FERMENTASI ALKOHOL
7.1. Tujuan Percobaan
- Mengetahui cara pembuatan alkohol dengan proses fermentasi dengan bantuan
khamir Saccharomyces cerevicae
- Menentukan kadar alkohol hasil fermentasi
85
86
1. Fase Lag
Fase ini untuk menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan di
sekitarnya dimana belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim mungkin belum
disintesis. Jumlah sel pada fase ini mungkin tetap, juga kadang-kadang menurun dan
dapat cepat atau lambat tergantung dari kecepatan penyesuaian dengan lingkungan di
sekitarnya.
2. Fase Log atau Pertumbuhan Eksponensial
Setelah mengalami fase adaptasi, maka sel membelah dengan cepat. Pada fase ini
kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH
dan kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Sehingga pada fase ini dibutuhkan
energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya karena sel sangat sensitif
terhadap keadaan lingkungan.
3. Fase Stasioner
Pada fase ini pertumbuhan jasad renik diperlambat, sehingga sel tidak stabil, tetapi
jumlah populasi masih naik. Dikarenakan beberapa sebab yaitu zat nutrisi di dalam
media sudah sangat berkurang dan adanya zat hasil-hasil metabolisme yang mungkin
beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Sehingga jumlah sel yang
masih tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati.
4. Fase Kematian
Pada fase ini sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian. Jumlah sel
yang mati semakin lama akan semakin banyak, dan kecepatan kematian dipengaruhi
kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis jasad renik. Hal ini disebabkan nutrien dan energi
cadangan dalam medium dan sel telah habis (Waluyo, 2018).
Starter adalah susunan bakteri dalam jumlah yang cukup banyak untuk
ditambahkan dalam suatu larutan yang sudah disiapkan untuk proses fermentasi.
Banyaknya starter adalah 3-10% dari bahan yang difermentasi. Sebelum digunakan
untuk proses fermentasi, larutan starter diinkubasi terlebih dahulu selama 24-48 jam
dalam inkubator. Fungsi dari starter ini adalah untuk mengembangbiakan mikroba aktif
sebelum difermentasi (Rahman, 1989).
Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies yang bersifat fermentatif kuat yaitu
dapat melakukan fermentasi alkohol dengan memecah gula (glukosa) menjadi alkohol
dan gas karbondioksida. Selain itu, Saccharomyces cerevisiae juga memiliki sifat
87
yang kuat seperti anggur (Hidayat, 2006). Jika waktu fermentasi berlangsung cepat,
maka bisa saja kadar alkohol yang dihasilkan akan sedikit.
2. Suhu
Beberapa khamir dan bakteri memiliki suhu yang berbeda sehingga perlu
dikontrol karena tiap mikroba mempunyai toleransi suhu yang berbeda-beda, dimana
mikroba masih tetap hidup dan aktif. Di antaranya Saccharomyces dan Candida yang
tumbuh pada suhu optimum 25-30 ºC (Banat, 1998). Pada waktu fermentasi maka
terjadi kenaikan panas secara eksoterm sehingga perlu adanya pendinginan untuk
mempertahankan suhu.
3. pH
Dengan dihasilkan enzim oleh aktivitas mikroba akan mempercepat reaksi
oksidasi-reduksi. Sehingga pH larutan akan berubah selama proses fermentasi. pH
optimum untuk pertumbuhan S. Cereviceae dalam suasana asam berkisar antara 4-4,5
(Hasanah, 2012).
4. Waktu
Untuk keperluan fermentasi, dipilih fase pertumbuhan dimana mikroba mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga enzim yang dihasilkan maksimum, yaitu pada
fase logarithmic growth (Hasanah, 2012). Setiap mikroba waktu pertumbuhannya
berbeda-beda, sehingga pada proses fermentasi waktu merupakan faktor penting yang
perlu dikontrol.
5. Nutrisi
Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan, yaitu:
a. Unsur C, ada faktor karbohidrat.
b. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, misal ZA, urea,
amonia, dan sebagainya.
c. Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misal NPK, TSP, DSP, dan
sebagainya.
d. Mineral-mineral
e. Vitamin-vitamin (Hidayat, 2006).
6. Udara
89
- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH : 7 (netral)
- Bau : tidak berbau
H. Sukrosa
- Rumus : C12H22O11
- Berat molekul : 342,3 g/mol
- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH :7
- Bau : tidak berbau
7.4. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan: B. Bahan yang digunakan:
- Autoklaf - Aquadest
- batang pengaduk - Fermipan
- Beakerglass - gula (C12H22O11)
- bola hisap - Asam sulfat (H2SO4)
- botol fermentor - indikator amilum
- botol semprot - kertas saring
- buret - kertas pH
- corong gelas - Kalium dikromat (K2Cr2O7)
- Erlenmeyer - Kalium iodida (KI)
- gelas ukur - Natrium tiosulfat (Na2S2O3)
- inkubator - Amonium sulfat (NH4)2SO4
- kaca arloji
- klem
- leher angsa
- neraca
- plastik
- pipet ukur
- Shaker Waterbath
- spatula
- statif
92
- Waterbath
7.5. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan Starter
- Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest diaduk sampai larut dan
disterilkan dalam Autoklaf
- Tambahkan 12,5 gram ( NH 4) SO4 ke dalam campuran dan diaduk sampai larut
- Mengatur pH 4-5
- Diinokulasi dengan fermipan sebanyak 11 gram
- Sebelum diinkubasi menimbang campuran (a) dan catat hasil timbangan
- Inkubasi campuran dengan plastik berlubang
- Setelah diinkubasi 24-48 jam ditimbang campuran (b) dan catat hasil
timbangan.
B. Fermentasi Alkohol
- Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest diaduk sampai larut dan
disterilkan dalam Autoklaf
- Tambahkan 12,5 gram (NH4)2SO4 ke dalam campuran dan diaduk sampai larut
- Mengatur pH 4-5 dengan menggunakan H 2 SO4
- Melarutkan campuran dan menambahkan starter 10% (50 mL)
- Memindahkan campuran ke dalam botol fermentor
- Menutup dengan plastik berlubang, memasukkan ke dalam shaker sampai terjadi
kenaikan suhu
- Mengeluarkan dari shaker, dan mengaerasi pada suhu 25-30 ºC dengan menutup
plastik tanpa lubang selama 30-70 jam.
C. Menentukan Kadar Alkohol Hasil Fermentasi
- Menyaring hasil fermentasi
- Menimbang 1,7 gram K 2 Cr2 O 7 dan melarutkan dalam aquadest sampai 100 mL
- Menimbang 0,69 gram Na2 S2 O 3 dan melarutkan dalam aquadest sampai 100
mL
- Menimbang 1,5 gram KI dan melarutkan dalam aquadest sampai 100 mL
- Mengambil 10 mL alkohol hasil fermentasi yang telah disaring dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer
93
7.7. Dokumentasi
Fungsi (NH4)2SO4 pada proses fermentasi alkohol adalah untuk nutrisi khamir
sebagai sumber Nitrogen selama proses fermentasi berlangsung.
Fungsi H2SO4 pada penentuan kadar alkohol adalah untuk menghindari
terjadinya hidrolisis amilum dan mengatur pH larutan saat pembuatan larutan
yang akan difermentasi.
Fungsi K2Cr2O7 pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai larutan standar
baku primer untuk membakukan Natrium thosulfat. Karena Kalium dikromat
merupakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian.
Fungsi KI pada penentuan kadar alkohol adalah karena alkohol adalah
oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) sebagai reduktor lemah dan
dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat untuk
menghasilkan I2 yang akan dititrasi dengan Natrium tiosulfat.
Fungsi Na2S2O3 pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai larutan standar
titrasi yang telah dibakukan oleh larutan Kalium dikromat.
Fungsi amilum pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai indikator
perubahan warna dalam proses titrasi natrium thiosulfat, karena natrium
thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum.
Dari titrasi penentuan kadar alkohol, persentase alkohol yang didapat yaitu
sebesar 0,49174 %.
7.11. Kesimpulan
Melakukan cara pembuatan alkohol dengan proses fermentasi dengan bantuan
khamir Saccharomyces cereviciae yang berperan dalam memecah glukosa
menjadi alkohol dan CO2.
Kadar alkohol hasil fermentasi dapat ditentukan dengan cara titrasi Iodometri,
dengan didapat kadar sebesar 0,49174 %.
102
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. ISBN: 979-763-533-3. ANDI Offset,
Yogyakarta.
Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
J, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia.
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta:Pusdik SDM
kesehatan.
Ramadhan, prasetya. 2015. Mikrobiologi Industri Mikroorganisme dan Aplikasinya
dalam Industri. Jakarta: Plantaxia.
Rulianah,Sri.2017. Bioproses(Dasar Bioproses). Polinema Press. Politeknik Negeri
Malang.
Saraswati, rasti. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Waluyo, lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: Universitas
Muhammadyah Malang.
Waluyo, Lud. 2010. Teknik-teknik dasar mikrobiologi. Malang: UMM Pers
Waluyo, lud. 2018. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadyah Malang.
Abdul R; Jamal A; Revilla G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Secara In Vitrova.vol 2 Jurnal Kesehatan Andalas (Diakses pada tanggal 12
November 2018).
Adriani, Lasti, Y. 2014. Identifikasi keberadaan Staphylococcus sp pada satan kelapa
kemasan yang diperdagangkan di Makasar. Vol. 2. No. 1. Makasar (diakses
pada19 November 2018).
Agustiyani, dwi. dkk. 2004. Pengaruh pH Substrat dan Organik Pada Pertumbuhan
dan Aktivitas bakterin Pengoksidasi Amonia. Bogor: Bidang Mikrobiologi, Pusat
Penelitian Biologi. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Vol.5. ISSN. 1412-033X (Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Ariani, Hatmanti. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Jakarta. Volume XXV. ISSN. 0216-
1877. (Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
103
Asep N, Dkk. 2016. Pengaruh suhu dan waktu sterilisasi terhadap nilai f dan
kondisi fisik kaleng kemasan pada pengalengan gudeg.vol.36. No.1(Diakses 07
November 2018).
Banat, I dkk. 1998. Review: Ethanol Production at Elevated Temperatures and Alcohol
Concentrations: Part I-Yeasts in General. World Journal of Microbiology &
Biotechnology, Vol 14. Rapid Science Publishers. (Diakses pada tanggal 16
November 2018).
Bhana Nikhilesh, et al. 2013. Journal of Biological and Scientific Opinion.
DOI 10.7897/2321-6328.01222. Volume. 1 (2) (Diakses tanggal 13
November 2018).
Cabral, P,S. 2010. Water Microbiology Bacterial Panthogens and Water. DOI 10.3390.
Oporto: Res Public Health (diakses pada15 November 2018).
Endar, Budi Sasongko, dkk. 2014.Kajian Kualitas Air dan Penggunaan Sumur Gali
oleh Masyarakat di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap.ISSN 1829-
8907.vol.12. Ilmu Lingkungan. Cilacap (diakses pada10 November 2018).
Farid W. Husain, Dkk. 2009. Pedoman instalasi pusat sterilisasi (central sterile
supply department/ cssd) di rumah sakit. ISBN 978-979-9254-70-2 Jakarta.
Departemen kesehatan RI (Diakses 13 November 2018)
G. Bachir and B. Abouni. 2015. Escherichia coli and Staphylococcus aureus most
common source of infection. Laboratory of Molecular Microbiology, Health and
proteomics, University of Sidi Bel abbes, Algeria (Diakses pada tanggal 13
November 2018).
Hasanah, Hafidatul dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol
Tape Singkong (Manihot utillssima Pohl). Vol.2, No.1 Oktober. UIN Maulana
Malik Ibrahim. (Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Hendrawati Y, Utomo S. 2017. Optimasi suhu dan waktu sterilisasi pada kualitas
susu segar di Kabupaten Boyolali. ISSN 2085-1669. Vol.9.No.2.Program studi
Teknik Kimia (Diakses 08 November 2018).
Ida B dkk. 2011. Delignifikasi Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida
Sebelum Proses Sakaraifikasi Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase
Kasar Dari Aspergillus Niger FNU. Vol 34. Denpasar:Jurusan Teknologi Industri
104
Mursalin. 2017. Analysis of Most Probable Number (mpn) of Coliform Bacteria and
Fecal Coli on Coconut Ice Sold in Makassar. Makasar: Analis Departemen
Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol.36. ISSN 2307-4531
(Diakses pada tanggal 17 November 2018).
Oseana. 2000. Pengenalan Bacillus spp. ISSN 0216-1877. Vol. xxv. No. 1. Jakarta:
LIPI (diakses pada 19 November 2018).
Ratih, Novita Praja. 2017. Isolation and Identification of Aspergillus Spp from The
Lungs of Native Chicken which Sell in Banyuwangi Market. Laboratorium
Bakteriologi dan Mikologi, Departemen Mikrobiologi Veteriner, 2 Laboratorium
Parasitologi, Departemen Parasitologi Veteriner, Vol.1. ISSN. 2581-012X.
(Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Sanjaya, Y. Nurhaeni, H.dan Halima, M. 2010. Isolasi, Identifikasi,dan Karakterisasi
Jamur Entomopatogen dari Larva Spdoptera Litura (Fabricius). Pasundan:
Program Studi Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan. Vol.12. ISSN. 1411 – 0903
(Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Santi, Sintha Soraya. 2008. Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah Jambu
Mete oleh Khamir Saccharomyces Cerevisiae. Vol.8, No 2 Desember. UPN.
(Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Sheftiana, S, dkk. 2017. Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode Indeks
Pencemaran sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan. Vol. 6. No. 1.
Semarang: UNDIP (diakses pada 10 November 2018).
105
TrismilahN dan Mahyudin AR.2009. Peningkatan Produksi Gas Hidrogen (H2 ) Dan
Etanol Pada Bacillus pumilus Dengan Mutasi Menggunakan Ethyl Methane
Sulfonate (EMS) Dan Seleksi Dengan Metoda Proton Suicted. Pusat Penelitian
Biologi (Diakses Pada Tanggal 9 November 2018).
Utami, Lucky Indrati. 2008. Pengambilan Minyak Kelapa dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Saccaharomyces cereviciae Amobil. Vol.8, No.2 Desember.
UPNV. (Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Widiyanti, Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi
Ulang di Kota Singaraja Bali. Vol. 3. No. 1. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
(diakses pada 28 November 2018)
Wijaya, Raden Chandra. 2015. Perancangan Alat Perhitungan Bakteri. Yogyakarta:
Teknik Elektro - Fakultas Sains & Teknologi - Universitas Respati
Yogyakarta. Vol. 10. ISSN 1907-2430 (Diakses pada tanggal 17 November
2018).
Yunita,Merisa. 2014. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan
(Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count)
Dengan Metode Pour Plate. Malang: Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas
Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya malang. Vol.03 (Diakses pada
tanggal 15 November 2018).