Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

SISTEM KOLOID

7.1. Tujuan Percobaan


- Mengetahui dan membedakan cara pembuatan koloid secara disperse dan
kondensasi
7.2. Tinjauan Pustaka
Koloid merupakan campuran dua zat, yang terdiri dari fase terdispersi dan
medium. Fase terdispersi merupakan zat yang didispersikan, sedangkan medium
pendispersi merupakan medium yang digunakan untuk mendispersikan. Partikel koloid
mempunyai ukuran yang lebih besar dari partikel larutan dan dan lebih kecil dari
partikel suspensi (ningsih dkk, 2001).
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi (suspensi = campuran kasar). Sistem koloid mempunyai sifat-sifat
khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Sistem koloid perlu dipelajari
karena berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah
sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid;
cat, obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid (Suryani,
2005).
Sifat-sifat koloid dibedakan menjadi beberapa sifat, sebagai berikut :
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall yaitu penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Contohnya sorot
lampu mobil pada udara yang berkabut.
2. Gerak Brown
Gerakan zig-zag dari partikel koloid dalam medium pendispersi disebut dengan
gerak brown.
3. Muatan Koloid, meliputi elektroforesis dan adsorpsi.
Elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik.
Partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju katoda, dan sebaliknya.
Sedangkan adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada
permukaan zat. Sifat adsorpsi dari Sistem koloid dapat kita manfaatkan antara lain,
pada proses penyembuhan sakit perut (diare) oleh serbuk karbon (norit) dan proses
pemutihan gula pasir.

56
57

4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid membentuk endapan. Apabila
koagulasi terjadi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi
dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, dan pencampuran koloid yang berbeda muatan.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi atau penggumpalan. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
6. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion terlarut. Koloid dimasukkan ke dalam
kantong yang terbuat dari selaput semi permiabel yaitu selaput yang dapat dilewati
molekul atau ion tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid.
7. Koloid liofil dan koloid liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarikmenarik yang
cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan
(Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob
jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak
suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi
yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut
koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil yaitu : sabun, detergen,
agar-agar, kanji, dan gelatin. Sedangkan contoh dari koloid hidrofob yaitu: sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam (Qudsiyah, 2013).
58

Tabel 7.1 Beberapa sifat sistem koloid


No Sol hidrofob Sol hidrofil
.
1. Viskositas sol hampir sama Viskositasnya jauh lebih tinggi daripada
dengan viskositas medium. viskositas medium, sol mengeras menjadi
Misalnya: sol dari logam, perak massa yang menyerupai selai, sering
halida, hidroksida logam, dan dinamakan gel (koagel). Contoh: sol dari
barium sulfat. asam silikat, timah (IV), gelatin, kanji
dan protein.
2. Elektrolit dalam jumlah yang Elektrolit dalam jumlah kecil mempunyai
relatif sedikit sekali, efek sedikit sekali, dalam jumlah banyak
menimbulkan flokulasi. menyebabkan pengendapan,
Perubahan-perubahan umumnya penggaraman. Perubahan umumnya
adalah tak reversibel, air tak reversibel dengan penambahan air.
mempunyai efek atas flokulan.
3. Biasanya, partikel-partikel Partikel-partikel dengan mudah dapat
mempunyai muatan listrik dengan berubah muatannya, misalnya mereka
tanda muatan tertentu, yang bermuatan positif dalam medium asam
hanya bisa diubah dengan dan bermuatan negatif dalam medium
metode-metode khusus. Partikel- basa. Partikel-partikel yang bermuatan
partikel bermigrasi kesatu arah juga dikenal. Partikel-partikel bisa
dalam medan listrik (kataforesis bermigrasi ke salah satu arah atau tidak
atau elektroforesis). sama sekali dalam medan listrik.
4. Ultra-mikroskop memperlihatkan Hanya cahaya difus yang terlihat dalam
pertikel-partikel terang dalam ultra-mikroskop.
gerakan-gerakan yang kuat
(gerakan brown).
5. Tegangan permukaannya hampir Tegangan permukaanya sering lebih
sama dengan tegangan rendah daripada tegangan permukaan air,
permukaan air. busa-busa sering mudah terjadi.
Sumber : G. Svehla, 1979
59

Berdasarkan fase terdispersi dam medium pendispersinya, koloid dapat dibedakan


menjadi delapan golongan, seperti pada tabel berikut:
Tabel 7.2 Jenis-jenis Koloid
Fase Medium Jenis
terdispersi pendispersi Koloid Contoh

Gas Cair Buih Busa sabun, Krim kocok


Gas Padat Buih padat Batu apung, Karet busa
Cair Gas Aerosol cair Kabut, Awan
Cair Cair Emulsi Susu, Santan
Cair Padat Emulsi padat Mentega, Keju
Padat Gas Aerosol padat Asap, Debu
Padat Cair Sol Sol emas, Tinta
Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, Intan
hitam

Elektrolit dalam jumlah kecil mempunyai efek sedikit sekali, dalam jumlah
banyak menyebabkan pengendapan, penggaraman. Perubahan umumnya reversibel
dengan penambahan air. Partikel-partikel dengan mudah dapat berubah muatannya,
misalnya mereka bermuatan positif dalam medium asam dan bermuatan negatif dalam
medium basa. Partikel-partikel yang bermuatan juga dikenal. Partikel-partikel bisa
bermigrasi ke salah satu arah atau tidak sama sekali dalam medan listrik. Tegangan
permukaanya sering lebih rendah daripada tegangan permukaan air, busa-busa sering
mudah terjadi (Svehla, 1979).
Mengingat besarnya ukuran partikel-partikel terdispersi dalam sistem koloid
tertentu maka sistem ini tidak dapat dibuat dengan cara yang sama seperti membuat
larutan sejati. Selain itu satu syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan sistem koloid
yaitu fase yang terdispersi tidak boleh larut dalam medium pendispersi atau sebaliknya.
Secara umum ada dua cara untuk membuat sistem koloid yaitu cara kondensasi dan
dispersi.
a. Cara Kondensasi
Dalam cara ini, ion-ion, atom-atom dan molekul-molekul yang lebih kecil ukurannya
dari ukuran partikel koloid diperbesar menjadi partikel-partikel sebesar partikel
koloid. Kondensasi umumnya merupakan hasil dari suatu reaksi kimia. Reaksi kimia
60

yang menghasilkan kondensasi yaitu reaksi pemindahan, reaksi hidrolisis, dan reaksi
redoks. Contoh dari reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Pemindahan
Sol As2S3 dapat dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit
yang sangat encer pada suhu tertentu.
2H AsO
2 3(aq) + 3H2S(g) → 6H2O(l) + As2S3(s)
(Hidrogen arsenic) (Asam sulfida) (Air) (Arsenic trisulfide)

2. Reaksi Hidrolisis
FeCl 3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
(Ferric klorida) (Air) (ferric (III) iron hydroxide) (Asam klorida)

3. Reaksi Redoks
2H S
2 (g) + SO2(g) → 2H2O(aq) + S(s)
(Hidrogen sulfida) (Sulfur dioxida) (Air) (Belerang)

b. Cara Dispersi
Pembuaatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara mengubah
partikel-partike kasar menjadi partikel yang berukuran koloid. Cara ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan penggiling koloid. Zat yang telah digiling halus
didispersikan ke dalam cairan, contohnya adalah pembuatan tinta. Dispersi koloid
logam dapat dibuat dengan cara busur Bredig, yaitu dengan mencelupkan dua kawat
logam ke dalam air, kemudian diberikan loncatan listrik diantara ujung kedua kawat
itu. Panas yang timbul mula-mula menguapkan logam, kemudian logam tersebut
mengalami kondensasi dan membentuk partikel koloid. Cara dispersi yang lain yaitu
dengan peptisasi. Menurut cara ini partikel endapan yang kasar dipecah-pecah
menjadi partikel koloid dengan penambahan suatu elektrolit. Dispersi koloid
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan larutan sejati. Beberapa sifat yang hanya
dapat ditunjukkan oleh dispersi koloid yaitu efek Tyndall, gerak Brown,
elektroforesis, dan adsorpsi.
Dalam kenyataannya, banyak hasil dari produk industri yang diperlukan dalam
kehidupan sekarang ini berupa zat-zat yang berupa koloid, baik sebagai bahan makanan,
bahan bangunan, maupun produk-produk lain. Contoh sistem koloid yang berupa bahan
makanan, yaitu susu, mayones, margarin, krim salad, dan jeli. Dalam bahan bangunan,
misalnya cat tembok, cat kayu, cat besi, lem kaca, lem kayu, dan lem plastik. Dalam
industri farmasi, contohnya kapsul dari gelatin dan emulsi obat-obatan yang distabilisasi
dengan protein (Ariyani, 2006).
61

7.3. Tinjauan Bahan


A. Aquadest
- rumus molekul : H2O
- berat molekul : 18,02 gram/mol
- bentuk fisik : cairan tak berwarna
- titik didih : 100 oC
- densitas : 1 g/cm3
- pH :7
B. Sulfur
- rumus molekul :S
- berat molekul : 32,06 gram/mol
- bentuk fisik : kristal kuning atau serbuk
- titik lebur : 119 oC
- titik didih : 444,6 oC
- densitas : 2,06 g/cm3
C. Etanol 95%
- rumus molekul : C2H5OH
- berat molekul : 46,07 gram/mol
- bentuk fisik : cairan tak berwarna
- titik lebur : -117 oC
- titik didih : 78 oC
- densitas : 81 g/cm3
D. Ferric klorida
- rumus molekul : FeCl3
- berat molekul : 162,20 gram/mol
- bentuk fisik : cairan dan berwarna kemerahan
- titik didih : 106 oC
- densitas : 1,26-1,48 g/cm3
- pH : <1,0
62

E. Sukrosa
- rumus molekul : C12H22O11
- berat molekul : 342,3 g/mol
- bentuk fisik : padatan
- rasa : manis
- warna : putih
- titik didih : 186 oC (366,8 oF)
- densitas : 1,587 g/cm3
F. Kalsium Asetat
- rumus molekul : C4H6CaO4
- berat molekul : 158,11 gram/mol
- bentuk fisik : padatan (padatan kristal)
- warna : putih
- densitas : 1,5 g/cm3
7.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Batang pengaduk - Agar-agar
- Beaker glass - Alkohol 95% (C2H5OH)
- Cawan porselen - Aquadest (H2O)
- Gelas ukur - Gula pasir (C12H22O11)
- Mortar dan stamper - Kalsium asetat (C4H6CaO4)
- Pipet tetes - Larutan Ferric klorida (FeCl3)
- Rak tabung reaksi - Larutan sabun
- Tabung reaksi - Minyak tanah
- Waterbath - Serbuk belerang (S)
7.5. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan sol dengan cara disperse
a. sol belerang dalam air
- Mencampurkan 2 gram bagian gula dengan 2 gram bagian serbuk belerang,
dan dihaluskan dalam cawan porselan
- Mengambil 2 gram dari campuran pertama, ditambahkan dengan 2 gram
bagian gula dan dihaluskan dalam cawan porselen
63

- Mengulangi langkah nomor 2 sampai 4x pengulangan


- Mengambil 2 gram campuran keempat dan dimasukkan ke dalam
Beakerglass 100 mL yang berisi 50 mL Aquadest, diamati hasilnya.
b. Pembuatan sol dengan cara kondensasi
- Menimbang agar-agar sebanyak 2 gram dan dilarutkan kedalam
Beakerglass 400 mL yang berisi 250 mL Aquadest mendidih.
B. Pembuatan sol dengan cara kondensasi
- Memanaskan 50 mL Aquadest dalam Beakerglass 100 mL sampai mendidih
- Menambahkan larutan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk hingga
terjadi perubahan warna merah kecoklatan, amati hasilnya.
C. Pembuatan Emulsi
- Memasukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air kedalam tabung reaksi,
guncangkan tabung reaksi dengan keras setelah terlebih dahulu disumbat
dengan tutup gabus atau karet.Diletakkan pada rak tabung.
- Memasukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL air dan tambahkan 15 tetes larutan
sabun kedalam tabung reaksi, guncangkan tabung reaksi dengan keras setelah
terlebih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Diletakkan pada rak
tabung.
- Mengamati perubahan pada kedua tabung reaksi.
D. Pembuatan gel kalsium asetat alcohol
- Memasukkan 10 mL larutan kalsium asetat jenuh kedalam gelas ukur 10 mL
- Menuangkan 60 mL alcohol 95% kedalam gelas ukur 100 mL
- Menuangkan kedua gelas ukur secara bersamaan kedalam cawan porselen,
hasil campuran merupakan gel
- Mengambil sedikit gel dan dimasukkan kedalam cawan porselen lain,
kemudian dibakar. Diamati perubahannya.
64

7.6. Data Pengamatan


Tabel 7.3 Data Pengamatan Sistem Koloid
Perlakuan Pengamatan
A. Pembuatan Sol Dengan Cara Dispersi
a.Sol belerang dalam air
1. Gula + belerang dihaluskan campuran 1 - Bentuk: serbuk
- Warna : kuning
- Bau : khas belerang
2. Pengulangan (1) sebanyak 4× - Bentuk: serbuk
pengulangan campuran 4 - Warna : putih
- Bau : khas belerang
3. Campuran 4 + Aquadest Lar. 1 - Bentuk: larutan
- Warna : keruh, ada endapan
- Bau : khas belerang

b. Sol agar-agar dalam air


- Bentuk: cairan
1. Aquadest Lar.1
- Warna : bening
- Bau : tidak berbau
2. Larutan 1 + Agar-agar Lar.2
- Bentuk: cair , ada endapan
- Warna : bening
- Bau : tidak berbau
B. Pembuatan Sol Dengan Cara Kondensasi
1. Aquadest (mendidih) Lar 1 - Bentuk: cairan
- Warna : bening
- Bau : tidak berbau
2. Lar.1 + FeCl3 (setetes demi tetes) Lar - Bentuk: cairan
2 - Warna : merah kecoklatan
- Bau : tidak berbau
C. Pembuatan Emulsi
1. Minyak tanah + Aquadest Lar 1 - Bentuk: cairan
- Warna : bening, coklat
- Bau : minyak tanah

- Bentuk: cairan , terdapat busa


65

2. Minyak tanah + Aquadest + Lar.Sabun - Warna : bening, coklat muda


Lar.2 - Bau : minyak tanah
D. Pembuatan Gel Kalsium Asetat Alkohol
Larutan kalsium asetat + alkohol 95% - Bentuk: gel
- Warna : putih
- Bau : tidak berbau

7.7. Dokumentasi

Gambar 7.1 Sol belerang dalam air Gambar 7.2 Sol agar-agar dalam air

Gambar 7.3 Emulsi Gambar 7.4 Sol secara kondensasi (I)

Gambar 7.5 Sol secara kondensasi (II) Gambar 7.6 Gel kalsium asetat alkohol

7.8. Pembahasan
- Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
66

Pembuatan koloid dengan cara dispersi adalah pemecahan partikel-partikel


kasar menjadi partikel koloid yang lebih halus. Dalam percobaan ini khususnya
pada pencampuran gula dan belerang, sol belerang dibuat dengan cara
menggerus serbuk belerang bersama gula pasir, kemudian mencampur serbuk
tersebut dengan air. Dari penjelasan tersebut dapat dibuktikan bahwa hasil
percobaan sesuai dengan teori pembuatan koloid secara disperse yaitu dengan
cara mekanik.
- Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi adalah penggabungan partikel-
partikel koloid halus menjadi partikel yang lebih kasar. Dalam percobaan ini
ditambahkan larutan FeCl3 dalam Aquadest mendidih, terjadi perubahan warna
larutan menjadi merah kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori pembuatan
koloid dengan cara kondensasi yaitu hidrolis.
- Pembuatan Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem yang heterogen atau semi heterogen yang terdiri
atas satu jenis cairan yang terdispersi di dalam cairan yang lain. Dalam
percobaan, ketika minyak dan Aquadest dicampurkan begitu pula ketika
minyak, Aquadest, dan larutan sabun dicampurkan, larutan minyak terdispersi
dalam Aquadest, begitu juga dengan larutan minyak yang juga terdispersi
dalam larutan sabun. Hal ini membuktikan bahwa emulsi terjadi dalam
pencampuran minyak dan sabun.
- Pembuatan Gel Kalsium Asetat Alkohol
Gel adalah partikel koloid liofil yang setengah kaku (berupa zat padat) dan
terdiri atas partikel-partikel koloid atau kristal-kristal yang saling berkaitan
dengan membentuk jaringan. Dalam percobaan, ketika larutan kalsium asetat
dicampurkan dengan alkohol, larutan membentuk gel/padatan. Dari penjelasan
tersebut dapat dibuktikan bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori
pembuatan gel.

7.9. Kesimpulan
67

Pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara disperse dan
kondensasi. Pembuatan koloid secara disperse dengan cara pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi partikel halus (cara mekanik), sedangkan pembuatan koloid dengan cara
kondensasi yaitu dengan penggabungan partikel-partikel halus menjadi partikel yang
lebih kasar (cara hidrolisis).

Anda mungkin juga menyukai