Anda di halaman 1dari 5

Pengolahan Air Limbah Teknologi Biofilter Anaerob-Aerob Dengan Media Plastik

Sarang Tawon
 
 
Latar Belakang Masalah
 
Masalah pencemaran oleh air limbah di Indonesia baik limbah domestik maupun
air limbah industri sampai saat ini masih menjadi masalah yang serius. Air limbah kota-
kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
yaitu air limbah industri dan air limbah domistik yakni yang berasal dari buangan rumah
tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah
kemersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah
domistik pun telah menunjukkan tingkat yang cukup serius.
 
Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk wilayah Jakarta misalnya, dilihat dari segi
jumlah, air limbah domistik (rumah tangga) memberikan kontribusi terhadap pencemaran
air sekitar 75 %, air limbah perkantoran dan daerah komersial 15 %, dan air limbah
industri hanya sekitar 10 %. Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah
rumah tangga sekitar 70 %, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah industri
memberikan kontribusi 16 %. Dengan demikan air limbah rumah tangga dan air limbah
perkantoran adalah penyumbang yang terbesar terhadap pencemaran air .
 
Teknologi Pengolahan Air Limbah Biofilter Anaerob-Aerob Dengan Media Plastik Sarang
Tawon adalah teknologi pengolahan air limbah yang murah dan handal dengan proses
Biofilter Tercelup Anaerob-Aerob dengan media plastik sarang tawon.
 
Prinsip Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter Tercelup
 
Mekanisme proses metabolisme di dalam sistem biofilter secara aerobik secara sederhana
dapat diterangkan seperti pada Gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan suatu sistem
biofilm yang terdiri dari media penyangga, lapisan biofilm yang melekat pada media,
lapisan air limbah dan lapisan udara yang terletak di luar. Senyawa pencemar yang terletak
di dalam air limbah misalnya senyawa organik (BOD, COD), ammonia, phospor dan
lainnya akan terdifusi ke dalam lapisan atau film biologis yang melekat pada permukaan
media. Pada saat yang bersamaan dengan menggunakan oksigen terlarut di dalam air
limbah senyawa pencemar tersebut akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam
lapisan biofilm dan energi yang dihasilkan akan diubah menjadi biomassa. Suplai oksigen
pada lapisan biofilm dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya pada sistem RBC
yakni dengan cara kontak dengan udara luar, pada sistem trickling filter dengan aliran balik
udara, sedangkan pada sistem biofilter tercelup dengan menggunakan blower udara atau
pompa sirkulasi.
 
Jika lapisan mikrobiologis cukup tebal, maka pada bagian luar lapisan mikrobiologis akan
berada dalam kondisi aerobik sedangkan pada bagian dalam biofilm yang melekat pada
medium akan berada pada kondisi anaerobik. Pada kondisi anaerobik akan terbentuk gas
H2S, dan jika konsentrasi oksigen terlarut cukup besar maka gas H2S yang terbentuk
tersebut akan diubah menjadi sulfat (SO4) oleh bakteri sulfat yang ada didalam biofilm.
Selain itu pada zona aerobik nitrogen-ammonium akan diubah menjadi nitrit dan nitrat dan
selanjutnya pada zona anaerobik nitrat yang terbentuk mengalami proses denitrifikasi
menjadi gas nitrogen. Oleh karena di dalam sistem biofilm terjadi kondisi anaerobik dan
aerobik pada saat yang bersamaan maka dengan sistem tersebut proses penghilangan
senyawa nitrogen menjadi lebih mudah.
 

Gambar 1 : Mekanisme proses metabolisme di dalam proses dengan sistem Biofilm


 
Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Biofilter Anaerob-Aerob
 
Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter Anaerob-Aerob secara sederhana
dapat ditujukkan seperti pada Gambar 2:
 

Gambar  2 : Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob.


 
Pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungasi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Air
limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob dengan
arah aliran dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor
anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari
operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-
organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak
pengendap.
 
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam  bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan pasltik tipe rarang tawon, sambil diaerasi
atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering
di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). 
 
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke
bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa
khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar
setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD,
COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.          
 
Hasil Uji coba
 
Salah satu contoh hasil penelitian pengolahan air limbah industri kecil pencelupan jean
dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob dapat diketahui bahwa semakin pendek waktu
tinggal hidrolis di dalam reaktor biofilter efisiensi penghilangan menjadi semakin kecil.
Selain itu semakin besar beban organik efisiensi penghilangan menjadi semakin kecil.
Untuk beban BOD sebesar 1,225 kg/m3.hari efisiensi penghilangan BOD mencapai 92 %,
sedangkan untuk beban BOD 3,658 kg/m3.hari efsiensi penghilangan BOD turun menjadi
85,9 %.
 
 
Gambar 3 : Foto-foto Media Sarang Tawon Di dalam Reaktor Biofilter Anaerob-Aerob
 
Keunggulan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
 
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob tercelup mempunyai
beberapa keunggulan antara lain :
 Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi.
 Operasional dan perawatannya mudah dan sederhana.
 Konsumsi energi (listrik untuk blower) lebih rendah.
 Tahan terhadap fluktuasi debit maupun konsentrasi.
 Dapat diaplikasikan untuk pengolahan berbagai macam air limbah baik limbah
domestik maupun limbah industri.
 Dapat dirancang untuk skala kecil maupun skala besar.

Aplikasi Biofilter Anaerob-Aerob Untuk Pengolahan Air Limbah


 
    Beberapa aplikasi teknologi biofilter anaerob-aerob tercelup antara lain :
 
 Pengolahan air limbah domestik secara individual atau komunal.
 Pengolahan air limbah rumah sakit
 Pengolahan air limbah industri Tahu-tempe.
 Pengolahan air limbah industri kecil pencucian jean.
 Pengolahan air limbah potong hewan.
 Pengolahan air limbah hotel.
 Pengolahan air limbah industri
 
 
Beberapa contoh teknologi biofilter anaerob-aerob yang telah diaplikasikan untuk
pengolahan air limbah baik limbah domestik.
 

Anda mungkin juga menyukai