Anda di halaman 1dari 2

FENOMENOLOGI

Living Qur’an Al-Qur’an dalam kehidupan praksis.

Filsafat barat memiliki sejarah cukup panjang, sejarah yang mencari bentuk kepastian pengetahuan
manusia yang mematahkan “periode mitos”. Ada beberapa hal yang menjadi jejak lahirnya
fenomenologi, dengan berangkat pada pencarian bentuk dari dasar “kepastian” pengetahuan

1. Pertama dibedakan dalam dua golongan berdasarkan pemikiran filsuf alam tentang perbedaan
dalam pembentukan dasar konsep kosmos arkhe. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya
perangkat yang berbeda dalam mencapai arkhe1. Parmenides menjunjung akal budi sedangkan
Herakleitos mengangkat indera. Dua hal yang menjadi perdebatan sepanjang sejarah filsafat.
2. Kedua adalah penolakan pada konsep pencarian kepastian. Para sofis menolak adanya pencarian
kepastian dan menganggap hal ini sebagai upaya sia-sia dan tidak relevan dengan keseharian
yang pluralis. Para sofis menggunakan ukuran manusia sebagai bentuk kepastiannya.
3. Socrates adalah pemegang keyakinan utama dalam paham kepastian. Dengan metode
maieutika2, Socrates menyerang para sofis dengan dialognya dan hampir menghabiskan
keseluruhan argumentasi para sofis. Polemarchus adalah seorang sofis dan dia mengatakan
bahwa ”keadilan tidak lain dari pada berbuat baik kepada manusia dan berbuat sebaliknya pada
musuhnya”. Socrates tidak sependapat, menurutnya keadilan memiliki makna universal dan
niscaya3. Menurut Socrates pandangan para sofis bersifat relative-subjektif dengan senantiasa
terpojok secara logis. Keadilan yang diapahami polemarchus adalah berakar dari kultur yunani,
yang tida k berpijak pada kepastian. Menurut Socrates kultur yunani lebih kepada serangkaian
opini yang lemah .
4. Pada abad 17 Descartes mengumumkan diktumnya cogito ego sum (aku berpikir maka aku ada).
Pengumuman ini membalik sebuah focus filsafat yang semula dari subjek menuju objek, kepada
objek menuju subjek pengetahuan. Dari sini jelas yang terjadi bahwa segala sesuatu
penampakan (objek) akan dimaknai subjek berdasarkan pengalamannya. Hal ini menjadi tanda
sebuah munculnya ilmu dari cabang filsafat bernama epistemology 4. Menurut Descartes
kepastian pengetahuan terletak pada aku yang berpikir. Descartes merumuskan dasar filosofis
bagi rasionalisme dan sains barat yakni, subjek adalah aku yang berfikir sedangkan objek adalah
material yang bekerja dibawah kendali hokum2 yang deterministic.
5. Namun rasionalisme Cartesian mendapat perlawanan dari kalangan empiris, dimana kalangan
tersebut menyatakan bahwa indra merupakan bentuk penting dalam memperoleh pengetahuan
yang pasti. Akal bekerja secara deduksi, dimana kerja deduksi berawal dari premis-premis
abstrak hingga pada kesimpulan konkret. Namun tidak berada dalam realitas. Sehingga menurut
kaum empiris indralah yang menjadi patokan utama pada pengetahuan. Karena indra dapat

1
Dalam Wikipedia arkhe adalah kata dalam bahasa yunani diartikan sebagai penunjukkan sesuatu yang menjadi
pertama dalam suatu rangkaian. Jika dalam hal ini merupakan filsuf alam maka yang dimaksud adalah pencarian
asas alam semesta.
2
Metode mempengaruhi seseorang dengan dialog atau percakapan.
3
Menurut KBBI niscaya adalah kepastian.
4
Sebuah ilmu yang mendalami pengetahuan manusia sebagai proses dalam menggapai kepastian.
menjalankan individual-konkret yang mencengkram realitas ketimbang akal budi yang hanya
sebatas pada premis-premis abstrak.
6. Hal ini dapat ditangani dengan adanya gabungan atau sintesis baik dari Immanuel Kant.
Menurutnya pernyataan dari empiris dan rasionalis terlalu ekstrem. Karena dalam pengetahuan
didapatkan dari kerjasama antara akal dan indrawi. Indra mendapatkan bahan mentah
sedangkan akal mengolah produk mentah kedalam kategori-kategori yang logis. Kant
membedakan antara objek dan subjek, dimana hal ini meneruskan dualisme subjek objek
Cartesian.

Dari sekian pemaparan jejak pencarian bentuk “kepastian”, adalah sebagai langkah dimana lahirnya
sebuah ilmu fenomenologi. Pada fenomenologi tidak dibedakan antara subjek dan objek, dimana dua
hal tersebut saling mempengaruhi. Karena pada dua hal tersebut “Tidak akan ada objek tanpa adanya
subjek yang mengetahui, dan tidak ada subjek tanpa adanya objek yang menampakkan”. 5

Fenomenologi diperkenalkan oleh Edmund Husserl sebagai sebuah gerakan filsafat.


Fenomenologi Husserl meberikan pengaruh terhadap pemikiran beberapa filsuf seperti, Ernst Cassirer
(neokantianisme), McTaggart (Idealisme), Frege (logisisme), Dilthey (hermeneutika), Kierkegaard (filsafat
eksistensi), dan Derrida (postrukturalisme). Semua itu muncul pada abad ke-20.

Filsafat

5
Pengantar Fenomenologi (Donny Gahral Adian) Penerbit KoesKoesan, Depok (2010) hal 1-4.

Anda mungkin juga menyukai