Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

KALORIMETRI (SISTEM TERBUKA)

6.1. Tujuan Percobaan


Memahami teori kalorimetri sistem terbuka beserta pembuktian teorinya.
6.2. Tinjauan Pustaka
Kalor adalah suatu bentuk energi yang ditransfer antara sistem dan lingkungan
sebagai akibat adanya perbedaan temperatur. Kalor berpindah dari temperatur yang
lebih tinggi ke temperatur yang lebih rendah. Jika suatu sistem menyerap kalor maka
temperatur sistem akan naik dan temperatur lingkungan akan turun, sedangkan jika
suatu sistem melepas kalor maka akan terjadi hal sebaliknya. Oleh karena itu,
perhitungan jumlah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur suatu materi
akan dipengaruhi oleh massa materi, perubahan temperatur, dan tetapan kalor jenis.
Tetapan kalor jenis adalah tetapan jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur sebesar 1 0C dari 1 gram massa materi.
q = m × c × ∆T.....................................................................(6.1)
Keterangan :
q = kalor yang dibutuhkan (joule)
T = perubahan temperatur (0C atau K)
m = massa zat (gram)
c = kalor jenis (Jg-1C-1 atau Jg-1K-1)
Jumlah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah temperatur sistem sebesar 1 0C
dinamakan kapasitas kalor (C). Jika kapasitas kalor sistem diketahui maka perhitungan
jumlah kalor yang dibutuhkan menjadi:
q = c ∆ T .........................................................................(6.2)
C = kapasitas kalor zat (J 0C-1 atau JK-1) (Pujirahayu, 2011).
Kalorimetri merupakan pengukuran jumlah kalor yang mengalir yang mengiringi
perubahan suhu (Oxtoby, 2001). Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kalor (wijanarko, 2013).

48
49

Umumnya, harga kalor reaksi yang tertera pada tabel diperoleh dari hasil
eksperimen yang dilakukan secara kalorimetris. Penentuan kalor reaksi secara
kalorimetris dilakukan dengan suatu alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter merupakan sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun
energi dengan lingkungan di luar kalorimeter). Alat ini digunakan untuk mengukur
perubahan kalor selama reaksi kimia. Dengan demikian semua kalor yang dibebaskan
oleh reaksi yang terjadi di dalam kalorimeter, tidak ada yang terbuang ke luar
kalorimeter. Dengan mengukur kenaikan suhu di dalam kalorimeter, kita dapat
menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter berdasarkan
rumus:
q larutan = m c T…………..…………………………….(6.3)
q kalorimeter = C T………………………..…………..……..(6.4)
dengan :
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam malorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam kalorimeter
C = kapasitas kalor dari kalorimeter
T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama
dengan kalor yang diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda:
q reaksi = - (q larutan + q kalorimeter)…………………………(6.5)
Sedangkan kalorimeter yang biasa digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-
reaksi pembakaran biasa digunakan kalorimeter bom. Kalorimeter bom terdiri dari
sebuah bom (wadah tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari
bahan stainless steel) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas
(Pujirahayu, 2011).
Untuk dapat menentukan jumlah panas secara baik, kalorimetri memerlukan
beberapa syarat teknik dan ekonomis, antara lain:
1. Selama pengukuran, tak boleh ada pertukaran panas dengan luar sistem.
2. Pengukuran harus cukup peka,
3. Pengukuran perlu cukup teliti.
4. Kalorimeter cukup kuat dan tahan lama.
50

Sesuai dengan keperluannya banyak dikenal beberapa jenis kalorimeter sedangkan


dari jenis kalorimeter ini, masih terdapat banyak modifikasinya lagi. Pokok pengukuran
kalorimeter didasarkan antara lain kepada hukum percampuran panas. Berikut
dibicarakan asas dari beberapa jenis kalorimeter.
a. Kalorimeter Air Bunsen
Kalorimeter air bunsen terdiri dari suatu bejana yang berisi air serta diperlengkapi
dengan termometer dan pengaduknya.
b. Kalorimeter Aliran Kontinyu
Di samping kalorimeter dengan air yang diam juga terdapat kalorimeter dengan
aliran air yang kontinyu. Kalorimeter ini dapat mengukur cara mekanis dari panas
melalui tenaga listrik.
c. Kalorimeter Panas Pembakaran
Untuk mengukur panas pembakaran dari bahan bakar, dapat dipergunakan
kalorimeter. Asasnya adalah juga berdasarkan hukum percampuran panas. Bahan
bakar dengan massa tertentu dibakar dan panas ini ditampung guna menaikkan
temperatur zat lain yang panas jenisnya telah diketahui.
d. Kalorimeter Bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu
senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung
beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel
akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.
e. Kalorimeter larutan/sederhana
Kalorimeter sederhana adalah kalorimeter yang digunakan untuk mengukur kalor
reaksi yang berlangsung dalam fase larutan karena itu disebut juga kalorimeter
larutan. Jadi kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan (Wijanarko, 2013).
Azas kekekalan energi menyatakan bahwa energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Jadi, kalor yang menyertai
suatu reaksi hanyalah perubahan bentuk energi. Azas kekekalan energi disebut juga
hukum pertama termodinamika (Pujirahayu, 2011).
51

Sistem dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut:


1. Sistem terisolasi, yaitu sistem dengan batas yang mengisolasi sistem dari lingkungan,
sehingga tidak terjadi pertukaran energi dan materi antara sistem dengan lingkungan.
2. Sistem tertutup, yaitu sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran energi
antara sistem dengan lingkungannya, tetapi tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran energi.
3. Sistem terbuka, yaitu sistem yang memungkinkan pertukaran energi dan materi
antara sistem dengan lingkungan.
Berdasarkan pertukaran kalor sistem, reaksi kimia dapat dibedakan menjadi reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor
dari system ke lingkungan, sehingga kalor dari sistem akan berkurang,. Tanda reaksi
eksoterm adalah ∆H = - (negatif). Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor
dari lingkungan ke sistem, sehingga kalor dari sistem akan bertambah. Tanda reaksi
endoterm adalah ∆H = + (positif) (Ningsih dkk., 2001).
Aplikasi kalorimeter dalam kehidupan sehari-hari adalah setrika listrik, rice
cooker, mikrowave, pengasap ikan, pemanas air listrik dan lain-lain. Alat-alat itu
mempunyai prinsip kerja yaitu energi listrik yang diubah menjadi energi kalor. Seperti
kalorimeter yang mempunyai prinsip energi listrik diubah menjadi energi kalor dan
diukur menggunakan kalorimeter sehingga energi listrik, energi kalor dan nilai
kesetaraan kalor-listrik dapat dihitung (Pramudita, 2012).
6.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus kimia : H2O
- berat molekul : 18,02 g/mol
- bentuk : Cairan jernih
- densitas : 1 g/cm3
- pH : 7 (netral)
- titik didih : 100 0C
- warna : Tidak berwarna
B. Asam klorida 32%
- rumus kimia : HCl
52

- berat molekul : 36,46 g/mol


- bentuk : cair
- densitas : 1,16 g/cm3
- titik didih : 48 0C (321 K)
- titik lebur : -27,32 0C (247 K)
- warna : tak berwarna
B. Natrium Hidroksida
- rumus kimia : NaOH
- berat molekul : 40 g mol-1
- bentuk : padat
- pH : 13,5
- titik didih : 1388 0C
- titik lebur : 323 0C
- warna : putih
6.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan B. Bahan-bahan yang digunakan
- Batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Beakerglass - asam klorida 32% (HCl)
- botol Aquadest - natrium hidroksida (NaOH)
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- karet penghisap
- labu ukur
- penangas air
- peralatan sistem
- pipet volume
- termometer
6.5. Prosedur Percobaan
A. Kalibrasi alat
- Memasukkan Vs1 mL air dengan suhu normal ke dalam kalorimeter bagian
sistem dan amati suhunya Ts1
53

- Memasukkan VL mL (VL = 2 x VS1) air dingin ke bagian lingkungan dan amati


suhunya (TL1)
- Memanaskan VS2 mL air dingin dengan suhu normal sampai temperaturnya
naik 10 0C TS2
- Mencampurkan air yang telah dipanaskan dengan suhu T S2, ke dalam bagian
sistem kalorimeter yang telah berisi air dingin dengan suhu TS2
- Mengaduk keduanya hingga tercampur
- Menentukan suhu campuran di dalam sistem (TS3) dan suhu dibagian
lingkungan (TL3).
B. Penentuan perubahan entalpi penetralan
- Memasukkan 50 mL air dingin kedalam lingkungan
- Menyamakan suhu natrium hidroksida dan asan klorida
- Mencampurkan 25 mL natrium hidroksida dan 25 mL asam klorida ke dalam
sistem
- Mengaduk hingga tercampur
- Menentukan suhu campuran di dalam sistem dan suhu di bagian lingkungan.
6.6. Data Pengamatan
Tabel 6.1. Data hasil pengamatan penentuan tetapan kalorimeter sistem terbuka
Pada kalibrasi alat
Keadaan
Nama bahan Suhu (0C) Suhu (K) Keadaan awal
setelah reaksi
Tidak
Air dalam sistem 29 302,15 Tidak berwarna
berwarna
Air dalam Tidak
29 302,15 Tidak berwarna
lingkungan berwarna
Setelah pencampuran
Tidak
Kondisi pada sistem 33 306,15 Tidak berwarna
berwarna
Kondisi pada Tidak
29 302,15 Tidak berwarna
Lingkungan berwarna
Tabel 6.2. Data hasil pengamatan penentuan tetapan kalorimeter sistem terbuka
Pada penentuan perubahan entalpi penetralan
Keadaan
Nama bahan Suhu (0C) Suhu (K) Keadaan awal
setelah reaksi
Air dalam 28 301,15 Tidak berwarna Tidak
54

lingkungan berwarna
Tidak
Larutan HCl 30 303,15 Tidak berwarna
berwarna
Tidak
Larutan NaOH 30 303,15 Tidak berwarna
berwarna
Setelah pencampuran

Larutan HCl dan Tidak


33 306,15 Tidak berwarna
NaOH dalam sistem berwarna
Tidak
Kondisi lingkungan 30 303,15 Tidak berwarna
berwarna

6.7. Pembahasan
A. Kalibrasi Alat
- Pada saat memasukkan VS1 sebanyak 25 mL air dingin dengan suhu normal
kedalam kalorimetri bagian sistem dimana TS1 29 0C. Yang kedua memasukkan
VL sebanyak 50 mL air dingin kebagian lingkungan didapat TL1 29 0C
- Pemanasan pada VS2 sebanyak 25 mL air dengan suhu normal dan dinaikkan
temperaturnya sampai naik 10 0C dari suhu normal (TS2). Lalu mencampurkan
TS2 dengan TS1 ke dalam sistem dan mengaduk keduanya hingga tercampur
- Suhu campuran didalam sistem ke dalam campuran T S2 dengan TS1 disebut
sebagai TS3 yang suhunya sebesar 29 0C
- Pada praktikum di proses kalibrasi ini terbukti teori hukum azas black, dimana
Qterima = Qlepas
B. Penentuan Perubahan Entalpi Penetralan
- Pertama memasukkan 50 mL air dingin terhadap lingkungan didapat terperatur
awal 29 0C
- Pengukuran awal temperatur NaOH didapat 30 0C sebanyak 25 mL dan
Pengukuran awal temperatur HCl didapat 30 0C sebanyak 25 mL
- Pencampuran antara larutan NaOH dan HCl, aduk hingga homogen dan
didapat temperatur campuran sebesar 33 0C (temperatur sistem), dan 30 0C
temperatur lingkungannya.
6.8. Kesimpulan
55

Sistem terbuka yaitu pada sistem ini energi maupun materi dapat dipertukarkan
secara bebas dengan lingkungannya, Nilai k yang didapatkan dari kalibrsi alat
adalah -105,54 J/K dan Nilai ΔHn NaCl sebesar -12393,168 J/mol.

Anda mungkin juga menyukai