Anda di halaman 1dari 5

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001

TEKNIK PENGAMBILAN CAIRAN RUMEN PADA


DOMBA
GUNAWAN DAN RDENNY PURNAMA

Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002

RINGKASAN

Untuk Pengujian terhadap palatabilitas clan nilai kecernaan pakan yang


dilakukan dengan teknik invitro yaitu dengan cara menginkubasikan contoh
pakan dalarn cairan rumen . Untuk mengambil cairan rumen dari ternak domba
dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu pengambilan melalui ternak berfistula
atau dapat juga diambil dengan melalui selang . Keuntungan dengan ternak
berfistula adalah mudah dilakukan, waktu yang dibutuhkan lebih cepat, ticlak
membutuhkan tenaga kerja yang banyak clan kualitas cairan rumen yang
diperoleh benar-benar murni. Hambatannya adalah untuk pembuatan fistula
membutuhkan biaya yang besar, selain itu ternak sangat rentan terhadap infeksi
sekunder yang dapat menurunkan daya hidup ternak . Sedangkan pengambilan
dengan melalui selang memiliki keuntungan resiko kematian ternak lebih
seclikit clan dapat dilakukan di luar kandang percobaan . Sedangkan
permasalahannya membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak, waktu yang
diperlukan relatif lebih banyak clan kualitas cairan rumen ada kecenderungan
tercemar oleh sekresi air liur.
Kata kunci : domba, cairan rumen, teknik pengambilan .

PENDAHULUAN

Ternak ruminansia merupakan ternak poligastrik yang memiliki


lambung depan yang terdiri dari rumen (perut handuk), reticulum (perut jala),
omasum (perut kitab) clan lambung sejati atau abomasum (perut kelenjar) .
Proses pencernaan pada ruminansia secara umum dibagi menjadi tiga tahap
yaitu pencernaan mekanik dalam mulut, kemudian pencernaan fermentatif oleh
mikroba dalam rumen clan pencernaan hidrolitik oleh enzim pencernaan
(SUWANDI, 1997) . Rumen merupakan habitat yang balk untuk perkembangan
mikroba rumen karena memiliki ekosistem yang menunjang dengan sullu antara
38" C-420 C dengan pH netral (6-7) clan kelembaban relatif konstan, anaerob
dengan volume cairan 5,3 It atau 13% dari bobot ternak (OWEN DA'N' GOETSCH .
1988). BANERJEE (1978), mengemukakan bahwa mikroba memegang peranan
penting dalam proses pemecahan makanan. Peranan mikroba dalam proses
pencernaan diperkirakan sekitar 70-85 % dari bahan kering yang dikonsumsi
oleh ternak yang dapat dicerna dalam rumen (GRAY, 1947 dalarn BANERJEE,
1982) . Dalam proses fermentasi dari makanan ada tiga macam mikroba dalam
cairan rumen yaitu bakteri, protozoa clan jamur (YOKOYAMA DAN JOHNSON,

84
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001

1988). Mikroba rumen dapat dijumpai menempel pada dinding rumen,


bergabung pada partikel makanan dalam rumen dan bebas dalam cairan rumen.
Komposisi mikroba sangat bergantung dengan jenis makanan yang dikonsumsi
oleh ternak, jika jenis makanan banyak mengandung serat kasar maka jumlah
bakteri akan lebih banyak daripada protozoa karena bakteri diperlukan untuk
mencerna karbohidrat dan protein sedangkan jika makanan banyak mengandung
glukosa maka jumlah protozoa akan lebih banyak . Hasil dari proses fermentatif
adalah asam lemak terbang, protein mikroba, vitamin B, CH4 dan COZ yang
berguna untuk ternak . Makanan yang tidak tercerna oleh mikroba akan masuk
ke dalam abomasum untuk dicerna secara enzimatik.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai kecernaan pakan adalah
menunjukkan bagian dari zat-zat makanan yang dapat diserap oleh saluran
pencernaan sehingga siap digunakan untuk metabolisme pada tubuh ternak .
Untuk mempelajari daya cerna clan fermentasi dalam saluran pencernaan,
metoda yang sangat berhasil dan telah digunakan secara luas adalah teknik in-
vitro yaitu dengan cara menginkubasikan contoh pakan atau hijauan dalam
cairan rumen setelah ditambah larutan penyangga (buffer) yang sesuai
(ABDURACHMAN, 1997) . Pengukuran nilai kecernaan pakan secara in-vitro
dilakukan di laboratorium dengan mencontch proses pencernaan yang
berlangsung dalam tubuh ternak ruminansia . Untuk pengukuran kecernaan
pakan diperlukan cairan rumen untuk melihat aktifitas mikroba clan kecernaan
pakan yang diberikan pada ternak. Selain itu cairan rumen diperlukan juga
untuk melihat ekosistem daripada rumen seperti pH, NH3, populasi mikroba
seperti protozoa, bakteri, clan jamur yang berhubungan dengan proses
pencernaan permentatif.
Secara umum ada dua teknik untuk mendapatkan cairan rumen yaitu
dengan cara pengambilan melalui ternak fistula dan dengan cara menggunakan
selang . Yang dimaksud dengan fistula adalah pembuatan saluran yalig
menghubungkan organ atau rongga tubuh internal dengan organ internal atau
permukaan tubuh melalui pembedahan pada ternak domba (SUWANDI DAN
PUSTAKA, 2000). Tujuan penulisan makalah adalah untuk menggambarkan
teknik pengambilan cairan rumen dengan memakai kedua teknik tersebut diatas
beserta kelebihan clan kekurangannya dari masing-masing teknik .

BAHAN DAN CARA KERJA

Bahan dan Alat untuk pengambilan melalui ternak fistula

a. Ternak domba berfistula e . Botol


b. Thermoses f Kontainer
c. Air bersih untuk mencuci g. Kain penyaring
d. Corong h. Sarung tangan

85
Temu Teknis Fungsional Non Penelili 2001

Bahan dan alat untuk pengambilan melalui selang


a. Ternak domba berfistula d. Selang uk . '/4 inci panjang 70 m
b. Air bersih untuk mencuci e. Kontainer
c . Selang uk. 1 inci panjang 15 cm f Thermos

Cara Kerja untuk pengambilan melalui ternak fistula


1 . Ternak domba berfistula" diberi pakan yang akan diuji. Setelah 24 jam
pemberian pakan dapat dilakukan pengambilan cairan rumen.
2. Proses pengambilan cairan rumen dilakukan oleh dua orang yaitu satu orang
memegang ternak agar tidak bergerak, sedangkan yang lain mengambil
cairan rumen dari lubang fistula.
3 . Pengambilan cairan rumen dapat dilakukan dalam posisi berdiri atau posisi
direbahkan .
4. Cara pengambilan adalah dengan membuka tutup fistula, lalu cairan rumen
diambil dengan tangan memakai sarung tangan .
5 . Isi rumen yang telah terambil ditampung dalam kontainer, kemudian tutup
pistula dipasang kembali secara sempurna dan dinding sekitar lubang fistula
dibersihkan.
6. Cairan rumen yang telah diambil kemudian diperas dengan kain blacu atau
kain perban empat lapis.
7 . Cairan rumen hasil perasan ditampung lalu dimasukkan ke dalam botol
yang telah disiapkan.
8 . Jika diperlukan dapat ditambahkan larutan penyangga (buffer) yang sesuai .
9. Botol yang berisi cairan rumen ditutup rapat lalu dimasukkan ke dalam
thermos es
10. Cairan rumen yang telah siap dapat dibawa ke laboratorium untuk diperiksa
11 . Semua peralatan yang telah dipakai dibersihkan dan disterilkan, sedangkan
ampas perasan dapat dibuang
Cara Kerja pengambilan cairan rumen melalui selang
1. Ternak domba diberi pakan yang akan diuji kecernaannya .
2. Setelah 24 jam setelah pemberian pakan dapat diambil cairan rumennya.
3. Pengambilan cairan rumen dilakukan oleh 4 - 5 orang teknisi.
4. Seorang teknisi menjepit bagian kaki depan domba dengan kedua lutut dan
tangan memegang kepala .
5. Kemudian teknisi lainya membuka mulut domba dan memasukan selang
ukuran 1 inci ke dalam mulut sebagai pelindung selang yang akan dipakai
untuk mengambil cairan rumen.
6. Selanjutnya selang '/4 inci dimasukan melalui selang 1 inci clan didorong
pelan-pelan sampai ke rumen.
7 . Setelah selang kecil masuk ke dalam rumen, lalu kedua kaki belakang
domba diangkat keatas sehingga posisi ternak menjadi nungging .

86
Temu Teknis Fungsional Non Penelid 2001

7 . Setelah selang kecil masuk ke dalam rumen, lalu kedua kaki belakang
domba diangkat keatas sehingga posisi ternak menjadi nungging .
8 . Kemudian selang kecil dikocok-kocok dengan gerakan keluar masuk secara
hati-hati sampai cairan rumen keluar.
9. Cairan rumen yang keluar ditampung dalam kontainer yang telah
dipersiapkan .
10 . Bila cairan rumen yang ditampung sudah mencukupi kebutuhan, maka
selang dapat dicabut dan ternak diberdirikan normal kembali.
11 . Cairan rumen yang ditampung dalam kontainer ditutup rapat lalu
dimasukkan ke dalam thermos es untuk dibawa ke laboratorium .
12. Semua peralatan yang dipakai segera dicuci clan disterilkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 . Hasil pengamatan pada kedua cara pengambilan cairan rumen
Yang diamati Melalui ternak fistula Melalui selang
Volume cairan spat mencu upl apat mencu upl
e ter a ap ersl sa, aya I up er urang Ildak terslksa, daya hldup lebih lama
temak
utu cairan urm, tidak tercemar Tldak murm, tercemar o eh sekresl
rumen lendir dan air liur, kadang-kadang
tercampur darah.
euntungan u a , cepat, tl a mem utu an ura , spat l a u an I apangan
banyak tenaga
am atan emer u an laya yang cu up ma a er u anya tenaga, wa ttu yang
diperlukan lebih lama

Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan cairan rumen melalui


ternak fistula adalah

1 . Cermt dan hati-hati jangan sampai melukai bagian dalam perut (rumen)
2 . Lubang fistula setelah pengambilan cairan harus ditutup dengan sempuma
jangan sampai bocor.
3 . Sisa-sisa cairan yang menempel harus segera dibersihkan agar tidak terjadi
infeksi sekunder.
Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan cairan rumen melalui
selang adalah

1 . Dalam memasukkan selang harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai


salah masuk ke lubang pernapasan .
2. Dalam mendorong selang keluar masuk harus hati-hati agar tidak melukai
organ saluran pencernaan .
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001

KESIMPULAN

1. Pengambilan cairan rumen dengan menggunakan kedua teknik diatas,


masing-masing memilik kelebihan dan kekurangannya akan tetapi masing-
masing dapat dipakai sesuai dengan kondisi yang ada .
2 . Walaupun membutuhkan tenaga yang lebih banyak, cara pengambilan
cairan rumen melalui selang merupakan cara yang paling mudah dilakukan
dan dapat diaplikasikan di luar kandang percobaan .

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menggunakan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada Bapak Dr. I Ketut Surtama yang telah memberi masukan pada
penulisan makalah dan juga kepada Tim makalah dan pembahas yang telah
mengoreksi dan memperbaiki tulisan ini sehingga dapat dimuat dalam
proseding .

DAFTAR BACAAN

ABDURACHMAN, 1997. Analisa Daya Cerna Beberapa Jenis Hijauan pada


Ternak dengan Teknik In-vitro . Prosiding Lokakarya Fungsional Non
Peneliti tahun 1997, Tanggal 15-16 Desember 1997. Puslitbang
Peternakan Bogor . pp : 148-152 .
BARNEJEE, G .C. 1978 . Animal Nutrition. Oxford and IBH Publishing co, New
Delhi. PP 232-249 .
BARNEJEE, G.C. 1982 . A Text Book of Animal Husbandry 5 th Edition . Oxford
and IBH Publishing . 234-270 .
OWEN, F.N AND A.L. GOETSCH, 1988 . Ruminal Fermentation . Dalam Church,
D .C ed. Digestive Physiology and Nutritional at Ruminan . Prentice
Hall, New Jersey 0777632 . 145-158 .
SUWANDI, 1997 . Peranan mikroba rumen pada ternak ruminansia. Prosiding
Lokakarya Fungsional Non Peneliti tahun 1997. Tanggal 15-16
Desember 1997. Puslitbang Peternakan Bogor . pp. : 13 - 15.
Suwandi dan I K. Pustaka . 2000. Teknik pemasangan fistula rumen pada
domba ._,Prosi= ding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti Tahun 2000.
Tanggal 5 September 2000. Puslitnak Bogor. pp. : 193 - 198 .
YOKOYAMA, M. T AND K.A JOHNSON, 1988. Microbiology of The Rumen
and Intestine . Dalam Church, D.C. ed Digestive Physiology and
Nutritional of Ruminan . Prentice Hall, New Jersey 17632 . 125-
142 .

88

Anda mungkin juga menyukai