Anda di halaman 1dari 30

ISSUE TERKINI TENTANG LOTUS BIRTH DAN

EVIDENCE BASED DALAM KEBIDANAN

TUGAS STUDY KASUS

Disusun oleh:

NENG YUSI SAMYAH


NIM. 200501.077.077

STIKES BHAKTI PERTIWI INDONESIA


PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Profesi Kebidanan Stikes
Bhakti Pertiwi Indonesia.

Dalam mengerjakan tugas ini kami mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Bogor,10 Oktober 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan meliputi asuhan prakonsepsi, antenatal, intranatal,


neonatal, nifas, keluarga berencana, premenopause, pascamenopause. Dalam
pelaksanaannya, bidan bekerja dalam sistem pelayanan yang memberi konsultasi,
manajemen kolaborasi, dan rujukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan
klien. Kehamilan, persalinan dan nifas adalah suatu kondisi yang normal, namun
memerlukan pengawasan supaya tidak berubah menjadi yang abnormal (Purwandari,
2009).

Menurut World Health Organization (WHO), 2015 jumlah AKI dan AKB di
Indonesia sangat tinggi. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup, belum mencapai target MDGs sebesar 102per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan AKB di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 24 per 1.000
kelahiran hidup, belum mencapai target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Target global SDGs (Sustainable Development Goals) 2030 adalah menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70 per 100.000 Kelahiran Hidup, menurunkan
Angka Kematian Bayi (AKB) hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka
kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup(Kemenkes RI,2017).

Faktor yang mempengaruhi kurangnya capaian tersebut dikarenakan bumil

yang kontak dengan petugas kesehatan banyak yang tidak pada trimester pertama

(K1murni) sehingga masih perlu kunjungan rumah yang lebih intensif oleh bidan.

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah

dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu, sikap terhadap pemilihan penolong

persalinan, serta jangkauan kepelayanan kesehatan (Nurhapipa,2015). Ibu yang

berpengetahuan rendah merasa dirinya dan bayinya sehat serta tidak mempunyai

keluhan atau masalah pada nifasnya, sehingga menyebabkan ibu enggan untuk

memeriksakan diri pada masa nifas ke pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Rendahnya peran serta suami dalam penggunaan alat kontrasepsi

mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi (Julian dan Maria, 2012).


Pemahaman tentang konsep dasar asuhan kehamilan dan persalinan sangat

diperlukan oleh bidan sebagai dasar pengetahuan bidan. Adapun  dalam hal ini akan

membahas issu terkini tentang persalinan dengan Lotus Birth dan evidence based

kebidanan.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu
bersalin, dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

B. Tujuan Khusus

Memahami konsep dasar asuhan persalinan dengan metode lotus birth.

1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan, serta bahan dalam penerapan Ilmu Kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. EVIDENCE BASE

a. Evidence Base Praktik Kebidanan


1. Pengertian Evidence Base
Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka Evidence berarti bukti
atau fakta sedangkan Base berarti dasar, jadi evidence base adalah proses
sistematis untuk mencari, menilai, dan menggunakan hasil penelitian sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
2. Manfaat Evidence Base
Manfaat yang dapat di peroleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
 Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah
 Meningkatkan kompetensi
 Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan
asuhan yang bermutu.
 Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Tingkatan Evidence Base


Quality : Type Of Evidence
Tidak semua EBM dapat langsung diaplikasikan oleh semua professional
kebidanan di dunia. Oleh karena itu bukti ilmiah tersebut harus ditelaah terlebih
1a : Systematic review of randomized controlled trials
dahulu, mempertimbangkan manfaat dan kerugian serta kondisi setempat
(best)
seperti budaya, kebijakan dan lain sebagainya.
1b : Individual randomized controlled trials with narrow
confidence interval
4. Evidence
1C : All or one case series (when all patients died before a Base Dalam
new therapy was introduced but     patient receiving the Praktik
new therapy now survive) Kebidanan
terkini
2a : Systematic review of cohort studies menurut
proses
reproduksi
2b : Individual study or randomized controlled trials with
<80% follow up

2c : outcome research: ecological studies

3a :Systematic review of case –control studies

3b : Individual case –control study

4 : Case series

5 : Expert opinion
(worse)

 Evidence Base – ANC

Tabel 2.1 Evidence Base-ANC

Kebiasaan Keterangan

Diet rendah garam untuk Hipertensi bukan karena retensi


mengurangi hipertensi garam
Membatasi hubungan seksual Dianjurkan untuk memakai
untuk mencegah abortus dan kondom, ada sel semen yang
kelahiran prematur mengandung prostaglandin tidak
kontak langsung dengan organ
reproduksi yang dapat memicu
kontraksi uterus
Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-
mencegah kram pada kaki mata disebabkan oleh
kekurangan kalsium
Diet untuk mencegah bayi besar Bayi besar disebabkan oleh
gangguan metabolisme pada ibu
seperti diabetes melitus
Sumber : Walyani, 2015.
 Evidence Base INC dan PNC

Tabel 2.2 Evidence Base INC dan PNC

Kebiasaan Keterangan

Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi


tidak menghentikan perdarahan,
bahkan perdarahan tetap terjadi dan
dapat menyebabkan infeksi

Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau


selanjutnya penggunaan gurita akan
menyebabkan kesulitan
pemantauan involusi rahim
Memisahkan ibu dan Bayi benar-benar siaga selama 2
bayi jam pertama setelah kelahiran. Ini
merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan kontak kulit ke kulit untuk
mempererat bonding attachment serta
keberhasilan pemberian ASI

Sumber : Walyani, 2015.


B. PERSALINAN

1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2013).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks. Masa kehamilan
dimulai dari konsepsi, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sukarni, Margareth, 2013).
Persalinan normal adalah periwtiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari dalam
uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa menggunakan alat,
pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500
gram atau lebih dengan lama persalinan kurang dari 24 jamyang dibantu dengan
kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan (Sujiyatini dkk, 2011).

2. Jenis Persalinan
Menurut (Manuaba,2013), jenis persalinan di bagi menjadi:
 Persalinan Spontan : bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
 Persalinan Buatan :bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
 Persalinan Anjuran :bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.

3. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


 Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
 Passanger (janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin (Sumarah dkk, 2010).
 Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan
volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya
persalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong,
yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan
kontraksi involunter. Kekuatan primer membuat serviks menipis dan berdilatasi
dan terjadi penurunan janin. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat
mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Kekuatan sekunder
tidak mempengaruhi dilatasi servik, tetapi setelah dilatasi servik lengkap
(Sumarah dkk,2010).

4. Fisiologi Persalinan
Persalinan dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I persalinan
mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan
durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progesif. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap
dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala tiga persalinan dimulai segera
setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban janin (Saifuddin, 2009).

5. Mekanisme Persalinan
Menurut Varney, Kriebs dan Gegor (2008) engagement dan penurunan
merupakan dua mekanisme persalinan. Mekanisme persalinan adalah
gerakan posisi yang dilakukan janin untuk menyesuaikan diri terhadap
pelvis ibu. Dalam upaya mengevaluasi kemajuan janin melalui pelvis,
skrining untuk komplikasi yang berkembang dan fasilitasi kelahiran secara
tepat penting dilakukan agar benar-benar diketahui mekanisme persalinan
dengan setiap presentasi, posisi dan variasi janin.
Gerakan utama dalam mekanisme persalinan Varney, Kriebs dan
Gegor (2008) :
1) Penurunan
Penurunan terjadi selama persalinan dan oleh karena itu
diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.
Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan, termasuk
kontraksi (yang memperkuat tulang belakang janin,
menyebabkan fundus langsung menempel pada bokong) dan
pada kala dua, dorongan yang dapat dilakukan ibu karena
kontraksi otot-otot abdomen. Menurut Saifuddin (2009)
masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak
lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin
miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus
posterior.
Menurut Neagele apabila arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
Untuk lebih jelasnya proses masuknya kepala janin dalam
pintu atas panggul dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 2.7
Asinklitismus
Posterior

Sumber : Saifuddin, A. B. 2014.


Gambar 2.8
Asinklitismus
anterior

Sumber : Saifuddin, A. B. 2014.

Gambar
2.9
Sinklitism
us

Sumber : Saifuddin, A. B. 2014.


2) Fleksi
Fleksi merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan
labih lanjut. Melalui mekanisme ini, diameter suboksipito
bregmatik yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala
janin yang lebih besaryang terjadi ketika kepala janin tidak
dalam keadaan fleksi sempurna. Fleksi terjadi ketika kepala
janin bertemu dengan tahanan, tahanan ini mneingkat ketika
terjadi penurunan dan yang pertama kali ditemui adalah dari
serviks, kemudian dari sisi-sisi dinding pelvis dan akhirnya
dasar pelvis.
3) Rotasi internal kepala
Rotasi internalmenyebabkan diameter anteroposterior
kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior
pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah oksiput berotasi ke bagian
anterior pelvis ibu, dibawah simpisis pubis. Jika rotasi internal
belum terjadi pada saat kepala janin mencapai dasar pelvis,
rotasi internal akan segera terjadi.
4) Ekstensi kepala
Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk
mengeluarkan oksiput-anterior. Ekstensi harus terjadi ketika
oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada
dasar pelvis yang membentuk sumbu Carus, yang mengarahkan
kepala ke atas menuju pintu bawah vulva. Daerah suboksipital
atau tengkuk, mengenai bagian bawah simpisis pubis dan
bertindak sebagai titk putar. Kepala janin ini diposisikan
sehingga tekanan selanjutnya dari uterus yang berkontraksi dan
dorongan ibu menyediakan keleluasan kepala pada saat
orifisium vulvovagina terbuka. Dengan demikian, kepala
dilahirkan dengan ekstensi seperti oksiput, sutura sagital,
fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut dan dagu secara
berurutan muncul dari perineum.
5) Restitusi
Restitusi adalah rotasi kepala 45 derajat baik kearah kanan
maupun kiri, bergantung pada arah dari tempat kepala berotasi
ke posisi oksiput-anterior. Dampaknya, restitusi tidak memutar
leher dan membuat kepala sekali lagi berada pada sudut yang
tepat dengan bahu.
6) Rotasi internal bahu dengan fleksi lateral
Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui
sumbu Carus. Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisium
vulvovagina, yang menyentuh dibawah simpisis pubis, bahu
posterior kemudian menggembungkan perineum dan lahir
dengan fleksi lateral.setelah bahu lahir, bagian badan yang
tersisa mengikuti sumbu Carus dan segera lahir.

Cara melahirkan bahu dapat dilihat dalam gambar 2.16


sebagai berikut :

Gambar 2.10
Kelahiran
Bahu

Sumber : JNPK-KR. 2017.

Setelah bahu lahir, selanjutkan melahirkan tubuh bayi


dengan sangga susur dapat dilihat dalam gambar 2.11 :

Gambar 2.11
Melahirkan Tubuh
Bayi
Sumber : JNPK-KR. 2017.
6. Standar Asuhan Persalinan
Menurut Walyani (2015), terdapat 4 standart pelayanan persalinan yaitu:

1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai, kemudian


memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
Hasil:
Meningkatkan persalinan ditolong bidan, Berkurangnya AKI
akibat partus lama, Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat
yg memadai dan tepat waktu.
2) Standar10 : Persalinan Kala II yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan
tradisisetempat.
Hasil:
Persalinan bersih dan aman, Meningkatkan kepercayaan
terhadap bidan, Menurunan komplikasi, Menurunnya sepsis
peurperalis.
3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
Hasil:
Ibu dengan resiko perdarahan post partum primer mendapatkan
penangan yang memadai , Menurunkan kejadian perdarahan post
portum akibat salah penanganan kala 3.

4) Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui


Episiotomi Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada
kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman
untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
Hasil:
Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat, Penurunan
kejadian lahir mati pada kala II, Penurunan kejadian sepsis
puerperalis.
7. Asuhan Persalianan
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami
b) Umur : Semakin tua usia seorang ibu akan berpengaruh
terhadap kekuatan mengejan selama proses persalinan.
Menurut Varney, dkk (2007), usia di bawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah
komplikasi. Usia 20 tahun meningkatkan insiden pre-
eklamsia dan usia 35 tahun meningkatkan insiden diabetes
militus tipe II, Hipertensi kronis, persalinan lama pada
nulipara, seksio secaria, persalinan prematur, IUGR, anomali
kromosom, dan kematian janin.
c) Suku/ bangsa : asal daerah dan bangsa seorang ibu
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan
dan adat istiadat.
d) Agama : untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai
dengan keyakinannya.

e) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual ibu


sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan komunikasi
termasuk dalam hal pemberian konseling sesuai dengan
pendidikan terakhir.
f) Pekerjaan : status ekonomi seorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizi. Hal ini dikaitkan dengan berat badan
hanin saat lahir. Jika tingkat ekonomi yang rendah, maka
kemingkinan bayi lahir dengan berat badan rendah.
g) Alamat : Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama : Rasa sakit pada perut pinggang akibar
kontraksi yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluarnya
lendir darah dari jalan lahir, merupakan tanda dan gejala
persalinan, yang akan di keluhkan oleh ibu menjelang akan
bersalin.
3) Pola nutrisi : Bertujuan untuk mengkaji cadangan energi dan
status cairan ibu serta dapat memberikan informasi pada ahli
anestesi jika pembedahan di perlukan ( Varney dkk, 2007 )
4) Pola Eliminasi : Saat persalinan akan berlangsung,
menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara rutin dan
mandiri, paling sedikit setiap 2 jam ( Varney dkk, 2007 )
5) Pola Istirahat : Pada wanita dengan usia 18 – 40 tahun
kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8 – 9 jam
(Hidayah,2014).
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.


Composmenthis adalah status kesadaran dimana ibu
mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons
yang cukup terhadap stimulasi yang di berikan
c) Keadaan Emosional : Stabil
d) Berat Badan : Bertujuan untuk menghitung penambahan
berat badan ibu
e) Tanda tanda vital : Secara garis besar, pada saat persalinan
tanda tanda vital ibu mengalami peningkatan karena
terjadi peningkatan metabolisme selama persalinan
2) Pemeriksaan Fisik
a) Muka : Muncu bintik bintik dengan ukuran yang
bervariasi pada wajah dan leher (cloasma Gravidarum)
Melanocyte Stimulating Hormon (Mochtar, 2011)
b) Mata : Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna
yang dalam keadaan normal, berwarna putih. Sedangkan
pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji
munculnya anemia atau tidak. Konjungtiva yang normal
berwarna merah muda. Selain itu, perlu dilakukan
pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur,
terhadap suatu benda untuk mendeteksi adanya
kemungkinan pre eklamsia .
c) Payudara : akibat pengaruh hormon kehamilan, payudara
menjadi lunak, membesar, vena vena di bawah kulit akan
lebih terlihat, puting payudara membesar, kehitaman dan
tegak,
areola meluas dan kehitaman serta muncul streckmark
pada permukaan kulit payudara. Menilai kesimetrisan
payudara, mendektesi kemungkinan adanya benjolan
dan mengecek pengeluaran ASI
d) Ekstremitas : Tidak ada edema, tidak ada varises, dan
reflek patella menunjukan respons positif
3) Pemeriksaan Khusus
a) Obstetri
Abdomen : Menurut Mocthar (2011), muncul garis
garis pada permukaan kulit perut (Strie Gravidarum)
dangari garis pertengahan perut (Linea gravidarum)
akibat Melanocyte Stimulating Hormon
(1) Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah
muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus uteri
dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Leopold 2, menentukan batas samping rahim
kanan dan kiri, menentukan letak punggung
janin dan pada letak lintang, menentukan letak
kepala janin. Leopold 3, menentukan bagian
terbawah janin dan menentukan apakah bagian
terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas
panggul atau masih dapat digerakkan. Leopold 4,
pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh
bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul
(Mochtar, 2011).

(2) Tafsiran Tanggal Persalinan: Bertujuan untuk


mengetahui apakah persalinannya cukup bulan,
prematur, atau postmatur.
(3) Tafsiran berat badan janin : Menurut manuaba
(2007), berat janin dapat di tentukan dengan rumus
lohson, yaitu : Jika kepala belum masuk PAP : berat
janin = (TFU – 12) 155, Jika kepala belum masuk
PAP : Berat janin = (TFU – 11) 155

(4) Askultasi denyut jantung janin normal adalah 120 –


160 x/ menit( Kemenkes RI, 2013) Bagian
Terendah: Pada akhir trimester III menjelang
persalinan, presentasi normal janin adalah
presentasi kepala dengan letak memanjang dan
sikap janin fleksi (Cunningham, dkk, 2013).
(5) Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi,
tergantung pada kala persalinan ibu tersebut.
Kontraksi pada awal persalinan mungkin hanya
berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada
persalinan kala I fase aktif berlangsung dari 45
sampai 90 detik dengan durasi rata - rata 60 detik.
Informasi mengenai kontraksi ini membantu untuk
membedakan antara kontraksi persalinan sejati dan
persalinan palsu (Varney, dkk, 2007).
b) Gynekologi
(1) Ano – Genetalia
Inspeksi: Pengaruh hormon estrogen dan
progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh
darah sehingga terjadi varises pada sekitar
genetalia. Namun tidak semua ibu hamil akan
mengalami varises pada daerah tersebut (Mochtar,
2011). Pada keadaan normal, tidak terdapat
hemoroid pada anus serta pembengkakan pada
kelenjar bartolini dan kelenjar skene. Pengeluaran
pervaginam seperti bloody show dan air ketuban
juga harus dikaji untuk memastikan adanya tanda
dan gejala persalinan (Mochtar, 2011).
(2) Vaginal Toucher : Pemeriksaan vaginal toucher
bertujuan untuk mengkaji penipisan dan
pembukaan serviks, bagian terendah, dan status
ketuban. Jika janin dalam presentasi kepala,
moulding, kaput suksedaneumdan posisi janin perlu
dikaji dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan
adaptasi janin dengan panggul ibu (Varney, dkk,
2007).

Pembukaan serviks pada fase laten berlangsung


selama 7 - 8 jam. Sedangkan pada fase aktif dibagi
menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase dilatasi
maksimal dan fase deselerasi yang masing - masing
fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2011).
(3) Kesan Panggul: Bertujuan untuk mengkaji
keadekuatan panggul ibu selama proses persalinan
(Varney, dkk, 2007). Panggul paling baik untuk
perempuan adalah jenis ginekoid dengan bentuk
pintu atas panggul hampir bulat sehingga
membantu kelancaran proses persalinan
(Prawirohardjo, 2010).

4) Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin : Selama persalinan, kadar hemoglobin
mengalami peningkatan 1,2 gr/100 ml dan akan
kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama pasca partum jika tidak kehilangan darah yang
abnormal (Varney, dkk, 2007).
b) Cardiotocography (CTG): Bertujuan untuk mengkaji
kesejahteraan janin.
c) USG: Pada akhir trimester III menjelang persalinan,
pemeriksaan USG dimaksudkan untuk memastikan
presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran berat
janin, denyut jantung janin dan mendeteksi adanya
komplikasi (Mochtar, 2011).
d) Protein Urine dan glukosa urine : Urine negative untuk
protein dan glukosa .
c. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan
nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia
kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dan janin
tunggal hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi
ibu. Rasa takut, cemas, khawatir dan rasa nyeri merupakan
permasalahan yang dapat muncul pada proses persalinan
(Varney, dkk, 2007).
d. Perencanaan
Perencanaan Rencana tindakan disusun berdasarkan
prioritas masalah dan kondisi ibu, tindakan segera, tindakan
antisipasi dan

asuhan secara komprehensif. Penilaian dan intervensi yang


akan dilakukan saat persalinan adalah sebagai berikut:
1) Kala I
a) Lakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi
ukur tanda - tanda vital ibu, hitung denyut jantung
janin, hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan
dalam, serta catat produksi urine, asetondan protein
(WHO, 2013).
b) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
c) Atur aktivitas dan posisi ibu yang nyaman.
d) Fasilitasi ibu untuk buang air kecil.
e) Hadirkan pendamping ibu seperti suami maupun
anggota keluarga selama proses persalinan.
f) Ajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
g) Berikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic
rocking, kompres hangat dingin pada pinggang,
berendam dalam air hangat maupun wangi - wangian
serta ajari ibu tentang teknik relaksasi dengan cara
menarik napas panjang secara berkesinambungan
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu.
h) Informasikan tentang perkembangan dan kemajuan
persalinan pada ibu maupun keluarga.
2) Kala II
a) Anjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat bersalin.
b) Ajari ibu cara meneran yang benar.

c) Lakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan


standar asuhan persalinan normal
3) Kala III
Lakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan
managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan
persalinan normal.
4) Kala IV
a) Lakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.

b) Fasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri,


istirahat dan nutrisi.
c) Lakukan observasi kala IV sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.

e. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan
dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada ibu.
f. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian
dicatat, dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta
ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.
1) Kala I
Telah dilakukan pengawasan menggunakan partograf,
meliputi ukur tanda - tanda vital ibu, hitung denyut jantung
janin, hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam,
serta catat produksi urine, aseton dan protein (WHO, 2013).
a) Ibu bersedia untuk makan dan minum sebagai upaya
persiapan kelahiran bayi.
b) Ibu memilih untuk jalan - jalan terlebih dahulu lalu
berbaring dengan posisi miring ke kiri.
c) Ibu bersedia untuk buang air kecil secara mandiri.
d) Suami ibu dan atau anggota keluarga ibu telah
mendampingi ibu selama proses persalinan.
e) Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi dengan
benar.
f) Telah diberikan sentuhan, pijatan, counterpressure,
pelvic rocking, kompres hangat dingin pada punggung,
berendam dalam air hangat maupun wangi - wangian
pada ibu, ibu dapat melakukan teknik relaksasi dengan
menarik napas panjang dengan baik dan benar serta ibu
merasa nyaman.
g) Ibu maupun keluarga telah mendapatkan informasi
mengenai perkembangan dan kemajuan persalinan.
2) Kala II
a) Ibu memilih posisi setengah duduk untuk melahirkan bayinya.
b) Ibu mengerti dan dapat meneran dengan benar.
c) Bayi lahir jam 10.00 WIB menangis kuat dengan jenis kelamin
laki
-laki (Hanya sebagai contoh).
3) Kala III
Plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 10.10 WIB
dengan luka padajalan lahir (Hanya sebagai contoh).

4) Kala IV
a) Luka pada jalan lahir telah didekatkan dengan teknik
penjahitan jelujur dan benang cromic.
b) Ibu bersedia untuk disibin, istirahat, makan dan minum.
c) Observasi kala IV telah dilakukan sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.

g. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara
lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau
kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam
bentuk SOAP.
1) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
2) O adalah data obyektif, mencatat hasil - hasil pemeriksaan
terhadap klien.
3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.

C. ISSU TERKINI TENTANG LOTUS BIRTH


A. Lotus birth
Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan
tali pusat terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi, tali pusat
dan plasenta yang menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu
bersalin namun dibiarkan mengering dan lalu terputus sendiri.(Yulianna,
2019)
Isu Terkini dalam praktik kebidanan yang sangat fenomenal
adalah lotus birth yang membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang
membanggakan sejawat di seluruh dunia. Lotus Birth, atau tali pusat yang
tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang tidak diklem
dan lahir secara utuh, dari pada ikut menghalangi proses fisiologis normal
dalam perubahan Wharton’s jelly yang menghasilkan pengkleman internal
alami dalam 10-20 menit pasca persalinan.
Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya penyatuan
atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi,

b. Manfaat Lotus Birth


Beberapa manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :
1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya
perpanjangan aliran darah ibu ke janin.
2. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah
lahir.
3. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan
terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding attachment. Sesuai
dengan yang di sebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan
untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dalam panduan asuhan
persalinan normal (Geneva, Swiss, 1997),
4. WHO (2014) juga menjelaskan bahwa zat besi sebagai mikronutrien
yang kritikal bagi perkembangan anak terutama perkembangan
neurological. Dengan penundaan pemotongan tali pusat memberikan suplay
75 mg zat besi dalam enam bulan pertama setelah kelahirannya. (Rus
Martini, dkk 2015)
5. Dr Sarah Buckley mengatakan :
"bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang dikenal sebagai
transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi
bayi sampai tahun pertama."
Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan
hilangnya 600 mL darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum
dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti berdenyut
memungkinkan bayi baru lahir kehilangan  60 mL darah, yang setara
dengan  1200mL darah orang dewasa.
Waktu penyembuhan pusar apabila dilakukan pemtongan tali pusat
dengan tidak dapat terlihat dalam table sebagai berikut :
NO Waktu Tali Pusat Terpotong Waktu Penyembuhan segera
1 Segera 9 hari atau 216 jam
2 Ketika berhenti berdenyut 7 Hari

c. Asuhan persalinan pada Lotus birth


Praktis pada asuhan persalinan Lotus Birth yaitu asuhan persalinan
normal yang berbeda hanya pada kala tiga yaitu Penundaan, pemotongan tali
pusat atau proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali pusat
terhubung dengan plasenta selama beberapa hari.
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan
di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara ibu
dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang
baru lahir .
Adapun menurut penelitian.Rus Martini,dkk (2015) menyebutkan
bahwa metode persalinan dengan Lotus Birth diyakini dapat menambah
kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi
diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen,
makanan dan antibodi sehingga diharapkan bayi mendapat nutrisi yang
berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
Penelitian ini sejalan dengan WHO (2014) menyebutkan penundaan
penjepitan tali pusat dapat meningkatkan suplay zat besi sehingga mengurangi
kejadian anemia sebesar 60% pada bayi, mengurangi perdarahan
intraventrikuler sebesar 59% pada bayi prematur, mengurangi enterocolitis
nekrotik sebesar 62% pada bayi premature, mengurangi sepsis, mengurangi
kebutuhan transfuse darah pada bayi prematur.
Dan menurut fisiologis pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami
masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami
suatu proses perubahan yang dikenal sebagai periode transisi yaitu periode
yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan
yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa
minggu untuk sistem organ tertentu. Jadi adaptasi ini juga menjelaskan
bahwa metode persalinan Lotus Birth dengan penundaan pemotongan tali
pusat memberikan suplay 75 mg zat besi dalam enam bulan pertama
setelah kelahirannya sehingga diyakini membantu bayi baru lahir pada
masa transisi karena dapat membantu perkembangan anak terutama
perkembangan neurological. (Yuyun dan Satino, 2015)

Oleh karena itu tenaga kesehatan harus mengetahui bagaimana proses


adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut sehingga dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk melahirkan bayi baru lahir
yang sehat.
Di Indonesia, metode persalinan lotus masih belum lazim dilakukan.
Saat ini masih banyak pro dan kontra terkait metode persalinan tersebut. Hal ini
disebabkan belum semuanya memahami manfaat metode persalinan lotus,
sehingga penelitian yang terkait dengan hal tersebut, masih belum banyak
dilakukan. Namun demikian sebenarnya metode persalinan telah banyak
dilakukan pada masyarakat di dunia seperti Amerika, Tibet dan sebagainya. Di
Indonesia sendiri sudah pernah dilakukan pada masyarakat Bali yang
dilakukan oleh seorang bidan Amerika. (Rus Martini, dkk 2015)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode Lotus birth dapat direkomendasikan sebagai salah satu metode
persalinan normal karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan
Kesehatan bayi baru lahir.

3.2 Saran
Diharapkan sebagai tenaga Kesehatan khususnya bidan harus mengetahui
bagaimana proses adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut
sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk melahirkan bayi
baru lahir yang sehat.
Dan hapan lainnya yaitu banyak Peneliti selanjutnya yang dapat
menggali lebih dalam lagi tentang manfaat lotus birth terhadap kesehatan ibu dan
bayi ditinjau dari aspek fisik, psiko, sosial dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Martini Rus, dkk.2015. Perbedaan Pertumbuhan Bayi Baru Lahir Pada


Metode Lotus Birth. Jakarta: Dosen Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III

Purwandari, A. 2009. Konsep Kebidanan Sejarah dan Profesionalisme. Jakarta: EGC

Saifuddin, A. B. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: YBP-SP.

Satino dan Yuyun. 2015. Pengaruh Metode Persalinan Lotus Terhadap Adaptasi

Fisiologis Bayi Baru Lahir. Surakarta: Kementerian Kesehatan

Politeknik Kesehatan urakarta Jurusan Keperawatan

Varney,H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC

Walyani, E. 2015. Asuhan kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta : pustakabarupress

Anda mungkin juga menyukai