Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN ULANG JEMBATAN SULIN-LOMBOK PADA RUAS JALAN

GERUNG/PATUNG SAPI-BIL (KM 4+719) DENGAN RANGKA BAJA


TRANSFIELD AUSTRALIA

Redesign of Sulin-Lombok Bridge on the Gerung/Patung Sapi-BIL (KM 4+719) Road


Section With an Australian Transfield Steel Frame

Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:
AMELIA ROSNAIDA
F1A 017 010

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
iii
PERENCANAAN ULANG JEMBATAN SULIN-LOMBOK PADA RUAS JALAN
GERUNG/PATUNG SAPI-BIL (KM 4+719) DENGAN RANGKA BAJA
TRANSFIELD AUSTRALIA

Redesign of Sulin-Lombok Bridge on the Gerung/Patung Sapi-BIL (KM 4+719) Road


Section With an Australian Transfield Steel Frame

Amelia Rosnaida1, I Nyoman Merdana2, I Wayan Sugiartha3


JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Jembatan Sulin merupakan salah satu jembatan di Pulau Lombok yang berperan penting untuk
menghubungkan kota Mataram dengan BIL (Bandara Internasional Lombok) yang terletak di Kokok
Sulin Desa Kuripan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Jembatan yang ada saat ini memiliki
bentang 60 meter ( 30 m + 30 m) dan memiliki satu buah pilar. Dalam tugas akhir ini dilakukan
perencanaan Jembatan Sulin dengan bentang 60,85 meter tanpa pilar. Tipe konstruksi yang digunakan
adalah konstruksi rangka baja tipe Transfield Australia, selain kuat dan aman, jembatan tipe ini juga dapat
menjadi ikon bagi daerah tersebut dengan desain jembatan yang indah dalam desain arsitekturalnya
mengingat Jembatan Sulin yang terletak pada perbatasan antara Kabupaten Lombok Barat dengan
Kabupaten Lombok Tengah. Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
perencanaan dari struktur atas dan struktur bawah jembatan rangka baja tipe Transfield Australia.

Metode perencanaan jembatan ini dimulai dengan tahap persiapan, kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan data dan studi literatur meliputi data jembatan, data gambar, buku referensi, peraturan-
peraturan yang terkait, dll. Tahap selanjutnya yaitu preliminary design, dimana profil rangka baja yang
digunakan diambil dari tabel profil konstruksi baja Ir. Gunawan 1987 dan analisis perhitungan struktur
baja menggunakan metode LRFD. Selanjutnya dilakukan analisa pembebanan berdasarkan SNI
1725:2016 dan untuk perhitungan gaya batang menggunakan Software SAP 2000 versi student.
Dilanjutkan dengan analisa struktur bangunan atas jembatan. Tahap selanjutnya yaitu perencanaan dan
analisa struktur bawah jembatan. Setelah perencanaan dan analisa struktur atas dan bawah jembatan
sudah selesai, dilanjutkan dengan tahap terakhir yaitu gambar desain jembatan.

Dari hasil analisa didapatkan jembatan rangka baja tipe transfield australia dengan tinggi
jembatan 6 meter, lebar jembatan 9,6 meter. Beban yang diterima oleh jembatan yaitu 6715,199 kN berat
sendiri (MS), 1,6 kN/m2 beban mati tambahan (MA), 9,407 kN/m beban lajur (BTR), 94,668 kN beban
lajur (BGT), 4,5 kN/m beban pejalan kaki (TP), 1,616 kN gaya rem (TB), 10,710 kN angin tekan dan
5,355 kN angin hisap (Ews), 6,834 kN beban angin pada kendaraan (Ewl), 40,356 kN beban gempa (EQ).
Adapun hasil analisa perhitungan struktur atas yaitu didapatkan pipa sandaran dengan diameter 76,3 mm,
trotoar dengan f’c 30 MPa setebal 0,25 m dan lebar 0,9 m, pelat lantai kendaraan dengan tebal 0,25 m dan
lebar 7 meter, dan untuk profil baja yang digunakan untuk bangunan atas yaitu WF 400 x 300 x 10 x16
untuk gelagar memanjang, 800 x 300 x 14 x 22 untuk gelagar melintang, gelagar induk (400 x 400 x 45 x
70 untuk batang atas, 400 x 400 x 18 x 28 untuk batang bawah, dan 400 x 400 x 20 x 35 untuk batang
diagonal), WF 150 x 150 x 7 x 10 untuk ikatan angin atas, L 175 x 175 x 15 untuk ikatan angin bawah
dan 900 x 900 mm untuk ukuran elastomer. Dimensi bangunan bawah digunakan abutment dengan tinggi
(H) 6 meter dan lebar pile cap (B) 4 meter f’c 30 MPa dan fondasi tiang pancang dengan diameter 0,8 m,
jumlah tiang 6 buah untuk masing-masing abutment dengan kedalaman 15 meter.

Kata Kunci: Jembatan Rangka, Transfield Australia, Baja, Struktur Atas, Struktur Bawah
1
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram
2
Dosen Pembimbing Utama
3
Dosen Pembimbing Pendamping

1
1. PENDAHULUAN Internasional, MotoGP tentunya akan
menjadi sasaran utama bagi wisatawan lokal
Latar Belakang
maupun mancanegara. Untuk itu,
Kondisi geografis Indonesia yang transportasi di Kabupaten Lombok Tengah
memiliki berbagai macam jenis kontur dari harus lancar dan mudah diakses.
pegunungan hingga dataran rendah
diperlukan sarana penghubung antar daerah Alternatif jembatan yang ditawarkan
satu dengan daerah lain agar akses suatu disini adalah jembatan rangka baja tipe
perjalanan berjalan lancar, maka untuk Transfield Australia mengingat lokasi
memperlancar perjalanan tersebut dibangun jembatan pada perbatasan dapat menjadi
jembatan. Jembatan adalah suatu struktur ikon bagi daerah tersebut dengan desain
bangunan yang berfungsi untuk jembatan yang indah dalam desain
menghubungkan dua bagian jalan yang arsitekturalnya.
terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, Jembatan dengan rangka baja
saluran irigasi dan pembuangan, jalan kereta memiliki banyak kelebihan, diantaranya
api, waduk, dan lain-lain. Struktur ini adalah mutu bahan jembatan ini seragam
memudahkan aktivitas manusia dalam sehingga kekuatannya juga seragam karena
bertransportasi baik menggunakan merupakan buatan pabrik. Kelebihan yang
kendaraan bermotor maupun kendaraan tak kedua adalah jembatan jenis ini memiliki
bermotor. kuat tekan dan kuat tarik yang tinggi
sehingga dengan material yang sedikit
Jembatan Sulin merupakan jembatan mampu memenuhi kebutuhan struktur.
yang berlokasi di perbatasan wilayah antara Kelebihan selanjutnya adalah pemasangan
Kabupaten Lombok Barat dengan jembatan rangka baja relatif cepat dan dapat
Kabupaten Lombok Tengah tepatnya pada menghemat tenaga kerja karena material
ruas jalan nasional Gerung/Patung Sapi BIL baja dibuat di pabrik sehingga hanya
(Bandara Internasional Lombok) KM 4+719 membutuhkan pekerjaan pemasangan di
pada koordinat 8°40’19”S 116°10’18”E 37 Bagaimana lapangan.
m). Berdasarkan data kondisi eksisting, Rumusan Masalah
jembatan dengan ruas 4 lajur 2 arah ini
dibangun menggunakan sistem struktur 1. Menghitung pembebanan yang bekerja
beton pratekan yang memiliki panjang pada struktur jembatan ?
bentang 60 meter (30 m + 30 m) dengan 2. Bagaimana menghitung gaya batang
pilar ditengahnya dan lebar melintang 11 yang bekerja pada rangka baja tipe
meter (7 meter ruas jalan dan trotoar 2 transfield australia ?
meter). Jembatan Sulin merupakan salah 3. Berapa dimensi profil baja pada gelagar
satu prasarana transportasi darat yang memanjang, melintang dan induk yang
mempunyai peranan penting terhadap diperlukan untuk memikul semua beban
perkembangan perekonomian, sosial, politik, yang bekerja?
pertahanan dan keamanan di Pulau Lombok, 4. Bagaimana merencanakan sambungan
mengingat lokasinya yang berada pada ruas yang digunakan pada struktur rangka
jalan nasional. Jembatan Sulin ini jembatan ?
merupakan akses penghubung kota Mataram 5. Bagaimana merencanakan struktur bawah
dengan BIL (Bandara Internasional jembatan ?
Lombok) maupun sebaliknya. Selain itu, Tujuan Perencanaan
jembatan ini juga sangat diperlukan
mengingat kawasan wisata Lombok Tengah 1. Mengetahui pembebanan yang bekerja
merupakan kawasan wisata yang cukup pada struktur jembatan.
diminati oleh wisatawan lokal maupun 2. Mengetahui gaya batang yang bekerja
mancanegara terutama daerah Kuta yang pada rangka baja tipe Transfield
sekarang juga tengah dilakukan Australia.
pembangunan Sirkuit Mandalika untuk 3. Mengetahui dimensi profil gelagar
penggelaran ajang balap motor memanjang, melintang dan induk yang

2
diperlukan untuk memikul semua beban truss dinilai lebih kuat, lebih ekonomis dan
yang bekerja. dapat dipasang pada bentang pendek,
4. Mengetahui sambungan yang akan menengah serta pada bentang yang panjang.
digunakan dalam desain struktur rangka
jembatan.
5. Mengetahui dimensi struktur bangunan
bawah jembatan. Landasan Teori
(Nasution, 2012) Jembatan rangka
Manfaat Perencanaan
adalah jembatan yang tersusun dari batang-
1. Memberikan acuan perancangan apabila batang yang dihubungkaan satu sama lain
jembatan akan direalisasikan. dengan pelat buhul, dengan pengikat paku
2. Memberikan perancangan yang tidak keling, baut atau las.
hanya bermanfaat sebagai jembatan
penyebrangan tetapi juga sebagai ikon
dengan desain yang estetik.
3. Menjadi referensi bagi mahasiswa
tentang bagaimana perancangan jembatan
menggunakan rangka baja tipe Transfield
Australia. Gambar 2.1 Jembatan Rangka Baja
Batasan Masalah Transfield Australia
(Sumber : https://nusantarabajaprima.com)
1. Tidak melakukan peninjauan terhadap
analisis biaya manajemen konstruksi dan Komponen jembatan rangka baja
metode pelaksanaan. terdiri dari struktur bangunan atas (sandaran,
2. Perhitungan struktur baja menggunakan trotoar, pelat lantai, gelagar memanjang,
metode LRFD. gelagar melintang, rangka induk, ikatan
3. Tidak meninjau kestabilan profil sungai. angin, dan elastomer) dan struktur bangunan
4. Tidak menghitung data hidrologi. bawah (abutment, dan fondasi).
5. Tidak merencanakan perkerasan dan Pada perencanaan jembatan ini,
desain jalan pendekat (oprit). semua beban dan gaya yang bekerja pada
6. Tinjauan mencakup struktur bangunan konstruksi dihitung berdasarkan standar
atas dan bangunan bawah jembatan. pembebanan jembatan yaitu SNI 1725:2016
7. Tidak membandingkan dengan hasil yang terdiri dari :
analisa existing jembatan. 1. Beban sendiri (MS)
8. Denah jembatan mengikuti eksisting Yaitu berat dari bangunan dan elemen-
yang sudah ada. elemen struktural lain yang dipikulnya.
2. Beban mati tambahan (MA)
2. DASAR TEORI Yaitu berat elemen nonstruktural.
Tinjauan Pustaka 3. Beban lajur (TD), yang terdiri dari BTR
dan BGT.
(Supriyadi dkk, 2007) Jembatan 4. Pembebanan untuk pejalan kaki (TP)
adalah suatu bangunan yang memungkinkan Beban pejalan kaki dengan intensitas 5
suatu jalan menyilang sungai atau saluran kPa.
air, lembah atau menyilang jalan lain yang 5. Gaya rem (TB)
tidak sama tinggi permukaannya.  25% dari berat gandar truk desain
(Asiyanto, 2008) Jembatan rangka  5% berat truk rencana ditambah beban
baja adalah struktur jembatan yang terdiri lajur terbagi rata BTR.
dari rangkaian batang-batang baja yang 6. Gaya angin, yang terdiri dari Ews dan
dihubungkan satu dengan yang lain. Ewl.
7. Pengaruh gempa (EQ)
(Jaelani, 2015) Penggunaan struktur EQ = x (2.1)
rangka baja tipe Transfield Australia yang
tidak lain adalah struktur rangka tipe warren Keterangan :

3
EQ : gaya gempa horizontal statis (kN) Keterangan :
Csm : koefisien respon gempa elastis rm : koefisien reduksi
Rd : faktor modifikasi respon P : beban roda
Wt : berat total struktur dari beban mati m1 : koefisien momen lebar pelat
dan beban hidup yang sesuai (kN) m2 : koefisien momen panjang pelat
8. Pengaruh temperatur (ET).
9. Kombinasi pembebanan yang terdiri dari
Kuat I, Kuat II, Kuat III, Kuat IV, Kuat
Pada pelat lantai kendaraan
V, Ekstrem I, Ekstrem II, Daya layan I,
jembatan rangka baja tipe Transfield
Daya layan II, Daya layan III, Daya layan
Australia terdapat deck plat yang
IV.
berfungsi untuk mendukung seluruh
Perencanaan struktur bangunan atas beban yang terjadi pada pelat lantai.
jembatan, terdiri dari : 4. Perencanaan gelagar
Terdiri dari gelagar memanjang
1. Railing (tiang sandaran)
dan gelagar melintang.
Berfungsi untuk memberikan
kontrol kekuatan penampang (Setiawan,
keamanan kepada pengguna jalan.
2008) :
2. Trotoar
Menurut SNI 1725:2016 bahwa Mu ≤ ϕb.Mn (2.8)
semua komponen trotoar yang lebih lebar
Keterangan :
dari 600 mm harus direncanakan untuk
Mu : momen lentur akibat beban (kNm)
memilkul beban pejalan kaki dengan
ϕb : 0,90
intensitas 5 kPa.
Mn : tahanan momen nominal (kNm)
3. Pelat lantai kendaraan
Perhitungan shear connector :
Tebal minimum (ts) pelat sesuai
dengan SNI-T-12-2004 : N= (2.9)
ts ≥ 200 mm (2.2)
Keterangan :
ts ≥ (100 + 40.l ) mm (2.3) N : jumlah stud
Keterangan : Vh : gaya geser horizontal (N)
ts : tebal pelat lantai (mm) Qn : kekuatan geser satu stud (N)
l : bentang pelat diukur dari pusat ke 5. Perencanaan rangka induk
tumpuan (m)  Batang tarik
Perencanaan struktur lantai Tu ≤ ϕ.Tn (2.10)
kendaraan menggunakan metode
M.Pigeud. Keterangan :
Tu : gaya tarik aksial terfaktor (N)
u = 0,75 + 2h (2.4) ϕ : 0,90
v = 0,25 + 2h (2.5) untuk kondisi leleh
0,75 untuk kondisi fraktur
Keterangan : Tn : tahanan nominal (N)
u : asumsi panjang bidang beban roda
(mm)  Batang tekan
v : asumsi lebar bidang beban roda Nu ≤ ϕ.Nn (2.11)
(mm)
h : tinggi penyebaran beban roda Keterangan :
(mm) Nu : beban terfaktor (N)
ϕ : 0,85
Menghitung momen lentur pada Nn : kuat tekan nominal (N)
arah lebar dan panjang pelat, Mx dan My :
6. Perencanaan sambungan
Mx = rm.P (m1 + 0,15m2) (2.6)
Tabel 2.1 Tipe-tipe baut
My = rm.P (m2 + 0,15m1) (2.7)

4
Keterangan :
SF : faktor keamanan
Mp : momen penahan guling (kNm)
Mh : momen penyebab guling (kNm)
 Keamanan terhadap geser

SF = ≥ 1,5 (2.16)

Untuk menghitung jumlah baut Keterangan :


yang diperlukan, dapat menggunakan c : kohesi tanah (kN/m3)
rumus : b : panjang pile cap abutment (m)
l : lebar pile cap abutment (m)
n= (2.12) P : beban vertikal (kN)
ϕ : sudut geser dalam (°)
keterangan : T : beban horizontal (kN)
n : jumlah baut
ϕ : 0,75 2. Perencanaan fondasi
Ru : beban terfaktor (N) Efisiensi tiang disarankan oleh Converse-
Rn : kekuatan (tarik, geser, dan Labarre Formula (Hardiyatmo, 2018) :
tumpuan desain baut akan diambil
hasil dari persamaan kuat desain Eg = 1-arctanϕ (2.17)
baut yang nilainya lebih kecil (N)
Keterangan :
7. Perencanaan Elastomer Eg : Efisiensi kelompok tiang
Direncanakan elastomer dengan D : diameter tiang
menggunakan bantalan dengan lapisan S : jarak antar pusat tiang
baja berdasarkan Pedoman Perancangan m : jumlah baris tiang
Bantalan Elastomer Untuk Perletakan n : jumlah tiang dalam satu baris
Jembatan 2015-Metode AASHTO. ϕ : arc tg d/s, dalam derajat
A=W.L (2.13)
3. METODE PERENCANAAN
Keterangan :
A : luas keseluruhan (mm2) Tahap persiapan merupakan tahap
W : lebar efektif elastomer (mm) awal yang meliputi kegiatan perumusan
L : panjang efektif elastomer (mm) masalah, observasi dan peninjauan langsung
di lokasi masalah, penentuan kebutuhan
Tebal pelat ditentukan berdasarkan : data, sumber data, dll. Yang kemudian
diikuti oleh tahap-tahap berikutnya. Secara
Hs ≥ (2.14)
umum, perencanaan jembatan ini diuraikan
Keterangan : sebagai berikut :
σs : tegangan rata-rata akibat beban
total (MPa)
hmax : tebal maksimum lapisan elastomer
pada bantalan elastomer (mm)
Perencanaan struktur bangunan bawah
jembatan, terdiri dari :
1. Perencanaan abutment
Struktur abutment harus dikontrol
terhadap guling dan geser yang harus
memenuhi faktor keamanan (SF) sebagai
berikut :
 Keamanan terhadap guling

SF = ≥2 (2.15)

5
Gambar 4.1 Potongan Memanjang Rencana
Jembatan Sulin
1. Perencanaan Sandaran
Berdasarkan tabel profil baja
(Gunawan, 1987), digunakan pipa baja BJ
37 diameter 76,3 mm dengan tebal 3,2 mm.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Kontrol lendutan
Data perencanaan (Preliminary Design) :
Δ= ϕ
Panjang jembatan, L : 60,85 m
Tinggi jembatan, H :6m = 11,451 mm ϕ 13,383 mm .. OK !!

Lebar jembatan, B : 9,6 m - Kontrol momen lentur

Lebar trotoar : 0,9 m ϕ.Mn ≥ Mu

Lebar jalur lalu lintas :7m 3,696 kNm ≥ 1,049 kNm .. OK !!

Jarak antar gelagar memanjang : 1,4 m


Jarak antar gelagar melintang : 5,071 m
Tebal trotoar dan pelat lantai : 0,25 m
Adapun untuk profil gelagar
memanjang menggunakan WF 400 x 300 x
10 x 16, Profil gelagar melintang
menggunakan WF 800 x 300 x 14 x 22, Gambar 4.2 Pemasangan Handrailing
Profil rangka induk tepi atas menggunakan
WF 400 x 400 x 45 x 70, Profil rangka induk 2. Perencanaan Trotoar
tepi bawah menggunakan WF 400 x 400 x Direncanakan trotoar dengan tebal
18 x 28, Profil batang diagonal 25 cm, lebar trotoar 90 cm dengan mutu
menggunakan WF 400 x 400 x 20 x 35, beton f’c 30 MPa dan mutu baja tulangan fy
Profil ikatan angin atas menggunakan WF 400 MPa dengan tulangan utama dan
150 x 150 x 7 x 10 mm dan Profil ikatan tulangan bagi Ø16-200 mm.
angin bawah menggunakan profil L 175 x
175 x 15 mm.

6
Gambar 4.3 Penulangan Trotoar pada kendaraan (Ewl), 40,356 kN beban
gempa (EQ).
3. Perencanaan Pelat Lantai Kendaraan
Tebal minimum (ts) pelat sesuai
dengan SNI-T-12-2004 :
ts ≥ 200 mm atau ts ≥ (100 + 40l ) mm
ts ≥ (100 + 40.1,4 ) mm
ts ≥ 156 mm Gambar 4. 5 Berat Sendiri (MS)
Dari syarat tersebut direncanakan
tebal pelat kendaraan sebesar 250 mm. Pada
pelat lantai kendaraan jembatan ini, lantai
beton menggunakan lembaran baja
gelombang (deck plate). Deck Plat yang
digunakan diambil dari brosur PT. Union
Metal jenis union floor deck W-1000.
 Sebelum beton mengeras
Gambar 4. 6 Beban Mati Tambahan (MA)
ϕ.Mn ≥ Mu
569,439 kNm > 553,917 kNm .. OK !!
 Setelah beton mengeras
ϕ.Mn ≥ Mu
1380,835 kNm > 828,523 kNm .. OK !!
 Kontrol geser
ϕ.Vn ≥ Vu Gambar 4.7 Beban Terbagi Rata (BTR)
544,968 kN > 453,538 kN .. OK !!

Penulangan pelat lantai


menggunakan tulangan Ø16-200 mm untuk
arah x dan y.

Gambar 4. 7 Beban Garis Terpusat (BGT)


Gambar 4.4 Penulangan Pelat Lantai
4. Analisa Pembebanan
Hasil dari perhitungan pembebanan
jembatan, yaitu 6715,199 kN berat sendiri
(MS), 1,6 kN/m2 beban mati tambahan
(MA), 9,407 kN/m beban lajur (BTR),
94,668 kN beban lajur (BGT), 4,5 kN/m2
beban pejalan kaki (TP), 1,616 kN gaya rem Gambar 4. 8 Beban Pejalan Kaki (TP)
(TB), 10,710 kN angin tekan dan 5,355 kN
angin hisap (Ews), 6,834 kN beban angin

7
Gambar 4. 9 Gaya Rem (TB)

Gambar 4. 10 Beban Angin Pada Struktur

Gambar 4.13 3D Jembatan rencana


5. Perencanaan Gelagar
Perencanaan gelagar menggunakan
Gambar 4.11 Beban Angin Pada Kendaraan baja BJ 50 fy 290 MPa dan fu 500 MPa.
- Gelagar memanjang (Girder)
Mu = 53,578 kNm
Vu = 61,497 kN
Kontrol momen lentur
Mn = Mp = 632,710 kNm
ϕ.Mn ≥ Mu
0,9 x 632,710 ≥ 53,578
Gambar 4. 12 Beban Gempa 569,439 kNm ≥ 53,578 .. OK !!
Tabel 4.1 Rekapitulasi Gaya Batang
Kontrol lendutan
Δijin = 1,014 cm
Δ terjadi = 0,142 cm (SAP 2000)
Cek Δ terjadi ≤ Δijin .. OK !!
Kontrol gaya geser
Vu ≤ Vn
61,497 kN ≤ 696 kN .. OK !!
Kebutuhan shear connector

8
N= = = 32 stud - Perencanaan batang tepi atas
Nu = 12956,596 kN (GPA 397 Kuat I)
S = = 158,469 mm
Arah sumbu kuat (x)
Maka jumlah stud yang digunakan Nu ≤ ϕ.Nn
adalah 32 stud dengan jarak 158,469 mm.
12956,596 kN ≤ 18465,919 kN .. OK !!
Arah sumbu lemah (y)
Nu ≤ ϕ.Nn
Gambar 4.14 Pemasangan Shear Connector 12956,596 kN ≤ 16308,389 kN .. OK !!
pada Gelagar Memanjang
Jadi, profil WF 400 x 400 x 45 x 70
- Gelagar melintang (Diafragma) dapat digunakan sebagai batang atas yang
Mu = 629,220 kNm mengalami tekan

Vu = 230,784 kN - Perencanaan batang tepi bawah

Kontrol momen lentur Tu = 2816,093 kN (GPT 43 Kuat I)

Mn = Mp = 2069,201 kNm Kuat tarik nominal

ϕ.Mn ≥ Mu  Kondisi leleh

1862,281 kNm ≥ 629,220 kNm .. OK !! Tu ≤ ϕ.Tn

Kontrol lendutan 2816,093 kN ≤ 7814,340 kN .. OK !!

Δijin = 0,28 cm  Kondisi fraktur


Δ terjadi = 0,025 cm (SAP 2000) Tu ≤ ϕ.Tn
Cek Δ terjadi ≤ Δijin .. OK !! 2816,093 kN ≤ 8857,35 kN .. OK !!
Kontrol gaya geser Kelangsingan penampang
Vu ≤ Vn Imin = 2,113 cm ϕ Imin = 10,2 cm
230,784 kN ≤ 1948,8 kN .. OK !! Jadi, profil WF 400 x 400 x 18 x 28
dapat digunakan sebagai batang bawah yang
Kebutuhan shear connector mengalami tarik.
N= = = 54 stud - Perencanaan batang diagonal
1. Batang yang mengalami tekan
S = = 162,963 mm
Nu = 4856,674 kN (BD 296 Kuat I)
Maka jumlah stud yang digunakan
adalah 54 stud dengan jarak 162,963 mm. Arah sumbu kuat (x)
Nu ≤ ϕ.Nn
4856,674 kN ≤ 8142,175 kN .. OK !!
Arah sumbu lemah (y)
Nu ≤ ϕ.Nn
Gambar 4.15 Pemasangan Shear Connector
pada Gelagar Melintang 4856,674 kN ≤ 6782,04 kN .. OK !!

6. Perencanaan Rangka Utama 2. Batang yang mengalami tarik

Perencanaan rangka utama Tu = 4816,154 kN (BD 297 Kuat I)


menggunakan baja BJ 50 fy 290 MPa dan fu Kuat tarik nominal
500 MPa.
 Kondisi leleh

9
Tu ≤ ϕ.Tn 53,606 kN ≤ 1047,6541 kN .. OK !!
4816,154 kN ≤ 9414,270 kN .. OK !!  Kondisi fraktur
 Kondisi fraktur Tu ≤ ϕ.Tn
Tu ≤ ϕ.Tn 53,606 kN ≤ 1111,725 kN .. OK !!
4816,154 kN ≤ 10614,375 kN .. OK !! Kelangsingan penampang
Kelangsingan penampang imin = 4,232 cm ϕ imin = 6,39 cm
imin = 2,714 cm ϕ imin = 10,4 cm Jadi, profil WF 150 x 150 x 7 x 10
dapat digunakan sebagai batang diagonal
Jadi, profil WF 400 x 400 x 20 x 35
ikatan angin atas yang mengalami tarik.
dapat digunakan sebagai batang diagonal
yang mengalami gaya tekan dan tarik. - Perencanaan Ikatan Angin Bawah
- Perencanaan Ikatan Angin Atas 1. Batang diagonal yang mengalami tekan
1. Batang vertikal Nu = 74,765 kN (IB 73 Kuat III)
Nu = 58,512 kN (IA 404 Kuat III) Nu ≤ ϕ.Nn
Arah sumbu kuat (x) 74,765 kN ≤ 186,847 kN .. OK !!
Nu ≤ ϕ.Nn Jadi, profil L 175 x 175 x 15 dapat
digunakan sebagai batang diagonal ikatan
58,512 kN ≤ 283,836 kN .. OK !!
angin bawah yang mengalami tekan.
Arah sumbu lemah (y)
2. Batang diagonal yang mengalami tarik
Nu ≤ ϕ.Nn
Tu = 61,636 kN (IB 50 Kuat III)
58,512 kN ≤ 97,724 kN .. OK !!
 Kondisi leleh
Jadi, profil WF 150 x 150 x 7 x 10
dapat digunakan sebagai batang vertikal Tu ≤ ϕ.Tn
ikatan angin atas yang mengalami tekan. 61,636 kN ≤ 1310,481 kN .. OK !!
2. Batang diagonal yang mengalami tekan  Kondisi fraktur
Nu = 70,913 kN (IA 269 Kuat III) Tu ≤ ϕ.Tn
Arah sumbu kuat (x) 61,636 kN ≤ 1451,588 kN .. OK !!
Nu ≤ ϕ.Nn Kelangsingan penampang
70,913 kN ≤ 212,968 kN .. OK !! imin = 4,232 cm ϕ imin = 5,35 cm
Arah sumbu lemah (y) Jadi, profil L 175 x 175 x 15 dapat
Nu ≤ ϕ.Nn digunakan sebagai batang diagonal ikatan
angin bawah yang mengalami tarik.
70,913 kN ≤ 73,352 kN .. OK !!
- Lendutan Pada Rangka Utama
Jadi, profil WF 150 x 150 x 7 x 10
dapat digunakan sebagai batang diagonal Lendutan pada rangka dihitung
ikatan angin atas yang mengalami tekan. menggunakan SAP 2000.

3. Batang diagonal yang mengalami tarik Δijin = = = 1,014 cm


Tu = 53,606 kN (IA 271 Kuat III) Lendutan pada SAP 2000 sebesar 0,116 cm.
Kuat tarik nominal = 0,116 ϕ = 1,014 cm .. OK !!
 Kondisi leleh
Tu ≤ ϕ.Tn

10
Tabel 4.3 Jumlah baut pada batang
Gambar 4.16 Lendutan Batang Pada Rangka horizontal bawah
Utama

7. Perencanaan Sambungan
- Gelagar memanjang dengan gelagar
melintang
Menggunakan baut tipe A325 dengan
diameter 25,4 mm dengan tebal pelat
penyambung 13 mm. Tabel 4.4 Jumlah baut pada batang diagonal
N= = = 5,07 ~ 8 baut

Gambar 4.17 Jarak Antar Baut dan Jarak


Baut dengan Tepi Pelat
Sambung
- Sambungan gelagar melintang dengan
rangka utama
Menggunakan baut tipe A325 dengan
diameter 31,2 mm dengan tebal pelat
penyambung 20 mm.

N= = = 7,19 ~ 8 baut
Gambar 4.18 Gambar Sambungan
- Sambungan rangka utama - Sambungan ikatan angin
Menggunakan baut tipe A325 dengan Menggunakan baut tipe A325 dengan
diameter 31,2 mm dengan tebal pelat diameter 12,7 mm dengan tebal pelat
penyambung 20 mm. penyambung 9 mm.
Ikatan angin atas (vertikal)
N= = = 1,494 ~ 2 baut
Tabel 4.2 Jumlah baut pada batang
horizontal atas Ikatan angin atas (diagonal)

N= = = 1,81 ~ 4 baut

11
Gambar 4.19 gambar sambungan pada
ikatan angin atas diagonal
Ikatan angin bawah
N= = = 1,573 ~ 4 baut

- Kontrol stabilitas guling


Guling arah x
Tabel 4.6 Kontrol Stabilitas Abutment
Terhadap Guling Arah x
Gambar 4.20 Gambar Sambungan Pada
Ikatan Angin Bawah
8. Perencanaan Bantalan Elastomer
Dimensi dari elastomer yang
digunakan yaitu 900 x 900 mm dengan tebal
total dari elastomer yaitu 224 mm dengan
tebal pelat :
Hs ≥
Guling arah y
Hs ≥ Tabel 4.7 Kontrol Stabilitas Abutment
Terhadap Guling Arah y
Hs ≥ 1,684 mm
Direncanakan elastomer sebanyak 4
buah yaitu terdiri dari 2 buah untuk masing-
masing abutment dengan tebal pelat baja
yang digunakan yaitu 3 mm.

- Kontrol stabilitas geser


Geser arah x
Gambar 4.21 Detail Elastomer Tabel 4.8 Kontrol Stabilitas Abutment
Terhadap Geser Arah x

9. Perencanaan Abutment
Tabel 4.5 Rekapitulasi Kombinasi Beban

Geser arah y
Tabel 4.9 Kontrol Stabilitas Abutment
Terhadap Geser Arah y

12
- Penulangan Abutment

Gambar 4.23 Gambar Titik Fondasi Tiang


Pancang

5. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Hasil dari perhitungan pembebanan
jembatan, yaitu 6715,199 kN berat sendiri
(MS), 1,6 kN/m2 beban mati tambahan (MA),
9,407 kN/m beban lajur (BTR), 94,668 kN
beban lajur (BGT), 4,5 kN/m beban pejalan
kaki (TP), 1,616 kN gaya rem (TB), 10,710
Gambar 4.22 Detail Penulangan Abutment kN angin tekan dan 5,355 kN angin hisap
(Ews), 6,834 kN beban angin pada kendaraan
(Ewl), 40,356 kN beban gempa (EQ).
H abutment =6m
By (lebar abutment) =4m 2. Perhitungan gaya batang pada perencanaan
jembatan ini menggunakan software SAP
Bx (Panjang abutment) = 9,6 m 2000. Output gaya batang yang dihasilkan
terlampir.
10.Perencanaan fondasi
3. Dimensi profil baja pada gelagar memanjang
Direncanakan fondasi jenis tiang WF 400 x 300 x 10 x 16, profil baja pada
pancang dengan diameter 0,8 m kedalaman gelagar melintang WF 800 x 300 x 14 x 22,
tiang pancang 15 m. profil baja pada rangka induk atas WF 400 x
400 x 45 x 70, profil baja pada rangka induk
n = = = 3,567 ~ 6 buah bawah WF 400 x 400 x 18 x 28, dan
profil baja pada rangka diagonal
Eg = 1 – θ menggunakan profil WF 400 x 400 x 20
x 35.
= 1 – 0,33 4. Sambungan gelagar memanjang dengan
gelagar melintang menggunakan baut dengan
= 0,996 diameter 25,4 mm sebanyak 8 buah. Gelagar
Qg = n x E x Qa melintang dengan rangka utama
menggunakan baut diameter 31,2 mm
= 6 x 0,996 x 2568,997 sebanyak 8 buah, sambungan pada rangka
utama menggunakan baut dengan diameter
= 15336,912 kN > PMS .. OK !! 31,2 mm dan untuk ikatan angin
menggunakan baut dengan diameter 12,7
mm.
5. Abutment (pangkal jembatan) dengan tinggi
6 m dan lebar 4 m menggunakan mutu beton
f’c 30 MPa dan fy 400 MPa dan untuk
fondasi tiang pancang berjumlah 6 buah

13
untuk masing-masing abutment sedalam 15 m
dengan diameter 0,8 m.

Saran
1. Sebelum melakukan analisis perhitungan
struktur jembatan sebaiknya seorang
perencana mencermati beban-beban yang
bekerja pada masing-masing bagian struktur
dan disesuaikan dengan peraturan yang
digunakan sebagai acuan, dalam hal ini
menggunakan SNI terbaru.
2. Sebelum melakukan perencanaan, disarankan
untuk mengumpulkan beberapa referensi
yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam
perencanaan.
3. Sebelum menentukan jenis dan bahan yang
akan digunakan dalam mendesain jembatan,
alangkah baiknya memperhatikan batasan-
batasan dalam penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Perancangan Bantalan
Elastomer Untuk Perletakan Jembatan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat: Jakarta.

Anonim. 2016. SNI 1725:2016 (Pembebanan


Untuk Jembatan). Badan Standarisasi
Nasional: Jakarta.

Asiyanto. 2005. Metode Konstruksi Jembatan


Rangka Baja. Universitas Indonesia :
Jakarta.

Gunawan, R. 1987. Tabel Profil Konstruksi Baja.


Kanisinus: Yogyakarta.

Hardiyatmo, H., C. 2018. Analisis dan


Perancangan Fondasi II: Gadjah Mada Un

iversity Press. Yogyakarta

Jaelani, A., H. 2017. Re-Design Jembatan


Nambangan Bantul Menggunakan Rangka
Baja Type Warren. Universitas Islam
Indonesia: Yogyakarta.

Nasution, T. 2012. Modul Kuliah Struktur Baja


II. Departemen Teknik Sipil FTSP ITM:
Malang.

Setiawan, A. 2008. Perencanaan Struktur Baja


dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI
03-1729-2002). Erlangga: Jakarta.

Supriyadi, B., dan Muntohar, A., S. 2007.


Jembatan. Beta Offset: Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai