Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ahmad Lutfi

Nim : E20172215

Kelas : ES 5

UAS MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN SYARIAH

1. Sasaran dari manajemen resiko ada 2, yaitu Preloss Objektives dan PostLoss Objektive,
sebut dan jelaskan dari 2 hal tersebut.
Preloss Objektives (sasaran sebelum terjadi kerugian) yaitu:
a. Sasaran pertama: perusahaan harus mempersiapkan untuk kerugian potensial dan
banyak hal yang berkaitan dengan ekonomi.
b. Sasaran kedua: penurunan kekuatiran.
c. Sasaran yang terakhir memenuhi kewajiban ynag sah.

PostLoss Objektive (sasaran setelah terjadi kerugian) yaitu:

a. Sasaran pertama: kelangsungan hidup dari perusahaan.


b. Sasaran kedua: perusahaan dapat melanjutkan oprasinya.
c. Sasaran ketiga: stabilitas pendapatan.
d. Sasaran ke empat: pertumbuhan berkelanjutan dari perusahaan.
e. Sasaran terakhir: pertanggungjawaban kepada masyarakat.

2. Risiko dinamis dan risiko statis memiliki persamaan yaitu sama-sama risiko yang
berpacu atau berfokus pada kurun waktu atau perkembangan zaman.
Sedangkan perbedan risiko dinamis dan risiko statis adalah.
 Risiko dinamis merupakan risko yang muncul akibat kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh risiko terkena petir, merupakan risiko yang muncul akibat
kondisi alam tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari waktu ke
waktu.
 Risiko statis merupakan risiko yang muncul akibat dari perubahan kondisi
tertentu. Misal, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi,
memunculkan jenis-jenis risiko baru. Misalkan bila masyarakat semakin kritis,
sadar akan haknya, maka resiko hukum yang muncul karena masyarakat lebih
berani mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan akan semakin tinggi.

3. Manajemen Risiko Operasional adalah risiko yang timbul akibat tidak berfungsinya
proses internal, adanya kesalahan manusia, kegagalan pada sistem, dan faktor atau
kejadian dari luar /eksternal. Berikut ke-4 faktor penyebab Risiko Operasional
a. Manusia
Risiko yang disebabkan atau terjadi karena adanya pelanggaran yang dilakukan
oleh karyawan perusahaan (lalai dan ceroboh). Contoh: tanda tangan di palsukan oleh
karyawan
b. Proses
Risiko yang terjadi karena adanya kesalahan proses. Contoh:
Kesalahan input  data oleh karyawan.
c. Sistem
Risiko yang disebabkan karena adanya gangguan sistem. Contoh: Komputer
down/hang.
d. Kejadian Eksternal
Faktor atau kejadian eksternal yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Contoh: banjir, gempa bumi.
Karena itu untuk memastikan bahwa manajemen risiko operasional berjalan
dengan baik dan kontinu, biasanya akan dibentuk pertahanan yang disebut three lines
of defense. Team ini bertugas dan berfungsi sebagai pagar dan pertahanan untuk
prefentif, detektif dan korektif action atas apa yang terjadi dalam proses operasional.
Three Lines of Defense.
1) Pertahanan lapis pertama berfungsi sebagai mekanisme kontrol preventif.
 Unit Bisnis/Support sebagai risk taking unit yang mengelola risiko
operasional sehari-hari.
 Quality Assurance/ Internal Control di setiap unit kerja c. ORM Head
LOB/ Fungsi Support
2) Pertahanan lapis kedua berfungsi sebagai mekanisme kontrol detektif.
 Integrated Risk Management
 Legal dan Compliance
3) Pertahanan lapis ketiga berfungsi sebagai mekanisme kontrol korektif.
 Audit Internal (SKAI)
4. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini.
a. Identifikasi risiko.
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang
dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi,
mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet,
dan lainnya. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan
menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai
contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber
risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang
meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan
eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran
merupakan peristiwa yang merugikan (peril). Identifikasi semacam dilakukan dengan
melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan.
b. Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko
tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan
lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih
mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk ‘mengukur’
risiko tersebut.
c. Pengelolaan risiko.
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko.
Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang
diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa dikelola dengan
berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer
ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen risiko adalah pengendalian risiko
(risk control), dan pendanaan risiko (risk financing).

Anda mungkin juga menyukai