SISTEM KOLOID
56
57
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid membentuk endapan. Apabila
koagulasi terjadi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi
dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, dan pencampuran koloid yang berbeda muatan.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi atau penggumpalan. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
6. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion terlarut. Koloid dimasukkan ke dalam
kantong yang terbuat dari selaput semi permiabel yaitu selaput yang dapat dilewati
molekul atau ion tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid.
7. Koloid liofil dan koloid liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarikmenarik yang
cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan
(Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob
jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak
suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi
yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut
koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil yaitu : sabun, detergen,
agar-agar, kanji, dan gelatin. Sedangkan contoh dari koloid hidrofob yaitu: sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam (Qudsiyah, 2013).
58
Elektrolit dalam jumlah kecil mempunyai efek sedikit sekali, dalam jumlah
banyak menyebabkan pengendapan, penggaraman. Perubahan umumnya reversibel
dengan penambahan air. Partikel-partikel dengan mudah dapat berubah muatannya,
misalnya mereka bermuatan positif dalam medium asam dan bermuatan negatif dalam
medium basa. Partikel-partikel yang bermuatan juga dikenal. Partikel-partikel bisa
bermigrasi ke salah satu arah atau tidak sama sekali dalam medan listrik. Tegangan
permukaanya sering lebih rendah daripada tegangan permukaan air, busa-busa sering
mudah terjadi (Svehla, 1979).
Mengingat besarnya ukuran partikel-partikel terdispersi dalam sistem koloid
tertentu maka sistem ini tidak dapat dibuat dengan cara yang sama seperti membuat
larutan sejati. Selain itu satu syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan sistem koloid
yaitu fase yang terdispersi tidak boleh larut dalam medium pendispersi atau sebaliknya.
Secara umum ada dua cara untuk membuat sistem koloid yaitu cara kondensasi dan
dispersi.
a. Cara Kondensasi
Dalam cara ini, ion-ion, atom-atom dan molekul-molekul yang lebih kecil ukurannya
dari ukuran partikel koloid diperbesar menjadi partikel-partikel sebesar partikel
koloid. Kondensasi umumnya merupakan hasil dari suatu reaksi kimia. Reaksi kimia
60
yang menghasilkan kondensasi yaitu reaksi pemindahan, reaksi hidrolisis, dan reaksi
redoks. Contoh dari reaksi-reaksi ini adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Pemindahan
Sol As2S3 dapat dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan asam arsenit
yang sangat encer pada suhu tertentu.
2H AsO
2 3(aq) + 3H2S(g) → 6H2O(l) + As2S3(s)
(Hidrogen arsenic) (Asam sulfida) (Air) (Arsenic trisulfide)
2. Reaksi Hidrolisis
FeCl 3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
(Ferric klorida) (Air) (ferric (III) iron hydroxide) (Asam klorida)
3. Reaksi Redoks
2H S
2 (g) + SO2(g) → 2H2O(aq) + S(s)
(Hidrogen sulfida) (Sulfur dioxida) (Air) (Belerang)
b. Cara Dispersi
Pembuaatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan cara mengubah
partikel-partike kasar menjadi partikel yang berukuran koloid. Cara ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan penggiling koloid. Zat yang telah digiling halus
didispersikan ke dalam cairan, contohnya adalah pembuatan tinta. Dispersi koloid
logam dapat dibuat dengan cara busur Bredig, yaitu dengan mencelupkan dua kawat
logam ke dalam air, kemudian diberikan loncatan listrik diantara ujung kedua kawat
itu. Panas yang timbul mula-mula menguapkan logam, kemudian logam tersebut
mengalami kondensasi dan membentuk partikel koloid. Cara dispersi yang lain yaitu
dengan peptisasi. Menurut cara ini partikel endapan yang kasar dipecah-pecah
menjadi partikel koloid dengan penambahan suatu elektrolit. Dispersi koloid
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan larutan sejati. Beberapa sifat yang hanya
dapat ditunjukkan oleh dispersi koloid yaitu efek Tyndall, gerak Brown,
elektroforesis, dan adsorpsi.
Dalam kenyataannya, banyak hasil dari produk industri yang diperlukan dalam
kehidupan sekarang ini berupa zat-zat yang berupa koloid, baik sebagai bahan makanan,
bahan bangunan, maupun produk-produk lain. Contoh sistem koloid yang berupa bahan
makanan, yaitu susu, mayones, margarin, krim salad, dan jeli. Dalam bahan bangunan,
misalnya cat tembok, cat kayu, cat besi, lem kaca, lem kayu, dan lem plastik. Dalam
industri farmasi, contohnya kapsul dari gelatin dan emulsi obat-obatan yang distabilisasi
dengan protein (Ariyani, 2006).
61
E. Sukrosa
- rumus molekul : C12H22O11
- berat molekul : 342,3 g/mol
- bentuk fisik : padatan
- rasa : manis
- warna : putih
- titik didih : 186 oC (366,8 oF)
- densitas : 1,587 g/cm3
F. Kalsium Asetat
- rumus molekul : C4H6CaO4
- berat molekul : 158,11 gram/mol
- bentuk fisik : padatan (padatan kristal)
- warna : putih
- densitas : 1,5 g/cm3
7.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- Batang pengaduk - Agar-agar
- Beaker glass - Alkohol 95% (C2H5OH)
- Cawan porselen - Aquadest (H2O)
- Gelas ukur - Gula pasir (C12H22O11)
- Mortar dan stamper - Kalsium asetat (C4H6CaO4)
- Pipet tetes - Larutan Ferric klorida (FeCl3)
- Rak tabung reaksi - Larutan sabun
- Tabung reaksi - Minyak tanah
- Waterbath - Serbuk belerang (S)
7.5. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan sol dengan cara disperse
a. sol belerang dalam air
- Mencampurkan 2 gram bagian gula dengan 2 gram bagian serbuk belerang,
dan dihaluskan dalam cawan porselan
- Mengambil 2 gram dari campuran pertama, ditambahkan dengan 2 gram
bagian gula dan dihaluskan dalam cawan porselen
63
7.7. Dokumentasi
Gambar 7.1 Sol belerang dalam air Gambar 7.2 Sol agar-agar dalam air
Gambar 7.5 Sol secara kondensasi (II) Gambar 7.6 Gel kalsium asetat alkohol
7.8. Pembahasan
- Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
66
7.9. Kesimpulan
67
Pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara disperse dan
kondensasi. Pembuatan koloid secara disperse dengan cara pemecahan partikel-partikel
kasar menjadi partikel halus (cara mekanik), sedangkan pembuatan koloid dengan cara
kondensasi yaitu dengan penggabungan partikel-partikel halus menjadi partikel yang
lebih kasar (cara hidrolisis).