Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AKHIR – PS 1380

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN


BUSUR RANGKA TIPE THROUGH-ARCH

FAIZAL OKY SETYAWAN

NRP 3105 100 135

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2009
PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN

BUSUR RANGKA TIPE THROUGH-ARCH

Nama : Faizal Oky Setyawan

NRP : 3105 100 135

Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

Abstrak

Jembatan merupakan suatu stuktur yang melintaskan alur jalan melewati rintangan yang ada tanpa menutupnya.
Jembatan dapat digunakan untuk melintasi sungai, jalan, atau bahkan untuk menghubungkan antar pulau. Dikarenakan
wilayah di Indonesia memiliki karakteristik tanah yang berbeda-beda maka diperlukan perhatian khusus pada perencanaan
jembatan. Hal tersebut menjadi penting karena berkaitan dengan kestabilan struktur. Jika kondisi tanah kurang
diperhatikan maka bahaya keruntuhan, kecelakaan dan kerugian yang mungkin terjadi akan sangat besar.

Beban-beban yang dipakai untuk merencanakan jembatan ini akan mengacu pada peraturan RSNI T-02-2005 dan
BMS 1992. RSNI T-02-2005 merupakan peraturan pembaruan dari BMS 1992 karena besar beban lalu-lintas yang terjadi
di lapangan semakin lama semakin meningkat. Adanya peraturan pembebanan dimaksudkan untuk memberikan peraturan
dan saran-saran untuk perencanaan jembatan di Indonesia yang dapat menjamin tingkat keamanan, tingkat penggunaan
dan tingkat penghematan yang dapat diterima dalam struktur jembatan. Sedangkan perencanaan struktur atas jembatan
megacu pada peraturan AISC-LRFD.

Dalam tugas akhir ini akan direncanakan struktur jembatan busur rangka dengan lantai kendaraan di bawah.
Jembatan busur merupakan bentuk struktur jembatan yang mengambil keuntungan gaya tekan pada struktur lengkungnya.
Bentuk lengkung tersebut dapat menguangi momen lentur pada jembatan sehingga penggunan bahan lebih efisien
dibandingkan gelagar parallel. Baja merupakan bahan konstruksi yang memiliki kekuatan cukup tinggi dan kemampuan
untuk berdeformasi secara nyata sebelum kegagalan terjadi dapat mencegah runtuhnya stuktur secara tiba-tiba. Profil baja
sendiri memiliki keuntungan karena dapat dibuat di pabrik sehingga proses pemasangan akan cepat.

Untuk menganalisa struktur atas jembatan digunakan bantuan program SAP 2000, sehingga dapat diketahui gaya-
gaya batang dan besar reaksi yang akan digunakan untuk merencanakan struktur bawah jembatan.

Kata Kunci : Jembatan, Through-Arch, Rangka Baja


BAB I Untuk menghindari penyimpangan pembahasan dari
PENDAHULUAN masalah yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan
pembatasan masalah yang meliputi :
1.1 LATAR BELAKANG 1. Permasalahan ini hanya ditinjau dari aspek teknik saja
Sebagai infrastruktur transportasi, jembatan dan tidak dilakukan analisa dari segi biaya dan waktu.
mempunyai peran sebagai bagian integral sistem jaringan 2. Perencanaan tidak memantau aspek metode
jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi pelaksanaan pembangunan struktur jembatan.
sungai, lembah atau bahkan antar pulau. Fakta tersebut 3. Perhitungan perencanaan dibatasi pada struktur
menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat harus dapat jembatan rangka dan pilar sedangkan jembatan beton
dipenuhi oleh para tenaga ahli jembatan dengan daya komposit digunakan sebagai beban pada pilar sesuai
kreatifitas dan inovasi tinggi. Maka dalam rangka standar yang dikeluarkan BMS 1992 dan kepala
memenuhi dan menunjang kebutuhan transportasi pada jembatan tidak direncanakan.
Proyek Pembangunan Jalan Lintas Selatan Jawa Timur, 4. Perhitungan sambungan dibatasi pada bagian-bagian
Kabupaten Banyuwangi akan merealisasikan tertentu yang dianggap mewakili keseluruhan.
pembangunan jembatan Malangsari. 5. Perencanaan ini tidak memperhitungkan kondisi
Jembatan Malangsari ini terdapat pada jalur beban pada waktu metode pelaksanaan.
jalan Lintas Selatan Jawa Timur yang menghubungkan
Kendeng Lembu dan Batas Jember STA.20+900 (dari
Glenmore) dengan bentang + 140 m. Lokasi ini berada di BAB II
wilayah lahan perkebunan milik PTPN XII Kebun TINJAUAN PUSTAKA
Malangsari Kabupaten Banyuwangi. Rencana jembatan
akan melintasi sungai Malangsari yang terletak 20 km 2.1 UMUM
dari ruas jalan Jember-Banyuwangi atau 80 km dari Suatu jembatan terdiri atas bagian
ibukota Kabupaten Banyuwangi. Jembatan ini berfungsi bawah (substruktur) dan bagian atas
sebagai jalur perlintasan kendaraan dengan 2 lajur dan 2 (supperstruktur). Bagian bawah jembatan memikul
arah. atau mendukung bagian atas dan meneruskan
Dalam penulisan proposal tugas akhir ini akan beban bagian atas beserta beban lalu lintasnya
dipilih perencanaan jembatan busur dengan lalu lintas kepada tanah dasar. Dalam perencanaan jembatan
kendaraan di bawah. Konstruksi jembatan ini Malangsari ini akan mengacu pada peraturan
menggunakan penampang rangka yang memiliki nilai Bridge Management System (BMS 1992), RSNI T-
lebih pada kemudahan pelaksanaan karena baja bisa 02-2005 untuk pedoman pembebanan dan AISC-
dibuat terlebih dahulu melalui proses pabrikasi tanpa LRFD untuk perhitungan struktur atas jembatan
harus di buat lanngsung di lapangan. Pemilihan bahan yang terbuat dari baja.
dari baja karena bahan tersebut memiliki kekuatan cukup
tinggi untuk menahan kuat tarik dan tekan tanpa 2.2 Bagian- Bagian Jembatan Rangka Busur
membutuhkan banyak volume. Sifat daktilitas baja yang 1. Deck atau lantai kendaraan : Bagian ini yang
mengalami deformasi besar di bawah pengaruh tegangan menerima langsung beban lalu lintas dan
tarik tinggi mampu mencegah robohnya struktur secara melindungi terhadap keausan. Untuk kontruksi
tiba-tiba. jembatan biasanya deck menggunakan pelat dari
beton bertulang atau pelat baja. Berdasarkan letak
1.2 PERMASALAHAN lantai kendaraannya, ada beberapa bentuk jenis
Permasalahan yang akan ditinjau adalah sebagai yang umum dipakai, yaitu
berikut : 9 Deck Arch
1. Bagaimana mendesain lay out awal struktur jembatan
?
2. Bagaimana menentukan jenis pembebanan yang akan
digunakan dalam desain ?
3. Bagaimana merencanakan profil yang akan dipakai
pada struktur atas jembatan ? Salah satu jenis jembatan busur dimana letak
4. Menganalisa perhitungan kekuatan profil terhadap lantainya menopang beban lalu lintas secara
gaya dalamnya ? langsung dan berada pada bagian paling atas
5. Mengontrol desain profil terhadap kekuatan dan busur.
kestabilan struktur dengan bantuan program SAP ?
9 Through Arch
6. Bagaimana merencanakan pilar jembatan ?
7. Bagaimana menuangkan hasil bentuk desain dan
analisa ke dalam bentuk gambar teknik ?

1.3 TUJUAN
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dalam
penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mendesain lay out awal struktur jembatan.
Salah satu jenis jembatan busur dimana letak
2. Dapat menentukan jenis pembebanan yang akan
lantainya berada tepat di springline busurnya.
digunakan dalam desain.
3. Dapat merencanakan profil yang akan dipakai pada 9 A Half – Through Arch
struktur atas jembatan.
4. Dapat menganalisa perhitungan kekuatan profil
terhadap gaya dalamnya.
5. Dapat mengontrol desain profil terhadap kekuatan dan
kestabilan struktur dengan bantuan program SAP.
6. Dapat merencanakan pilar jembatan.
7. Dapat menuangkan hasil bentuk desain dan analisa ke
dalam bentuk gambar teknik. Salah satu jenis jembatan busur dimana lantainya
kendaraannya berada di antara springline dan
1.4 BATASAN MASALAH bagian busur jembatan, atau berada di tengah-
tengah.
2. Batang Lengkung : bagian dari struktur yang
memikul beban di sepanjang jembatan.
3. Abutment dan pilar : struktur bagian bawah
jembatan yang berfungsi menyangga deck
langsung ke tebing atau tepi sungai dan
menyalurkan beban-beban yang diterima oleh
deck kebagian pondasi.
4. Pondasi untuk abutmen dan pilar, bisa berupa
tiang pancang
5. Approach bridge : berfungsi untuk
menghubungkan jembatan terhadap jalan
6. Handrail

2.2.1 Berdasarkan Penampang Busur Gambar 2.7 Beban Truk “T”


Berdasarkan jenis penampang busurnya,
konstruksi busur dapat dibagi menjadi : - Gaya Rem
Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu-lintas
• Dinding Penuh harus diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
• Box memanjang dan dianggap bekerja pada permukaan
• Rangka lantai jembatan. Besarnya gaya rem diatur dalam
RSNI T-02-2005 6.7.
2.3 Pembebanan
2.3.1 Beban Tetap - Pembebsnan Pejalan Kaki
Sesuai dengan peraturan RSNI T-02-2005 6.7 semua
- Berat sendiri / Dead Load. elemen dari trotoar atau jembatan penyeberangan
Merupakan berat bahan dan bagian jembatan yang yang langsung memikul pejalan kaki harus
merupakan elemen struktural, ditambah dengan direncanakan untuk beban nominal 5 kPa.
elemen non struktural yang dianggap tetap. Faktor
beban berat sendiri diatur pada RSNI T-02-2005 5.2 2.3.3 Aksi Lingkungan

- Beban mati tambahan / Superimposed Dead Load. - Beban Angin


Merupakan berat seluruh bahan yang membentuk Angin harus dianggap bekerja secara merata pada
suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen seluruh bangunan atas. Perencanaan jembatan rangka
non struktural, dan mungkin besarnya berubah selama mengacu pada peraturan RSNI T-02-2005 7.6.
umur jembatan. Faktor beban mati diatur pada RSNI
T-02-2005 5.3.

- Tekanan tanah.
Koefisen tekanan tanah nominal harus dihitung dari
sifat – sifat tanah yang ditentukan berdasarkan pada
kepadatan, kadar kelembaban, kohesi sudut geser
dalam dan sebagainya. Gambar 2.11 Pembebanan Angin

2.3.2 Beban Lalu Lintas - Beban Gempa


Dalam suatu perencanaan jembatan harus
- Beban lajur “ D “. memperhitungkan beban akibat pengaruh terjadinya
Secara umum beban “D” akan menentukan dalam gempa. Sungai Malangsari yang terletak di Kabupaten
perhitungan yang mempunyai bentang mulai dari Banyuwangi ini berada pada wilayah zona gempa 3-4.
sedang sampai panjang. Sesuai dengan BMS 1992 A.R.S
2.3.3 beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar Celastis = A.R.S ; Cplastis =
merata (UDL) dan beban garis (KEL). Z
Keterangan :
Celastis = Koefisien geser dasar tanpa faktor
daktilitas dan resiko (Z)
Cplastis = Koefisien geser dasar termasuk faktor
daktilitas dan resiko (Z)
A = Percepatan/ akselerasi puncak (PGA) di
batuan dasar
R = Respon batuan dasar
Z = Faktor reduksi sehubungan daktilitas dan
resiko
Gambar 2.6 Beban Lajur “D”
2.4 Sambungan
- Beban truck “ T “. Sambungan terdiri dari komponen sambungan
Berdasarkan RSNI T-2-2005 6.4.1 pembebanan truk (pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan
terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang memiliki pelat penyambung) dan alat pengencang (baut dan
susunan dan berat as seperti terlihat dalam gambar las) (Sumber : Pembangunan Struktur Baja untuk
2.7. Bangunan Gedung Menggunakan Metode LRFD,
ITB).

2.4.1 Perencanaan Sambungan


Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak
boleh kurang dari beban terfaktor yang dihitung.
Perencanaan sambungan harus memenuhi syarat
berikut :
a) Gaya dalam yang disalurkan berada dalam
keseimbangan dengan gaya-gaya yang bekerja
pada sambungan.
b) Deformasi pada sambungan masih berada dalam
batas kemampuan deformasi sambungan.
c) Sambungan dan komponen sambungan yang
berdekatan harus mampu memikul gaya-gaya yang
bekerja padanya.

2.4.2 Perencanaan Sambungan Baut


Sambungan dengan menggunakan baut
tegangan tinggi, mempunyai kelebihan di dalam
segi ekonomis dan penampilan di bandingkan
penggunaan paku keling (Rene Amon,Bruce
Knobloch, Atanu Mazumder,1988).

2.4.3 Perencanaan Sambungan Las


Proses pengelasan merupakan proses
penyam bungan dua potong logam dengan
pemanasan sampai keadaan plastis atau cair,
dengan atau tanpa tekanan. Jenis las yang biasa
dikenal antara lain las tumpul, las sudut dan las
pengisi.
9 Las tumpul
Las tumpul (groove weld) terutama dipakai untuk
menyambung batang struktur yang bertemu pada
satu bidang.

Gambar 2.15 Las tumpul


9 Las sudut
Las sudut (filled wild) bersifat ekonomis secara
keseluruhan, mudah dibuat dan mampu
beradaptasi serta merupakan jenis las yang banyak
dipakai dibandingkan jenis las dasar lain. BAB IV
PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN DAN
TROTOAR

1.1 PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN


Direncanakan pelat lantai kendaraan dari beton
dengan ketebalan 22 cm.
4.1.1 Pembebanan
a. Beban Mati
Gambar 2.16 Las sudut
Berat sendiri pelat
= 0,22 x2400x1 x 1,3 = 686.4 kg/m
Berat aspal
= 0,05 x 2200 x 1 x 1,3 = 143 kg/m
Berat air hujan
= 0,05 x 1000 x 1 m = 50 kg/m
Qd (u) = 879.4 kg/m
b. Beban Hidup
Beban roda truck ” T ” = 112,5 kN
Dengan factor kejut (DLA = Dynamic Load
Allowance) = 0,3
Total muatan :
T = ( 1 + 0,3 ) x 112,5 = 146,25 kN Tu
BAB III = 1,8 x T = 1,8 x (14625) = 26325 kg
METODOLOGI • Momen akibat beban mati :
1 2
3.1 Bagan Alir Perencanaan Struktur Atas MD 1 = x Qd (u) x b1
Jembatan 10
1 2
= x 879.4 x 1 = 87,94 kgm
10
• Momen akibat beban hidup :
S + 0,6
ML = 0,8 x x Tu
10
= 3.369,6 kgm
MU = MD + ML = 87,94 + 3.369,6
= 3.457,5 kgm

4.1.2 Penulangan Lantai Kendaraan


4.1.2.1 Arah melintang
Data Perencanaan :
fc’ = 35 MPa
fy = 360 Mpa
Selimut beton = 40 mm
Tebal pelat = 220 mm = 22 cm
Diameter tulangan = 16 mm (arah x)
Diameter tulangan = 8 mm (arah y)
fc’ = 35 MPa
⎛ fc' − 30 ⎞
β = 0,85 − 8 ⎜ ⎟
⎝ 1000 ⎠
⎛ 35 − 30 ⎞
= 0,85 − 8 ⎜ ⎟ = 0,81 Gambar 4.4 Trotoar
⎝ 1000 ⎠
Ø tulangan rencana = 16 mm Mu = 0,2 x 15 x 1 = 3 kNm
d = h – (½ x Ø tulangan) – decking d = h – (½ Ø tulangan) - decking
= 220 – (½ x 16) – 20 = 192 mm = 200 - (½ x 8) – 20 = 176 mm
0,85 fc' 600 0,85 fc' 600
ρ = β1 x x ρb = β x x
b fy 600 + fy 1 fy 600 + fy
0,85 x 35 600 0,85 x 35 600
= 0,81 x x = 0,81 x x = 0,042
360 600 + 360 360 600 + 360
= 0,042 ρmax = 0,75 ρ = 0,75 x 0,042 = 0,032
b
ρ = 0,75 ρ b
max ρmin = 0,004
= 0,75 x 0,042 = 0,032 fy 360
ρmin = 0,00188 m = = = 12,101
0,85 fc' 0,85 x 35
fy 360
m = = = 12,101 Mu 4500000
0,85 fc' 0,85 x 35 Rn = =
0,8 x 1000 x ( 276 )
2 2
φxbxd
Mu 34.575.400
Rn1 = = = 0,07 N/mm2
0,8 x 1000 x ( 192 )
2 2
φ x b x d
1 ⎧
⎪ ⎛ 2 m Rn ⎞ ⎫⎪
= 1,17 N/mm2 ρperlu = ⎨1− ⎜⎜1 − ⎟ ⎬
⎫⎪ m ⎪ ⎝ fy ⎟⎠ ⎪⎭
1 ⎧
⎪ ⎛ 2 m Rn ⎞ ⎩
ρδ = ⎨1 − ⎜⎜ 1 − ⎟⎟ ⎬ =
m ⎪ ⎝ fy ⎠ ⎪⎭
⎩ 1 ⎧⎪ ⎛ 2 x 12,101 x 0,07 ⎞
= x ⎨1− ⎜1 − ⎟
12,101 ⎪⎩ ⎝ 360 ⎠
⎧⎪
1 ⎛ 2 x 12,101 x 1,17 ⎞ ⎫⎪
x ⎨ 1 − ⎜1 − ⎟⎬ = 0,0002
12,101 ⎪ ⎩ ⎝ 360 ⎠ ⎪⎭ ρperlu < ρmin → Pakai ρmin = 0,004
= 0,0033 As = ρ x b x d = 0,004 x 1000 x 176 = 316,8
Mu mm2
ρ’ = Dipakai tulangan D 12 – 200 (As = 565,2 mm2)
φ fy b (d − d' ) d
34.575.400 1.2.2 Perhitungan Sandaran
= Data - data perencanaan :
0,8 x 360 x 1.000 x (192 − 28) x 192 Tinggi tiang sandaran = 1 m
= 0,0038 Jarak antar tiang sandaran = 2,5 m
ρ = ρδ + ρ’ Dimensi tiang sandaran = 20 x 20 cm
= 0,0033 + 0,0038
= 0,0071 Pipa sandaran Ø 2,5"

Maka dipakai ρ perlu = 0,0071


As = ρ x b x d = 0,0071 x 1000 x 192
= 1.363,2 mm2
Dipakai tulangan D16 – 150 ( As = 1.407 mm2 )

4.1.2.2 Arah memanjang


Dipasang tulangan susut dan suhu dengan ketentuan
sebagai berikut :
As min = 0,0018 A bruto pelat .... (tulangan deform Gambar 4.5 Dimensi Sandaran
; fy = 400 MPa) Beban sandaran ( w’ ) = 0,75 kN/m
As min = 0,00188 x 192 x 1000 = 360,96 mm2 P = w’ x L1
Dipakai tulangan D10 – 200 (As = 392,5 mm2 ) = 0,75 x 2.5 = 1,875 kN
Mu = P x l = 1,875 x 1 = 1,875 kNm
1.2 PERENCANAAN TROTOAR DAN = 187,5 kgm
SANDARAN
1.2.1 Perhitungan Trotoar Mu 187,5
Mn = =
Data – data perencanaan : Φ 0,8
Lebar trotoar = 1,5 m = 234,375 kgm = 234.375 kgmm
Tinggi pelat trotoar = tinggi kerb = 20 cm
Mutu beton fc’ = 35 MPa
Mn 234375
Rn = 2
= 2
= 0,049 kg/mm2
Mutu baja fy = 360 MPa bxd 200 x 155
= 0,490 N/mm2
⎫ Tegangan ultimate → fu = 410 Mpa
1 ⎧⎪ ⎛ 2 m Rn ⎞ ⎪
⎜⎜ 1 − ⎟ Modulus Elastisitas → E = 2,1 x 106 kg/cm2
ρperlu = ⎨1 − ⎬
m ⎪⎩ ⎝ fy ⎟⎠ ⎪⎭
Perencanaan Gelagar Memanjang

=
1 ⎧⎪ ⎛ 2 x 12,101 x 0,490 ⎞ ⎪⎫
x ⎨1 − ⎜1 − ⎟⎬
12,101 ⎪⎩ ⎝ 360 ⎠ ⎪⎭
= 0,001
1,4 1,4
ρmin = = = 0,004
fy 360 Gambar 5.1 Detail Perencanaan Gelagar
ρperlu < ρmin → Pakai ρmin = 0,004 Untuk perencanan gelagar memanjang dipilih profil WF
Asperlu = ρ x b x d = 0,004 x 200 x 155 dengan dimensi : 400 x 300 x 9 x 14
= 124 mm2 Data – data profil :
Pakai tulangan 4 Φ 10 → ( As = 314 mm2 ) A = 118,27 cm2; ix = 17,2 cm; Zx = 1758 cm3
Kontrol Kekuatan Pipa g = 92,8 kg/m; iy = 7,32 cm ; Zy = 420 cm3
Beban sandaran ( w’ ) = 0,75 kN/m d = 400 mm; Ix = 35163 cm4
= 0,75 kg/cm b = 300 mm ; Iy = 6302 cm4
Beban terpusat = 100 kg tf = 14,00 mm ; Sx = 1740 cm3
tb = 9,00 mm ; Sy = 418 cm3
Pembebanan
Beban Mati
Berat pelat beton
= 0,22 x 1,4 x 2400 x 1,3 = 960,96 kg/m
Berat aspal
= 0,05 x 1,4 x 2200 x 1,3 = 200,2 kg/m
Kontrol Lendutan Berat bekisting
L 250 = 50 x 1,4 x 1,4 = 98 kg/m
Syarat lendutan = = = 0,69 Berat sendiri balok
360 360 = 92,8 x 1,1 = 103,73 kg/m
Qd (u) = 1362,89 kg/m
1
Akibat beban merata (fy)= MD = x Qd (u) x l 2
8
1
=
= x 1362,89 x 4,5 2 = 3450 kgm
8
= 0,74 Beban Hidup
Beban terbagi rata (UDL)
Menurut ketentuan RSNI T-02 2005 pada pasal 6.3 untuk
Akibat beban terpusat (fx)= :
L ≤ 30 m ; q = 9,0 kPa
⎡ 15 ⎤
= L > 30 m ; q = 9,0 ⎢ 0,5 + kPa
⎣ L ⎥⎦
= 0,63
Pembeban UDL :
L = 4,5 m ; q = 9 kPa = 900 kg/m2
= Beban yang bekerja :
= 0,97 < 1,04 QL = 900 x 1,4 x 1.8 = 2268 kg/m = 22,68 kN/m
Kontrol Kekuatan Lentur : Beban garis (KEL)
Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, ditempatkan tegak
1 2
Muy = x 75 x 2.5 = 58,59 kgm lurus dari arah lalu – lintas pada jembatan dimana
8 besarnya :
1 P = 49 kN/m = 4900 kg/m
Mux = x 100 x 2,5 = 62,5 kgm Faktor beban dinamik yang berlaku untuk KEL
4 ditentukan melalui gambar 8 SNI T-02 2005, didapatkan
Mnx = Mny = 0.9 x fy x Zx
harga DLA = 30 %, sehingga beban yang bekerja dengan
= 0.9 x 2500 x 8,58
adanya faktor kejut DLA adalah :
= 19305 kg cm
P1 = (1 + DLA) x P x b1 x K U TD
= (1 + 0,3) x 49 x 1,4 x 1,8 = 160,52 kN
0,3 0,32 = 16052 kg

+ < 1

+ = 0,62 < 1.....OK

BAB V
PERENCANAAN GELAGAR JEMBATAN

5.1 Perencanaan Gelagar Memanjang


Untuk perencanaan gelagar jembatan ini menggunakan Gambar 5.2 Pembebanan Akibat Beban KEL
profil baja dengan mutu BJ 41, dengan ketentuan sebagai
⎛1 2⎞ ⎛1 ⎞
berikut : M L1 = ⎜ x Q L x λ ⎟ + ⎜ x P1 x λ ⎟
Tegangan leleh → fy = 250 Mpa ⎝8 ⎠ ⎝4 ⎠
= E
⎛1 2⎞ ⎛1 ⎞ LP = 1,76 x i y =
⎜ x 1362,89 x 4,5 ⎟ + ⎜ x 16052 x 4,5 ⎟ fy
⎝8 ⎠ ⎝4 ⎠
= 21.508,32 kgm 210.000
1,76 x 7,32 x
Momen akibat beban truck ”T” 250
Beban truck ”T” adalah sebesar 112,5 kN (RSNI T-02 = 373,39 cm
2005 6.4 on page 19) dengan faktor kejut DLA = 0,3 LB = 120 cm ⇒ LP > LB (Bentang Pendek)
(RSNI T-02 2005 6.6 on page 22)
B B

Mnx = Mpx
Mp = Zx x fy = 1758 x 2500 = 4.395.000
T ( 1 + 0,3 ) kgcm
ΦMn ≥ Mu
0,9 x 4.395.000 ≥ 3.306.600
3.955.500 ≥ 3.306.600 ⇒ OK !!
1/4 λ
gp.Mc
Kontrol lendutan
Persyaratan untuk lendutan per bentang memanjang →
Gambar 5.3 Pembebanan Akibat Beban Truck (L = 4,5 m)
1 Lendutan ijin :
ML2 = T (1 + 0,3) x x λ x KU
4 TT 1 1
Δ ijin = λ = x 450 = 0,562 cm
1 800 800
= 112,5 x (1 + 0,3 ) x x 4,5 x 1,8 Lendutan akibat beban hidup ( UDL + KEL ) :
4 4 3
= 296,16 kNm = 29.616 kgm o 5 QL λ 1 P1 L
Karena ML1 < ML2 , maka dipakai momen akibat beban Δ (udl + kel) = +
hidup yaitu ML = 29616 kgm 384 E I x 48 E I x
4
5 13,63 x ( 450 )
Kontrol kekuatan lentur = +
Mu = φ Mn 384 2,1 x 106 x 35.163
(3.450+ 29.616) x 100 = 0,9 x 2500 x Zx
3.306.600 = 2.250 Zx 1 16052 x (450)3
Zx ≥ 1.469,6 cm3 → (Anggap kompak) 48 2,1 x 106 x 35.163
= 0,010 + 0,412 = 0,422 cm
Kontrol penampang
Lendutan akibat beban truck :
P = 112,5 (1 + 30%) = 146,25 kN = 14.625 kg
3
1 P λ
Δo( T ) =
48 E I x
1 14.625 x ( 450 )3
= = 0,38 cm
48 2,1 x 106 x 35.163
Dipakai beban dari lendutan yang lebih besar yaitu =
0,422 cm
Δ o (udl + kel ) ≤ Δ ijin
0,422 ≤ 0,562 ⇒ OK !!

Kontrol geser
Gambar 5.4 Penampang Gelagar Memanjang Gaya geser maksimum terjadi apabila beban hidup
Badan : berada dekat dengan perletakan.
h = d–2(tf +r)
= 400 - 2 ( 14 + 22 ) = 328 mm
h 1.680

tw fy
328 1.680

9 250
36,44 ≤ 106,25 → OK !!
Sayap :
bf 170

2 tf fy
Gambar 5.5 Garis Pengaruh Akibat Beban Hidup
300 170 Untuk beban hidup ( UDL + KEL ) :

( P x 1 ) + ⎛⎜⎝ Q

2 x 14 250 1 ⎞
Va max = L1 x xλ⎟
10,71 ≤ 10,75 → OK !! 1 2 ⎠
Penampang kompak : Mnx = Mpx
= ( 160,52 x 1 ) + ⎛⎜ 13,63 x 1 x 4,5 ⎞⎟
Kontrol tekuk lateral ⎝ 2 ⎠
Dipasang shear connector praktis sejarak 120 cm sebagai = 191,19 kN = 19.119 kg
pengaku arah lateral. Untuk beban T :
Va max = T x ( 1 + 0,3 ) x 1
= 112,5 x 1 + 0,3 ( )x1 = 146,25 kN Berat kerb
= 0,2 x 2400 x 4,5 x 1,3 = 2808 kg/m
= 14.625 kg QD2 = 3.451,5 kg/m
Untuk beban Qd : Σ MB = 0
B

⎛ 1 ⎞ Ra x 10 =
Va max = ⎜ Qd x x λ ⎟
⎝ 2 ⎠ ( 2808 x 1,5 x 9,25 ) + ( 643,5 x 7 x 5 ) +
⎛ 1 ⎞ ( 2808 x 1,5 x 0,75 )
= ⎜ 1362,89 x x 4,5 ⎟
⎝ 2 ⎠ Ra x 10 = 38.961 + 22.522,5 + 3.159
= 3.066,5 kg Ra x 10 = 64.642,5 → Ra = 6.464,25 kg
Jadi Va yang digunakan adalah Va akibat beban hidup MQ2 = (Ra x 5) – (2808 x 1,5 x 4,25) – (643,5 x 3,5
sebesar 19.119 kg (menentukan) x 1,75)
h 1.100 = (6.464,25 x 5) – (2.808 x 1,5 x 4,25) – (643,5
≤ x 3,5 x 1,75)
tw fy = 32321,25 − 17901 − 3941,44
328 1.100 = 10.478,81 kgm
≤ Beban Hidup
10 250
Beban terbagi rata (UDL)
32,8 ≤ 69,57 ⇒ Plastis!! Untuk L = 4,5 m
Vu ≤ φ Vn Maka digunakan :
Vu ≤ 0,6 x fy x Aw → Aw = d x tb q = 9 kPa = 900 kg/m2
21.155 kg ≤ 0,6 x 2500 x 32,8 x 0,9 qUDL = q x λ x 1.8 = 900 x 4,5 x 1.8 = 7290
21.155kg ≤ 44.280 kg ⇒ OK!! kg/m
Beban garis (KEL)
5.2 Perencanaan Gelagar Melintang Beban P = 49 kN/m = 4900 kg/m dengan
Untuk perencanan awal gelagar melintang dipilih profil faktor DLA = 0,3
WF 900 x 300 x 18 x 34 Maka beban KEL yang bekerja adalah :
Data – data profil : PKEL = ( 1 + DLA ) x P
g = 286 kg/m ; Ix= 498.000 cm4 = ( 1 + 0,3 ) x 4900 x 1.8 = 11466 kg/m
2
A = 364 cm ; Iy= 15.700 cm4
Ix = 37 cm ; Zx= 12.221 cm3
Iy = 6,56 cm ; Zy= 1.619 cm3
d = 912 mm ; Sx= 10.900 cm3
b = 302 mm ; Sy= 1.040 cm3
tf = 34 mm
tw = 18 mm

Pembebanan Gambar 5.8 Pembebanan Akibat Beban UDL & KEL


Beban Mati
Sebelum komposit Beban ”D” = Beban UDL + Beban KEL
= (7290 + 11466) = 18.756 kg/m
q1 = 100 % x 18756 = 18.756 kg/m
q2 = 50 % x 18756 = 9.378 kg/m
b era t b. m em a njang
b1 Σ MB = 0
B

Va x 10 - q1 x 5,5 x 5 - q2 x 0,75 x 8,125 – q2 x 0,75 x


q1
1,875 = 0
Va x 10 = (18.756x 5,5 x 5) + (9.378 x 0,75 x 8,125)
A
B
B +(9378 x 0,75 x 1,875)
586125
Va = = 58.612,5 kg
Gambar 5.6 Pembebanan Gelagar Melintang 10
Mmax L1 = Va x 5 – q2 x 0,75 x 3,125 – q1 x 2,75 x
Berat gelagar memanjang 1,375
= [(92,8 x 4,5) / 1,4 ] x 1,1 = 333,42 kg/m = (58612,5 x 5) – (9378x 0,75 x 3,125) –
Berat gelagar melintang (18756 x 2,75 x 1,375)
= 286 x 1,1 = 314,6 kg/m = 200.161,7 kgm
Berat pelat beton
= 0,22 x 2400 x 4,5 x 1,3 = 3088,8 kg/m
Berat bekisting
= 50 x 4,5 x 1,4 = 315 kg/m
QD1 = 4051,82 kg/m
1
M Q1 = x Q D1 ( U ) x B 2
8
1
= x 4051,82 x 10 2
8 Gambar 5.9 Pembebanan Asimetris Akibat Beban UDL
= 50.647,75 kgm & KEL
Sesudah komposit Σ MB = 0
B

Va x 10 - q1 x 5,5 x 5,75 - q2 x 1,5 x 2,25 = 0


Va x 10 = (18756 x 5,5 x 5,75) + (9378x 1,5 x 2,25)
624809,25
Va = = 62.480,93 kg
10
Mmax L1 = Va x 5 – q1 x 3,5 x 1,75
Gambar 5.7 Pembebanan Gelagar Melintang = (62480,93 x 5) – (18756x 3,5 x 1,75)
Berat aspal = 197.524 kgm
= 0,05 x 2200 x 4,5 x 1,3 = 643,5 kg/m
Menentukan besar gaya T (gaya tarik profil baja)
Beban truck “T’ T = As x fy
= 36.400 x 250
= 9.100.000 N = 9.100 kN
Menentukan harga a (tinggi stress block) pada pelat beton
dengan persamaan :
C = T
0,85 x fc x be x a = As x fy
Gambar 5.10 Pembebanan Akibat Beban Truck (kondisi
a) As x fy
a =
0,85 x fc x be
T = (1 + 0,3) x 112,5x1.8 = 263,25 kN = 26325
kg 9100000
=
Σ MB = 0
B
0,85 x 35 x 2500
Va x 10 – T (7,25 + 5,5 + 4,5 + 2,75) = 0 = 122,35 mm
26325 x 20 Harga a = 122,35 mm < tc = 220 mm, hanya sebagian
Va = = 52.650 kg saja dari beton yang tertekan.
10 Menentukan momen nominal dari interaksi pelat beton
Mmax L2 a = Va x 5 – T ( 2,25 + 0,5 ) dengan baja :
= 52650 x 5 – 26325 x ( 2,25 + 0,5 ) d1 = ( tb – a/2 )
= 190.856 kgm = ( 22 – 12,24 / 2 )
175 cm = 15,88 cm
T T d2 = d/2
= 912 / 2
= 456 mm = 45,6 cm
B Mn = T ( d1 + d2 )
Gambar 5.11 Pembebanan Akibat Beban Truck (kondisi = 9100 (15,88 + 45,6 )
b) = 559468 kNcm = 5.594,68 kNm
Σ MB = 0
B
Mult = MQ1 + MQ2 + M max L1
Va x 10 – T (5,875+ 4,125) = 0 = 50.647,75 + 10.478,81 +
217.181,25
52650 x 10 = 278307,81 kgm = 2.783,1 kNm
Va = = 52.650 kg
10 Syarat Momen :
Mmax L2 b = Va x 5 – T (0,875) Mult < Ø Mn
= 52650 x 5 – 52650 x (0,875) 2.783,1 < 0,85 x 5.594,68
= 217.181,25 kgm 2.783,1 < 4.755,48 kNm........OK
Dipakai Momen beban truck kondisi b = 217.181,25
kgm Gaya Geser
Dari kondisi di atas, maka dipilih kondisi yang Gaya geser sebelum komposit.
memberikan Mmax terbesar yaitu :
M max L2 = 217.181,25 kgm

Menentukan Lebar Efektif Pelat Beton


be1 ≤ S
≤ 450 cm
L Gambar 5.13 Beban Merata Geser Sebelum Komposit
be2 ≤ Va = 0,5 x QD1 x B
4 Va = 0,5 x 4051,82 x 10 = 20259,1 kg
1000 Gaya geser setelah komposit.
≤ = 250 cm
4
Dimana :
S = Jarak antar gelagar melintang
L = Lebar jembatan
Untuk lebar effektif pelat beton diambil yang terkecil
yaitu 250 cm.
Menentukan Letak Garis Netral
Luas beton :
AC = beff x tb = 2500 x 220 = 550000 mm2 Gambar 5.14 Beban Merata Geser Setelah Komposit
= 5500 cm2
Σ MB = 0
B

Va x 10 – qkerb x 1,5 x 9,25 – qaspal x 7x 5 –


qkerb x 1,5 x 0,75 = 0
Va x 10 = (2808 x 1,5 x 9,25) + (643,5 x 7x 5) +
(2808 x 1,5 x 0,75)
Va x 10 = 38961 + 22522,5 + 3159
Va x 10 = 64642,5 → Va = 6464,25 kg

Gaya geser akibat beban hidup


Gaya geser maksimum diperoleh jika UDL + KEL tidak
Gambar 5.12 Diagram Tegangan Interaksi Pelat Beton simetris.
dan Baja

Menentukan besar gaya C (gaya tekan pelat beton)


C = 0,85 x fc x be x tb
= 0,85 x 35 x 2.500 x 220
= 16.362.500 N = 16.362,5 kN
1 1
100% D Asc = π d2 = π 242 = 314 mm2
50% D 4 4
Asc . fu = 314 x 500 = 157000 N
A
B B Ec = 4700 ( )
35 = 27805,6 Mpa
le b a r 2 ja lu r k e n d a ra a n Qn = 0,5 x 314 ( 35. 27805,6 x 1 )
= 154.881,6 N < 157.000 N
Vn = C = 9100000 N
Gambar 5.15 Gaya Geser Akibat UDL + KEL Tak
Simetris ⎛ Vn ⎞ ⎛ 9100000 ⎞
Σ MB = 0
n = ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜ ⎟ = 58,75 ≈ 59
⎝ Qn ⎠ ⎝ 154881,6⎠
B

Va x 10 - q1 x 5,5 x 5,75 - q2 x 1,5 x 2,25 = 0


Va x 10 = (18756 x 5,5 x 5,75) + (9378x 1,5 x 2,25) Maka jumlah shear connector yang dibutuhkan di
sepanjang balok 2 n = 2 x 59 = 118 buah. Jarak shear
624809,25 connector = 1000 / 118 = 8,5 ≈ 8 cm
Va = = 62.480,93 kg
10
Jadi Va yang digunakan adalah Va akibat beban hidup Pemasangan Shear Connector
sebesar 62480,93 kg (menentukan)
h 1.100

tw fy
788 1.100

18 250
43,78 ≤ 69,57 ⇒ Plastis!!
Vu ≤ φ Vn
Vu ≤ 0,6 x fy x Aw → Aw = d x tb
62480,93 kg ≤ 0,6 x 2500 x 91,2 x 1,8
62.480,93 kg ≤ 246.240 kg ⇒ OK!!
Gambar 5.16 Pemasangan Shear Connector
Kontrol Lendutan Pada gelagar melintang dipasang shear connector pada
Persyaratan untuk lendutan (L = 10 m) gelagar melintang dengan jarak 80 mm.
Lendutan akibat beban hidup ( UDL + KEL ) :
5.3 Perencanaan Gelagar Melintang ( Segmen 9 -
0
5 QL λ 4 11 )
Δ (UDL + KEL) =
384 E Ix Untuk segmen 9 - 11perencanan untuk gelagar melintang
dipilih profil :
5 104,2 x (1000)4 Data – data profil :
= g = 446 kg/m ;Ix = 844600 cm4
384 2,1 x 106 x 498000 2
A = 568,8 cm ;Iy = 47730 cm4
= 1,29 cm Ix = 38,53 cm ;Sx = 18112,8 cm3
Lendutan ijin : Iy = 9,47 cm ;Sy = 2410,9 cm3
1 1 d = 933 mm ;t f = 42,67 mm
Δ ijin = λ = x 1000 = 1,25 cm b= 423 mm ;t w = 24 mm
800 800
Pembebanan
Perhitungan Shear Connector Beban Mati
Untuk jarak perhitungan shear connector (BMS 7.6.8.3) Sebelum komposit
tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut : berat b. m em anjang
b1
600 mm
q1
2 x tebal lantai
4 x tinggi shear connector
Tinggi minimum dari paku shear connector adalah 75 A
B
B

mm dan jarak antara paku shear connector dengan ujung


flens gelagar tidak boleh kurang dari 25 mm. Untuk
diameter paku shear connector tidak boleh melebihi :
Gambar 5.17 Pembebanan Gelagar Melintang
1,5 x tebal plat flens bila plat memikul tegangan tarik.
Berat gelagar memanjang
2,0 x tebal plat flens bila tidak terdapat tegangan tarik.
= [(92,8 x 7,4) / 1,4 ] x 1,1 = 537,17 kg/m
Digunakan shear connector jenis paku / stud dengan data
Berat gelagar melintang
– data sebagai berikut :
= 446 x 1,1 = 490,6 kg/m
Diameter = 20 mm < 1,5 x 34 = 51 mm
Berat pelat beton
Tinggi total = 100 mm
= 0,22 x 2400 x 7,4 x 1,3 = 4976,4 kg/m
Jarak melintang antar stud = 142 mm
Berat bekisting
Kuat beton fc’ = 35 MPa
= 50 x 7,4 x 1,4 = 507,5 kg/m
fu = 500 Mpa
QD1 = 6511,67 kg/m
1
Kekuatan Stud Connector (Q) M Q1 = x Q D1 ( U ) x B 2
Kekuatan shear connector jenis paku dihitung 8
berdasarkan LRFD Pasal 12.6.3 : 1
Qn = 0,5 Asc (
f' c. Ec rs < Asc . fu ) =
8
x 6511,67 x 10 2
Dimana : = 81395,8 kgm
Asc = Luas penampang shear connector Sesudah komposit
fu = Tegangan putus stud/ paku
Qn = Kuat nominal geser untuk shear connector
Mmax L1 = Va x 5 – q1 x 3,5 x 1,75
= (77321,6 x 5 ) – (23211 x 3,5 x 1,75 )
= 244.440,6 kgm
Beban truck “T’

Gambar 5.18 Pembebanan Gelagar Melintang


Berat aspal
= 0,05 x 2200 x 7,4 x 1,3 = 1036,75 kg/m
Berat kerb Gambar 5.21 Pembebanan Akibat Beban Truck (kondisi
= 0,2 x 2400 x 7,4 x 1,3 = 4524 kg/m a)
QD2 = 5.560,75 kg/m T = (1 + 0,3) x 112,5 x 1.8 = 263,25 kN = 26325
Σ MB B = 0 kg
Ra x 10 = Σ MB = 0
B

( 4524 x 1,5 x 9,25 ) + (1036,75 x 7 x 5 ) + Va x 10 – T (7,25 + 5,5 + 4,5 + 2,75) = 0


( 4524 x 1,5 x 0,75 ) 26325 x 20
Va = = 52650 kg
Ra x 10 = 104.146,25 → Ra = 10414,6 kg 10
MQ2 = (Ra x 5) – (4430,4 x 1,5 x 4,25) – (1015,3 x Mmax L2 a = Va x 5 – T ( 2,25 + 0,5 )
3,5 x 1,75) = 52650 x 5 – 26325 x ( 2,25 + 0,5 )
= ( 10414,6 x 5) – (4524 x 1,5 x 4,25) – = 190.856 kgm
175 cm
(1036,75 x 3,5 x 1,75)
T T
= 16.882,4 kgm
Beban Hidup
Beban terbagi rata (UDL) B
Untuk L = 7,4 m
Maka digunakan : Gambar 5.22 Pembebanan Akibat Beban Truck (kondisi
q = 9 kPa = 900 kg/m2 b)
qUDL = q x λ x 1.8 = 900 x 7,4 x 1.8 = 11.745 kg/m Σ MB = 0
B

Beban garis (KEL) Va x 10 – T (5,875+ 4,125) = 0


Beban P = 49 kN/m = 4900 kg/m dengan faktor DLA = 52650 x 10
Va = = 52.650 kg
0,3 10
Maka beban KEL yang bekerja adalah : Mmax L2 b = Va x 5 – T (0,875)
PKEL = ( 1 + DLA ) x P = 52650 x 5 – 52650 x (0,875)
= ( 1 + 0,3 ) x 4900 x 1.8 = 11.466 kg/m = 217.181,25 kgm
Dipakai Momen beban truck kondisi b = 217.181,25
kgm.
Dari kondisi di atas, maka dipilih kondisi yang
memberikan Mmax terbesar yaitu :
M max L1 = 247.703 kgm
Menentukan Lebar Efektif Pelat Beton
be1 ≤ S
Gambar 5.19 Pembebanan Akibat Beban UDL & KEL ≤ 450 cm
Beban ”D” = Beban UDL + Beban KEL L
= (11745 + 11466) = 23.211 kg/m be2 ≤
q1 = 100 % x 23211 = 23.211 kg/m 4
q2 = 50 % x 23211 = 11.605,5 kg/m 1000
≤ = 250 cm
Σ MB = 0
B

4
Va x 10 - q1 x 5,5 x 5 - q2 x 0,75 x 8,125 – q2 x 0,75 x Dimana :
1,875 = 0 S = Jarak antar gelagar melintang
Va x 10 = (23.211 x 5,5 x 5)+( 11.605,5 x 0,75 x L = Lebar jembatan
8,125)+( 11.605,5 x 0,75 x 1,875) Untuk lebar effektif pelat beton diambil yang terkecil
725.340 yaitu 250 cm.
Va = = 72.534 kg
10 Menentukan Letak Garis Netral
Mmax L1 = Va x 5 – q2 x 0,75 x 3,125 – q1 x 2,75 x Luas beton :
1,375 AC = beff x tb = 2500 x 220 = 550000 mm2
= (72534 x 5) – (11605,5 x 0,75 x 3,125) – = 5500 cm2
(23211 x 2,75 x 1,375)
= 247.703 kgm

Gambar 5.23 Diagram Tegangan Interaksi Pelat Beton


Gambar 5.20 Pembebanan Asimetris Akibat Beban dan Baja
UDL & KEL Menentukan besar gaya C (gaya tekan pelat beton)
Σ MB = 0
B

C = 0,85 x fc x be x tb
Va x 10 - q1 x 5,5 x 5,75 - q2 x 1,5 x 2,25 = 0 = 0,85 x 35 x 2500 x 220
Va x 10 = (23211 x 5,5 x 5,75 ) + (11605,5 x 1,5 = 16362500 N = 16.362,5 kN
x 2,25 ) Menentukan besar gaya T (gaya tarik profil baja)
773216 T = As x fy
Va = = 77.321,6 kg
10 = 56880 x 250
= 14220000 N = 14.220 kN 2,25 )
Menentukan harga a (tinggi stress block) pada pelat beton 773216
dengan persamaan : Va = = 77.321,6 kg
C = T 10
0,85 x fc x be x a = As x fy Jadi Va yang digunakan adalah Va akibat beban hidup
sebesar 77.321,6 kg (menentukan)
As x fy
a = h 1.100
0,85 x fc x be ≤
tw fy
14220000
= 795,86 1.100
0,85 x 35 x 2500 ≤
24 250
= 191,2 mm
Harga a = 191,25 mm < tc = 220 mm, hanya sebagian 33,16 ≤ 69,57 ⇒ Plastis!!
saja dari beton yang tertekan. Vu ≤ φ Vn
Menentukan momen nominal dari interaksi pelat beton Vu ≤ 0,6 x fy x Aw → Aw = d x tb
dengan baja : 77.321,6 kg ≤ 0,6 x 2500 x 93,3 x 2,4
d1 = ( tb – a/2 ) 77.321,6 kg ≤ 335.880 kg ⇒ OK!!
= ( 22 – 19,12 / 2 )
= 12,44 cm Kontrol Lendutan
d2 = d/2 Persyaratan untuk lendutan (L = 10 m)
= 933 / 2 Lendutan akibat beban hidup ( UDL + KEL ) :
= 466,5 mm = 46,65 cm
Mn = T ( d1 + d2 )
5 QL λ 4
Δ0(UDL + KEL) =
= 14.220 ( 12,44 + 46,65 ) 384 E Ix
= 840.259,8 kNcm = 8.402,6 kNm
Mult = MQ1 + MQ2 + M max L1 5 128,95 x (1000)4
= 81.395,8 + 16.882,4 + 247.703 =
384 2,1 x 106 x 844600
= 345.981 kgm = 3.459,8 kNm
Syarat Momen : = 0,95 cm
Mult < Ø Mn Lendutan ijin :
3.459,8 < 0,85 x 8.402,6 1 1
Δ ijin = λ = x 1000 = 1,25 cm
3.459,8 < 7.142,21 kNm 800 800
Gaya Geser Perhitungan Shear Connector
Gaya geser sebelum komposit. Untuk jarak perhitungan shear connector (BMS 7.6.8.3)
tidak boleh melebihi nilai sebagai berikut :
600 mm
2 x tebal lantai
4 x tinggi shear connector
Tinggi minimum dari paku shear connector adalah 75
mm dan jarak antara paku shear connector dengan ujung
Gambar 5.24 Beban Merata Geser Sebelum Komposit flens gelagar tidak boleh kurang dari 25 mm. Untuk
diameter paku shear connector tidak boleh melebihi :
Va = 0,5 x QD1 x B 1,5 x tebal plat flens bila plat memikul tegangan tarik.
Va = 0,5 x 6511,67 x 10 = 32.558,35 kg 2,0 x tebal plat flens bila tidak terdapat tegangan tarik.
Gaya geser setelah komposit. Digunakan shear connector jenis paku / stud dengan data
– data sebagai berikut :
Diameter = 24 mm < 1,5 x 42,67 = 64 mm
Tinggi total = 100 mm
Jarak melintang antar stud = 130 mm
Kuat beton fc’ = 35 MPa
fu = 500 Mpa

Gambar 5.25 Beban Merata Geser Setelah Komposit Kekuatan Stud Connector (Q)
Σ MB = 0
B
Kekuatan shear connector jenis paku dihitung
Va x 10 – qkerb x 1,5 x 9,25 – qaspal x 7x 5 – qkerb x 1,5 x berdasarkan LRFD Pasal 12.6.3 :
0,75 = 0
Va x 10 = (4524 x 1,5 x 9,25 ) + (1036,75 x 7 x 5 ) + Qn = 0,5 Asc (
f' c. Ec rs < Asc . fu )
(4524 x 1,5 x 0,75 ) Dimana :
Va x 10 = 104.146,25 kg → Va = 10.415 kg Asc = Luas penampang shear connector
fu = Tegangan putus stud/ paku
Gaya geser akibat beban hidup Qn = Kuat nominal geser untuk shear connector
Gaya geser maksimum diperoleh jika UDL + KEL tidak 1 1
simetris. Asc = π d2 = π 242 = 452,16 mm2
4 4
Asc . fu = 452,16 x 500 = 226080 N
( )
100% D
50% D
Ec = 4700 35 = 27805,6 Mpa
A
B B Qn = 0,5 x 452,16 ( )
35. 27805,6 x 1
le b a r 2 ja lu r ke n d a ra a n
= 223029,5 N < 226080 N
Vn = C = 14220000 N
Gambar 5.26 Gaya Geser Akibat UDL + KEL Tak ⎛ Vn ⎞ ⎛ 14220000⎞
Simetris n = ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜ ⎟ = 63.7 ≈ 64
Σ MB = 0
B
⎝ Qn ⎠ ⎝ 223029,5 ⎠
Va x 10 - q1 x 5,5 x 5,75 - q2 x 1,5 x 2,25 = 0
Va x 10 = (23211 x 5,5 x 5,75 ) + (11605,5 x 1,5 x
Maka jumlah shear connector yang dibutuhkan di B

sepanjang balok 2 n = 2 x 64 = 128 buah. Jarak shear


connector = 1000 / 128 = 7,8 ≈ 8 cm
Pemasangan Shear Connector
tb
d

tf
Gambar 6.5 Penampang Busur

Segmen 9 – 10 sampai dengan segmen 0 – 1 :


Profil yang dipakai WF 400 x 400 x 30 x 50 dengan data
– data sebagai berikut :
Gambar 5.27 Pemasangan Shear Connector
A = 528,6 cm2 ; ix = 19,7 cm ; Zx= 9468 cm3
g = 415 kg/m ; iy = 10,7 cm ; Zy = 4428 cm3
d = 458 mm; Ix = 187000cm4; Sx= 8170 cm3
BAB VI
b = 417 mm; Iy = 60500 cm4 ; Sy = 2900 cm3
KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA
tf = 50 mm; tb= 30 mm
Segmen 10-11(bawah), profil yang dipakai WF 400 x
6.1 Umum
400 x 45 x 70
Konstruksi pemikul utama merupakan bagian terakhir
BAB VII
dari kostruksi bagian atas jembatan yang menerima
KONSTRUKSI SEKUNDER
seluruh beban yang ada pada lantai kendaraan kemudian
diteruskan ke tumpuan.
7.1 Ikatan Angin Atas
Konstruksi pemikul utama ini terdiri dari :
Dari perhitungan didapatkan dimensi ikatan angin
9 Batang penggantung
atas, yaitu :
9 Konstruksi busur
Batang vertikal : WF 200 x 200 x 8 x 12
Batang diagonal : WF 200 x 200 x 8 x 12
6.2 Batang Penggantung
7.2 Ikatan Angin Bawah
Dari perhitungan didapatkan dimensi ikatan angin
bawah, yaitu :
Batang diagonal : WF 150 x 100 x 6 x 9
7.3 Portal Akhir
Dari perhitungan didapatkan dimensi prtal akhir, yaitu
Balok portal akhir : WF 400 x 300 x 12 x 25
Kolom portal akhir : WF 458 x 417 x 30 x 50
Gambar 6.1 Konstruksi Pemikul Utama
BAB VIII
Tabel 6.1 Panjang Batang Penggantung PERHITUNGAN SAMBUNGAN
Panjang
Titik X (m) Penggantung 8.1 Sambungan Gelagar Melintang dengan Gelagar
(m) Memanjang
Data – data perencanaan :
11 0 0
Profil gelagar melintang WF 900 x 300 x 18 x 34
10 5 0 Profil gelagar memanjang WF 400 x 300 x 9 x 14
9 9,5 0 Pelat penyambung → t = 12 mm ; BJ 41
Baut → d = 16 mm ; BJ 50
8 14 4,3 Φ lubang = 16 + 1,6 = 17,6 mm (dibor)
7 18,5 7,6 Sambungan pada gelagar memanjang (2 bidang geser)
Kekuatan geser baut
6 23 10,2
Vd = φf x Vn
5 27,5 12,4 = 0,75 x 0,4 x 5.500 x 2 x (0,25 x π x 1,62)
4 32 14,1 = 6.631,7 kg
Kekuatan tumpu baut
3 36,5 15,4 Rd = φf x Rn
2 41 16,3 = 0,75 x 2,4 x 1,6 x 1,2 x 4.100
= 14.169,6 kg
1 45,5 16,8 Gaya yang bekerja adalah gaya geser maksimum antara
0 50 17 gelagar memanjang dengan melintang. (Lihat
Profil penggantung yang dipakai WF 400 x 300 x 9 x 14 perencanaan gelagar memanjang)
. 1
Pu = x [(Qd x λ) +QL]
2
6.2.1 Penampang Busur
1
= x [(1.362,89 x 4,5) + (2.268 x 4,5) +
2
(16.052)]
= 16.195,5 kg
Vd yang menentukan adalah : 4.063,964 kg (diambil
yang terkecil)
Jumlah baut yang diperlukan.
Pu 16.195,5
n = =
Vd 6.631,7
= 2,44 baut ≈ 3 baut
Syarat jarak baut berdasarkan segi pelaksanaan : (d = 1,6 Profil WF 400 x 300 x 9 x 14
cm) Gaya tarilk aksial yang diterima penggantung :
3d ≤ S ≤ 15tp T = 95.228,8 kg
1,5d ≤ S1 ≤ (4tp + 100) atau 200 mm Alat sambung yang digunakan adalah baut tipe gesek :
1,25db ≤ S2 ≤ 12tp atau 150 mm Baut → d = 24 mm ; BJ 55
Jadi : Pelat penyambung → t = 20 mm ; BJ 41
4,8 cm ≤S ≤ 18 cm Kekuatan geser baut (LRFD 13.2.3.1 )
2,4 cm ≤S1 ≤ 14,8 cm Vu < φf x Vn
2,0 cm ≤S2 ≤ 14,4 cm Dimana → Vd = φf x Vn
Sambungan pada gelagar melintang (1 bidang geser) = φ x 1,13 x µ x m x Tb
Kekuatan geser baut Keterangan :
Vd = φf x Vn µ = Koefisien gesek, bidang kontak bersih ( = 0,35 )
= 0,75 x 0,4 x 5.500 x (0,25 x π x 1,62) m= Jumlah bidang geser
= 3.315,85 kg Tb= Gaya tarik baut minimum
Kekuatan tumpu baut φ= Lubang standar ( = 1,0 )
Rd = φf x Rn φ= Lubang selot pendek dan lubang besar ( = 0,85 )
= 0,75 x 2,4 x 1,6 x 1,2 x 4.100 φ= Lubang selot panjang tegak lurus arah kerja gaya ( =
= 14.169,6 kg 0,7 )
Vd yang menentukan adalah : 3.014,4 kg (diambil yang φ= Lubang selot panjang sejajar arah kerja gaya ( = 0,6
terkecil) Tabel 8.1 Gaya tarik baut minimum
Jumlah baut yang diperlukan. Diameter nominal baut Gaya tarik minimum
Pu 16.195,5 (mm) (KN)
n = = 16 95
Vd 3.315,85 20 145
= 4,88 baut ≈ 6 baut (2 sisi) 24 210
masing – masing sisi 3 buah baut 30 335
Kontrol pelat siku 36 490
Luas geser pelat siku
Anv = Lnv x tL Kekuatan geser baut
= (L – n x d1) x tL Vd = φ x 1,13 x µ x m x Tb
= (100 – 3 x 17,6) x 10 = 1 x 1,13 x 0,35 x 2 x 21.000
= 472 mm2 = 16.611 kg
Kuat rencana Jumlah baut yang dibutuhkan.
φ Rn = φ x 0,6 x fu x Anv
= 0,75 x 0,6 x 4.100 x 4,72
Pu 95.228,8
n = =
= 8.708,4 kg Vd 16.611
Karena 2 siku maka : = 5,71 baut ≈ 8 baut
2 φ Rn > Pu Syarat jarak baut berdasarkan LRFD 13.4.3 : (d = 2,4 cm)
2 x 8.708,4 > 16.195,5 3d ≤ S ≤ 15tp
17.416,8 kg > 16.195,5 kg → OK!! 1,5d ≤ S1 ≤ (4tp+100) atau 200 mm
1,25db ≤ S2 ≤ 12tp atau 150 mm
Jadi :
7,2 cm ≤ S ≤ 30 cm
3,6 cm ≤ S1 ≤ 18 cm
3 cm ≤ S2 ≤ 24 cm

Sambungan Batang Penggantung dan Busur


Sambungan dikontrol dengan beban terbesar yaitu pada
penggantung terpanjang yaitu di titik 0. Gaya tarik aksial
= 95.228,8 kg.
Gambar 8.1 Sambungan Gelagar Melintang –
Batang Penggantung
Memanjang
Karena pada sambungan batang penggantung dan pelat
simpul terdapat space, maka perlu diberi space plate
Sambungan Gelagar Melintang – Batang
dengan tebal 2,9 cm yang dilas pada batang penggantung.
Penggantung
Syarat : L > w
Dari hasil perhitungan sebelumnya, didapat gaya tarik
36 cm > 26 cm
pada penggantung tanpa berat sendiri yaitu sebesar :
w < 32 tp
P = 93.651,2 kg
26 cm < 92,8 cm
Alat sambung yang digunakan adalah baut :
A = 2 ( te x L )
Baut → d = 24 mm ; BJ 55
A = 2 ( 1 x 36 )
Pelat penyambung → t = 30 mm ; BJ 41
= 72 cm2
Kekuatan geser baut
Vd = φf x Vn Pu 47.614,4
Fn= = = 661,3 kg/cm2
= 0,75 x 0,5 x 5.500 x 1 x (0,25 x π x 2,42) A 72
= 9.326 kg Fn < φ Fnijin
Kekuatan tumpu baut < 0,75 x 0,6 x F70xx
Rd = φf x Rn < 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3
= 0,75 x 2,4 x 2,4 x 3,0 x 4100 661,3 < 2.214,45 kg/cm2 (OK)
= 53.136 kg Fn 661,3
Jadi yang menentukan adalah kekuatan geser : Vd = teperlu= = = 0,32 cm
9.326 kg ϕFn ijin 2214,45
Jumlah baut yang dibutuhkan. te 0,32
Pu 93.651,2 aperlu= = = 0,45 cm
n = = = 12 baut 0,707 0,707
Vd 9.326 a min= 6 mm
a max= tp – 1 = 29 – 1 = 28 mm
Sambungan Batang Penggantung maka dipakai a = 10 mm.
B. Busur

Pelat Simpul

w
Space Plate

B. Penggantung
WF 400x300x9x14

Gambar 8.2 Sambungan Batang Penggantung dengan Segmen 8 – 11


Pelat Simpul Direncanakan :
Direncanakan sambungan antara pelat simpul dengan Baut → d = 24 mm ; BJ 55
batang penggantung menggunakan baut. Pelat → t = 30 mm; BJ 41
Baut → d = 24 mm ; BJ 55
Pelat penyambung → t = 30 mm ; BJ 41
Pu 100.889
n = =
Kekuatan geser baut Vd 15.029
Vd = φ x 1,13 x µ x m x Tb = 6,71 baut ≈ 12 baut
= φ x 1,13 x 0,35 x 2 x 21.000
= 16.611 kg
Jumlah baut yang dibutuhkan.
Pu 95.228,8
n = =
Vd 11.469,5
= 5,73 baut ≈ 6 baut

8.2 Sambungan Konstruksi Busur


Segmen 0 – 4
Direncanakan :
Baut → d = 24 mm ; BJ 55
Pelat → t = 30 mm; BJ 41
Jumlah baut yang dibutuhkan
Pu 582.152
n = =
Vd 33.222
8.3 Perencanaan Perletakan Sendi
= 17,52 baut ≈ 18 baut
S1 = tinggi pelat penumpu atas sendi = 15 cm
S2 = tebal pelat pemumpu perletakan = 5 cm
S3 = tebal pelat penyokong vertikal = 5 cm
S4 = tebal pelat vertikal penumpu = 4,5 cm
S5 = tebal pelat lengkung penumpu = 3 cm
d2

S5
h h S3 S3 S3
S4

S2 S2

L b

S4

Segmen 4 – 8 S3 d3

Direncanakan : d2 d1

Baut → d = 24 mm ; BJ 55 b S3

Pelat → t = 30 mm; BJ 41
Pu 350.714 S3
n = =
Vd 33.222 L

= 10,56 baut ≈ 12 baut Gambar 8.5 Perletakan Sendi

8.4 Perencanaan Elastomer


Durometer hardness IRHD 70
Shear modulus (G) = 1,2 MPa
Bulk modulus (B) = 2.000 MPa
Panjang perletakan (a) = 480 mm
Lebar perletakan (b) = 380 mm
Tebal selimut (tc) = 6 mm
Tebal lapis dalam (t1) = 6 mm
Tebal pelat baja (ts) = 5 mm
Jumlah lapis karet dalam (n) = 3
Tebal total elastomer (T) = 73 mm
Side cover thickness (tsc) = 10 mm
BAB IX 0,6
STRUKTUR BAWAH JEMBATAN
= 1 – arctan 2 (2 − 1 − 1 )
90 4 7
9.1 Data Umum = 0,693
Nama jembatan = Malangsari Perhitungan daya dukung tiang kelompok :
Bentang jembatan = 140 m
Lebar jembatan = 10 m
Struktur atas = Busur rangka dari baja
Struktur bawah = Pilar jembatan
Pondasi tiang pancang
Zone gempa = Daerah gempa 4
(menengah)

9.2 Perencanaan Pilar

Gambar 9.7 Konfigurasi Tiang Group

Perhitungan beban vertikal ekivalen (Pv)


Perhitungan beban vertikal ekivalen (Pv) akibat beban
vertikal (V), horisontal (H) dan momen (M) pada kepala
9.3 Pembebanan tiang (poer) adalah sebagai berikut :
W1 = Beban dari jembatan beton komposit V Mx . Ymax My . Xmax
sepanjang 15m disisi kanan dan kiri Pv = + +
jembatan busur rangka n Σ Y2 Σ X2
W2 = Beban dari lantai kendaraan segmen 9- 11 n = 28 buah
jembatan busur rangka y2 = 448 m2
W3 = Beban dari jembatan busur rangka x2 = 140 m2
ymax = 6,00 m
xmax = 3,00 m
Tabel 9.5 Rangkuman Beban Vertikal Ekivalen (Pv)
KOMBINASI Pmax
ton
I 104,151
II 104,991
III 105,772
IV 154,671
V 76,808
Dimensi Balok :
Anak Atap 250 x 400 mm Dari hasil analisa daya dukung tanah direncanakan
Melintang Atap 300 x 500 mm kedalaman tiang pancang untuk pilar adalah sedalam 15
Memanjang Atap 700 x 1000 mm m ( untuk SF = 2 ).
Melintang Lantai 1500 x 2000 mm
Memanjang Lantai 1500 x 2000 mm 9.4 Kontrol Kekuatan Tiang
Dari Spesifikasi Wika Pile Classification (“Daya Dukung
Kolom Atas 1000 x 1000 mm
Pondasi Dalam” oleh Dr. Ir. Herman Wahjudi)
Kolom Bawah 1500 x 1500 mm
direncanakan tiang pancang beton dengan :
- Diameter : 600 mm
9.4 Perhitungan Daya Dukung Tiang Kelompok - Tebal : 100 mm
Direncanakan pondasi tiang pancang Ø60 cm dengan
- Kelas : B
konfigurasi 4 x 7. Jarak antar tiang (S) = 2 m. Daya
- fc’ : 600 kg/cm2
dukung tanah untuk 1 tiang yang digunakan adalah daya
- Allowable axial : 221,12 ton
dukung tanah B3.
- Bending moment crack : 25 t-m
Syarat :
- Bending moment ultimate : 45 t-m
S ≥ 2,5 D
≥ 2,5 x 0,6 = 1,5 m < 2 m………………OK Modulus elastisitas (E) = wc1,5 . 0,043 . fc'
1,5
Koefisien efisiensi menggunakan perumusan dari = 2.400 x 0,043 x 60
Converse-Labarre : = 39.161,647 MPa
d = 391.616,465 kg/cm2
s ⎛ 2− 1 − 1 ⎞
η = 1 – arctan ⎜
90 ⎝ m n ⎠

Momen inersia (I) =
1
64
(
π 604 − 404 )
= 510.508,806 cm4
9.4.1 Kontrol terhadap gaya aksial
Untuk Ø60 cm kelas B pada Wika Piles Classification
gaya aksial tidak boleh melebihi 221,12 ton.
Pv = 154,671 ton < Pijin = 211,60 ton → OK
9.4.2 Kontrol terhadap gaya lateral
Daya dukung mendatar dihitung dengan perumusan :
k.D
Ha = .δ a
β
dimana : Gambar 9.8 Pembebanan pada pile cap
k = 0,2.Eo. D-3/4.y-1/2 Data perencanaan :
= 0,2.(28.N).D-3/4.y-1/2 fc’ = 35 MPa
= 0,2.(28.5).60-3/4.1-1/2 fy = 360 Mpa
= 1,298 kg/cm3 q = Lebar pilecap x tinggi pilecap x γ beton
kD = 9 x 2 x 2,4 = 43,2 t/m
β = 4 = qU = 1,4 x 43,2 = 60,48 t/m
4 EI P = Dari gaya reaksi PV 1 tiang = 154,671 t
1,298 x 60 Maka total reaksi PV dalam 1 baris arah melintang :
4 P x 4 = 154,671 x 4 = 618,68 t
4 x 391.616,465 x 510.508,806 PU= 1,4 x 618,68 = 866,16 t
= 0,00314 cm-1 1 1
MA = xqxl 2 = x 60,48 x 2,25 2 = 153,09 tm
Sehingga : 2 2
1,298 × 60 1 1
Ha = x1 Ra = ( 3x P + q.l) = ( 3 x 866,16 + 60,48x 15 )
0,00314 2 2
= 1.752 t
= 24.802,55 kg = 24,8 ton
1
H 155,68 MT = 1.752 x 5,25 – 866,16 x 4 – x 60,48 x 7,5 2
H = = 2
n 28 -153,09
= 5,56 ton < Ha → OK = 3879,3 tm
H = Total reaksi horizontal pada kolom pilar Tebal plat = 2m
(comb.5) Diameter tul utama (vertikal) = 32mm
9.4.3 Kontrol terhadap gaya momen Diameter tul horisontal = 25 mm
Momen maksimum pada tiang pancang dihitung dengan Selimut beton = 100mm
perumusan : d = t - selimut beton - 0,5 utama - horisontal
⎛ H ⎞ = 1.859 mm
Mm = 0,2079.Mo = 0,2079. ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 2.β ⎠ 0,85 x fc' x β1 600
balance = x
Perhitungan momen maksimum : fy 600 + fy
⎛ 5,56 ⎞ 0,85 x 35 x 0,81 600
Mm = 0,2079. ⎜ ⎟ = x
⎝ 2.0,314⎠ 360 600 + 360
= 1,84 t-m < Mcrack = 29 t-m → OK = 0,0418
9.4.4 Kontrol terhadap defleksi max = 0,75 x balance
SNI 03 - 2847 - 2002 Ps. 12.3.3
Defleksi yang terjadi pada tiang dihitung dengan = 0,0314
perumusan sebagai berikut : 1,4
Deflection at head untuk fixed-headed pile, min = = 0,00389
fy
H ( e + Zf )3 Koefisien Ketahanan
Y =
12 EI 3,88 x 10 10
Mu
Kedalaman titik jepit tiang (Zf) dihitung dengan Rn = =
φ x b x d2 0,85 x 9000 x 1.8592
EI
perumusan : Zf = 1,8 T = 1,8 x 5 = 1,46 N/mm2
nh fy 360
Nh untuk lempung = 350 KN/m3 = 3,433 kg/cm3 m = =
0,85 fc' 0,85 x 35
5 391.616,46 5 x 510.508,80 6 = 12,101
Zf = 1,8 x
3,433
1 ⎛⎜ 2 m Rn ⎞⎟
= 256,055 cm = 2,561 m = 1− 1−
m ⎜⎝ fy ⎟⎠
perlu

H ( e + Zf )3
Y = =
12 EI 1 ⎛ 2 x 12,101 x 1,46 ⎞
= ⎜1 − 1 − ⎟
5560 (2 + 2,561 )3 12,101 ⎜⎝ 360 ⎟

12 x 391.616,46 5 x 510.508,80 6 = 0,0042
Syarat : min < perlu < max
= 2,19 ×10 m < Ymaks = 1 cm → OK
-7
Luas Tulangan
9.5 Penulangan pilecap As perlu= x b x d
Perhitungan tulangan pilecap yaitu penulangan lentur = 0,0042 x 9.000 x 1.859
pada pilecap. Beban yang diterima pilecap adalah beban = 69.606 mm2
terpusat dari tiang sebesar P dan beban merata dari berat Digunakan tulangan 32 - 100 mm (As = 72.346 mm2)
Poer. Untuk tulangan horisontal :
As perlu= x b x d
= 0,002 x 9.000 x 1.859
= 33.462 mm2 profil WF 150 x 100 x 6 x 9, sedangkan untuk
Digunakan tulangan 28 - 150 mm (As = 36.926,4 dimensi balok portal akhir berupa profil WF 400 x
mm2 ) 300 x 12 x 25 dan dimensi kolom WF 458 x 417 x
30 x 5 dengan menggunakan mutu baja BJ 41.
9.5.1 Kontrol geser poer 6. Perletakan yang digunakan untuk konstruksi busur
Gaya geser yang terjadi : rangka adalah sendi (engsel) dengan luasan 60 x 55
Vu = reaksi 1 kolom cm, sedangkan perletakan pada pilar menggunakan
= 17.090 kN (comb.4) elastomer dengan ukuran 480 x 380 mm.
7. Jembatan dengan bentang 15 m di kanan-kiri
konstruksi busur rangka menggunakan beton-
komposit.
8. Pilar jembatan direncanakan berdasrkan struktur
portal 4 kaki dengan dimensi balok anak atap 25x40,
balok melintang atap 30x50 cm, balok memanjang
atap 70x100, balok melintang lantai 150x200 cm,
balok memanjang lantai 150x200 cm dan blok beton
3700x1200 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Alagia, J.S. (1976), Bridge Engineering, Urbana, Illinois


University.
Lebar kolom (bw) = 1500 mm
Tebal poer (dp) = 2000 mm Bowles, J.E. (1985), Struktural Steel Design, Bandung,
Dari gambar di atas maka : McGraw-Hill, Inc.
Bo = 2 x (3500 + 3500) = 14.000 mm
βc = 1500 / 1500 = 1 Departemen PU Bina Marga (2005), RSNI T-02-2005.
Kekuatan geser beton :
Departemen PU Bina Marga (1992), Bridge
⎛ 2 ⎞ 1
Vc = ⎜⎜1 + ⎟x fc'xBoxd Management System (BMS).
⎝ β c ⎟⎠ 6
Dimana : Gunita, Adi (2007), TA Perencanaan Struktur
Vc = Kekuatan geser beton dengan tidak Jembatan Malo-Kalitudu Bentang 189 m berdasarkan
memperhitungkan tulangan geser BMS 1992 dan AISC-LRFD.
Bo = keliling kritis
βc =perbandingan antara dimensi terpanjang dari Institut Teknologi Bandung (2000), Perencanaan
luas efektif yang dibebani “y” dengan dimensi “x” (y/x) Struktur Baja untuk Bangunan Gedung Menggunakan
Metode LRFD.
⎛ 2⎞ 1
Vc = ⎜1 + ⎟ x 35' x14000x 2000
⎝ 1⎠ 6 M Das, Braja (1998), Mekanika Tanah (Prinsip
= 82.825.117 N = 82,825 kN Rekayasa Geoteknis), Jakarta, Erlangga.
Φ Vc = 0,6 x 82,825
= 49.695 kN > 17.090 kN Sosrodarsono, S, Dr. Ir. & Nakazawa, K. (2000),
Vu < φ Vc → Tidak perlu tulangan geser. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.
Pasang tulangan geser praktis Φ 18 – 400 mm
Sugihardjo, Hidayat, Diktat Kuliah Jembatan Bentang
BAB X Panjang.
KESIMPULAN Wahyudi, Herman (1999), Daya Dukung Pondasi
Dalam, Surabaya.
Dari hasil perencanaan yang diperoleh dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil perencanaan berupa konstruksi busur rangka
dengan bentang 100 m dengan fokus tertinggi 29,35
m (tinggi rangka selengkapnya dapat dilihat di
Lampiran).
2. Dimensi melintang lantai kendaraan lengkap dengan
trotoar adalah 10 m untuk jalan 2 jalur 2 arah. Lantai
kendaraan berupa pelat beton dengan tebal 220 mm.
3. Dimensi profil untuk gelagar melintang berupa WF
900 x 300 x 18 x 34 (titik 8 - 8’) dan WF 933 x 423
x 24 x 42,67 (titik 11 – 9 dan titik 9’-11’ ), untuk
gelagar memanjang yaitu WF 400 x 300 x 9 x 14
dengan menggunakan mutu baja BJ 41.
4. Struktur utama rangka batang baja dengan profil
untuk batang busur atas WF 458 x 417 x 30 x 50,
profil batang busur bawah WF 458 x 417 x 30 x 50
dan WF 498 x 432 x 45 x 70, batang diagonal WF
400 x 300 x 9 x 14, batang vertikal dan batang
penggantung WF 400 x 300 x 9 x 14. Mutu baja
yang digunakan baik untuk batang horisontal atas,
horisontal bawah dan diagonal adalah baja BJ 41.
5. Struktur sekunder berupa ikatan angin atas dengan
dimensi profil yaitu WF 200 x 200 x 8 x 12 (vertikal
dan diagonal) dan ikatan angin bawah menggunakan

Anda mungkin juga menyukai