Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Ilyas

NIM: U20191028
Kelas: IAT1
BAB 28
Mengenal waqaf dan ibtida’
Pada bab ini menurut imam assyuti, bahwa mempelajari bab waqaf adalah hal yg mulia.
Hal ini didasari oleh pendapat an nahas dimana dalam hadis itu menunjukkan bahwa mereka
mempelajari waqaf-waqaf sebagaimana mereka mempelajari Al-Qur’an. Dasar bahwa
mempelajari waqaf adalah mulia,juga berdasarkan bahwa dalam hal ini untuk mengetahui
tentang pembatasan-pembatasan hokum dan untuk mengetahui dalam membedakan halal dan
haram suatu perkara.
Dalam An Nasyr karya Imam Al-jazary juga dikatakan bahwa seseorang tidaklah dapat
membaca satu surat atau satu kisah dengan sesekali nafas, maka di perlukan adanya
pemberhentian untuk beristirahat (mengambil nafas), dan tempat untuk memulai dalam
melanjutkan kalimat yang terjeda tersebut. Untuk mengetahui tempat pemberhentian dan
memulai dalam membaca Al-Qur’an maka perlu adanya pembelajaran mengenai waqaf ,
sehingga dapat melakukan pemberhentian tersebut tanpa harus merubah makna, dan
membingungkan para pendengar.

Pasal
Macam-Macam Waqaf
Dalam hal ini ulama memberi nama beberapa macam waqaf, namun demikian para ulama
berbeda pendapat dalam hal ini.
 Ibnu Al Anbari menyebutkan bahwa waqaf dibagi menjadi 3 yakni, Waqaf Tam
(sempurna), Hasan (baik), Qabih (jelek)
 Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Waqaf dibagi menjadi 4 yakni, Tam Mukhtar
(sempurna yang baik), Kafi Jaiz (cukup yang boleh), Hasan Mafhum (baik yang
dipahami), Qabih Matruk (jelek yang ditinggalkan)
As – saja windi mengatakan, “ waqaf dibagi menjadi 5 tingkatan “
1. Waqof lazim adalah jika keduanya di sambungkan maka akan mengubah maknanya
2. Waqof mutlak adalah baik untuk memulai dengan kalimat selanjutnya
3. Waqof jaiz adalah yang diperbolehkan untuk dibaca wasol ataupun berhenti karena ada
yang memperbolehkan dari dua segi.
4. Waqof mujawwaz adalah menunjukkan penjelasan terhadap akibat dan jawaban maka
harus dibaca wasol.
5. Waqof murokhash adalah karena adaanya darurat, darurat adalah kalimat setelahnya tidak
dapat berdiri sendiri tanpa kalimat sebelumnya, tetapi hal itu diperbolehkan karena
habisnya nafas atau panjangnya perkataan.

Bab 29
Penjelasan Tentang yang Bersambung Secara Lafadz Namun Berbeda Secara
Makna

Penjelasan ini sangatlah penting hingga pembahasan ini di khususkan dan sangatlah
penting pula dalam bidang waqaf hingga hal tersebut dapat dikatan saling berkaitan. Imam
Suyuthi berkata bahwa beliau mengetahui bahwa Ibnu Abi Hatim berkata : aku diberi cerita oleh
Ahmad bin Utsman bin Hukaim bahwa dia berkata : aku diberi cerita oleh Ahmad bin Mufadhal
bahwa dia berkata : aku diberi berita Asbath dari Suddi pada firman Allah QS. Al-A’raf : 190
bahwa ini adal pemisah pada ayat tentang Nabi Adam dan khusus membicarakan tentang tuhan-
tuhan bangsa Arab. Cerita ini menjawab pertanyaan tentang ayat yang membahas cerita Nabi
Adam bersambung dengan hal kemusyrikan dan terjawablah bahwa cerita Nabi Adam dan Hawa
terhenti pada ‫ فيما آتاهما‬sedangkan ayat selanjutnya membicrakan tentang bnangsa Arab.
Pada ayat ani-nisa’:101 ayat ini menunjukkan bahwa qashar solat itu diperbolehkan
dengan syarat adanya ketakutan tetapi tidak boleh dilakukan apabila keadaan aman.ada beberapa
yang berpendapat demikian karena berpedoman pada zahir ayat ini ,di antaranya adalah aisyah
.tetapi ayat ini menjelaskan bahwa ia termasuk kelompok ini ibnu jarir meriwayatkan dari
hadisali bahwa dia berkata”ada sekelompok orang dari bani najjar yang bertanya kepada
rasulullah saw.mereka berkata,”sesungguhnya kami sering bepergian dibumi ini.

Anda mungkin juga menyukai