Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN CBR MBS BAB 7 & 8

BAB VII
KOORDINASI, KOMUNIKASI, DAN SUPERVISI DALAM
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Dalam implementasi MBS terdapat tiga dimensi utama yang harus diperhatikan, yang
akan menentukan keberhasilan,efektivitas,efisiensi,dan produktivitas pendidikan.ketiga
tersebut adalah koordinasi,komunikasi dan supervisi.

A. Koordinasi dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Koordinasi atau dalam Bahasa Inggris coordination, berasal dari bahasa Latin, yakni cum
yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu
pada keharusannya (Westra, 1983). Dalam MBS, koordinasi berkaitan dengan penempatan
berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang
berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak
membosankan. Pengkoordinasian adalah upaya untuk menyelaraskan satuan-satuan pekerjaan
dan orang-orang agar dapat bekerja secara tertib dan seirama menuju ke arah tercapainya
tujuan tanpa terjadi kekacauan (chaos),penyimpangan,percekcokan dan kekosongan kerja.
Dalam mencapai tujuan yang sudah diupayakan agar koordinasi dapat berjalan dengan
lancar,perlu diperhatikan lima prinsip uatama berikut :
1. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakan iklim yang
kondusif bagi kepentingan bersama.
3. Koordinasi merupakan proses yang terus-menerus dan berkesinambungan.
4. Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara
terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.
Koordinasi akan berlangsung secara efektif apabila dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan dari tahap awal sampai akhir pekerjaan; mengupayakan hubungan dan
pertemuan-pertemuan di antara berbagai pihak yang terkait, serta mengembangkan
keterbukaan sehingga jika terdapat perbedaan pandangan dapat didiskusikan dan dipecahkan
bersama.
1. Manfaat Koordinasi
Koordinasi sangat diperlukan dalam MBS, terutama untuk menyatukan kesamaan
pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan sekolah,
baik guru, kepala sekolah, personil sekolah, orang tua, maupun masyarakat. Manfaat
koordinasi, antara lain, untuk melakukan gerak sentri pental, yaitu gerakan untuk
mengembalikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah ke dalam kesatuan kegiatan induknya.
2. Macam-macam Koordinasi
Dalam MBS koordinasi dilakukan untuk memadukan,menyelaraskan dan menyerasikan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun para guru di sekolah. Dalam
hal ini koordinasi yang baik ditandai dengan kegiatan-kegiatan para kepala sekolah dan peran
guru serta pegawai terpadu,serasi atau selaras dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Handayaningrat (1982) mengemukan jenis-jenis koordinasi yaitu :
a. Koordinasi Intern
Koordinasi intern terbagi menjadi tiga berikut, (1) Koordinasi vertikal atau struktural
antara yang mengkoordinasikan dengan yang dikoordinasikan secara struktural terdapat
hubungan hierarkis. Hal ini dapat juga dikatakan koordinasi yang bersifat hierarkis, karena
satu dengan yang lainnya berada pada satu garis komando (line of command). (2) Koordinasi
horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan antara yang mengkoordinasikan dan yang
dikoordinasikan setingkat eselonnya. (3) Koordinasi diagonal yaitu koordinasi fungsional,
yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi eselonnya dibandingkan
yang dikoordinasikan tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada satu garis komando
(line of command).
b. Koordinasi Ekstern
Termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ektern yang bersifat fungsional,
koordinasi itu hanya bersifat horisontal dan diagonal.
Menurut Siagian (1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :
(1) Koordinasi menjadi atasan dengan bawaban, yang disebut kordinasi vertikal; (2,
koordinasi di antara sesama pejabat yang setingkat dalam suatu instansi, disebut koordinasi
horizontal; (3) koordinasi fungsional, koordinasi antarinstansi, tiap-tiap instansi mempunyai
tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu. Dengan begitu setiap instansi berkewajiban
untuk mengkoordinasikan kegiatannya dengan instansi lain yang mempunyai hubungan
fungsional dengannya, sehingga akan terwujud sesuatu, yaitu sistem dari berbagai komponen
itu bekerja sebagai satu kesatuan yang utuh.
3. Cara Melakukan Koordinasi
Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi lengkap,
perteinuan berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan koordinasi staff,
wawancara dengan bawahan, memorandum berantai, buku pedoman lembaga, tata kerja, dan
sebagainya. Pada hakikatnya, koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal.
Koordinasi formal diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya impersonal, seperti dalam
kehidupan birokrasi, membuat peraturan atau pedoman, mengangkat pejabat atau panitia
bersama dan dokumen resmi lainnya.
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubungan untuk saling tukar pikiran
mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling
mengungkapkan masalah. Masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya,
sekaligus saling membantu memecahkan masalah. Dengan demikian, setiap pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B. Komunikasi dalam Manajmen Berbasis Sekolah


Sebagaimana halnya koordinasi, komunikasi dalam MBS meliputi komunikasi intern dan
ekstern. Kedua komunikasi tersebut sangat berpangaruh terhadap kelancaran, kemudahan,
dan kenyamanan dalam melaksanakan MBS.
1. Komunikasi Intern
Dalam pelaksanaan MBS, pengembangan komunikasi antar personil yang sehat harus
senantiasa dikembangkan, baik oleh kepala sekolah maupun oleh para guru dan personil
lainnya. Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan
keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan pekerjaan sekolah yang menjadi tugas
bersama.
2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan lingkungan eksternal di
sekitarnya, untuk mendapatkan masukan. masukan dari lingkungannya berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern juga bisa dilakukan dalam
rangka memperkaya kegiatan belajar-mengajar, misalnya dengan menggunakan masyarakat
atau orang tua sebagai manusia sumber. Komunikasi ekstern ini meliputi hubungan sekolah
dengan orang tua siswa dan hubungan sekolah dengan masyarakat, baik secara individu
maupun melembaga.
C. Supervisi dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam dunia pendidikan para pembina dan kepala sekolah perlu memiliki pemahaman
tentang supervisi, baik yang menyangkut pengertian, hakikat, tujuan, dan fungsi maupun
teknik melakukan supervisi agar mereka dapat melakukannya dengan tepat. Dalam hal ini
supervisi pendidikan dapat dimaknai sebagai kegiatan pemantauan oleh pembina dan kepala
sekolah terhadap implementasi MBS termasuk pelaksanaan kurikulum, penilaian kegiatan
belajar mengajar di kelas, pelurusan penyimbangan kemampuan profesional guru.
1. Hakikat Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata "super" dan "visi" yang mengandung arti
melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak
atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan. Kemudian peran supervisor
adalah mendukung,membantu dan membagi bukan menyuruh. Pada hakikatnya supervisi
mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinu, pengembangan
kemampuan profesional personil, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir
pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik.
Dengan kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina
guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau peningkatan kemampuan profesional
guru. Perbaikan dan peningkatan kemampuan kemudian ditransfer ke dalam perilaku
mengajar sehingga tercipta situasi belajar-mengajar yang lebih baik, yang akhirnya juga
meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
2. Tujuan dan Fungsi Supervisi
Berdasarkan beberapa pengertian dan hakikat supervisi di atas dapat disimpulkan bahwa
supervisi bertujuan mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan
belajar-mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan kata lain,
tujuan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru
untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar
peserta didik.
Secara khusus, Ametembun (1981) mengupas tujuan supervisi pendidikan sebagai berikut:
a. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta
didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-
aktivitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar-mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lain terhadap
cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar kesediaan untuk tolong
menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
3. Teknik-teknik Supervisi
Supervisor hendaknya dapat memilih teknik-teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Untuk kepentingan tersebut, berikut di uraikan beberapa teknik
supervisi yang dapat dipilih dan digunakan supervisor pendidikan, baik yang bersifat
kelompok maupun individual. Teknik-teknik tersebut, antara lain kunjungan dan observasi
kelas, pembicaraan individual, diskusi kelompok, demonstrasi mengajar, dan perpustakaan
profesional.
a. Kunjungan dan Observasi Kelas
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang
proses belajar mengajar secara langsung, baik yang menyangkut kelebihan maupun
kekurangan dan kelemahannya. Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan tiga
pola, kunjungan kelas dan observasi tanpa memberi tahu guru yang akan dikunjungi,
kunjungan dan observasi dengan terlebih dahulu tanpa memberi tahu, serta kunjungan atas
undangan guru. Ketiga pola tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing,
pola mana yang akan dipilih harus disesuaikan dengan tujuan utama kunjungan dan observasi
kelas.
b. Pembicaraan Individual
Kunjungan dan observasi kelas pada umumnya dilengkapi dengan pembicaraan individual
antara kepala sekolah dan guru. Pembicaraan individual dapat pula dilakukan tanpa harus
melakukan kunjungan kelas terlebih dahulu jika kepala sekolah merasa bahwa guru
memerlukan bantuan atau guru itu sendiri yang merasa perlu bantuan. Pembicaraan
individual merupakan salah satu alat supervisi penting karena dalam kesempatan tersebut
supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi
yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu kegiatan mengumpulkan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan untuk bertukar informasi atau
berusaha mencapai suatu keputusan tentang masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini
dapat mengambil beberapa bentuk pertemuan, seperti panel, seminar, lokakarya, konperensi,
kelompok studi, kelompok komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama
membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan pengdidikan dan
pengajaran di sekolah itu.
d. Demonstrasi Mengajar
Demontrasi mengajar ialah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat mengambil hikmah
dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar bertujuan untuk memberi contoh bagaimana cara
melaksanakan proses belajar-mengajar yang baik dalam menyajikan materi, menggunakan
pendekatan, metode, media pembelajaran. Demonstrasi mengajar merupakan teknik supervisi
yang besar manfatnya bagi guru-gur Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada cara
mengajar yang paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena itu, supervisor perlu menjelaskan
kesempatan demonstrasi mengajar tersebut sebagai salah satu alternatif penampilan dengan
maksud tertentu. Guru-guru hendaknya mendapat kesempatan untuk menganalisis
penampilan mengajar yang diamatinya itu.
e. Perpustakaan profesional
Ciri profesional seorang guru antara lain tercermin dalam kemauan dan kemampuannya
untuk belajar secara terus dalam rangka meningkatkan dan memperbaiki tugas utamanya,
yaitu mengajar. Guru hendaknya merupakan kelompok "reading people” dan menjadi bagian
dari masyarakat belajar, yang menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidupnya. Untuk
kepentingan tersebut diperlukan berbagai sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan
guru, terutama dalam kaitannya dengan sumber-sumber belajar berupa buku.
Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan sebagai salah satu sumber
pengetahuan yang utama. Sehubungan dengan itu, diperlukan sejumlah buku perpustakaan
semnal dengan bidang ilmu atau bidang kajian setiap guru. Dalam hal ini kehadiran
perpustakaan di sekolah sangat dirasakan manfaatnya dan sangat penting bagi peningkatan
dan pertumbuhan jabatan guru.
BAB VIII
DANA PENDIDIKAN DALAM KONTEKS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas
dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi
manajemen berbasis sekolah yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan.
A. Klasifikasi Dana Pendidikan
Pemikiran tentang dana pendidikan, paling tidak dapat difokuskan pada dana langsung,
dana tak langsung, surnber-sumber dana pendidikan, kriteria kesejahteraan sosial maksimum,
kriteria keputusan, dan beberapa masalah dalam analisis keuntungan-biaya. Analisis tehadap
dana langsung, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi perbelanjaan untuk
penyelenggaraan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi; rata-rata anggaran pendidikan
untuk tiap peserta didik; serta biaya sarana-sarana pendukung (transportasi, buku-buku, uang
saku, dan sebagainya).
1. Dana Langsung dan Tidak Langsung
Dana langsung ialah dana yang langsung digunakan untuk operasional sekolah dan
langsung dikeluarkan untuk kepentingan pelaksanaan proses belajar-mengajar, terdiri atas
dana pembangunan dan dana rutin. Dana tidak langsung ialah dana berupa keuntungan yang
hilang dalam bentuk kesempatan yang hilang dikorbankan oleh peserta didik selama
mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
2. Dana Masyarakat dan Dana Pribadi
Dana masyarakat ialah dana yang dikeluarkan masyarakat untuk kepentingan
pendidikan,baik yang dikeluarkan secara langsung maupun tidak langsung berupa uang
sekolah, uang buku,dan dana lainnya. Dana pribadi merupakan dana yang dikeluarkan dalam
bentuk uang sekolah,uang kuliah,pembelian buku, dan dana hidup setiap siswa.

B. Manajemen Keuangan Sekolah


Keuangan dan pembiayaan sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah,
yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat.
Investasi tersebut harus dikelola secara efektif dan efisien dan diarahkan langsung terhadap
pencapaian tujuan.
1. Pengelolaan Dana di Sekolah
Sekolah merupakan sistem yang terdiri atas serangkaian komponen yang saling terkait,
dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk melakukan proses transformasi serta
mengeluarkan hasil. Kebutuhan akan masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Dalam MBS strategi dapat direliasasikan melalui penyelenggara kegiatan berikut :
a. melakukan analisis internal dan eksternal terhadap berbagai potensi sumber dana.
b. mengidentifikasi, mengelompokkan dan memperkirakan sumber-sumber dana yang dapat
digali dan dikembangkan.
c. menetapkan sumber-sumber dana melalui :
 musyawarah dengan orang tua siswa baru, pada awal tahun ajaran.
 musyawarah dengan para guru untuk mengembangkan koperasi sekolah.
 menggalang partisipasi masyarakat melalui dewan sekolah, dan
 menyelenggarakan kegiatan uloh ruga dan kesenian peserta didik untuk mengumpulkan
dana dengan memanfaatkan fasilitas sekolah.

1. Perencanaan Pengelolaan Dana


Perencanaan dalam manajemen keuangan ialah kegiatan merencanakan sumber dana
untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Perencanaan menghimpun sejumlah sumber dana yang diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan berhubungan dengan anggaran atau budget , sebagai penjabaran suatu rencana ke
dalam bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan.

2. Proses Penyusunan Anggaran


Proses perencanaan anggaran di sekolah, sangat dapat dilaporkan secara sederhana pula.
Format yang digunakan untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) meliputi (1) sumber pendapatan antara lain DPP, OPF dan BP3; (2) pengeluaran
untuk kegiatan belajar-mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana,
Pengembangan sumber belajar dan alat pelajaran, serta honorarium dan kesejahteraan.
Proses penyusunan anggaran, dalam MBS perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.
b. Melakukan perbaikan terhadap peraturan dan input lain yang relevan, dengan merancang
pengembangan sistem secara efektif.
c. Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap proses dan hasil MBS secara terus
menerus dan berkesinambungan sebagai bahan perencanaan tahap berikutnya.

3. Penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Sekolah


Pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Pengeluaran Belanja Sekolah (RAPBS) di
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional tampaknya memadukan antara pengaturan
pemerintah pusat dan sekolah Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang telah ditetapkan
oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak dapat mengubah dari petunjuk
penggunaan atau pengeluarannya, dan sekolah hanya bertindak sebagai pelaksana pengguna
dalam tingkat mikro kelembagaan. Salah satu kebijakan tingkat sekolah adalah adanya
pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya
dipadukan sesuai tatanan yang lajim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian,
sesuai dengan semangat MBS sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang sangat
lebar dalam kaitannya dengan pengelolaan dana untuk mencapai efektivitas pencapaian
tujuan sekolah.

4. Proses Pengaturan
a. Penerimaan
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima dana
dari berbagai sumber. Penerimaan dana dari berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan
baik dan benar. Banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan
keuangan, namun dalam pelaksanaanya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki berbagai
persamaan.
b. Penggunaan
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan untuk kepentingan sekolah,
khususnya kegiatan belajar-mengajar secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu,
setiap perolehan dana, pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang
telah disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).
c. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban keuangan sekolah menyangkut seluruh pengeluaran dana ssekolah
dalam kaitannya dengan apa yang telah dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses ini disebut dengan evaluasi atau evaluation involves auditing.

Anda mungkin juga menyukai