Anda di halaman 1dari 9

Pengertian dan Tujuan Sistem Pembelajaran

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan
tertentu. Oleh karena itu, sistem mempunyai 3 ciri yaitu memiliki tujuan tertentu, memiliki fungsi
tertentu, ditunjang oleh berbagai komponen. Untuk mencapai tujuan dari sistem, setiap sistem pasti
memiliki fungsi tertentu. Agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal
diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain
sebagainya. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan. Untuk melaksanakan
fungsinya, setiap sistem pasti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan.
Komponen inilah yang dapat menentukan kelancaran proses suatu sistem. Agar fungsi perencanaan
dapat berjalan dengan baik, diperlukan komponen silabus, RPP, agar fungsi administrasi dapat
menunjang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administrasi siswa,
adminisrasi guru, dan lain sebagainya. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus dapat
melaksanakan fungsinya dengan tepat.

Ada beberapa sifat komponen dalam suatu sistem, yaitu:

1. Dilihat dari fungsinya, setiap komponen itu ada yang bersifat integral dan ada komponen yang
bersifat tidak integral. Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari
keberadaan sistem itu sendiri. Misalnya, komponen guru dan siswa dalam sistem pendidikan. Komponen
tidak integral adalah komponen pelengkap yang keberadaannya tidak mempenaruhi sistem. Misalnya
komponen perpustakaan dalam suatu sistem lembaga sekolah.

2. Setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling berinteraksi, saling
mempengaruhi, dan saling berkaitan. Semua komponen yang membentuk sistem harus berfungsi
dengan baik sehingga tidak merusak keberadaan sistem secara keseluruhan.

3. Setiap komponen dalam suatu sistem merupakan keseluruhan yang bermakna.

4. setiap komponen dalam suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Komponen dalam
suatu sistem pada dasarnya adalah subsistem dari suatu sistem.

Sistem pembelajaran adalah kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Unsur manusiawi
dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru/pengajar, pustakawan, laboran, tenaga administrasi
serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Unsur material adalah
berbagai bahan pelajaran yang dapat disajikan sebagai sumber belajar, misalnya buku-buku, film, slide,
foto, CD, dan lain sebagainya. Unsur fasilitas dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat
mendukung terhadap jalannya proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan
komputer, audio visual, dan lain sebagainya. Unsur prosedur adalah kegiatan-kegiatan yng dilakukan
dalam proses pembelajaran misalnya strategi dan metode pembelajaran, jadual pembelajaran,
pelaksanaan evaluasi, dan lain sebagainya.
Sebagai suatu sistem, seluruh unsur yang membentuk sistem itu memiliki ciri saling ketergantungan
yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran adalah keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Yang harus mencapai tujuan adalah siswa sebagai subjek belajar,
sehingga tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilan siswa mencapai tujuan.

Tugas utama seorang perencana sistem pembelajaran meliputi tiga hal pokok, yaitu:

1. sebagai perencana, yaitu mengorganisasikan semua unsur yang ada agar berfungsi dengan baik
sehingga tidak merusak sistem.

2. sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadual yang direncanakan
mengevaluasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan untuk menentukan efektivitas dan efisiensi
sistem pembelajaran.

refrensi : http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/konsep-dasar-sistem-pembelajaran.html?m=1

Tujuan Sistem Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh
siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki
siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran trsebut dengan “perubahan
perilaku” (change of behavior). Adapun jenis perubahan perilaku terebut ecara garis besarnya meliputi
bidang pengetahuan (kognitif), sikap (apektif) dan keterampilan (pikomotor).

Tujuan pembelajaran adalah rumusan perilaku siswa (pengetahuan, sikap maupun keerampilan) yang
harus terjadi pada setiap selesainya proses pembelajaran. Oleh karena itu, rumusan pembelajaran harus
mencerminkan perubahan yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam setiap jenis perubahan
yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil belajar yang telah dilakukannya.

Tercapainya tujuan pembelajaran dengan indikator perubahan yang terukur baik dari segi pengetahuan,
sikap maupun keterampilan, tidak berarti bahwa hanya sebatas itulah tujuan pembelajaran tersebut.
Tercapainya tujuan pembelajaran, merupakan merupakan tahap awal atau sebagai perantara untuk
mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas, komplek dan lebih tinggi lagi. Dengan demikian tujuan
pembelajaran dalam urutan tujuan, merupakan penjabaran dari tujuan yang ada diatasnya, yaitu tujuan
kurikuler, tujuan lembaga, atau institusional, dan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pembelajaran adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang lebih spesifik menyangkut dengan
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang harus siswa setelah mengikuti setiap pokok atau materi
pembelajaran. Tujuan diatasnya adalah tujuan kulikuler, yaitu rumusan kualifikasi kemampuan yang
harus dicapai oleh siswa setelah selesai mempelajari mata-mata pelajaran atau bidang studi. Adapun
tujuan yang lebih tingginya lagi dari tujuan kulikuler yaitu tujuan lembaga atau institusional, yaitu
rumusan kualifikasi yang harus dimiliki atau dicapai setelah siswa menyelesaikan program satuan
pendidikan. Adapun tujuan terkahir yang paling tinggi yang harus menjadi muara dari tujuan-tujuan
yang ada dibawahnya yaitu tujuan pendidikan nasional.
Selain dari memiliki tujuan, perencanaan pembelajaranpun memiliki fungsi, yang menurut Kostelnik
secara spesifik fungsi perencanaan pembelajaran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengorganisir pembelajaran yaitu proses mengelola seluruh aspek yang terkait dengan
pembelajaran agar tertata secara teratur, logis dan sistematis untuk memudahkan melakukan proses
dan pencapaian hasil pembelajaran secara efektif dan efesien.

2. Berpikir lebih kreatif untuk mengembangkan apa yang harus dilakukan siswa; yaitu melalui
perencanaan, proses pembelajaran dapat dirancang secara kreatif, inovatif. Dengan demikian proses
pembelajaran tidak dikesankan sebagai suatu proses yang monoton atau terjadi sebagai suatu rutinitas.

3. Menetapkan sarana dan fasilitas untuk mendukung pembelajaran; melalui perencanaan, sarana
dan fasilitas pendukung yang diperlukan akan mudah diidentifikasi dan bagaimana menelolanya
sehingga sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dapat terpenuhi untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran yang lebih efektif.

4. Memetakan indikator hasil belajar dan cara untuk mencapainya; yaitu melalui perencanaan yang
matang, guru sudah memiliki data tentang jumlah indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari setiap
pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian guruoun tentu saja sudah membayangkan kegiatan
yang harus dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.

5. Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa secara lebih spesifik; yaitu melalui
perencanaa, hal-hal penting yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang dimiliki
siswa akan teridentifikasi dan merencanakan tindakan yang dianggap tepat untuk meresponnya.

6. Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu melalui perencanaan segala sesuatu
yang terkait dengan kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik secara internal yaitu
terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan pihak
eksternal yaitu pihak-pihak mayarakat (stake holder).

Pada garis besar, perencanaan pembelajaran itu bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing
kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Sagala bahwa:

Tujuan perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip fundamental tetapi juga mengembangkan
sikap yang positif terhadap program pembeljaran, meneliti dan menentukan pemecahan masalah
pembelajaran. Secara ideal tujuan perencanaan pembelajaran adalah menguasai sepenuhnya bahan dan
materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum
atas dasar bahasan dan mengelola alokassi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang
diprogramkan.

Tujuan perencanaan itu memungkinkan guru memilih metode mana yang sesuai sehingga proses
pembelajaran itu mengarah dan dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Bagi guru, setiap
pemilihan metode berarti menentukan jenis proses belajar mengajar mana yang dianggap efektif untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuaskan. Hal ini juga mengarahkan bagaimana guru mengorganisasikan
kegiatan-kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dipilihnya. Dengan demikian betapa
pentingnya tujuan itu diperhatikan dan dirumuskan dalam setiap pembelajaran, agar pembeljaran itu
benar-benar dapat mencapai tujuan sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum.

referensi : http://ahd-sofyan.blogspot.com/2017/02/pengertian-fungsi-dan-tujuan.html?m=1

Fungsi Sistem Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran mempunyai beberapa fungsi di antaranya sebagai berikut:

a. Fungsi kreatif

Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik
yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang ada sehingga akan dapat meningkatkan dan
memperbaiki program.

b. Fungsi Inovatif

Suatu inovasi pasti akan muncul jika direncanakan karena adanya kelemahan dan kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Kesenjangan tersebut akan dapat dipahami jika kita memahami proses yang
dilaksanakan secara sistematis dan direncanakan dan diprogram secara utuh.

c. Fungsi selektif

Melalui proses perencanaan akan dapat diseleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien
untuk dikembangkan. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang
dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Fungsi Komunikatif

Suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik
guru, siswa, kepala sekolah, bahkan pihak eksternal seperti orang tua dan masyarakat. Dokumen
perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik mengenai tujuan dan hasil yang
hendak dicapai dan strategi yang dilakukan.

e. Fungsi prediktif

Perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi
setelah dilakukan suatu tindakan sesuai dengan program yang telah disusun. Melalui fungsi prediktifnya,
perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi, dan menggambarkan hasil
yang akan diperoleh.

f. Fungsi akurasi

Melalui proses perencanaan yang matang, guru dapat mengukur setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dapat menghitung jam pelajaran efektif.

g. Fungsi pencapaian tujuan


Mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, tetapi juga membentuk manusia yang utuh yang
tidak hanya berkembang dalam aspek intelektualnya saja, tetapi juga dalam sikap dan ketrampilan.
Melalui perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara seimbang.

h. Fungsi kontrol

Mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Melalui perencanaan akan dapat ditentukan sejauh mana
materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa dan dipahami, sehingga akan dapat memberikan balikan
kepada guru dalam mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.

refrensi : http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/manfaat-dan-fungsi-perencanaan.html?m=1

Komponen Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran mempunyai beberapa komponen di antaranya:

1. Siswa

Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarakan siswa agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan pembelajaran
disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan
bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.

2. Tujuan

Tujuan adalah komponen terpenting dlam pembelajaran setelah kom[ponen siswa sebagai subjek
belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu
sendiri.

3. Kondisi

Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa daapt mencapai tujuan khusus
yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik
maupun nonfisik. Merencanakan pendidikan adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri. Tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa
secara individual.

4. Sumber belajar

Sumber belajar berkaitan dngan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar meliputi lingkungn fisik, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal, petugas
perpustakaan, ahli media, dn semua orang yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung
untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
5. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan
khusus yang direncanakan. Jadi ugas utama guru adalah merancang instrumen yang dapat
mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan sutu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek,
yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah
keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriteriannya,
tetapi dapt mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai
pendidikan.

Sebagai suatu sistem, pembelajaran akan dipengaruhi oleh beberapa unsur yang membentuknya.
Beberapa unsur yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran di antaranya guru, siswa,
sarana, alat dan media, dan lingkungan.

a. Guru

Guru merupakan komponen yang menentukan keberhasilan suatu sistem pembelajaran sebab guru
merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Sebagai perencana, guru dituntut
untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya
yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan
desain pembelajaran. Sebagai implementator dan desainer pembelajaran, guru brperan sebagai model
atau teladan bagi siswa dan sebagai pengelola pembelajaran.

b. Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses perkembangan dapat
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, dan karakteristik lain yang melekat pada diri
anak.

c. Sarana dan prasarana

Sarna adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain
sebagainya. Prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat menduukng keberhasilan
proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain
sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan dapat membantu gfuru dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran.
d. Lingkungan

Ditinjau dari segi lingkungannya, ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi prose pembelajaran yaitu
faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis. Faktor organisasi kelas di dalamnya meliputi
jumlah siswa dalam satu kelas yang merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran.Faktor iklim sosial psikologis adalh keharmonisan hubungan antara orang yang
terlibatdalam proses pembelajaran yang dapat terjadi secara internal atau eksternal.

refrensi : http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/10/komponen-sistem-pembelajaran.html?m=1

Interaksi dalam pembelajaran

Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Pendidikan pada
dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan,
yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar
terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam
pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya
ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah kegiatan timbal balik.
Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan;
mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan.
Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan,
menjadi milik bersama. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau
aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Jadi,
interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata
lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan
temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.

Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah yang mengandung
tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan”. Berarti interaksi dapat terjadi antar pihak
jika pihak yang terlibat saling memberikan aksi dan reaksi. Suhubungan dengan itu interaksi adalah
proses saling mengambil peran. Zahra ( 1996 :91 ) mengemukan bahwa “Interaksi merupakan kegiatan
timbal balik. Interaksi belajar mengajar berarti suatu kegiatan social karena antara peserta didik dan
gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan”. Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan
interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. Menurut Sardiman (1986:8)” interaksi yang dikatakan dengan iteraksi pendidikan apabila
secara sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan”.
Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru
(pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif
(mendidik). Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik,
yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.

Macam-macam interaksi dalam pembelajaran :

Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni komunikasi
sebagai aksi, interaksi dan transaksi.

a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif, mengajar
dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa penerima aksi
bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.

c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah

Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa dengan siswa.
Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar
bagi siswa lain.

refrensi : https://nasriaika1125.wordpress.com/2013/09/28/interaksi-dalam-pembelajaran/

Proses Transformasi

Transformasi dalam belajar merupakan suatu tahapan dalam proses belajar mengajar yang akan
menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai informasi yang dipelajari.
Transformasi dalam belajar itu diartikan sebagai proses perubahan bentuk dari informasi yang dipelajari
menjadi bentuk kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai oleh siswa. Transformasi
dalam belajar ini dilakukan siswa pada waktu menyerap pelajaran yang disampaikan guru atau waktu
mempelajari textbook.

Konsep tranformasi dalam belajar itu berasal dari teori belajar kognitif yang disebut dengan
Instrumental Conceptualism yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi Jerome Brunner membagi
tahap kegiatan mengajar menjadi 3 bagian, yaitu: tahap informasi, tahap transformasi, dan tahap
evaluasi.

Menurut Brunner, proses transformasi informasi atau proses menyerap pelajaran ada tiga macam
bentuk: 1. Bentuk Enactive untuk pelajaran psikomotorik, 2. Bentuk Iconic untuk pelajaran
kognitif/pengetahuan fakta, ingatan, afektif, sikap, dan apresiasi, 3. Bentuk Symbolic untuk menyerap
pelajaran kognitif tinggi seperti pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

referensi : http://cintiaindriani.blogspot.com/2013/06/psikologi-pendidikan-transformasi-dalam.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai