Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 3

1
MANAGEMENT POTENSIAL WABAH DIFTERI
Oleh:
2
Puskesmas Wonosobo
3 Puskesmas Pulau Panggung
Puskesmas Sukaraja
Puskesmas Gisting

4 TIM GERAK CEPAT (TGC) ANGKATAN 6


DIKLAT
PROVINSI LAMPUNG
Suspek Difteri adalah orang dengan gejala faringintis, tonsilitis, laringitis, trakeitis,
atau kombinasinya disertai demam tidak tinggi dan adanya pseudomembran
putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah berdarah apabila dilepas atau
dilakukan manipulasi

Probable Difteri adalah orang dengan suspek Difteri ditambah dengan salah satu
gejala berikut:
a. Pernah kontak dengan kasus (< 2 minggu)
b. Imunisasi tidak lengkap/belum dilakukan
c. Berada di daerah endemis difteri
d. Stridor , Bullneck
e. Pendarahan submukosa/petechia pada kulit
f. Gagal jantung toxic, gagal ginjal akut
g. Myocarditis
h. Meninggal
KASUS KONFIRMASI: Kasus probable dipteri + bakteri C.diphtheriaea hasil kultur
bakteri/PCR (+
1. PEMANTAUAN HARIAN KASUS YANG SEDANG DIISOLASI DIRUMAH DAN FASILITAS
KHUSUS

• Kasus konfirmasi difteri wajib dilakukan sisolasi di Rumah sakit


• Dirumah sakit dipantau Tanda-tanda vital, dan tanda-tanda darurat lainnya seperti
kegagalan nafas, dll
• Tatalaksana difteri di RS berupa:
- Pemberian Anti difteri serum (ADS) segera setelah terkonfirmasi
- Antibiotik adekuat
- Kortikoteroid
- Pengobatan simtomatik lainnya
2. Tatalaksana kontak erat
TAHAPAN SISTEM RUJUKAN

Pasien dengan gejala (pasien


probable difteri)/ kasus
konfirmasi

FKTRL
Rujukan
Evakuasi:

1. Tenaga yang memeriksa harus memiliki imunisasi lengkap


2. Bila penderita dirawat, tempatkan dalam ruang isolasi (single
room) tidak perlu ruangan tekanan negatif
3. Penggunaan APD bagi petugas: Masker bedah, sarung tangan,
gaun, dan pelindung mata
4. Bagi penderita menggunakan masker, dan penderita yang harus
didampingi keluarga harus menggunakan APD serta hand higine
Cara pengambilan sample pemeriksaan pasien difteri:

Pengambilan sample kultur bakteri hari ke 1, 2 dan ke 7


Teknik dengan :
Usap tenggorok
Usap Hidung
Teknik usap tenggorok

1. Penderita disuruh menghadap sumber cahaya


2. Kemudian penderita disuruh membuka mulut tanpa men-
julurkan lidah dan disuruh berkata “Ahh….” Sambil pasien
berkata “ ahhh…”
3. 2/3 lidah pasien ditekan dengan spatula sehingga terlihat
tonsil
4. Hapuskan kapas steril pada daerah tonsil yang terinfektir
(ada lapisan pseudomembran) yang biasanya berwarna
putih abu-abu , lidi kapas jangan menyentuh lidah.
5. Ambil 2 lidi kapas (yang digunakan untuk hapusan lang-
sung & utk kultur).
6. Untuk kultur swab masukkan padamedia Amies .
7. Sehabis mengambil spesimen, taruh kembali swab kapas
tersebut didalam tabung-rekasi steril sesegera mungkin
dan kirimkan segera ke laboratorium bakteriologis maksi-
mal 1 jam setelah penampungan
Untuk konfirmasi infeksi Corynebacterium diphtheriae

Pada kasus dengan kecurigaan difteri, spesimen yang akan dikirim ke dalam
tabung steril berisi serum beku (tabung ini harus disimpan didalam kulkas).
Torehkan swab pada permukaan serum, dengan tabung dimiringkan, mulai dari
bagian dasar ke atas dan jangan ditekan. Kirimkan spesimen hari itu juga. Lama
penyimpanan maksimum : 24 jam pada suhu 4 °C
Teknik Usap hidung

1. Masukkan swab sekurangnya 1 cm ke dalam lobang hidung atau bila


ada lesi ambil di pinggir lesi
2. Putar swab dan diamkan 10 -15’
3. Tusukkan ke medium transpor

Pengiriman:
Segera kirim ke laboratorium maksimal 1 jam setelah penampungan. Da-
pat bertahan 24 jam pada suhu 4 °C
Lengkap dengan label dan informasi data pasien
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai