Anda di halaman 1dari 21

BAB VII

FERMENTASI ALKOHOL
7.1. Tujuan Percobaan
- Mengetahui cara pembuatan alkohol dengan proses fermentasi dengan bantuan
khamir Saccharomyces cerevicae
- Menentukan kadar alkohol hasil fermentasi

7.2. Tinjauan Pustaka


Istilah fermentasi tidak hanya dihubungkan dengan karbohidrat namun juga
menyangkut perombakan protein dan lemak oleh aktivitas mikroba (Machfud, 1989).
Alkohol merupakan bahan alami yang dihasilkan dari proses fermentasi yang banyak
ditemui dalam bir, anggur, dan sebagainya (Rahman, 1992). Contoh produk dari
minuman beralkohol dapat digolongkan menjadi produk hasil fermentasi yang dapat
dikonsumsi secara langsung seperti anggur dan bir. Maupun produk hasil fermentasi
yang didistilasi terlebih dahulu sebelum dikonsumsi seperti whisky. Fermentasi alkohol
merupakan proses biologi dimana gula seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa diubah
menjadi energi seluler dan dihasilkan etanol serta karbon dioksida sebagai produk
sampingan.
Bila dinyatakan dengan persamaan reaksi, proses fermentasi alkohol dituliskan sebagai
berikut:
C 6 H 12 O6 → 2CH 2 H 5OH + 2CO 2
(glukosa) (etanol) (karbondiosida) (Hasanah, 2012).
Kurva pertumbuhan bakteri:

Gambar 7.1. Kurva pertumbuhan bakteri (Ansori, 1989).

85
86

1. Fase Lag
Fase ini untuk menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan di
sekitarnya dimana belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim mungkin belum
disintesis. Jumlah sel pada fase ini mungkin tetap, juga kadang-kadang menurun dan
dapat cepat atau lambat tergantung dari kecepatan penyesuaian dengan lingkungan di
sekitarnya.
2. Fase Log atau Pertumbuhan Eksponensial
Setelah mengalami fase adaptasi, maka sel membelah dengan cepat. Pada fase ini
kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH
dan kandungan nutrien, suhu dan kelembaban udara. Sehingga pada fase ini dibutuhkan
energi lebih banyak dibandingkan dengan fase lainnya karena sel sangat sensitif
terhadap keadaan lingkungan.
3. Fase Stasioner
Pada fase ini pertumbuhan jasad renik diperlambat, sehingga sel tidak stabil, tetapi
jumlah populasi masih naik. Dikarenakan beberapa sebab yaitu zat nutrisi di dalam
media sudah sangat berkurang dan adanya zat hasil-hasil metabolisme yang mungkin
beracun atau dapat menghambat pertumbuhan jasad renik. Sehingga jumlah sel yang
masih tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati.
4. Fase Kematian
Pada fase ini sebagian populasi jasad renik mulai mengalami kematian. Jumlah sel
yang mati semakin lama akan semakin banyak, dan kecepatan kematian dipengaruhi
kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis jasad renik. Hal ini disebabkan nutrien dan energi
cadangan dalam medium dan sel telah habis (Waluyo, 2018).
Starter adalah susunan bakteri dalam jumlah yang cukup banyak untuk
ditambahkan dalam suatu larutan yang sudah disiapkan untuk proses fermentasi.
Banyaknya starter adalah 3-10% dari bahan yang difermentasi. Sebelum digunakan
untuk proses fermentasi, larutan starter diinkubasi terlebih dahulu selama 24-48 jam
dalam inkubator. Fungsi dari starter ini adalah untuk mengembangbiakan mikroba aktif
sebelum difermentasi (Rahman, 1989).
Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies yang bersifat fermentatif kuat yaitu
dapat melakukan fermentasi alkohol dengan memecah gula (glukosa) menjadi alkohol
dan gas karbondioksida. Selain itu, Saccharomyces cerevisiae juga memiliki sifat
87

oksidatif (respirasi) yaitu menghasilkan karbondioksida dan air yang dipergunakan


untuk energi. Meskipun energi yang dihasilkan dari respirasi lebih tinggi dibandingkan
melalui fermentasi (Fardiaz, 1992).

Gambar 7.2. Saccharomyces cerevicae (Hasanah, 2012).


Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling popular dalam
pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir
untuk menghasilkan alkohol dalam proses nya. Dalam bidang pangan, khamir ini
merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan dalam pengembangan adonan
roti dan dikenal sebagai ragi roti yang memiliki sifat dapat memfermenatsikan maltosa
secara cepat. Karena pemakaian ragi dalam adonan roti berpengaruh pada proses
peragian terhadap gula, dan memberi aroma alkohol (Hidayat, 2006).
Khamir (yeast) adalah salah satu mikroorganisme yang termasuk golongan fungi
uniseluler yang tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibanding dengan kapang.
Khamir sangat mudah dibedakan dengan mikroorganisme lainnya karena mempunyai
ukuran sel yang lebih besar dan morfologi yang berbeda. Dengan ciri-ciri memiliki hifa
panjang, dapat bersepta maupun tidak dan tumbuh pada miselium. Umumnya khamir
melakukan reproduksi vegetatif dengan membentuk tunas (budding). Beberapa khamir
dapat bereproduksi secara seksual dengan membentuk aski atau basidia dan
dikelompokkan ke dalam Ascomycota dan Basidiomycota (Hidayat, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi alkohol:
1. Lama fermentasi
Lama fermentasi berkisar antara 4-14 hari. Semakin lama fermentasi maka akan
semakin asam dan rasa manis semakin berkurang. Lama fermentasi yang disarankan
adalah 14 hari karena gula telah benar-benar difermentasi dan minuman memiliki rasa
88

yang kuat seperti anggur (Hidayat, 2006). Jika waktu fermentasi berlangsung cepat,
maka bisa saja kadar alkohol yang dihasilkan akan sedikit.
2. Suhu
Beberapa khamir dan bakteri memiliki suhu yang berbeda sehingga perlu
dikontrol karena tiap mikroba mempunyai toleransi suhu yang berbeda-beda, dimana
mikroba masih tetap hidup dan aktif. Di antaranya Saccharomyces dan Candida yang
tumbuh pada suhu optimum 25-30 ºC (Banat, 1998). Pada waktu fermentasi maka
terjadi kenaikan panas secara eksoterm sehingga perlu adanya pendinginan untuk
mempertahankan suhu.
3. pH
Dengan dihasilkan enzim oleh aktivitas mikroba akan mempercepat reaksi
oksidasi-reduksi. Sehingga pH larutan akan berubah selama proses fermentasi. pH
optimum untuk pertumbuhan S. Cereviceae dalam suasana asam berkisar antara 4-4,5
(Hasanah, 2012).
4. Waktu
Untuk keperluan fermentasi, dipilih fase pertumbuhan dimana mikroba mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat sehingga enzim yang dihasilkan maksimum, yaitu pada
fase logarithmic growth (Hasanah, 2012). Setiap mikroba waktu pertumbuhannya
berbeda-beda, sehingga pada proses fermentasi waktu merupakan faktor penting yang
perlu dikontrol.
5. Nutrisi
Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan, yaitu:
a. Unsur C, ada faktor karbohidrat.
b. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, misal ZA, urea,
amonia, dan sebagainya.
c. Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misal NPK, TSP, DSP, dan
sebagainya.
d. Mineral-mineral
e. Vitamin-vitamin (Hidayat, 2006).
6. Udara
89

Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara). Namun demikian


udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi untuk perkembangbiakan
khamir (Hidayat, 2006).
7. Tidak boleh ada goncangan atau getaran.
Selama proses fermentasi berlangsung perlu dijaga dari adanya goncangan atau
getaran yang ditimbulkan dari sekitar, baik sekecil apapun karena dapat mempengaruhi
hasil dari fermentasi (Hidayat, 2006).
8. Tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
Pada proses fermentasi hendaknya tidak terpapar sinar matahari secara langsung.
Hendaknya dilakukan di dalam ruangan yang memungkinkan paparan sinar matahari
tidak langsung masuk begitu saja. Karena hal ini turut berpengaruh pada hasil
fermentasi (Hidayat, 2006).
Aplikasi fermentasi pada kehidupan sehari hari:
Mikroba yang sering digunakan dalam fermentasi adalah bakteri, khamir, dan
jamur. Bakteri banyak digunakan dalam fermentasi pangan dalam bentuk cair, misalnya
asam asetat, nata decoco, yoghurt. Khamir selain digunakan dalam substrat cair,
misalnya pada pembuatan bir dan wine, juga pada medium padat untuk pembuatan roti.
Jamur umumnya digunakan dalam substrat cair maupun medium padat seperti kecap,
tempe, dan tapai (Hidayat, 2006).
7.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- Rumus : H2O
- Berat molekul : 18,02 g/mol
- Warna : tidak berwarna
- Bentuk : cairan
- pH : 7 (netral)
- Bau : tidak berbau
B. Amilum
- Rumus : (C6H10O5)n
- Berat molekul : 50.000 – 200.000 g/mol
- Warna : putih
- Bentuk : padat (bubuk padat)
- pH :7
90

- Bau : tidak berbau


C. Amonium sulfat
- Rumus : (NH4)2SO4
- Berat molekul : 132,14 g/mol
- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH : kira-kira 7
- Bau : tidak berbau
D. Asam sulfat
- Rumus : H2SO4
- Berat molekul : 98,08 g/mol
- Warna : tidak berwarna
- Bentuk : cairan
- pH :1
- Bau : tidak berbau
E. Kalium dikromat
- Rumus : K2Cr2O7
- Berat molekul : 294,2 g/mol
- Warna : orange-merah
- Bentuk : padat
- pH : 4 (asam)
- Bau : tidak berbau
F. Kalium iodida
- Rumus : KI
- Berat molekul : 166 g/mol
- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH : kira-kira 6.9
- Bau : tidak berbau
G. Natrium tiosulfat
- Rumus : Na2S2O3
- Berat molekul : 248,19 g/mol
91

- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH : 7 (netral)
- Bau : tidak berbau
H. Sukrosa
- Rumus : C12H22O11
- Berat molekul : 342,3 g/mol
- Warna : putih
- Bentuk : padat
- pH :7
- Bau : tidak berbau
7.4. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan: B. Bahan yang digunakan:
- Autoklaf - Aquadest
- batang pengaduk - Fermipan
- Beakerglass - gula (C12H22O11)
- bola hisap - Asam sulfat (H2SO4)
- botol fermentor - indikator amilum
- botol semprot - kertas saring
- buret - kertas pH
- corong gelas - Kalium dikromat (K2Cr2O7)
- Erlenmeyer - Kalium iodida (KI)
- gelas ukur - Natrium tiosulfat (Na2S2O3)
- inkubator - Amonium sulfat (NH4)2SO4
- kaca arloji
- klem
- leher angsa
- neraca
- plastik
- pipet ukur
- Shaker Waterbath
- spatula
- statif
92

- Waterbath
7.5. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan Starter
- Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest diaduk sampai larut dan
disterilkan dalam Autoklaf
- Tambahkan 12,5 gram ( NH 4) SO4 ke dalam campuran dan diaduk sampai larut
- Mengatur pH 4-5
- Diinokulasi dengan fermipan sebanyak 11 gram
- Sebelum diinkubasi menimbang campuran (a) dan catat hasil timbangan
- Inkubasi campuran dengan plastik berlubang
- Setelah diinkubasi 24-48 jam ditimbang campuran (b) dan catat hasil
timbangan.
B. Fermentasi Alkohol
- Mencampur 117 gram gula dan 500 mL aquadest diaduk sampai larut dan
disterilkan dalam Autoklaf
- Tambahkan 12,5 gram (NH4)2SO4 ke dalam campuran dan diaduk sampai larut
- Mengatur pH 4-5 dengan menggunakan H 2 SO4
- Melarutkan campuran dan menambahkan starter 10% (50 mL)
- Memindahkan campuran ke dalam botol fermentor
- Menutup dengan plastik berlubang, memasukkan ke dalam shaker sampai terjadi
kenaikan suhu
- Mengeluarkan dari shaker, dan mengaerasi pada suhu 25-30 ºC dengan menutup
plastik tanpa lubang selama 30-70 jam.
C. Menentukan Kadar Alkohol Hasil Fermentasi
- Menyaring hasil fermentasi
- Menimbang 1,7 gram K 2 Cr2 O 7 dan melarutkan dalam aquadest sampai 100 mL
- Menimbang 0,69 gram Na2 S2 O 3 dan melarutkan dalam aquadest sampai 100
mL
- Menimbang 1,5 gram KI dan melarutkan dalam aquadest sampai 100 mL
- Mengambil 10 mL alkohol hasil fermentasi yang telah disaring dan dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer
93

- Menambah 8 mL larutan K 2 Cr2 O7 dan mengaduk hingga homogen lalu


ditambahkan 0,5 mL H 2 SO 4 pekat
- Dipanaskan larutan sekitar 10 menit agar terjadi oksidasi etanol menjadi asam
asetat kemudian didinginkan larutan tersebut
- Ditambahkan larutan KI sebanyak 10 mL kemudian simpan di tempat gelap
selama 5-10 menit
- Menitrasi larutan di atas yang terbentuk dengan larutan Na2 S2 O 3 dengan
indikator amilum sampai terjadi perubahan warna. Mencatat volume titrasi.
94

7.6. Data Pengamatan

Tabel 7.1. Tabel Data Pengamatan


No Prosedur Awal Bahan
.
1. Bahan
a. gula putih larut
b. (NH4)2SO4 putih larut
c. Fermipan butiran coklat larut
d. H2SO4 larutan jernih larutan
e. K2Cr2O7 orange larut
f. Na2S2O3 kristal putih larut
g. KI putih larut
h. Indikator amilum larutan jernih larutan

2. Pembuatan starter Sebelum disterilkan Setelah disterilkan


a. Gula + H2O → lar 1 Bentuk : larutan Bentuk : larutan
Warna : kuning Warna : kuning
bening bening
b. Lar 1 + (NH4)2SO4 Bentuk : larutan Bentuk : larutan
→ lar 2 Warna : putih Warna : putih
bening bening
c. Lar 2 + fermipan Sebelum inkubasi Setelah inkubasi
→ Lar 3 Bentuk : larutan Bentuk : larutan
Warna : coklat Warna : coklat
keruh keruh
Berat : 787 gram Berat : 757 gram

3. Pembuatan fermentasi Sebelum disterilkan Setelah disterilkan


a. Gula + H2O Bentuk : larutan Bentuk : larutan
→ lar A Warna : putih Warna : kuning
jernih jernih
95

b. Lar 1 + (NH4)2SO4 Bentuk : larutan Bentuk : larutan


→ lar B Warna : kuning Warna : kuning
c. Lar B + lar 3 Bentuk : larutan Bentuk : larutan
→ lar C Warna : kuning Warna : kuning
keruh
pH : 4-5 pH :
d. Lar C masuk ke Bentuk : larutan Bentuk : larutan
shaker → lar D Warna : putih Warna : kuning
jernih keruh
Suhu : 31 ºC Suhu : 37 ºC
e. Lar D diaerasi dengan Sebelum diaerasi Sesudah diaerasi
tutup berlubang Bentuk : larutan Bentuk : larutan
Warna : putih Warna : kuning
keruh keruh
4. Menentukan kadar
alkohol
a. Lar E disaring Bentuk : larutan
→ lar F Warna : putih jernih
b. K2Cr2O7 + H2O Sebelum dilarutkan Setelah dilarutkan
→ lar G Bentuk : kristal Bentuk : larutan
Warna : orange Warna : orange
c. Na2S2O3 + H2O Sebelum dilarutkan Setelah dilarutkan
→ lar H Bentuk : kristal Bentuk : larutan
Warna : putih Warna : putih
d. KI + H2O → lar I Sebelum dilarutkan Setelah dilarutkan
Bentuk : serbuk Bentuk : larutan
Warna : putih Warna : putih
e. lar F + K2Cr2O7 Bentuk : larutan
→ lar J Warna : orange
f. lar J + H2SO4 Bentuk : larutan
→ lar K Warna : orange

g. lar K → lar L Sebelum dipanaskan Setelah dipanaskan


96

Bentuk : larutan Bentuk : larutan


Warna : orange Warna : kuning
kehitaman
h. lar L + KI dan Bentuk : larutan
dimasukkan ke Warna : kuning
dalam botol gelap kehitaman
→ lar M
i. Lar M + amilum Bentuk : larutan
→ lar N Warna : hijau
kecoklatan
j. Lar N dititasi dengan Sebelum dititrasi Setelah dititasi
Na2S2O3 Bentuk : larutan Bentuk : larutan
Warna : hijau Warna : hijau tua
kecoklatan
97

7.7. Dokumentasi

Gambar 7.3. Sebelum dititrasi Gambar 7.4. Sesudah dititrasi


7.8. Persamaan Reaksi
- Pembuatan Starter
C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6
(sukrosa) (aquadest) (glukosa)
2C6H12O6 + (NH4)2SO4 → larutan 1
(glukosa) (ammonium sulfat)
Larutan 1 + fermipan → larutan starter
- Fermentasi Alkohol
C6H12O6 → 2C2H5OH + CO2
(glukosa) (etanol) (karbondioksida)
- Kadar Alkohol hasil Fermentasi
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O × 1
Oksidasi : 2S2O32- → S4O62- + 2e ×3
Cr2O72- + 14H+ + S2O32 → 2Cr3+ + 7H2O + S4O62-
(ion kromat) (ion hidrogen) (ion tiosulfat) → (ion kromium) (air) (ion
tetrationat)
Larutan I2 yang terbentuk direaksikan dengan Na2S2O3
Reduksi : I2 + 2e → 2I-
Oksidasi : 2S2O32 → S4O62- + 2e
I2 + 2S2O32 → 2I + S4O62
(iodium) (ion tiosulfat) → (ion iodida) (ion tetrationat)
98

Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O × 1


Oksidasi : 2I → I2 + 2e ×3
Cr2O72- + 14H+ + 6I- → 2Cr3+ + 7H2O + 3I2
(ion kromat) (ion hidrogen) (ion iodida) → (ion kromium) (air) (iodium)
Reaksi I2 yang tidak direaksikan dengan Na2S2O3
I2 + 2S2O32 → 2I- + S4O62
(iodium) (ion tiosulfat) → (ion iodida) (ion tetrationat)
7.9. Perhitungan
- Perhitungan Berat
Berat awal : 787 gram
Berat akhir : 757 gram
Berat akhir - berat awal : 757 gram - 787 gram
= -30 gram
- Perhitungan Kadar Alkohol
Massa K2Cr2O7 : 1,7 gram
Berat molekul K2Cr2O7 : (2×Ar K) + (2×Ar Cr) + (7×Ar O)
= (2×39) + (2×52) + (7×16)
= 294 g/mol
Berat molekul
Berat ekuivalen K2Cr2O7: Valensi
294
= 2
= 147
Massa Na2S2O3 : 0,69 gram
Berat molekul Na2S2O3 : (2×Ar Na) + (2×Ar S) + (3×Ar O)
= (2×23) + (2×32) + (3×16)
= 158 g/mol
Berat molekul
Berat ekuivalen Na2S2O3: Valensi
158
= 2
= 79
99

Berat molekul C2H5OH : (2×Ar C) + (5×Ar H) + Ar O + Ar H


= (2×12) + (5×1) + 16 + 1
= 46 g/mol
Berat molekul
Berat ekuivalen C2H5OH : Valensi
46
= 2
= 23
Normalitas
gram 1000
1. Normalitas K2Cr2O7 = BE × V
1,7 1000
= 147 × 100
= 0,1156
gram 1000
2. Normalitas Na2S2O3 = BE × V
0,69 1000
= 79 × 100
= 0,0087
Mol ekuivalen K2Cr2O7 = V K2Cr2O7 × N K2Cr2O7
1000
= 100 × 0,1156
1000
= 0,01156
Mol ekuivalen Na2S2O3 = V Na2S2O3 × N Na2S2O3
1000
= 100 × 0,0087
1000
= 0,00087
Mol ekuivalen C2H5OH = mol ekuivalen K2Cr2O7 – mol ekuivalen Na2S2O3
= 0,01156 – 0,00087
= 0,01069
100

Kadar C2H5OH = (mol ekuivalen C2H5OH × BM ) × 100%


100
= (0,01069 × 46) × 100%
100
= 0,49174 %
7.10. Pembahasan
 Penentuan kadar alkohol hasil proses fermentasi alkohol pada praktikum ini
didasarkan pada titrasi Iodometri. Dalam hal ini hasil yang didapat adalah
tidak adanya perubahan warna saat proses titrasi berlangsung. Dikarenakan
dalam titrasi Iodometri , penambahan amilum sebagai indikator sebaiknya
dilakukan saat menjelang akhir titrasi yang ditandai dengan warna larutan
menjadi kuning muda (dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I2 dalam
jumlah banyak), karena kompleks amilum I2 sangat lambat akibat amilum
ditambahkan pada awal titrasi.
 Sehingga dalam hal ini, didapatkan kadar alkohol hasil fermentasi yang sedikit
jumlahnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses fermentasi ini
diduga disebabkan karena proses fermentasi yang terjadi tidaklah sempurna.
Hal ini mungkin disebabkan tidak terpenuhinya kondisi oksigen anaerob yang
menyebabkan Saccharomyces cereviciae dapat melakukan respirasi secara
aerob. Peristiwa tersebut dapat mengurangi kadar alkohol yang sebelumnya
telah terbentuk pada saat kondisi anaerob terpenuhi. Faktor lainnya yang
menyebabkan proses fermentasi tidak terkontrol dengan baik adalah
konsentrasi gula yang ada atau ditambahkan, derajat keasaman bahan atau pH,
temperatur, jenis khamir yang digunakan, serta komposisi zat nutrisi di dalam
bahan. Selain itu, harus lebih memperhatikan keseterilan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam proses fermentasi, karena hal tersebut turut
diperhitungkan dalam tingkat keberhasilan fermentasi.
 Fungsi penambahan gula pada proses fermentasi alkohol adalah untuk
mendapatkan konsentrasi alkohol yang diinginkan.
 Fungsi fermipan pada proses fermentasi alkohol adalah untuk media
penumbuhan dari khamir Saccharomyces Cereviciae.
101

 Fungsi (NH4)2SO4 pada proses fermentasi alkohol adalah untuk nutrisi khamir
sebagai sumber Nitrogen selama proses fermentasi berlangsung.
 Fungsi H2SO4 pada penentuan kadar alkohol adalah untuk menghindari
terjadinya hidrolisis amilum dan mengatur pH larutan saat pembuatan larutan
yang akan difermentasi.
 Fungsi K2Cr2O7 pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai larutan standar
baku primer untuk membakukan Natrium thosulfat. Karena Kalium dikromat
merupakan senyawa oksidator yang memiliki kemurnian.
 Fungsi KI pada penentuan kadar alkohol adalah karena alkohol adalah
oksidator yang dapat bereaksi dengan I- (iodida) sebagai reduktor lemah dan
dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat untuk
menghasilkan I2 yang akan dititrasi dengan Natrium tiosulfat.
 Fungsi Na2S2O3 pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai larutan standar
titrasi yang telah dibakukan oleh larutan Kalium dikromat.
 Fungsi amilum pada penentuan kadar alkohol adalah sebagai indikator
perubahan warna dalam proses titrasi natrium thiosulfat, karena natrium
thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum.
 Dari titrasi penentuan kadar alkohol, persentase alkohol yang didapat yaitu
sebesar 0,49174 %.
7.11. Kesimpulan
 Melakukan cara pembuatan alkohol dengan proses fermentasi dengan bantuan
khamir Saccharomyces cereviciae yang berperan dalam memecah glukosa
menjadi alkohol dan CO2.
 Kadar alkohol hasil fermentasi dapat ditentukan dengan cara titrasi Iodometri,
dengan didapat kadar sebesar 0,49174 %.
102

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. ISBN: 979-763-533-3. ANDI Offset,
Yogyakarta.
Harti, Agnes Sri. 2015. Mikrobiologi kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
J, Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia.
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Jakarta:Pusdik SDM
kesehatan.
Ramadhan, prasetya. 2015. Mikrobiologi Industri Mikroorganisme dan Aplikasinya
dalam Industri. Jakarta: Plantaxia.
Rulianah,Sri.2017. Bioproses(Dasar Bioproses). Polinema Press. Politeknik Negeri
Malang.
Saraswati, rasti. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Waluyo, lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: Universitas
Muhammadyah Malang.
Waluyo, Lud. 2010. Teknik-teknik dasar mikrobiologi. Malang: UMM Pers
Waluyo, lud. 2018. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadyah Malang.
Abdul R; Jamal A; Revilla G. 2013. Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia s.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Secara In Vitrova.vol 2 Jurnal Kesehatan Andalas (Diakses pada tanggal 12
November 2018).
Adriani, Lasti, Y. 2014. Identifikasi keberadaan Staphylococcus sp pada satan kelapa
kemasan yang diperdagangkan di Makasar. Vol. 2. No. 1. Makasar (diakses
pada19 November 2018).
Agustiyani, dwi. dkk. 2004. Pengaruh pH Substrat dan Organik Pada Pertumbuhan
dan Aktivitas bakterin Pengoksidasi Amonia. Bogor: Bidang Mikrobiologi, Pusat
Penelitian Biologi. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Vol.5. ISSN. 1412-033X (Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Ariani, Hatmanti. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Jakarta. Volume XXV. ISSN. 0216-
1877. (Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
103

Asep N, Dkk. 2016. Pengaruh suhu dan waktu sterilisasi terhadap nilai f dan
kondisi fisik kaleng kemasan pada pengalengan gudeg.vol.36. No.1(Diakses 07
November 2018).
Banat, I dkk. 1998. Review: Ethanol Production at Elevated Temperatures and Alcohol
Concentrations: Part I-Yeasts in General. World Journal of Microbiology &
Biotechnology, Vol 14. Rapid Science Publishers. (Diakses pada tanggal 16
November 2018).
Bhana Nikhilesh, et al. 2013. Journal of Biological and Scientific Opinion.
DOI 10.7897/2321-6328.01222. Volume. 1 (2) (Diakses tanggal 13
November 2018).
Cabral, P,S. 2010. Water Microbiology Bacterial Panthogens and Water. DOI 10.3390.
Oporto: Res Public Health (diakses pada15 November 2018).
Endar, Budi Sasongko, dkk. 2014.Kajian Kualitas Air dan Penggunaan Sumur Gali
oleh Masyarakat di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap.ISSN 1829-
8907.vol.12. Ilmu Lingkungan. Cilacap (diakses pada10 November 2018).
Farid W. Husain, Dkk. 2009. Pedoman instalasi pusat sterilisasi (central sterile
supply department/ cssd) di rumah sakit. ISBN 978-979-9254-70-2 Jakarta.
Departemen kesehatan RI (Diakses 13 November 2018)
G. Bachir and B. Abouni. 2015. Escherichia coli and Staphylococcus aureus most
common source of infection. Laboratory of Molecular Microbiology, Health and
proteomics, University of Sidi Bel abbes, Algeria (Diakses pada tanggal 13
November 2018).
Hasanah, Hafidatul dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Alkohol
Tape Singkong (Manihot utillssima Pohl). Vol.2, No.1 Oktober. UIN Maulana
Malik Ibrahim. (Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Hendrawati Y, Utomo S. 2017. Optimasi suhu dan waktu sterilisasi pada kualitas
susu segar di Kabupaten Boyolali. ISSN 2085-1669. Vol.9.No.2.Program studi
Teknik Kimia (Diakses 08 November 2018).
Ida B dkk. 2011. Delignifikasi Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium Hidroksida
Sebelum Proses Sakaraifikasi Secara Enzimatis Menggunakan Enzim Selulase
Kasar Dari Aspergillus Niger FNU. Vol 34. Denpasar:Jurusan Teknologi Industri
104

Pertanian,Fakultas Teknologi Pertanian Bali (Diakses pada tanggal 13 November


2018).
Juli P; Guchi H; Marbun P. 2013. Fektivitas Aspergillus niger dan Penicillium sp.
Dalam Meningkatkan Ketersediaan Fosfat dan Pertumbuhan Tanaman Jagung
Pada Tanah Andisol. Vol 1. Medan:Jurusan Agroekoteknologi.Fakultas Pertanian
Medan (Diakses pada tanggal 13 November 2018).
Mailoa, Nelce Meigy , dkk . 2014 . (Psidium Guajava L ) and Morphology Escherichia
Coli. Universitas Mkassar (Diakses Pada Tanggal 9 November 2018).

Mursalin. 2017. Analysis of Most Probable Number (mpn) of Coliform Bacteria and
Fecal Coli on Coconut Ice Sold in Makassar. Makasar: Analis Departemen
Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar. Vol.36. ISSN 2307-4531
(Diakses pada tanggal 17 November 2018).
Oseana. 2000. Pengenalan Bacillus spp. ISSN 0216-1877. Vol. xxv. No. 1. Jakarta:
LIPI (diakses pada 19 November 2018).
Ratih, Novita Praja. 2017. Isolation and Identification of Aspergillus Spp from The
Lungs of Native Chicken which Sell in Banyuwangi Market. Laboratorium
Bakteriologi dan Mikologi, Departemen Mikrobiologi Veteriner, 2 Laboratorium
Parasitologi, Departemen Parasitologi Veteriner, Vol.1. ISSN. 2581-012X.
(Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Sanjaya, Y. Nurhaeni, H.dan Halima, M. 2010. Isolasi, Identifikasi,dan Karakterisasi
Jamur Entomopatogen dari Larva Spdoptera Litura (Fabricius). Pasundan:
Program Studi Biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pasundan. Vol.12. ISSN. 1411 – 0903
(Diakses Pada Tanggal 16 November 2018).
Santi, Sintha Soraya. 2008. Pembuatan Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah Jambu
Mete oleh Khamir Saccharomyces Cerevisiae. Vol.8, No 2 Desember. UPN.
(Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Sheftiana, S, dkk. 2017. Penentuan Status Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode Indeks
Pencemaran sebagai Pengendalian Kualitas Lingkungan. Vol. 6. No. 1.
Semarang: UNDIP (diakses pada 10 November 2018).
105

Supriyati,Dyah.2009. Absorbsi Glukosa Dan Sukrosa Sebagai Sumber Karbon Utama


Oleh Komunitas MPG Pada Kondisi Anaerobik-Aerobik.Pusat Penelitian
Biologi (Diakses Pada Tanggal 9 November 2018).

TrismilahN dan Mahyudin AR.2009. Peningkatan Produksi Gas Hidrogen (H2 ) Dan
Etanol Pada Bacillus pumilus Dengan Mutasi Menggunakan Ethyl Methane
Sulfonate (EMS) Dan Seleksi Dengan Metoda Proton Suicted. Pusat Penelitian
Biologi (Diakses Pada Tanggal 9 November 2018).

Utami, Lucky Indrati. 2008. Pengambilan Minyak Kelapa dengan Proses Fermentasi
Menggunakan Saccaharomyces cereviciae Amobil. Vol.8, No.2 Desember.
UPNV. (Diakses pada tanggal 14 November 2018).
Widiyanti, Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi
Ulang di Kota Singaraja Bali. Vol. 3. No. 1. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja
(diakses pada 28 November 2018)
Wijaya, Raden Chandra. 2015. Perancangan Alat Perhitungan Bakteri. Yogyakarta:
Teknik Elektro - Fakultas Sains & Teknologi - Universitas Respati
Yogyakarta. Vol. 10. ISSN 1907-2430 (Diakses pada tanggal 17 November
2018).
Yunita,Merisa. 2014. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan
(Aerofood ACS) Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count)
Dengan Metode Pour Plate. Malang: Jurusan Keteknikan Pertanian – Fakultas
Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya malang. Vol.03 (Diakses pada
tanggal 15 November 2018).

Anda mungkin juga menyukai