Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi (infectious disease), yang juga dikenal sebagai
communicabledisease atau transmissible disease adalah penyakit yang nyata
secara klinik (yaitu, tanda-tanda dan/atau gejala-gejala medis karakteristik
penyakit) yang terjadi akibatdari infeksi, keberadan dan pertumbuhan agen
biologik patogenik pada organism host individu. Dalam hal tertentu,
penyakitinfeksi dapat berlangsung sepanjangwaktu. Patogen penginfeksi meliputi
virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit multiselulerdan protein yang menyimpang
yang dikenal sebagai prion. Patogen-patogenini merupakan penyebab epidemi
penyakit, dalam artian bahwa tanpa patogen, tidakada epidemi infeksi terjadi.
Penularan patogen terjadi dengan berbagai cara yang meliputi kontak
fisik,makanan yang terkontaminasi, cairan tubuh, benda, inhalasi yang ada di
udara atau melalui organism vektor. Penyakit infeksi yang sangat infektif ada
kalanya disebut menular dan dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak
dengan orang yangsakit. Penyakit infeksi dengan infeksi yang lebih khusus,
seperti penularan vektor,penularan seksual, biasanya tidak dianggap sebagai
menular karenanya korban tidakdiharuskan adanya karantina medis.
Istilah infektivitas menyatakan kemampuan organisma untuk masuk,
bertahanhidup dan berkembang biak di dalam tubuh, sementara daya tular
penyakitmengindikasikan penyakit dengan mudah ditularkan kepada tubuh
lainnya. Infeksitidak bersinonim dengan penyakit infeksi, karena sebagian infeksi
tidak menyebabkanpenyakit. Sehingga dalam makalah ini, dibahas mengenai
penyakit infeksi diantaranya : TBC, HIV/AIDS, PPOK, Diare, Malaria, Tetanus,
dan ISPA.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Penyakit Infeksi
2. Bagaimana Jenis-Jenis Penyakit Infeksi?
3. Bagaimanan Asuhan Keperawatan Pada Komunitas Penyakit Infeksi

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Infeksi
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis penyakit Infeksi
3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Komunitas Penyakit
Infeksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen
biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit ini menular dari satu orang
ke orang lain. Orang yang sehat harus dihindarkan dari orang-orang yang
menderita penyakit dari golongan ini. Penyebab utama infeksi diantaranya adalah
bakteri dan jasad hidup (organism). Kuman-kuman ini menyebar dengan berbagai
cara dan vector.

2.2 Jenis – Jenis Penyakit Infeksi


1. TBC
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa
berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini
bukan penyakit yang menakutkan sampai penderita harus dikucilkan, tetapi
penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan
tuberkolosis paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka.
a. Patogenesis TBC
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respons imunitas
diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit. Respons ini
merupakan raksi hipersensitivitas tipe IV. Awalnya, infeksi kuman dalam

3
wujud droplet nuklei terhirup masuk saluran nafas dan menuju paru-paru.
Di paru-paru, mereka akan bertemu makrofag jaringan dan neutrofil
sebagai garis pertahanan pertama. Sebagian dari mereka mati akibat
difagosit netrofil, terkena sekret makrofag dan terkena sekret saluran
nafas. Bila kuman difagosit oleh makrofag, ia akan tetap hidup karena
kuman TB bersifat intraseluler. M. tuberculosis merupakan basil tahan
asam (BTA) karena ia memiliki banyak lipid yang membuatnya tahan
terhadap asam, gangguan kimia dan fisik. Kandungan lipid yang banyak
dalam makrofag, dimanfaatkan kuman untuk memperkuat dirinya.
Setelah infeksi tuberkulosis primer, ada kemungkinan infeksi ini akan
sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, sembuh dengan
meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotik, kalsifikasi hilus dan di
antaranya dapat kambuh kembali menjadi tuberkulosis sekunder karena
kuman yang dormant ataupun akan menimbulkan komplikasi dan
menyebar baik dapat secara perkontinuitatum, bronkogen, limfogen atau
hematogen. Kuman yang dormant pada tuberkuloisis primer akan muncul
bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
sekunder. Tuberkulosis sekunder ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di regio atas paru.
b. Etiologi TBC
Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang
aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3
– 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis complex
adalah:
1. Mycobakterium tuberculosis
2. Varian Asian
3. Varian african I
4. Varian asfrican II

4
5. Mycobakterium bovis

Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial


othetan Tb (mott, atipyeal) adalah :

1. Mycobacterium cansasli
2. Mycobacterium avium

3. Mycobacterium intra celulase

4. Mycobacterium scrofulaceum

5. Mycobacterium malma cerse

6. Mycobacterium xenopi

c. Gambaran Klinis TBC


1. Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
2. Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan
perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan
karena mengandung darah.
3. Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.
4. Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di
malam hari tanpa aktivitas.
5. Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri
dada, batuk darah, sesak nafas.
6. Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau
cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi
ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
7. Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-
paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika

5
sistem pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi
tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan
tabung bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin
menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah
bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher.
Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan
menghasilkan nanah.

d. Penatalaksanaan Pencegahan TBC


1. Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri
yang terdapat di dalam udara.
2. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko
tinggi tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes
tuberkulin positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya
penyakit. Isoniazid diminum setiap hari selama 6 – 9 bulan.
3. Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah
infeksi oleh M. tuberculosis.

2. HIV / AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Penyebab penyakit
AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus yang
biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh manusia.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi patogen
di dalam darah, dan penularan masa perinatal.

6
a. Patogenesis HIV/AIDS

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T


helper/induser yang mengandung marker CD 4 (sel T 4). Limfosit T 4
merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun
atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif
menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem
kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4. Setelah HIV mengikat diri pada
molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya
kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA
agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang
berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi HIV
dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel
yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi
(penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh
penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak
sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit T4. setelah beberapa bulan sampai
beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala
klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya
HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6
bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan
60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi
kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang
atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan

7
juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV
mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan
kerusakan

b. HIV/AIDS

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang


disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Terdapat dua jenis virus
penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV 2. HIV 1 paling banyak ditemukan
di daerah barat eropa, asia dan afrika tengah, selatan dan timur. HIV-2
terutama ditemukan di afrika barat. Genom HIV adalah RNA yang terdiri
dari 2 sub unit identik dengan panjang sekitar 9.200 pasang basa. Secara
sederhana sel HIV terdiri dari :
1.      Inti RNA dan enzim transcriptase reverse (polymerase), protease, dan
integrasi
2.      Kapsid- antigen p24
3.      Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp 120 dan gp41)
HIV tidak stabil dan dapat dimusnahkan dengan senyawa antiseptik
antara lain etanol 70 %, glutaradehid 1%, 02% sodium hipoklorit dan
formalin. HIV dapat dimatikan pada suhu 56 0C selama 30 menit, oleh
karena itu dalam pemeriksaan antibody terhadap HIV dalam darah atau
serum penderita, biasanya dipanaskan dulu pada suhu 56 0C selama 30
menit, agar tugas laboratorium yang memeriksa tidak tertular HIV. HIV
tidak dapat di inaktifan degan radiasi sinar gama yang berkekuatan 2,5 X
105 rad / dengan sinar ultra violet dosis tinggi.
HIV dapat ditemukan dalam darah, produk darah (serum, plasma),
cairan sperma, saliva, air mata, otak, dan kelenar limfe. Virus AIDS dalam
bahan tersebut dapat bertahan hidup sampai 7 hari pada suhu kamar. HIV
dapat dibiakan pada kera jenis simpanse. Setelah penyuntikan kera dengan
bahan pemeriksaan yang berasal dari penderita AIDS, HIV dapat dideteksi

8
c. Gambaran Klinis

Dalam limfosit darah perifer kera dengan cara immunofluoresensi,


radioimunopresipitasi dan mengguanakn mikroskop electron.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut
akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya
dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.
Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV
memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko
lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim,
dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti
demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar,
kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi
oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada
tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat
hidup pasien.

d. Tanda dan Gejala HIV/AIDS


Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang
penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang
ditunjukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang
lazim didapati pada berbagai Penderita penyakit lain, namun secara umum
dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
1. Rasa lelah dan lesu
2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan

9
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru
8. Kanker kulit
e. Mencegah penyakit HIV/AIDS 
1. Hindari jarum suntik bekas                           
2. Hindari berhubungan intim dengan orang lain kecuali istri sendiri
3. Hindari memakai narkoba                           
4. Hindari memakai pakaian orang yang terkena HIV AIDS
5. Hindari transfusi darah tanpa pengecekan dokter

f. Tata Laksana HIV

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan


pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah
terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan
dengan :

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan


pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

10
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel
atau reversibel parsial. PPOK terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema atau
gabungan keduanya. Bronkitis kronis adalah kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,
sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit
lainnya. Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli.
a. Patogenesis PPOK
Pada bronkitis kronis terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus,
metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan dan
distorsi akibat fibrosis. Pada emfisema ditandai oleh pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal disertai kerusakan dinding alveoli.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis,
metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi
jalan napas.
b. Etiologi PPOK

Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab paling umum dari


eksaserbasi PPOK. Namun, polusi udara, gagal jantung, emboli pulmonal,
infeksi nonpulmonal, dan pneumothorax dapat memicu eksaserbasi akut.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa setidaknya 80 % dari PPOK
eksaserbasi disebabkan oleh infeksi. Infeksi tersebut 40-50% disebankan

11
oleh bakteri, 30% oleh virus, dan 5-10% karena bakteri atipikal. Infeksi
bersamaan oleh lebih dari satu patogen menular tampaknya terjadi dalam
10 sampai 20% pasien. Meskipun ada data epidemiologis menunjukkan
bahwa peningkatan polusi yang berkaitan dengan peningkatan ringan
pada eksaserbasi PPOK dan perawatan di rumah sakit, mekanisme yang
terlibat sebagian besar tidak diketahui. Emboli pulmonal juga dapat
menyebabkan eksaserbasi PPOK akut, dan, dalam satu penelitian terbaru,
Emboli Pulmonal sebesar 8,9% menunjukkan pasien rawat inap dengan
eksaserbasi PPOK.

c. Tanda Dan Gejala PPOK

1. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.

2. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang


sangat banyak.

3. Dispnea.

4. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).

5. Anoreksia.

6. Penurunan berat badan dan kelemahan.

7. Takikardia, berkeringat.

8. Hipoksia, sesak dalam dada.

d. Penatalaksanaan PPOK

1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.

2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan :

12
a) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
b) Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S.
Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 g/hari atau
aritromisin 4 x 0,5 g/hari.
c) Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika
kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis
yang memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti
kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dan membantu mempererat kenaikan peak flowrate. Namun hanya
dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi
sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik
yang lebih kuat.
d) Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan
karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas CO2.
4. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar
encer tersebut dapat disertai lendir dan darah.

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Diare akut yaitu diare
yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai
penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri

13
yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus
menerus.

a. Etiologi Diare

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi


(bakteri, parasit, virus), malabsorpsi, alergi.

1. Faktor infeksi

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan


penyebab utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E. coli,
Salmonella, Vibrio cholera), virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus),
parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral yaitu infeksi yang berasal
dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media
akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini
terutama pada bayi berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsorbsi

Gangguan penyerapan makanan akibat malabsorbsi karbohidrat,


pada bayi dan anak tersering karena intoleransi laktosa, malabsorbsi
lemak dan protein.

3. Faktor Alergi Makanan

Faktor makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi


terhadap makanan. Penularan melalui kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung,seperti :

14
- Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang
kotor.
- Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak
air dengan benar.

- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

b. Patofisiologi Diare

1. Gangguan Osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan


terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

4. Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus


untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

c. Patogenesis Diare

15
Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup
ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad
renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik
mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang


menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan
lain-lain. Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan
air dan elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan
sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

d. Gejala Klinik Diare

Mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan


mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian
timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan atau
lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur
empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja
makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari
pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun,
pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput
lendir mulut dan bibir terlihat kering.

e. Penataksanaan Diare

16
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama
dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak
air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat
dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul
dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi
nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan
elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti
cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul
karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan
penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain.
Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien
kearah yang fatal.

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang
rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman. Oleh
karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.

f. Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti, efektif, yang berupa :

1. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.

17
2. Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan.

3. Penggunaan jamban yang benar.

4. Imunisasi campak.

5. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anophelesdengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik,
anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena
pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.

a. Etiologi Malaria
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas
sporozoa. Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu :
Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan).
Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana
berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae
menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan
malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya
dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit
yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari
skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati.

b. Patogenesis Malaria
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia
dapat terjadi melalui dua cara yaitu :

18
1. Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung parasit malaria
2. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam
darah manusia, misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada
bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congenital).

c. Patofisiologi Malaria
Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan
dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
-Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
-Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis
intravaskuler
2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan
berbagai mediator endotoksin.
3. Pelepasan TNF
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria.
TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
4. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob
ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan
antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler
alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.

6. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


Secara definisi ISPA berarti timbulnya infeksi di saluran nafas yang
bersifat akut (awitan mendadak) yang disebabkan masuknya mikroorganisme

19
(virus, bakteri, parasit, jamur). Secara anatomis penyakit ini dibedakan ISPA
bagian atas dan ISPA bagian bawah. Batas antara kedua kelainan ini terletak
di laring. Infeksi yang mengenai laring ke atas disebut sebagai ISPA bagian
atas, sedangkan bila mengenai dibawah laring disebut sebagai ISPA bagian
bawah.

a. Etiologi ISPA
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab (virus,
bakteri, parasit, jamur). ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh
karena virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh
semuanya. ISPA bagian bawah yang disebabkan bakteri umumnya
mempunyai manifestasi klinik berat sehingga menimbulkan banyak
problem dalam penanganannya.

b. Patogenesis ISPA
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan
gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-
hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia
adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau
lebih).

20
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke
tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan
makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan
mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini
banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada
pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.
Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,
perkontinuitatum dan udara nafas.

c. Manifestasi Klinis Dan Diagnosis ISPA


Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
adanya penyulit.
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah biakan virus, serologis, diagnostik virus secara
langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

21
BAB III

STUDY KASUS

3.1 Kasus

92.251 kasus dan jumlah AIDS sebesar 39.434 kasus serta kematian
akibat HIV/AIDS sebesar 7.293. Di daerah Terate kasus HIV/AIDS mayoritas
terjadi pada dewasa awal. Hasil dari pengkajian tim medis di daerah Terate
didapatkan 20% dari 50% dewasa awal yang berada di daerah Terate bekerja
sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) atau WPS. Hasil skrining didapatkan
15% dari PSK terkena IMS dan beresiko tinggi tertular HIV/AIDS. Dan
ditemukan 5% PSK meninggal hal ini diperburuk dengan perilaku para WPS
yang kurang memperhatikan kesehatan reproduksinya sendiri. Sebagian besar
WPS enggan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksinya karena
alasan ekonomi dan adanya stigma negative pada mereka. Mereka lebih
memilih membeli obat sendiri termasuk menggunakan obat antibiotic tanpa
konsultasi dengan tenaga kesehatan. Sebagian WPS juga mengatakan tidak
pernah menggunakan alat kontrasepsi karena mereka menganggap bila hanya
berhubungan sesekali saja tidak akan menimbulkan penularan.

3.2 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat
Nama Daerah : Terate

22
b. Demografi
Hasil dari pengkajian tim medis di daerah Tarete didapatkan 20% dari
50% dewasa awal tang berada di daerah Terate bekerja sebagai Pekerja
Seks Komersial (PSK) atau WPS.
c. Statistik Vital
Hasil skrining didapatkan 15% dari PSK terkena IMS dan beresiko
tinggi tertular HIV/AIDS. Dan ditemukan 5% PSK meninggal hal ini
diperburuk dengan perilaku para WPS yang kurang memperhatikan
kesehatan reproduksinya sendiri.
d. Nilai dan Kepercayaan
Sebagian besar WPS enggan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
reproduksinya karena alasan ekonomi dan adanya stigma negative pada
mereka.. Sebagian WPS juga tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
karena mereka menganggap bila hanya berhubungan sesekali saja tidak
akan menimbulkan penularan.

2. Analisa Data

Data Masalah

1 DS : Defisiensi Kesehatan Komunitas

- Sebagian besar WPS mengatakan


enggan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan
reproduksinya karena alasan

23
ekonomi dan adanya stigma
negative pada mereka. Mereka
lebih memilih membeli obat
sendiri termasuk menggunakan
obat antibiotic tanpa konsultasi
dengan tenaga kesehatan.
- Sebagian WPS juga mengatakan
tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi karena mereka
menganggap bila hanya
berhubungan sesekali saja tidak
akan menimbulkan penularan.

DO :

- 92.251 kasus dan jumlah AIDS


sebesar 39.434 kasus serta
kematian akibat HIV/AIDS
sebesar 7.293. Di daerah Tarete
kasus HIV/AIDS mayoritas
terjadi pada dewasa awal.
- Hasil skrining didapatkan 15%
dari PSK terkena IMS dan
beresiko tinggi tertular
HIV/AIDS. Dan ditemukan 5%
PSK meninggal hal ini diperburuk
dengan perilaku para WPS yang
kurang memperhatikan kesehatan

24
reproduksinya sendiri.

3. Diagnosa

a. Defisiensi Kesehatan Komunitas

4. Intervensi

Diagnosa Sasaran NOC NIC

(Hasil) (Intervensi)

Defisiensi Kesehatan PSK di daerah Prevensi Primer Prevensi Primer


Komunitas : Terate
1. Kompetensi 1. Identifikasi
Penyakit Infeksi
dewasa awal di pengetahuan dan
daerah Tarete. masalah klien.
2. Derajat kesehatan 2. Pendidikan
dewasa muda di Kesehatan
daerah Tarete. a. Konsep penyakit
IMS, pencegahan,
penatalaksanaan,
risiko infeksi
berulang.
b. Konsep penyakit
HIV/AIDS,
pencegahan, dan
penatalaksanaan.
c. Konsep
penyalahgunaan

25
obat-obatan
(antibiotic).
d. Konsep
penggunaan alat
kontrasespsi.
3. Modifikasi perilaku
4. Manajemen perilaku
seksual.

Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder

1. Kontrol terhadap 1. Identifikasi klien


kelompok yang mengalami
penyakit IMS. masalah IMS.
2. Kontrol terhadap 2. Identifikasi klien
kelompok risiko yang berisiko
HIV/AIDS mengalami
3. Efektivitas HIV/AIDS.
program 3. Skrining kesehatan
masyarakat. pada dewasa muda di
daerah Tarete.
4. Menjaga kesuburan.
5. Melakukan
pemeriksaan secara
berkala.
6. Melakukan rujukan
terhadap klien yang
memerlukan
penatalaksanaan
lebih lanjut.

26
Prevensi Tersier Prevensi Tersier

1. Program 1. Tingkatkan
efektivitas mekanisme koping.
komunitas. 2. Libatkan keluarga,
2. Perilaku orang terdekat
pemeriksaan dalam perawatan.
kesehatan pribadi. 3. Kolaborasi dengan
tenaga medis lain
untuk
penatalaksanaan
medis.

BAB IV

27
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh


sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).Penyebab
utama infeksi diantaranya adalah bakteri dan jasad hidup (organism).
Kuman-kuman ini menyebar dengan berbagai cara dan vector.
Adapun macam-macam penyakit infeksi diantaranya :
1. TBC
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa
berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum.
2. HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain
yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Penyebab penyakit AIDs adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam
kelompok retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital
sistem kekebalan tubuh manusia.
3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri atas bronkitis kronis dan emfisema
atau gabungan keduanya.
4. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya

28
mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak
terus menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten
merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare
yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.
5. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit
dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anophelesdengan gambaran penyakit berupa demam yang sering
periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala
oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan
ginjal.
6. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan
oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani.
7. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Secara definisi ISPA berarti timbulnya infeksi di saluran nafas yang
bersifat akut (awitan mendadak) yang disebabkan masuknya
mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, jamur).

4.2 Saran

29
Penulis sadari dalam  penyusunan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan mungkin jauh dari tahapan  kesempurnaan. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan demi tercapainya penyusunan makalah yang  jauh lebih baik
dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

30
Anonim, 2010. Malaria Definisi Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinis.

Anonim, 2013. Makalah Patologi Tetanus. Tersedia Online

Samordo, Pugud. 2008. Patofisiologi Ispa. Tersedia Online :


http://pugud.blogspot.com/2008/05/patofisiologi-ispa.html

Tata, Nietha. 2012. Patofisiologi Tbc. Tersedia Online : http://niethatata-


nietha.blogspot.com/2012/06/patofisiologi-tbc.html

Kurniawan, Jefri. 2013. Patogenesis Patofisiologi dan Manifestasi Klinis HIV/AIDS.


Tersedia Online : http://jefrikurniawan04.blogspot.com/2013/05/patogenesis-
patofisiologi-dan.html

31

Anda mungkin juga menyukai