hal ini akan
menimbulkan penggerusan pada bagian hilir/belakang pelimpah sehingga
menyebabkan kerusakan dan terganggunya stabilitas lereng.
Untuk itu diperlukan peredam energi untuk mengubah aliran dari superkritis
menjadi subkritis salah satu peredam energi adalah kolam olak.

Pengelompokan perencaan kolam olak berdasarkan bilangan Froude :


1. Untuk Fr < 1.7, tidak memerlukan kolam olak.
2. Bila 1.7 < Fr < 2.5, kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara
efektif, biasanya kolam olak dengan ambang ujung.
3. Jika 2.5 < Fr < 4.5, loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan
gelombang sampai jarak yang jauh disalurkan. Oleh karena itu diusahakan agar
kolam olak mampu menimbulkan turbulensi yang tinggi dengan blok
halangnya atau menambah intensitas pusaran dengan pemasangan blok depan
kolam (USBR Type IV).
4. Fr > 4.5, menggunakan kolam olak USBR Type III yang pendek dan
dilengkapi dengan blok depan dan blok halang.
5. Kedalaman aliran pada kali belakang pelimpah diperoleh dari persamaan
energi sepanjang suatu garis diantara tinggi air maksimum diatas mercu dan
pada kaki bendung pelimpah.

g) Persamaan energi

30
2
v1
P + He=d 1 +
2g
Keterangan :
P = tinggi mercu (m)
H = tinggi air diatas mercu (m)
d1 = tinggi air pada saat kecepatan di v1 (m)
v1 = kecepatan aliran (m/dt)

h) Kecepatan air di hulu bendung


A=B ×(P+ Hc)
Q
Vo=
A
Keterangan :
Q = debit air pada saat Q100(m³/dt)
A = luas spillway (m²)
B = lebar efektif spillway (m)
P = tinggi mercu (m)
Hc = tinggi air kritis (m)
i) Tinggi loncatan air
v1
Fr=
√ g . d1
d2 1
= ( √ 1 + 8 Fr 2 − 1 )
d1 2
Keterangan :
Fr = angka Froude
d2 = tinggi loncat air (m)
g = gravitasi (9,81m/dt²)
d1 = tinggi air pada saat kecepatan di V1 (m)

j) Persamaan energi tampang II


2
v2
P + Hc=d 2 + + Δ Hf
2g
Keterangan :
V2 = Kecepatan aliran pada saat terjadi loncat air(m/dt)

31
Hf = Beda tinggi persamaan energi tampang I dan tampang II (m)
P = Tinggi Mercu (m)
He = Tinggi Air Kritis (m)
d2 = Tinggi Loncat Air (m)
g = Gravitasi (9,81m/dt²)

k) Menentukan panjang kolam olak


L=2,7 d 2
Keterangan :
L = Panjang kolam olak (m)
d2 = Tinggi loncat air (m).

j) Perencanaan Tinggi Jagaan


Perbedaaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam waduk dan
elevasi mercu bendungan.Elevasi permukaan air maksimum rencana biasanya
merupakan elevasi banjir rencana waduk. Kadang-kadang elevasi permukaan air
penuh normal atau elevasi permukaan banjir waduk lebih tinggi dari elevasi banjir
rencana dan dalam keadaan yang demikian yang disebut elevasi permukaan air
maksimum rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan
dicapai oleh permukaan air waduk tersebut.
Tinggi jagaan pada bangunan pelimpah direncanakan untuk dapat menghindari
terjadinya limpasan air pada kemungkinan elevasi permukaan air yang paling
tinggi.
Dipakai rumus empiris :
1
3
Fb=0 . 6 + 0 .037 Va . d
Keterangan :
Fb= tinggi jagaan (m)
Va = kecepatan aliran (m/dt)
d = kedalaman aliran didalam saluran (m)

F. Bangunan Penyadap/Pengambilan
Bangunan penyadap/pengambilan dibagi menjadi dua macam, yaitu :

32
1. Bangunan penyadap tipe sandar
2. Bangunan penyadap menara
Fasilitas pelengkap pada bangunan penyadap antara lain :
a. Terowongan penyalur
b. Pipa penyalur
c. Pintu-pintu air dan katup pada bangunan penyadap
d. Ventilasi
e. Ruang operasi
f. Penggelontoran Lumpur

G. Bangunan pengelak
Bangunan pengelak dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Saluran pengelak
Metode-metode pemindahan aliran sungai
a. Pembuatan saluran pengelak
b. Penutupan sebagian alur sungai
c. Pembuatan terowongan pengelak

2. Bendungan pengelak
Bahwa bendungan pengelak dan saluran pengelak merupakan komponen pada
sistem pengelak banjir yang erat hubungannya.Adapun bendungan pengelak
samping yang berfungsi untuk mencegah genangan-genangan air pada pondasi
dan bagian bawah bendungan yang sedang dikerjakan dan menurunkan garis
depresi aliran air filtrasi pada lapisan pondasi tersebut.

H. Analisa Stabilitas Bendungan


Syarat-syarat stabilitas bendungan :
1) Aman terhadap geser dan guling
2) Aman terhadap bahaya piping
3) Aman terhadap rembesan
4) Aman terhadap kelongsoran

Muatan-muatan dan gaya-gaya yang harus diperhitungkan :

33
a. Tekanan statis
1
Pw= γ w . H 2
2
1
Y= H
3
Keterangan :
Pw = tekanan air statis (kg/m)
w = berat volume air(kg/m3)
H = kedalaman air (m)
Y = jarak tekanan yang bekerja (m)
b. Tekanan dinamis
7
Pd= γ . H 2 . KH
12 w
2
Y= H
5
Keterangan :
Pd = Tekanan air dinamis (kg/m)
KH = Koefisien gempa
w = Berat volume air (kg/m3)
H = Kedalaman air (m)
Y = Jarak tekanan yang bekerja (m)
c. Tekanan sedimen
1
Ps= ( γ s − γ w ) Cs . H 2
2
Keterangan :
Ps = Tekanan sedimen (kg/m)
s = Berat volume sedimen (kg/m3)
Cs = Koefisien tekanan tanah
w = Berat volume air (kg/m3)
H = Kedalaman air (m)
d. Berat air
Ww=V . γ w
Keterangan :

34
Ww = Berat air (kg)
V = Volume air (m³)
w = Berat volume air (kg/m3)
e. Berat bangunan
Wt=Wt 1 + Wt 2 + . . . + Wt n
W=V . γ p
Keterangan :
Wt = Berat bangunan total (kg)
Wt1, Wt2,…,Wtn = Berat bagian-bagian bangunan (kg)
V = Volume bangunan (m³)
p = Berat volume bangunan (kg/m³)
f. Tekanan tanah aktif
1
Pa= H . γ t . Ce
2
1 − sin φ
Ce=
1 + sin φ
Keterangan :
Pa = Tekanan tanah (kg/m²)
t = Berat volume tanah (kg/m³)
Ce = Koefisien tekanan tanah aktif
 = Sudut geser dalam(o)
H = Kedalaman air (m)
g. Gaya gempa akibat berat sendiri
kw=kh . W
Keterangan :
kw = Gaya gempa (kg, ton)
kh = Koefisien gempa
W = Berat bangunan (kg, ton)
h. Tekanan tanah akibat gempa
1
Pa'= H . γt . Ce '
2

35
cos (θ + θo ) cos ( θ + θo ) − V cos 2 ( θ + θo )− cos 2
(
Ce '= 3
cos θ
x
)
cos ( θ + θo ) + √ cos2 (θ + θo ) − cos 2 θ
Keterangan :
Ce’ = Koefisien tekanan tanah pada keadaan gempa
 = tan-1 K(o)
K = Kh / Kv
Kh = Koefisien gempa arah horizontal
Kv = Koefisien gempa arah vertikal
o = Sudut iklinasi material(o)
 Stabilitas terhadap geser dan guling
Stabilitas terhadap geser
( f . Σv ) + ( c . A )
SF=
ΣH
Keterangan :
SF = Faktor keamanan (Safety factor)
SF > 1.5, untuk keadaan normal
SF > 1.1, untuk keadaan gempa
V = Jumlah gaya-gaya vertical (kg, ton)
H = Jumlah gaya-gaya horizontal (kg, ton)
c = Kohesi (kg/cm²)
A = Luas bidang dasar pondasi (m²)

Stabilitas terhadap guling


Mt
SF=
Mg
Keterangan :
SF = Stabilitas guling (kg.m)
Mt = Momen tahan (kg.m)
Mg = Momen guling (kg.m)
 Stabilitas terhadap piping
Piping adalah kerusakan tanah pondasi di bawah bendungan karena aliran air tanah
yang diakibatkan perbedaan tinggi muka air di bagian hulu dan hilir.

36
Perhitungan stabilitas terhadap piping dapat dilakukan dengan pendekatan metode
panjang rayapan berdasarkan :
a. Teori Bligh
L≥C . H
Keterangan :
L = Panjang rayapan (m)
H = Beda tinggi muka air dihulu dan hilir (m)
C = Koefisien Bligh

b. Teori Lane
Merupakan pengembangan dari teori Bligh
1
L=Σ LV + Σ LH ≥ C . H
3

Keterangan :
LV = Panjang rayapan vertikal (m)
LH = Panjang rayapan horizontal (m)
C = Koefisien Lane
H = Beda tinggi muka air di hulu dan hilir (m)
 Stabilitas terhadap rembesan (Filtrasi)
Untuk mengetahui kemampuan daya tahan tubuh bendungan dan pondasinya
terhadap gaya-gaya yang ditimbulkan oleh aliran filtrasi, maka perlu diperhatikan
bahwa :
1. Formasi garis depresi (seepage line formation) dalam tubuh bendungan dengan
elevasi tertentu permukaan air dalam waduk yang direncanakan.
2. Kapasitas air filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi dari bendungan.
3. Kemungkinan terjadinya gejala sufosi (piping) yang disebabkan oleh gaya
horizontal/hidrodinamis dalam aliran filtrasi.

37
0,3L1
(B2-C0-A0) – garis depresi
B2 B
B1
y0
h
y
C0 1  cos 
E Y0
x A
d A0
L1 L2 y0
2
Gambar 2.12 Garis depresi pada bendungan homogen (sesuai dengan garis parabola)

Formasi garis depresi pada zone kedap air suatu bendungan dapat diperoleh dengan
metode Casagrande. Apabila angka permeabilitas vertikalnya (kv) berbeda dengan
angka permeabilitas horizontalnya (kh), maka akan terjadi deformasi garis depresi

dengan mengurangi koordinat horizontalnya sebesar √ kv / kh kali.


Pada Gambar 2.12, ujung tumit hilir bendungan dianggap sebagai titik permulaan
koordinat dengan sumbu-sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan
persamaan parabola bentuk dasar sebagai berikut :
y 2− y 20
x=
2y 0

atau
y=√ 2y 0 x + y 20

dan
y 0 =√ h2 +d 2−d
Keterangan :
h = Jarak vertikal antara titik-titik A dan B (m)
d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A (m)
L1 = Jarak horizontal antara titik-titik B dan E (m)

38
L2 = Jarak horizontal antara titik-titik B dan A (m)
A = Ujung tumit hilir bendungan
B = Titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng udik bendungan
A1 = Titik perpotongan antara parabola bentuk besar garis depresi dengan garis
vertikal melalui titik B
B2 =Titik yang terletak sejauh 0,3L1, horizontal ke arah udik dari titik B.

Akan tetapi garis parabola bentuk besar (B2 – C0 – A0) diperoleh dari persamaan
tersebut bukanlah garis depresi yang sesungguhnya, masih diperlukan penyesuaian-
penyesuaian menjadi garis B – C – A yang merupakan bentuk garis depresi yang
sesungguhnya seperti yang tertera pada Gambar 2.13 sebagai berikut :

Garis depresi
(B-C-A)
B2 B
B1 y0
C0 1  cos 
C
e
E
A0
A
Gambar 2.13 Garis depresi pada bendungan homogen
(sesuai dengan garis parabola yang mengalami modifikasi)

 Pada titik permulaan, garis depresi berpotongan tegak lurus dengan lereng udik
bendungan, dengan demikian titik C0 dipindahkan ke titik C sepanjang a.
 Panjang garis a tergantung dari kemiringan lereng hilir bendungan, dimana air
filtrasi tersembul keluar yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
y0
a+Δa =
1−cosα

keterangan :
a = Jarak AC (periksa gambar) (m)
a = Jarak C0 C (m)
 = Sudut kemiringan lereng hilir bendungan (o)

39
Menentukan nilai a :
 Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan lebih kecil dari 30 0 (α < 300) :

d d 2 h 2


a=
cos α

√(
cos α
− ) ( )
sin α
Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan sama dengan 900 (α = 900) :
3 3
a= y 0 = ( √ h2 + d 2 −d )
4 4

 Untuk kemiringan sudut lereng hilir bendungan sama dengan 1800 (α = 1800) :
1
a=a0 = ( √ h2 +d 2 −d )
2
Keterangan :
a = Jarak AC (periksa gambar) (m)
h = Jarak vertikal antara titik-titik A dan B (m)
d = Jarak horizontal antara titik B2 dan A (m)

Δa
Tabel 2.1 Hubungan antara sudut bidang singgung (α) dan a+ Δa
α 300 600 90 120 150 180
Δa
0,36 0,32 0,26 0,18 0,10 0
a+ Δa

 Kapasitas Aliran Filtrasi


Kapasitas aliran filtrasi adalah kapasitas rembesan air yang mengalir ke hilir melalui
tubuh dan pondasi bendungan. Kapasitas filtrasi suatu bendungan mempunyai batas-
batas tertentu yang mana apabila kapasitas filtrasi melampui batas tersebut, maka
kehilangan air yang terjadi akan cukup besar, disamping itu kapasitas filtrasi yang
besar dapat menimbulkan gejala sufosi (piping) serta gejala sembulan (boiling) yang
sangat membahayakan kestabilan tubuh bendungan.
Memperkirakan besarnya kapasitas filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan pondasi
bendungan yang didasarkan pada jaringan trayektori aliran filtrasi yang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :

40
Nf
Qf = K ×H ×L
Np
Keterangan :
Qf = Kapasitas aliran filtrasi (kapasitas rembesan) (m³/hari)
Nf = Angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi
Np = Angka pembagi dari garis equi-potensial
K = Koefisien filtrasi
H = Tinggi tekanan air total (m)
L = Panjang profil melintang tubuh bendungan (m)
 Stabilitas terhadap kelongsoran
Analisa stabilitas lereng bendungan dapat dilakukan dengan beberapa parameter,
antara lain :
a. Metode irisan bidang luncur (surface slice method)
b. Metode Culman
c. Metode Bishop
d. Dengan menggunakan program komputer, antara lain :
 Finite element (elemen hingga)
 Stable

41

Anda mungkin juga menyukai