Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sektor pertanian umumnya dan sektor perkebunan khususnya memiliki peran


yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam kondisi
perekonomian Indonesia sekarang ini, akibat nilai tukar dolar terhadap rupiah
yang cenderung meningkat dan tidak menentu, maka harga berbagai kebutuhan
impor kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri nasional semakin mahal,
berbagai jenis industri yang berbahan baku impor terancam bangkrut, bahkan
banyak yang gulung tikar. Untuk itu kita perlu bekerja sama dalam rangka
menggairahkan roda perekonomian nasional yang berdasarkan pada pemanfaatan
sumber daya alam secara lebih produktif dan ekonomis, serta memperhatikan
aspek kelestarian lingkungan.
Saat ini sektor pertanian lebih diwarnai oleh skala usaha yang lebih besar.
Permodalan yang kuat, penggunaan teknologi maju, sistem pengolahan modern,
jangkauan pemasaran yang luas dan adaptif terhadap perubahan-perubahan kearah
kemajuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Oleh sebab itu, hal strategis bagi
perkembangan industri kelapa sawit adalah pembangunan sistem agribisnis
dengan penekanan pada efisiensi produksi pada sistem agroindustri. Agroindustri
adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan antara industri hulu dan
hilir yang erat dan langsung dengan pertanian. Kaitan dengan industri hulu
merupakan persyaratan – persyaratan awal dalam kegiatan pembudidayaan
pertanian.
Disamping itu, melihat perkembangan harga minyak sawit di pasaran
internasional yang cenderung membaik, industri minyak sawit akan menjadi
andalan devisa di masa depan. Untuk bisa bersaing di pasar global, perkembangan
dan persyaratan perdagangan internasional perlu di antisipasi. Industri kelapa
sawit nasional mengalami perkembangan menggembirakan . Pertambahan kebun
kelapa sawit mencapai lima juta hektar dan hal itupun dibuktikan oleh kontribusi
minyak sawit terhadap ekspor nasional yang mencapaia enam persen. Konsumsi
minyak sawit dunia mencapai 26 persen dari total konsumsi minyak makan di

1
dunia (Ditjenbun.2006).
Namun dampak positif dari perkembangan sector agroindustri umumnya dan
perkebunan kelapa sawit khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap
lingkungan akibat dihasilkannya limbah cair, padat, dan gas dari kegiatan kebun
dan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan
penanggulangan dampak negative dari kegiatan perkebunan kelapa sawit dan PKS
harus dilakukan dan sekaligus meningkatkan dampak positifnya. Tindakan
tersebut tidak cukup dengan mengandalkan peraturan perundang-undangan saja
tetapi perlu juga didukung oleh pengaturan sendiri secara sukarela dan pendekatan
instrument-instrumen ekonomi.
Secara global timbul pemikiran-pemikiran baru untuk lebih meningkatkan
kualitas lingkungan hidup agar pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dapat terlaksana, antara lain melalui upaya proaktif. Suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu perlu diterapkan
secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan
mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Proses industri seharusnya
tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut
merupakan bahan baku bagi industri lain.

2
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana cara menganalisa dan mengobservasi permasalahan terutama
dalam aspek manajemen lingkungan, sehingga diharapkan dapat
memberikan solusi atas permasalahan tersebut?
2. Bagaimana cara mempelajari sistem manajemen lingkungan pada PT
PERKEBUNAN NUSANTARA I.

C. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktek Lapangan ini adalah:
1. Menganalisa dan mengobservasi permasalahan terutama dalam aspek
manajemen lingkungan, sehingga diharapkan dapat memberikan solusi atas
permasalahan tersebut.
2. Mempelajari sistem manajemen lingkungan pada PT PERKEBUNAN
NUSANTARA I.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki


oleh Negara yang berorientasi di bbidang perkebunan dan pengolahan .
Perkebunan kelapa sawit di PTP Nusantara I ini mulai berkembang pada
tahun 1975 yang di sponsori oleh PTP VI dan PTP VII dari sumatera utara
dengan bantuan bank dunia. PT Perkebunan Nusantara I (Persero), disingkat
PTPN I, dibentuk berdasarkan PP No. 6 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari
1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Daerah Istimewa
(DI) Aceh dari eks PTP I, V dan PT Cot Girek.

PTPN I mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao dengan


areal konsesi seluas 80.343 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada
areal seluas 46.377 ha, karet 11.918 ha dan kakao seluas 354 ha. Selain
penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN I juga mengelola areal
Plasma milik petani seluas 16.832 ha yang terdiri dari areal kelapa sawit
6.714 dan karet 10.118 ha.

PT. Perkebunan Nusantara I berpusat di kota langsa yang mempunyai areal


kebun seperti yang tertera d bawah ini :
a. Kebun Lama.
b. Kebun Baru.
c. Kebun Karang Inong.
d. Kebun Julok Rayeuk Utara.
e. Kebun Julok Rayeuk Selatan.
f. Kebun Pulau Tiga.
g. Kebun Tualang Sawit.

4
h. Kebun Cot Girek.
i. Kebun Krueng Luas.
j. Kebun Batee Puteh.
Akhir pelita I tahun 1973 PTPN-I terdiri dari kebun karet dan kebun
kelapa sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit 53 %.
Untuk kebun lama, kebun baru, dan kebun Tualang Sawit, pengolahan
kelapa sawit berpusat di pabrik Tanjung Seumantoh. Pembangunan
pabrik pengolahan kelapa sawit Tanjung Seumantoh ini dilakukan oleh
direksi PTPN-I langsa pada tanggal 17 juli 1970 dan selesai pada awal
tahun 1980 yang langsung diresmikan oleh bapak menteri pertanian prof.
Ir. Sudarsono Hadi Saputro pada tanggal 9 Februari 1980.

B. PROSES PRODUKSI

1. Bahan Baku Produksi

Bahan baku dalam proses produksi minyak kelapa sawit adalah tanaman
kelapa sawit. Kelapa Sawit terdiri daripada spesies Arecaceae atau famili
palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak
kelapa sawit. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat
mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang
banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak.
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya
kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan
sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap
memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya
besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera
buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga
sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk
Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing‐masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun
bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging
5
perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya
dapat mencapai 28% (Soehardiyono1998).

Kelapa sawit dikirim ke pabrik menggunakan truk-truk pengangkut dari


dua sumber yaitu kebun milik PTPN-I dan kebun rakyat. Penanganan bahan
baku dibedakan berdasarkan sumber bahan baku. Pada pabrik kelapa sawit
Tanjung Seumantoh, buah kelapa sawit yang digunakan adalah buah yang
telah mengalami proses sortasi. Proses sortasi dilakukan dengan memilih
buah kelapa sawit berdasarkan fraksinya.

2. Sarana Produksi

Sarana produksi terdiri dari mesin dan peralatan yang digunakan pada
tiap proses produksi. Mesin dan peralatan merupakan suatu perlengkapan
yang digunakan ntuk membantu dalam menyelesaikan suatu proses produksi
sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih singkat dengan jumlah produk
yang lebih banyak. PTPN-I Tanjung Seumentoh menggunakan sarana
produksi yang mendukung kinerja proses produksinya. Sarana tersebut
dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan dalam setiap proses yang ada di
pabrik. Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh proses dilakukan dalam produksi
CPO (crude palm oil) pengolahan biji sawit, dan pengolahan inti sawit.
Mesin dan peralatan yang digunakan pada proses pengolahan daging (buah),
biji sawit, dan inti sawit adalah sebagai berikut :
a. Tahapan penerimaan buah (Fruit Reception Stasion).
Stasiun penerimaan buah terdiri dari tempat penimbangan bahan masuk,
sortasi bahan yang terdiri dari dua loading rump sesuai sumber kelapa
sawit yaitu kebun PTPN-I dan kebun pihak ke-3 (kebun rakyat),
keranjang penampung, dan lori pengakut kelapa sawit dengan kapasitas
2,4 ton /lori. Pada PTPN-I terdapat 40 lori.
b. Tahapan perebusan (Sterilizing Station).
Stasiun perebusan terdapat alat sterilizer yaitu suatu bejana yang
digunakan untuk melakukan perebusan tandan buah segar. Pada pabrik
PTPN-I terdapat 4 unit sterilizer, pada setiap sterilizer terdapat 10 lori.

6
c. Tahapan penebah (Threshing Station).
Stasiun penebah terdiri dari hopper (penampung buah hasil rebusan),
hosting crane (alat pengangkut lori ke thresher), automatic bunch feeder
(mengatur meluncurnya buah agar tidak masuk sekaligus ke drum
berputar), drum bunch thresher (tempat perontokan buah dari tandan
dengan kecepatan 23-25 rpm).
d. Tahapan kempa (Pressing Station).
Stasiun pengempaan terdapat alat pelumat (digester), alat pengempa
(screw press), tangki pemisah pasir (Desanding Device), ayakan getar
(vibrating Screen), dan tangki penampung (Crude Oil Tank).
e. Tahapan Pemurnian Minyak (Clarification Station).
Stasiun pemurnian minyak terdiri dari CST (continuous settling tank),
POT (pure oil tank), vakum dryer, sludge oil tank, sludge separator,
decanter, Fat Pit, dan Storage Tank.

f. Tahapan Pengolahan biji sawit (Nut Plant Station).

Pada stasiun ini terdapat Cake Breaker Conveyor, Depericarper, Nut


Silo, Ripple Mill, Cracked Mixture Separating Columm, Claybath,dan
Kernel Silo.

g. Proses pengolahan inti sawit

Pada proses ini, mesin dan peralatan yang digunakan adalah mulai dari
rolling mill, broken kernel conveyor, broken kernel elevator, flacking
mill, flakes conveyor, flkes elevator, conditioner, screw press, filter
press, vibrating screen, sampai berakhir di storage tank. Rolling mill
dilengkapi dengan magnetic trap yang secara khusus menangkap benda-
benda asing yang terbuat dari logam yang bercampur dengan inti sawit.
Rolling mill memiliki tingkat ketebalan yang berbeda yaitu berturut-turut
tingkat tebal inti yang dihasilkan pada tingkat I-II yaitu menjadi 1.5 mm,
1.3 mm, dan 1 mm. Flacking mill yaitu alat yang terdiri dari dua buah
roll yang tidak bergerigi untuk menipiskan kembali inti sawit yang telah
melalui rolling mill tersebut, sehingga mencapai ketebalan 0.3 mm.
Conditioner adalah suatu instalasi yang berfungsi untuk penggorengan

7
inti sawit yang telah tipis.

C. Proses Produksi

Proses pengolahan dibagi menjadi beberapa proses produksi yaitu proses


produksi CPO (crude palm oil) dan pengolahan biji sawit, serta pengolahan
inti sawit. Proses produksi CPO pada PTPN-I Tanjung seumantoh terbagi
atas beberapa tahap yang dilakukan di beberapa station. Station-station pada
proses pengolahan kelapa sawit yaitu station penerimaan buah, perebusan,
penebah, kempa, pemurnian minyak, dan pengolahan. Proses pengolahan
TBS dimulai dengan persiapan TBS di loading rump, perebusan,
penebahan, pengepresan, pengolahan, pemurnian hingga berakhir di storage
tank. Berbagai perlakuan harus dipenuhi dalam proses pengolahan ini
sehingga dihasilkan minyak kelapa sawit yang berkualitas baik.

1. Pabrik Kelapa Sawit

A. Tahapan Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)

Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah. Tandan buah segar


(TBS) yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik untuk ditimbang
terlebih dahulu. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah pemetikan
(diterima pabrik maksimum 24 jam setelah dipetik). Hal ini bertujuan untuk
mencegah timbulnya kandungan kadar asam lemak bebas yang tinggi pada
kelapa sawit akibat keterlambatan pemrosesan. Untuk mengurangi hal
tersebut dilakukan pencampuran antara buah lama dan buah yang baru
dengan perbandingan buah baru yang dicampur jumlahnya lebih dominan
daripada buah lama.

Tujuan dilakukannya penimbangan adalah untuk mengetahui jumlah


tandan buah segar (TBS) yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak
dan inti serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui
tingkat produksi TBS yang dicapai tiap sumber kebun. Jenis timbangan yang
digunakan adalah timbangan digital dan dilengkapi dengan sistem komputer
yang berkapasitas maksimal 60 ton.

8
B. Tahapan Perebusan (Sterilizing Station)
Pada tahapan ini akan dilakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi adalah
proses perebusan di dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer.
Sterilizer memiliki kapasitas maksimal 10 lori yang dapat masuk ke
dalamnya. Setelah lori yang berisi TBS masuk ke dalam sterilizer, pintu alat
tersebut ditutup rapat untuk dilanjutkan proses perebusan. Proses perebusan
dilakukan selama 100-110 menit dengan media pemanasnya adalah uap.
Uap didapatkan dari turbin yng bertekanan 2- 3 kg/cm3.
1) Metode Perebusan
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, maka perlu diperhatikan cara
perebusan. Metode perebusan yang digunakan adalah dengan sistem tiga
puncak (Triple Peak). Prinsip triple peak adalah tiga kali penguapan uap
(uap basah) ke dalam sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (blow
down).
C. Tahapan Penebah (Threshing Station)
Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam
Steriliser dengan menggunakan capstand menuju kestasiun penebah dengan
menggunakan alat pengangkat hosting crane. Pada tahapan ini buah dipipil
untuk menghasilkan brondolan dan tandan kosong.
D. Tahapan Pengempaan (Pressing Station)
Tahapan pengempaan adalah tahapan pengambilan minyak dari pericarp
(daging buah) dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumatan
dilakukan dalam digester , sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa
ulir (Screw press).
E. Tahapan Pemurnian Minyak
Minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari stasiun pengempasan masih
banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti
lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah
mengalami penurunan mutu sehingga sulit dalam pemasaran

9
2. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

A. Sistem Pengelolaan Lingkungan Industri

PTPN-I Tanjung Seumantoh menyadari bidang usahanya secara langsung


berhubungan dengan lingkungan dan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan tersebut. Oleh karena itu PTPN-I Tanjung Seumantoh memiliki
kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup disekitar tempat
usahanya. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan merupakan hal yang dirasa
semakin penting. Berbagai peraturan yang dikeluarkan pemerintah
berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup, semakin menegaskan
bahwa betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Masyarakat juga akan semakin peduli akan hak-haknya untuk mendapatkan
kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.

Sistem manajemen lingkungan merupakan bagian yang terintegrasi dengan


sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan. Sistem manajemen
lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai kinerja lingkungan
perusahaan yang lebih baik. Mekanisme itu dilakukan dengan upaya
pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan produksi yang dilakukan
perusahaan. Melalui penerapan sistem manajemen lingkungan, tuntutan
akan peningkatan kinerja dari masyarakat dan pemenuhan persyaratan
peraturan lingkungan hidup dari pemerintah dapat diantisipasi oleh
perusahaan.

Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh


membentuk suatu unit kerja yang bekerjasama dengan kemitraan
lingkungan hidup (KLH). Kebijakan lingkungan yang digunakan pada
PTPN-I Tanjung Seumantoh berdasarkan pada kerjasama antara pihak
lembaga independen Lingkungan Hidup. PTPN- I Tanjung Seumantoh juga
memiliki komitmen untuk mencegah pencemaran, melaksanakan
peraturaturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang pengelolaan
lingkungan secara berkelanjutan.

10
Pada pelaksanaan pengelolaan lingkungan, PTPN-I Tanjung Seumantoh
mengikuti prinsip pembangunan industry kelapa sawit berkelanjutan yaitu
melindungi dan memperbaiki lingkungan alam (environmentally sound),
layak secara ekonomi (economically viable), dan diterima secara social
(Isocially acceptable). Semua hal tersebut akan menuju pada penerapan
AMDAL, cleaner production,ISO 9000-200, ISO 4000, ecolabelling,
OHSAS, HACCP, dan HCVF. Pendekatan teknologi pengolahan lingkungan
khususnya terhadap limbah yang digunakan oleh PTPN-I Tanjung
Seumantoh adalah reduce, recycle, reuse, dan recovery.

PTPN-I Tanjung Seumantoh juga membentuk suatu unit kerja yang bekerja
sama dengan kemitraan lingkungan hidup (KLH). Dasar-dasar hukum yang
digunakan adalah UU No.23 tahun 19997 tentang lingkungan hidup, PP RI
No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air, KepMen No.Kep.51./Men.LH/10/95/Mengenai baku mutu
LCPKS yang tidak mencemari lingkungan, KepMenLH No.29 tahun 2003
tentang pedoman syarat dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah dari
industry minyak sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. PTPN-I
Tanjung Seumantoh juga memiliki komitmen untuk mencegah pencemaran,
melaksanakan peraturan, dan meningkatkan kinerja perusahaan di bidang
pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.

11
B. Proses Pengelolaan Lingkungan Industri

Pada proses pelaksanaan pengelolaan lingkungan industri, sangat erat


kaitannya dengan pengolaan limbah industri untuk mengendalikan
pencemaran yang berakibat negatif bagi lingkungan. Untuk memaksimalkan
pengelolaan lingkungan industri terhadap limbah, maka perlu diketahui
tentang limbah industri yang dihasilkan.
1) Limbah Industri Kelapa Sawit
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah yang dihasilkan adalah
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat terdiri dari fibre, cangkang,
tandan kosong, dan idecanter solid. Limbah cair terdiri dari limbah hasil
separator, limbah haisl dari decanter, dan limbah air rebusan.
Limbah yang dihasilkan juga memiliki nilai untuk dimanfaatkan dan
berpotensi juga terhadap pencemaran.. Limbah padat misalnya seperti
tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan organic yang dapat
menghasilkan pupuk. Serat dan cangkang yang dihasilkan dari proses
pengepresan juga dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar. Pada
limbah cair, air limbah yang dihasilkan akan diolah kembali pada proses
water treatment, proses tersebut dilakukan selain untuk mengurangi
kerusakan lingkungan akibat limbah cair juga untuk mengolah air agar
dapat digunakan. Limbah cair industri kelapa sawit yang juga
merupakan sisa dari proses produksi yang mengandung konsentrasi
padatan tinggi dan sangat potensial menciptakan pencemaran. Limbah
cair mengalir ditengah-tengah perkebunan dan berakhir pada sungai atau
perairan umum yang banyak dimanfaatkan penduduk.

2) Penanganan dan Pengolahan Limbah Industri

a) Limbah cair

Perincian operasi dan reaksi berbagai proses biologis adalah limbah


industry harus mengandung bahan yang dapat dibusukkan dengan
kegiatan bakteri. Jika limbah pabrik dialirkan ke dalam kolam yang
cuukup besar dan ditambah dengan bakteri maka akan terjadi proses
biologis. Penyediaan kolam yang dangkal, agak dalam dan yang lebih
12
dalam lagi dikenal dengan kolam oksidasi aerobic, fakultatif dan
anaerobic. Telah terbukti bahwa sistem kolam mini berhasil di daerah
tropis dan semi tropis, dimana tanah mudah di dapat, iklimnya baik
dan suhu relatif tinggi.

b) Limbah padat

Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit


berupa tandan kosong, cangkang, fibre, dan solid decanter. Tandan
kosong didapat dari threshing station, dimana terdapat proses
pelepasan brondolan dari TBS. Terkadang tandan kosong masih
memiliki brondolan yang tidak dapat rontok pada saat perontokan.
Pengolahan limbah tandan kosong dapat dengan dimanfaatkan secara
langsung maupun dilakukan proses pembakaran dengan incinerator.

c) Limbah gas

Limbah gas pabrik kelapa sawit berupa asap. Asap dihasilkan dari
pembakaran tandan kosong melalui incinerator dan asap yg
ditimbulkan dari boiler yang menggunakan cangkang dan fibre
sebagai bahan bakar. Pengolahan limbah dilakukan dengan
mengeluarkan asap ke udara. Pencemaran yg ditimbulkan cukup
banyak khususnya untuk udara. PTPN-I Tanjung Seumantoh
melakukan usaha untuk mengurangi limbah gas ini denagn cara
mengurangi proses pembakaran tandan kosong serta mengatur
komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre. Komposisi
penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar
bantuan lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap
yang ditimbulkannya berwarna hitam pekat.

C. System monitoring dan pengendalian lingkungan

Pengendalian lingkungan industry PTPN-1 Tanjung Seumantoh


mengacu pada UU No. 23 tahun 1997 tentang lingkungan hidup, PP
RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air, KepMen No.
51 tahun 1995 mengenai baku mutu LCPKS yang tidak mencemari

13
lingkungan. KepMenLH no. 29 tahun 2003 tentang pedoman syarat
dan tata cara perizinan pemanfaatan air limbah dan industry minyak
sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit. Monitoring dan
pengendaliannya bekerja sama dengan instansi seperti departemen
perindustrian, komite akreditas nasional dan balai riset desa
standarisasi industry serta balai lingkungan hidup.

14
BAB III
PEMBAHASAN

A. Proses Produksi

1. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


Proses produksi kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau CPO
(crude palm oil) melalui beberapa tahapan, proses produksi ini dimulai dari
penimbangan kelapa sawit pada jembatan penimbangan, penerimaan buah di
stasiun penerimaan buah, Stasiun perebusan, Stasiun penebahan, Stasiun
pengepressan, Stasiun pemurnian hingga ke penyimpanan minyak. Dalam
tahapan – tahapan proses produksi terdapat satasiun-stasiun pengolah yang
masing-masingnya memiliki alat-alat proses atau pengolah bahan baku
sebagai berikut :
a. Stasiun penerimaan buah

1) Jembatan penimbangan

Pada stasiun penerimaan buah, terdapat alat yang disebut jembatan


penimbangan. Jembatan penimbangan adalah tempat penimbangan
atau alat ukur berat kapasitas besar yang biasanya digunakan untuk
mengukur berat bahan ataupun produk yang dikirim ke kebun ataupun
untuk menimbang solar yang masuk ke pabrik. Jembatan
penimbangan menggunakan plat dari besi berukuran 8 x 2,5 meter
dengan kapasitas maksimal 60 ton. Pengukuran berat dengan jembatan
penimbangan memakai sistem elektronik yang dilengkapi dengan
load cell dan sensor, sehingga menghasilkan output angka pada
monitor pengendali. Penimbangan dilakukan sebanyak dua kali,
penimbangan pertama dilakukan terhadap kendaraan bermuatan
(bruto), sedangkan penimbangan kedua dilakukan terhadap kendaraan
yang telah kosong (tarra), selisih penimbangan kendaraan bermuatan
dengan kendaraan kosong merupakan berat bersih (netto) muatan.
Kendaraan yang telah melakukan penimbangan memiliki karcis
timbang.

15
b. Loading Rump
Setelah TBS melalui jembatan penimbangan, TBS akan disortir dan
ditampung pada loading rump. Loading Rump merupakan tempat
penampungan sementara TBS sebelum dilakukan proses perebusan. Pada
PTPN-I memiliki Fruit loading rump yang terdiri dari 12 hopper
penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 120.
Bagian ujung dari hopper dipasang jerjak-jerjak pembuangan pasir
dengan lebar satu meter sepanjang dasar Loading rump dan dilengkapi
dengan konveyor untuk mengeluarkan pasir dan sampah. Loading rump
dilengkapi dengan pintu loading yang bekerja secara hidrolik, dimana
setiap pintu dipasang pengatur untuk memindahkan ke dalam lori-lori
perbusan.
Lori adalah wadah yang berfungsi sebagai tempat penampungan TBS
dari loading rump dan sebagai wadah pada saat perebusan TBS. Bagian
lori terdiri dari badan lori, ring rantai, kaitan, serta roda. Ring rantai
digunakan sebagai tempat untuk mengaitkan rantai pada Tippler,
sedangkan kaitan digunakan sebagai alat sambungan antar lori dan juga
berfungsi sebagai tempat mengaitkan tali dari alat penarik lori. Roda lori
digunakan untuk memudahkan perpindahan lori dari satu tempat ke
tempat lain melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan lubang-lubang
yang berfungsi membantu sirkulasi steam yang merata dan memudahkan
pengeluaran air kondensat. Lori di PTPN-I Tanjung Seumantoh memiliki
kapasitas 2.4 ton TBS/unit.
tempat ke tempat lain melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan
lubang-lubang yang berfungsi membantu sirkulasi steam yang merata
dan memudahkan pengeluaran air kondensat. Lori di PTPN-I Tanjung
Seumantoh memiliki kapasitas 2.4 ton TBS/unit.

16
c. Capstand

Capstand merupakan alat yang digunakan untuk menarik lori. Capstand


di gerakkan oleh elektromotor berdaya 16 kW, dengan kecepatan rotasi
motor sebesar 1450 rpm. Penggunaan capstand diawali dengan
mengaitkan tali capstand ke kaitan lori, elektromotor kemudian akan
memutar katrol tali sehingga tali melilit dan sekaligus menarik lori.
2. Stasiun Perebusan
Sterilizer berbentuk tangki silinder horizontal berkapasitas 10 lori ( 24 ton
TBS/sterilizer). Bagian-bagian sterilizer terdiri dari safety valve (katup
pengaman), manometer tekanan, pipa exhaust, pipa inlet, pipa kondensat,
dua buah pintu, rel dan pondasi. Steam masuk ke dalam sterilizer melalui
pipa steam inlet dan keluar mealui pipa steam exhaust. Safety valve
mengatur tekanan steam di dalam sterilizer. Air kondensat rebusan TBS
dikeluarkan melalui pipa kondensat menuju ke bak blowdown.
Penggunaan Sterilizer untuk proses perebusan tidak dapat dilakukan secara
bersamaan pada waktu start yang sama, hal ini dikarenakan steam yang ada
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan steam selama proses tersebut,
sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut proses perebusan dalam
Sterilizer yang berikutnya dimulai setelah beberapa menit sterilizer yang
pertama berjalan.
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, proses perebusan dilakukan bertujuan
untuk :
a. Menghentikan aktifitas enzim
b. Mempermudah pelepasa buah dari tandannya
c. Memudahakan pemisahan minyak dai daging buah
d. Menurunkan kadar air dalam buah
e. Memudahkan penguraian serabut pada biji
f. Memudahkan pemisahan antara inti dan cangkang

3. Stasiun Penebahan (threser station)

Pada tahapan ini terdapat beberapa alat yaitu hopper ( penampung buah hasil
rebusan), automatic bunch feeder (pengatur masuknya buah ke drum

17
berputar), drum bunch thresher (tempat perontokan buah dari tandan). Hasil
rebusan akan diangkut dengan hosting crane ke dalam threser untuk
perontokan brondolan. Pada PTPN-I Tanjung seumantoh, pada saat proses
perontokan buah terkadang ditemukan brondolan yang tidak lepas dari
tandannya, hal ini disebabkan TBS terlau mentah sehingga tidak masak pada
proses peebusan, terutama jika susunan brondolan sangat rapat dan padat
sehingga uap tidak dapat mencapai kebagian dalam tandan.

4. Stasiun pengempaan (pressing station)

Pada proses di stasiun ini, ketel pelumat harus selalu penuh agar tekanan yang
ditimbulkan dapat mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang
sempurna. Minyak yang terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan
karena dapat mengakibatkan berkurangnya gaya gesekan.

Massa hasil proses pengadukan dan digeser akan masuk ke dalam ulir yang
bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan minyak kasar
(crude oil). Sgrew press yang digunakan berkapasitas 12-15 ton dengan
tekanan press 30-40 kg/cm2. Pada proses pengempaan dilakukan
penyemprotan dengan air panas agar minyak kasar yang keluar tidak terlalu
kental ( mengalami penurunan viskositas) sehingga pori-pori silinder tidak
tersumbat. Pada proses ini tambahan panas yang diberikan sebesar 10%- 15%
terhadap kapasitas pengepresan. Jika tekanan kempa terlalu rendah akan
mengakibatkan kerugian kehilangan minyak pada ampas press dan biji yang
tinggi. Pada tahapan ini terdapat beberapa alat yang digunakan pada setiap
prosesnya.
Alat-alat tersebut antara lain :
a. Digester
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh terdapat alat pelumat yang disebut
dengan Digester. Digester berfungsi untuk mengaduk dan melumatkan
buah brondolan (selama 15-20 menit) sehingga daging buah berupa serabut
berminyak terpisah dari biji. Hal ini penting untuk memudahkan
pengeluaran minyak pada saat pressing. Digester berbentuk silinder
vertikal dengan dilengkapi dengan dua jenis pisau didalamnya yakni pisau

18
pengaduk yang mempunyai fungsi utama untuk melumatkan buah, serta
pisau pelempar yang berfungsi menyalurkan buah yang telah dilumatkan
ke mesin pengempa. Pisau- pisau ini tersusun secara vertikal, enam buah
pisau dibagian atas merupakan pisau pengaduk, sedangkan tiga buah pisau
dibagian bawah merupakan pisau pelampar. Digester juga dilengkapi
dengan angle bars di sekeliling dindingnya, yang berfungsi membantu
pelumatan buah saat pisau pengaduk berputar. Motor penggerak putaran
pisau.
b. Screw Press (mesin pengempa ulir)
Screw press merupakan alat untuk memeras minyak kotor (Crude oli) dari
daging buah. Bagian-bagian dari screw press berupa dua buah screw (ulir),
sarang screw berupa cage press, dinding dalam berupa oiling plate, dan
gear box yang digerakkan oleh alat bernama Hagglund. Sebuah pompa
mengalirkan oli kedalam Hagglund, sehingga Hagglund dapat berputar
menggerakkan dua buah gear pad gear box yang mewakili dua buah screw
(ulir). Kedua screw berputar berlawanan ke arah dalam sehingga daging
buah yang masuk diantaranya akan terjepit diantara ulir-ulir dan
mengeluarkan minyak. Proses pengempaan dengan screw press dibantu
oleh dua buah cone yang digerakkan maju mundur secara hidrolik.

5. Stasiun pemurnian (clarification station)

Pemurnian minyak bertujuan untuk mengurangi kadar air beserta kotoran di


dalam crude oil sehingga menjadi CPO yang siap jual. Pada stasiun ini
terdapat beberapa alat yang digunakan selama proses berlangsung. Alat-alat
tersebut antara lain :
a. Continuous settling tank
Continous Settling Tank (CST) merupakan tangki yang digunakan untuk
mengendapkan sludge dari crude oil. CST berbentuk silinder vertikal
yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Crude oil di dalam
CST dipisahkan diaduk dengan strirer agitator untuk membantu
memisahkan crude oil menjadi tiga fraksi yakni fraksi minyak (oil),
fraksi emulsi (air +sludge), dan faksi sludge. Faksi minyak akan dikutip

19
oleh skimmer dan dialirkan menuju oil tank, sedangkan fraksi sludge dari
CST akan dialirkan melalui kolom under flow menuju sludge tank.
b. Pure oil tank
Pure oil tank merupakan tangki penampung minyak berbentuk silinder
yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit oil
tank dengan kapasitas masing-masing sebesar 24 ton. Oil tank dilengkapi
dengan pipa injeksi steam dan termometer untuk mnjaga temperatur
minyak pada oil tank pada 90 ᵒC. minyak pada oil tank dengan kadar air
maksimal 0,6% dan kadar kotoran maksimal 0,4% selanjutnya dialirkan
dengan pompa menuju oil purifier.
c. Oil purifier
Oil purifier digunakan untuk menurunkan kadar sludge dari minyak yang
dialirkan dari oil tank. Bagian utama dari oil purifier berpa bowl dengan
lubang di tengahnya. Pemisahan sludge dari minyak terjadi akibat adanya
gaya sentrifugal.
d. Vacuum dryer
Vacumm dryer digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak
yang telah dibersihkan dari sludge di oil purifier. Kadar air minyak
diturunkan hingga 0,1% dengan prinsip pengeringan vacuum bertekanan
0,9 bar. Minyak yang telah diproses menggunakan vacuum dryer
selanjutnya dialirkan menuju oil transfer tank sebelum dialirkan lagi
menuju ke tangki timbun (Storage Tank).
e. Sludge oil tank
Sludge tank merupakan tangki penampungan sludge berbentuk silinder
yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit
sludge tank dengan kapasitas masing-masing 24 ton. Sludge tank
dilengkapi dengan pipa injeksi steam dengan termometer untuk menjaga
temperatur sludge pada level 90 ᵒC. didalam sludge tank, sludge terpisah
menjadi dua fraksi, yakni fraksi berat dan fraksi emulsi (sludge +air
+minyak).

20
f. Storage tank
Setelah proses pemurnian, minyak yang didapatkan adalah crude palm
oil. CPO tersebut di simpan didalam storage tank . Storage tank memiliki
suhu simpan 45-600C. setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak
sawit.

F. Pabrik Inti Sawit (PIS)

Pada pabrik inti sawit, PTPN-I Tanjung Seumantoh sementara tidak


berproduksi dikarenakan sedang melakukan perbaikan alat produksi. Sehingga
kegiatan pabrik sementara waktu adalah menghasilkan inti sawit yang akan
dijual kepada pembeli. Mekanisme pembeliannya yaitu pembeli mengirim
kendaraan pengangkut untuk mengangkut inti yang akan dibeli. Kendaraan
yang masuk akan ditimbang terlebih dahulu, kemudian kendaraan yang
mengangkut inti ditimbang kembali sehingga diketahui berapa banyak inti yang
dibeli. Pada pabrik inti sawit juga memiliki hasil samping yaitu palm kernel oil
(PKM).

C. Pengelolaan Lingkungan Industri

Usaha pengelolaan lingkungan industry PTPN-I Tanjung Seumantoh


difokuskan kepada penanganan limbah industry yang dihasilkan. Mulai dari
penanganan limbah cair , padat, dan gas.
1. Limbah Cair
Volume limbah PKS Tanjung Seumantoh antara 750-1000m3/hari dengan
pengolahan antara 18-20 jam/hari. Karakteristik fisis dan kimia limbah PKS
pada umumnya dan limbah PKS-TS dari pengutipan (fat pit). Di PTPN-I
Tanjung seumantoh penanganan limbah cair dilakukan melalui kolam –
kolam dengan proses anerobic dan proses aerobic. Pada kolam
penampungan pertama, Limbah cair yang masih mengandung asam tidak
sesuai untuk pertumbuhan mikroba, karena itu perlu dinetralkan dengan
penambahan bahan kimia. Penambahan ini bertujuan untuk mencairkan air
limbah yang berguna untuk pengolahan lebih lanjut. Pada kolam ini juga

21
terdapat kolam pengembangbiakkan bakteri pada awal pengoperasiannya
yang memerlukan kondisi-kondisi seperti Ph netral, nutrisi yang cukup,
kedalaman kolam 6-7 meter, ukuran kolam diupayakan dapat menampung
air limbah dari dua hari pengolahan.
Pada PTPN-I Tanjung Seumantoh, limbah cair yang dihasilkan pabrik
diaplikasikan sebagai pupuk yang bertujuan untuk mengurangi dan
mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang
lainnya, menerapkan konsep produksi bersih dan zero waste, mengurangi
biaya pembelian pupuk organic, mengurangi biaya pengoperasian,
pengawasan dan pemeliharaan instalasi pengolahan air limbah, dan
meningkatkan produksi tandan buah segar. Aplikasi ini dapat dilakukan
dengan tangki atau dengan metode pipanisasi. Aplikasi dengan tangki dapat
dilaksanakan pada areal kebun yang datar dan berombak. Biaya investasi
dengan cara aplikasi tanki relative murah, namun biaya operasional dengan
tangki relative mahal. Aplikasi dengan pipanisasi dapat dilaksanakan pada
areal kebun yang datar, berombak dan berbukit. Biaya investasi dengan cara
aplikasi pipanisasi relative mahal, namun biaya operasional relative murah.
Pipa yang digunakan adalah jenis HDPE, PVC atau baja dengan ukuran 6”.
2. Limbah Padat
a. Tandan kosong
Tandan kosong (tankos) merupakan limbah sisa TBS yang buahnya telah
dilepaskan melalui proses threshing. Di PTPN-I Tanjung Seumantoh ,
tankos yang di dapat dari proses penebahan pada threser dibakar di
incinerator untuk menghasilkan abu yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan membuat sabun. Tandan kosong tidak semuanya dijadikan abu
tetapi juga dimanfaatkan sebagai pupuk organic untuk perkebunan kelapa
sawit yang dimiliki PTPN-I Tanjung Seumantoh.
b. Serat / fibre
Serat ini merupakan hasil dari proses depericarping. Pada PTPN-I
Tanjung Seumantoh , fibre akan disalurkan melalui konveyor menuju ke
Boiler sebagai bahan bakar. Namun pada perjalanannya, sebagian fibre
akan disisihkan untuk di inisiasi dipembakaran pada Boiler dan menjadi

22
bahan bakar utama boiler.
c. Cangkang
Cangkang yang dihasilkan dari proses pemisahan shell dan nut, PTPN-I
Tanjung Seumantoh menggunakan cangkang untuk tambahan bahan
bakar boiler jika fiber yang dihasilkan dari proses press kurang untuk
dibakar di ruang tungku boiler, selain itu cangkang ini juga di jual ke
perusahaan lain untuk fungsi yang sama atau pembuatan arang aktif.
d. Solid Decanter
Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% – 10% diolah lagi
dengan mesin Decanter yang menghasilkan light phase (oil decanter),
heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung
minyak 60% – 70%, diolah lagi di continuous settling tank. Heavy phase
akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga
mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan solid
ditampung di hopper kemudian di aplikasikan langsung
kelapangan/kebun diantara baris pokok kelapa sawit. Solid yang
dihasilkan merupakan pupuk yang sangat menyuburkan bagi kelapa sawit
dan tanaman-tanaman lainya.

3. Limbah Gas

PTPN-I Tanjung Seumantoh melakukan usaha untuk mengurangi limbah


gas ini denagn cara mengurangi proses pembakaran tandan kosong serta
mengatur komposisi pemakaian bahan bakar dari cangkang dan fibre.
Komposisi penggunaan cangkang harus lebih sedikit dari pada bahan bakar
bantuan lainnya karena pembakaran cangkang menyebabkan asap yang
ditimbulkannya berwarna hitam pekat.

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Bahan baku dalam proses produksi crude palm oil adalah tanaman kelapa
sawit. Kelapa sawit terdiri daripada spesies arecaceae atau family palma yang
digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan
apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandung minyak.
Pada pabrik ini buah kelapa sawit yang digunakan mengalami proses
sortasi terhadap fraksi atau jenis buahnya, dilakukan beberapa perlakuan atau
proses untuk menghasilkan crude palm oil yang diharapkan. Sistem
manajemen lingkungan lebih difokuskan terhadap penanganan dan pengolahan
limbah, baik limbah cair maupun limbah padat hasil dari proses di dalam
pabrik.

B. SARAN
Melihat dari kegiatan produksi yang snagat membutuhkan peralatan yang
baik untuk menghasilkan output yang baik pula, maka pemeliharaan dan
pengawasan terhadap alat produksi sangat dibutuhkan. Pemeliharaan dan
pengawasan terhadap alat sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala.
Meningkatkan kembali kesadaran karyawan terhadap pentingnya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) juga hendaknya dilakukan agar produksi dapat
berjalan dengan lancar dan tidak terhambat akibat adanya karyawan yang
sakita ataupun adanya kecelakaan yang terjadi pada saat proses produksi.
Perusahaan juga sebaiknya menerapkan Good House Keeping ( Konsep
Produksi Bersih/Cleaner Production) sehingga mampu meminimalisasi limbah
yang dihasilkan.
24
25
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Perkebunan. 2006. Statistik Kelapa Sawit 2005. Departemen


Pertanian.

Ditjen PPHP, 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.


Subdit Pengelolaan Lingkungan Direktorat Pengelohan Hasil Pertanian
Ditjen PPHP, Departemen Pertanian. Jakarta.

Fauzi, Y, Y.E. Widyastuti, Iman S., dan Rudi Hartono 2006. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya,Jakarta.

Lubis, A.U. 1982. Kelapa Sawit (Elaeis guineensisi Jacq)di Indonesia. Pusat
Penelitian Marihat,Marihat Ulu-Pematang Siantar: 204-208.

Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P.L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah PKS
pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional
Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application.

Soehardiyono, L., 1998. Tanaman Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai